FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengaruh
Efek Rumah Kaca terhadap Pertumbuhan Tanaman Melon dengan tepat waktu.
Makalah Pengaruh Efek Rumah Kaca terhadap Pertumbuhan Tanaman Melon
disusun guna memenuhi tugas Ibu Sisca Faajriani, S.P, M.P pada mata kuliah
Klimatologi di Universitas Brawijaya. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Efek Rumah Kaca.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................. iv
PENDAHULUAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Namun, efek panas yang lebih tinggi dalam kondisi rumah kaca juga bisa
berdampak negatif. Peningkatan suhu global dapat menyebabkan stres termal
pada tumbuhan melon, mengganggu proses fotosintesis, dan mempengaruhi
ketersediaan air. Perubahan pola cuaca juga bisa memengaruhi perkembangan
tanaman dan menyebabkan masalah hama dan penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Efek rumah kaca di alam/atmosfer adalah efek kalor yang timbul sebagai
akibat adanya dan naiknya konsentrasi gas-gas rumah kaca di alam/atmosfer. Gas-
gas tersebut adalah karbon dioksida (CO2), methan (CH), kholo flouro carbon
(CFC), Nitro oksida (NO2),dan Ozone (O,) di lapisan troposfer. Gas-gas ini dapat
menyerap radiasi bumi sebagai radiasi gelombang panjang (atau disebut juga
radiasi infra merah) yang berfungsi untuk menjaga agar bumi menjadi lebih panas
dibanding bila gas-gas tersebut tidak ada. Disebut efek rumah kaca, oleh karena
yang terjadi disini adalah sama halnya terjadi dalam rumah kaca buatan, yaitu
sebagai efek kalor.
Seperti halnya radiasi surya, radiasi bumi juga diserap oleh molekul-
molekul udara kering secara relatif pada panjang gelmbang tertentu. Kecuali pada
2-2.2-4.3 µm dan 8.5-11.0µm akan lolos ke angkasa dan radiasi bumi dengan
panjang gelombang tersebut disebut radiation window. Makin tinggi konsentrasi
gas-gas diatmosfer, semakin tinggi pula efek kalor yang timbul pada/dekat
permukaan bumi, namun pengaruhnya berbeda menurut jenis dan jumlah gas
tersebut. Sebagai contoh, misalnya penambahan sebuah molekul metan akan
menyebabkan penyerapan kalor 21-30 kali lebih banyak dibanding penambahan
satu molekul CO2. Sedangkan penambahan satu molekul CFC mampu menyerap
kalor hingga 12.400 - 15.800 kali lebih banyak bila dibanding satu molekul CO2.
2.2 PENYEBAB TERJADINYA EFEK RUMAH KACA
Pengenalan Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan
oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer
memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya
(seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca
dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang
terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat
aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima
oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat. Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak
tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai
gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42%
membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023%
dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis. Malam hari permukaan bumi
memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain
seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah.
Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh
gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi
panas pantulan dari bumi. Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga
terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk
ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca
adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara
di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek
memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-
gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green
house gases”.
2.3 PROSES TERJADINYA EFEK RUMAH KACA
Sebagian matahari yang dapat mencapai bumi yaitu radiasi dengan panjang
gelombang panjang, yaitu sinar infra merah (14.000 24.000 mm) menembus
masuk atap dan dinding rumah kaca. Di dalam rumah kaca sinar ini dipantulkan
oleh benda-benda yang ada di rumah kaca, tetapi tertahan P 1.4 Kimia
Lingkungan oleh atap atau dinding kaca. Oleh karena itu, udara di dalam rumah
kaca suhunya meningkat, lebih tinggi dari pada suhu di luar rumah kaca.
Meningkatnya suhu di dalam rumah kaca ini disebut efek rumah kaca (green
house effect). Efek rumah kaca ini bisa juga terjadi di dalam ruangan rumah
dengan jendela kaca lebar atau terkena sinar matahari atau di dalam mobil dengan
jendela tertutup apabila diparkir di tempat yang panas. Di alam terbuka, di atas
permukaan bumi efek rumah kaca juga bisa terjadi, dapat diterangkan sebagai
berikut. Energi matahari yang masuk ke bumi mengalami:
Pada dasarnya, Efek Rumah Kaca (ERK) terjadi salah satunya akibat
penumpukan senyawa karbon dioksida (CO2) pada atmosfer. ERK ini nantinya
akan mempengaruhi perubahan iklim dan menyebabkan meningkatnya suhu rata-
rata pada permukaan bumi. Hal ini sebenarnya memberikan dampak yang cukup
menguntungkan bagi tanaman melon dikarenakan perubahan iklim ini juga dapat
menyebabkan terjadinya kekeringan/kemarau berkepanjangan dan curah hujan
yang tidak menentu, sehingga kelembaban udara di permukaan bumi menjadi
rendah.
Hal yang dapat dilakukan sebagai upaya melindungi tanaman melon dari
efek rumah kaca sangat beragam. Salah satunya ialah melakukan pengairan atau
irigasi pada tanaman. Meskipun tanaman melon menyukai keadaan udara yang
kering serta media tanah yang tidak tergenang air, kemarau panjang yang
disebabkan efek rumah kaca sudah pasti membawa dampak buruk bagi tanaman.
Hal ini dapat dengan mudah diatasi dengan melakukan pengairan secara teratur
pada tanaman sehingga tanah tetap terjaga kelembabannya.
Pada waktu tertentu di musim kemarau, seringkali terjadi siklus hujan
yang tidak dapat ditebak. Siklus ini tentunya dapat membawa efek yang buruk
pada tanaman khususnya pada buah melon yang mendekati usia panen. Upaya
yang dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah ialah dengan melakukan
aerasi sehingga kandungan air yang berlebih pada tanah dapat terangkat. Aerasi
sendiri merupakan proses penambahan udara kedalam tanah dan kemudian
memompa kandungan air berlebih dengan menggunakan pompa (aerator)
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gas CO2 ini yang menjadi penybab dari terjadinya pemanasan global
melalui proses yang disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca di alam/atmosfer
adalah efek kalor yang timbul sebagai akibat adanya dan naiknya konsentrasi gas-
gas rumah kaca di alam/atmosfer. Gas-gas ini dapat menyerap radiasi bumi
sebagai radiasi gelombang panjang (atau disebut juga radiasi infra merah) yang
berfungsi untuk menjaga agar bumi menjadi lebih panas dibanding bila gas-gas
tersebut tidak ada.
Dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam
di bumi tidak jauh berbeda, artinya pada waktu malam suhu rata-rata di
permukaan bumi yang tidak terkena sinar matahari sangat rendah apabila tidak
terjadi efek rumah kaca. Menilik dari asal ditemukannya tanaman melon, yaitu di
sekitaran Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang berada pada
perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika, buah ini termasuk buah
yang menyukai iklim panas dengan kelembaban udara yang tidak begitu tinggi.
Hal ini sebenarnya memberikan dampak yang cukup menguntungkan bagi
tanaman melon dikarenakan perubahan iklim ini juga dapat menyebabkan
terjadinya kekeringan/kemarau berkepanjangan dan curah hujan yang tidak
menentu, sehingga kelembaban udara di permukaan bumi menjadi rendah.
Curah hujan yang tinggi pada tanaman melon dewasa yang mendekati usia
panen membuat tanaman melon rentan untuk diserang hama. Meskipun tanaman
melon menyukai keadaan udara yang kering serta media tanah yang tidak
tergenang air, kemarau panjang yang disebabkan efek rumah kaca sudah pasti
membawa dampak buruk bagi tanaman. Siklus ini tentunya dapat membawa efek
yang buruk pada tanaman khususnya pada buah melon yang mendekati usia
panen.
3.2 SARAN