Anda di halaman 1dari 12

LINGKUNGAN DAN ADAPTASI TERNAK

DISUSUN
Oleh
SUBUH HASIBUAN
2229091004

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Adaptasi ternak merupakan salah satu bahan ajar yang dapat memperdalam
pemahaman mahasiswa dan pembaca lain dalam hal proses aklimatisasi yang
dilakukan oleh ternak jika berada pada kondisi hipotermia dan hipertermia. Bagi
mahasiswa Fakultas Peternakan. Bahan ajar ini berguna untuk mempermudah
mahasiwa mempelajari Ilmu Lingkungan Ternak dan meningkatkan kompetensi
lulusan.
Dengan membaca Bahan Adaptasi Ternak, mahasiswa diharapkan mampu
berpikir rasional, sistematik, kritis dan berwawasan luas tentang berkaitan dengan
proses adaptasi ternak kemudian dapat mengambil keputusan yang tepat sehingga
pengaruh lingkungan yang tidak nyaman pada ternak dapat diminimalkan.
Dalam penyusunan bahan ajar ini, penulis sangat menyadari adanya banyak
kekurangan sehingga perbaikan merupakan hal yang berkelanjutan dan sangat
diperlukan. Kritik dan saran yang konstruktif akan dapat memperkaya khasanah
bahan ajar ini.

Medan, Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
BAB II. PRINSIP ADAPTASI................................................................................
1.1. Peranan Faktor LingkunganAdaptasi....................................................
1.1.1. Klasifikasi Faktor Lingkungan..................................................
1.2. Prinsip adaptasi.....................................................................................
1.2.1 Adaptasi.......................................................................................
1.2.2 Penyusaian Diri............................................................................
BAB III : PENUTUP.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan ternak merupakan salah satu aspek bisnis di Indonesia, dimana
hewan juga sangat bermanfaat bagi tumbuhan (kotorannya dijadikan pupuk).
Hewan ternak mempunyai prospek sangat menjanjikan di Indonesia. Selain itu
Ternak memerlukukan perawatan dan ketersediaan pangan seperti rerumputan dan
dedaunan dll.
Ternak tersebar hampir di seluruh dunia dan berkembang cukup pesat di
banyak daerah karena memiliki beberapa keunggulan. Populasi Ternak dapat
meningkat yang mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan, seperti
daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan yang rendah atau kasar. Disamping
itu tingkat kesuburan (fertilitas). Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan Ternak, salah satunya yaitu infeksi penyakit.
Infeksi penyakit yang timbul pada setiap Ternak memiliki gejala yang berbeda,
beberapa diantaranya seperti nafsu makan menurun, gangguan pernapasan.
Kurangnya pengetahuan peternak mengenai berbagai penyakit yang menyerang
hewan ternaknya serta sulitnya mencari tenaga medis seperti dokter hewan
menjadi masalah peternak karena tidak dapat secara cepat menangani Ternak yang
terkena penyakit.
Perkembangan teknologi yang kian canggih saat ini sebenarnya memberikan
peluang yang cukup signifikan untuk membantu peternak agar dapat mengangani
penyakit Ternak. Meningkatnya pengguna gadget atau smartphone pada kalangan
masyarakat, dapat menjadi peluang untuk memberdayakan sebuah sistem
yang dapat mengklasifikasikan penyakit pada hewan ternak.
1.2 Rumusan Masalah
1
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana Lingkungan terhadap adaptasi
Ternak.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengtahui
pengaruh lingkungan.
BAB II
PENDAHULUAN

1.1. Peranan Faktor Lingkungan


Secara umum produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Bibit unggul dimana telah mengalami kawin silang dan seleksi
bertahap dan ketat tidak akan memberikan produktivitas yang maksimal jika tidak
didukung oleh lingkungan ternak yang nyaman (comfort zone). Demikian pula
sebaliknya lingkungan ternak yang nyaman tidak akan banyak membantu jika ternak
yang dipelihara mempunyai mutu genetik yang rendah.

1.1.1. Klasifikasi Faktor Lingkungan


Lingkungan ternak dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu (1) lingkungan
abiotik (2) lingkungan biotik. Lingkungan abiotik meliputi semua faktor fisik dan
kimia. Lingkungan biotik merupakan interaksi diantara (perwujudan) makanan, air,
predasi, penyakit serta interaksi sosial dan seksual. Faktor lingkungan abiotik
merupakan faktor yang menentukan ternak apakah berada pada kondisi hipotermia
(cekaman dingin), nyaman (comfort zone) atau hipertermia (cekaman panas). Pada
daerah dataran rendah tropis persoalan cekaman panas mendominasi dalam problem
lingkungan. Pada kondisi cekaman cekaman panas dan cekaman dingin dikatakan
ternak mengalami stress fisiologi
Komponen lingkungan abiotik utama yang berpengaruh nyata terhadap ternak
adalah temperatur udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin
(Chantalakhana dan Skunmun, 2002). Interaksi dari ke empat unsur iklim ini akan
menghasilakan panas lingkungan yang merupakan The Physiologically effective
temterature. Berdasarkan interaksi komponen panas lingkungan, dua tempat yang
mempunyai suhu berda jauh tetapi dengan kombinasi dari unsur iklim yang lain akan
dapat menghasilkan respon fisiologi hampir sama. Sebagai salah satu contoh tempat
0
A yang mempunyai suhu 25 C dan kelembaban udara 50%. Tempat B mempunyai
0
suhu 32 C dengan kelembaban udara 75%. Bila unsur iklim lain yaitu kecepatan
angin di tempat B lebih tinggi daripada tempat A maka panas lingkungan yang
ditimbulkan akan hampir sama pada kedua tempat. Kecepatan angin yang lebih tinggi
akan mempercepat pelepasan panas dengan cara konduksi, konveksi dan evaporasi
dari tubuh ternak ke lingkungan.
Faktor fisik lingkungan (unsur-unsur iklim) mempengaruhi produktivitas
ternak secara tidak langsung dan langsung. Pengaruh tidak langsung faktor
lingkungan melalui tanaman makanan ternak. Tanaman pakan ternak dapat tumbuh
dan berkembang kemudian menghasilkan bahan pakan ternak secara kuantitas dan
kualitas tinggi tentu harus didukung oleh faktor lingkungan yang optimal. Foto
sintesis tanaman pakan ternak perlu kondisi optimal dalam hal intensitas radiasi
matahari, suhu udara dan tanah, kelembaban udara dan tanah serta kecepatan angin
(golak udara). Pada akekatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman pakan
ternak dipengaruhi oleh bentuk geologi (tanah) dan kondisi atmosfer seperti pada
gambar 1.

Matahari

Atmosfer
Bumi Pertumbuhan
Air Tumbuhan

Produktivitas
Iklim
Ternak

Bentuk Tanah
Geologi
Pengaruh
langsung
Pengaruh tidak
lanngsung
Gambar 1. Skema sederhana hubungan matahari, Bumi dan iklim dengan
pertumbuhan tanaman dan peretumbuhan terna

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi perkembangan mikroorganisme


patogen yang berhubungan erat dengan kesehatan ternak dengan ujung implikasinya
pada produktivitas ternak. Lingkungan yang panas dan lembab merupakan kondisi
yang sangat disenangi oleh mikroba potogen. Ternak yang terinfeksi oleh mikro
patogen akan mengalami gangguan kesehatan bahkan penurunan produktiviats yang
cukup berarti. Lebih perah lagi bila sampai menimbulkan mortalitas pada ternak
yang dapat menyebabklan kerugian pada peternak.
Kondisi lingkungan ternak dapat berpengaruh secara langsung yang berkaitan
dengan keseimbangan panas dalam tubuh ternak (homeostatis). Ternak mendapatkan
beban panas dari (1) panas metabolisme (2) radiasi matahari langsung baik berupa
gelombang panjang maupun gelombang pendek (3) radiasi baur dari atmosfer (4)
pantulan (refleksi) dari tanah. Total beban panas ini akan diseimbangkan dengan
ternak dengan melepaskan panas secara (1) konduksi (2) konveksi (3) radiasi dan (4)
evaporasi. Ternak yang sanggup menyeimbangkan produksi panas dengan panas
yang dilepaskan menyebabkan ternak berada pada kondisi nyaman. Sedangkan
ketidak mampuan ternak menyeimbangkan panas tersebut menyebabkan kondisi
cekaman. Kelebihan panas dalam tubuh ternak diistilahkan dengan cekaman panas
sedangkan kekurangan panas dalam tubuh ternak menyebabkan cekaman dingin.
Berdasarkan ruang lingkup (luasan area) yang terdampak oleh pengaruh faktor
lingkungan maka iklim dapat dibedakan menjadi iklim mikro dan iklim makro.
Pengukuran unsur iklim dengan menggunakan peralatan fisik di stasiun klimatologi
dikatagorikan sebagai iklim makro. Sedangkan pengukuran unsur iklim pada ruang
lingkup yang sempit seperti dalm sebuah kandang atau areal penanaman pakan ternak
dikatakan sebagai iklim mikro.Anderson (1977) menyatakan bahwa iklim mikro
tersebut adalah iklim dalam ruangan terkecil dekat permukaan tanah (sampai
ketinggian 2m). Champbell (1977) berpendapat bahwa iklim mikro adalah iklim
yang mengitari obyek seperti misalnya iklim di sekitar seekor ternak. Esmay (1978)
menyatakan iklim mikro sebagai faktor bioklimatik dari obyek. Kleiber (1971)
berpendapat bahwa iklim mikro itu merupakan fisiko termal pada areal yang terbatas.
Mount (1979) menyatakan bahwa sesungguhnya ilim mikro adalah keadaan serta
struktur renik, proses fisik di dekat permukaan hingga batas dimana pengaruh
permukaan masih dapat dirasakan

1.2 Prinsip Adaptasi


Adaptasi adalah proses penyesuaian diri ternak terhadap perubahan lingkungan.
Keberhasilan daptasi terhadap lingkungan mempengaruhi keberhasilan perkembangan
ternak selanjutnya, baik dalam hal mempertahankan diri, tumbuh, berproduksi
maupun berkembang biak. Konsep adaptasi ternak terhadap lingkungan menyangkut
perubahan genetik dan fisiologi karena rangsangan dari luar maupun dari dalam.
Adaptasi genetik sebagai hasil seleksi dari alam dan manusia sedangkan adaptasi
fisiologis adalah kemampuan penyatuan panas fisiologi di dalam tubuhnya sendiri
terhadap kondisi lingkungan luar dan bahan makanan untuk kebutuhan hidupnya.
Beberapa istilah dalam prinsip adaptasi adalah : (1) ”adaptation”, (2) ”aclimation” ,
(3) ” aclimatitation” , (4) ” habituation”.
Pengertian adaptasi adalah kemampuan ternak untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan kondisi lingkungan. Terdapat tiga pengertian dalam istilah
adaptasi yaitu : (1) adaptasi biologi, (2) adaptasi genetik, (3) adaptasi fisiologi.
1.2.1 Adaptasi
Adaptasi biologi adalah hasil penyesuaian diri terhadap kondisi biologis ternak.
Adaptasi ini menghasilkan perubahan yang khas pada ternak seperti perubahan
anatomi tubuh, perubahan biokimia tubuh dan perubahan tabiat makan dan hubungan
sosial ternak.
Adaptasi genetik merupakan keberhasilan adaptasi yang dihubungkan dengan sifat
keturunan (gen) dari ternak baik karena seleksi secara alami maupun seleksi terencana
oleh manusia.
Adapasi fisiologi adalah keberhasilan ternak menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang menyangkut proses pengaturan fisiologi di dalam tubuhnya.
Aklimatisasi (” aclimatitation”)
Aklimatisasi merupakan hasil penyesuaian diri dalam waktu lama terhadap
perubahan iklim yang komplek sehingga daya adaptasi ternak tersebut menjadi lebih
tinggi .
Aklimasi ( ”aclimation”)
Aklimasi adalah merupakan hasil penyesuaian diri terhadap rangsangan satu
unsur iklim, yang biasanya dilakukan pada kandang fisiologis ((” climatic chamber”).
Habituasi (” habituation”)
Dapat dibedakan menjadi dua yaitu habituasi umum dan habituasi khusus.
Habituasi umum merupakan hilangnya daya tanggap (respon) seluruh bagian tubuh
secara perlahan-lahan, sebagai akibat rangsangan yang diberikan berulang-ulang.
Habituasi khusus adalah menurunnya secara perlahan-lahan daya tanggap dari salah
satu bagian tubuh karena diberikan rangsangan yang khas pada bagian tersebut secara
berulang-ulang.

1.2.2 Penyesuaian Diri


Hewan yang hidup pada suatu tempatt (tempat yang baru) akan berusaha
menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Keadaan lingkungan yang didukung
oleh beberapa faktor seperti suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, lama
penyinaran, kecepatan angin, tinggi tempat dari permukaan laut( ”altitude”), letak
lintang tempat di permukaan bumi (”latitude). Unsur-unsur iklim dan faktor
pengendali unsur-unsur iklim tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan
panas pada tubuh ternak. Radiasi matahari mengenai bagian kulit dari badan ternak.
Pada bagian kulit (jaringan perifer) terdapat sensor panas. Panas lingkungan sebagai
hasil interaksi semua unsur-unsur iklim yang diterima sensor panas pada kulit,
dilanjutkan ke hipotalamus melalui sistem saraf pusat. Hipotalamus sebagai pusat
pengaturan keseimbangan di dalam tubuh memberikan respon terhadap perubahan
kondisi lingkungan sesuai dengan beban panas yang diterima.
Pada ternak, perubahan beban panas yang diterima akan menyebabkan
ternak berusaha menyesuaikan diri yang dapat dibedakan menjadi dua respon yaitu
respon cepat dan respon lambat. Respon cepat dapat berupa : (1) perubahan tingkah
laku, (2)perubahan denyut nadi, (3) perubahan pernafasan. Respon lambat termasuk
diantaranya : (1) perubahan sekresi kelenjar endokrin, (2) perubahan ensim,
(3) perubahan metabolisme. Semua perubahan tersebut, baik respon cepat maupun
respon lambat merupakan mekanisme penyesuaian diri terhadap lingkungan untuk
mempertahankan diri sehingga terjadi keseimbangan di dalam tubuh ternak yang
meliputi kesimbangan energi, unsur kimia tubuh (elektrolit tubuh) dan keseimbangan
peredaran darah. Sebagai contoh proses penyesuaiaan diri ternak terhadap
perubahan kondisi lingkungan misalnya ternak mendapat beban panas lingkungan
yang meningkat.
Peningkatan panas lingkungan tersebut pertama kali diterima oleh sensor
panas yang ada pada kulit. Rangsangan tersebut kemudian akan disampaikan ke
hipotalamus melalui susunan saraf pusat. Sabagai akibat dari adanya rangsangan
peningkatan panas lingkungan tersebut, hipotalamus mengatur proses mekanisme
yang terjadi di dalam tubuh. Respon cepat akan diaplikasikan oleh ternak
dalam hal mengatur tingkah laku ternak tersebut. Sebagai contoh ternak sapi
yang mengalami beban panas meningkat akan di respon dengan jalan berteduh
(berlindung di bawah pohon). Pada ternak babi, beban panas berlebihan akan di
respon dengan cara merendam badannya dalam tempat kubangan. Cekaman panas
pada broiler pada masa prestater (”brooding”) ditandai dengan tingkah laku anak
ayam yang menyebar menjauhi sumber panas.
Pada kebanyakan ternak yang mulai merasakan beban panas yang
meningkat, secara cepat akan mempercepat pernafasannya. Hal seperti ini dapat
dilihat dengan jelas pada anjing dan ayam yang pernafasannya kelihatan terengah-
engah (”panting”). Ternak melakukan hal tersebut dengan tujuan melepaskan
kelebihan beban panas yang ada dalam tubuh ternak. Peningkatan denyut nadi juga
merupakan respon cepat, sebagai akibat mendapat beban panas lingkungan yang
meningkat.
Peningkatan denyut nadi bertujuan untuk meningkatkan peredaran darah di
dalam tubuh , termasuk peredaran darah di permukaan kulit (jaringan perifer). Melalui
peredaran darah ini, beban panas yang tertahan di dalam tubuh ternak secara cepat
dapat dikeluarkan dari tubuh ke lingkungan sekitar dengan cara konduksi dan
konveksi. Setelah sampai dipermukaan tubuh, panas tubuh akan dilepaskan ke
lingkungan dengan cara pancaran (radiasi) atau dengan cara konveksi melalui gerakan
udara yang menyentuh permukaan kulit ternak. Kondisi cekaman panas
(”hipertermia”) yang berlangsung lama menyebabkan terjadi perubahan sekresi
hormon dari kelenjar endokrin yang mengakibatkan konsentrasi hormon dalam darah
akan berubah. Cekaman juga akan menyebabkan perubahan pada sistem
pembentukan ensim. Kesemua ini akan berpengaruh terhadap proses metabolisme
maupun katabolisme. Perubahan yang terjadi pada respon cepat dan lambat ini
bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh ternak. Keberhasilan
ternak untuk menyeimbangan energi kimia dan peredaran darah di dalam tubuhnya
dapat dikatakan ternak tersebut telah berhasil menyesuaikan diri terhadap perubahan
kondisi lingkungan.
BAB III
PENUTUP

Penyesuaian diri (adaptasi) terhadap lingkungan merupakan proses yang


sangat penting pada ternak. Keberhasilan penyesuaian diri ini menentukan
perkembangan hidup ternak selanjutnya.Ternak berusaha menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan baik cekaman panas ataupun cekaman dingin adalah
agar suhu tubuh tetap normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh tetap berjalan normal.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan anatara panas yang diproduksi
dengan panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Ternak mendapatkan beban panas tubuh dari hasil samping proses
metabolisme zat-zat makanan (”heat increament”) dan dari radiasi matahari.
Pelepasan panas dari tubuh ternak dilakukan dengan cara konduksi, konveksi, radiasi
dan evaporasi. Perubahan kondisi lingkungan yang mengarah cekaman dingin
(hipotermia) maupun cekaman panas (hipertermia) diterima melalui sensor yang
ada pada kulit yang selanjutnya disampaikan ke hipotalamus. Hipotalamus bagian
anterior berfungsi untuk memerintahakan organ tubuh yang berfungsi untuk
mengatasi cekaman panas dengan mengatur proses pelepasan panas dari dalam tubuh
ternak .
Cekaman panas akan direspon oleh ternak dengan cara menurunkan
konsumsi ransum dan meningkatkan konsumsi air. Pelepasan panas tubuh dapat
pula dipercepat dengan cara menurunkan insulasi tubuh. Hipotalamus bagian posterior
berperan dalam mengatasi cekaman dingin pada ternak. Cekaman dingin akan
diterima oleh sensor dingin pada kulit yang selanjutnya disampaika ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian memerintahkan organ tubuh untuk meningkatkan produksi
panas dan meningkatkan insulasi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B. 1977. Solar Energy. Fundamental in Building Design. Mc. Graw-Hill


London.
Champbell, G.S. 1977. An Introduction to Environmental Biophisics, Springer
Verlag, New York
Esmay, M.L. 1978. Principles of Animal Environment. Avi Publishing Company
INC. Wesport, Connecticut.
KLeiber, M. 1971. The Fire of Live an Introduction to Animal Energitics. John
Wiley and Sons, Inc. New York.
Mount, L.E. 1979. Adaptation to Thermal Environment, Man and His Productive
Animal. Edward Arnold Publishing, London.

Anda mungkin juga menyukai