Abstrak: Kinerja guru merupakan hal penting dalam keefektifan organisasi yang
dipengaruhi diantaranya motivasi dan disiplin kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru
secara parsial dan simultan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif
dan pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling,
seluruh guru anggota MGMP Produktif Keperawatan DIY sebanyak 33 orang
dijadikan subjek penelitian. Instrumen penelitian menggunakan angket.
Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas,
heterokedastisitas, dan uji multikolinieritas. Teknik analisis data dalam penelitian
menggunakan regresi linier berganda dan diteruskan pengujian hipotesis secara
parsial dan simultan dengan uji t dan uji F. Hasil penelitian menggunakan uji t
(parsial) membuktikan bahwa motivasi kerja dan disiplin kerja masing-masing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil analisis uji F
diperoleh nilai Fhitung sebesar 15,846 > 3,32 dengan probabilitas sebesar 0,001 <
0,05 berarti motivasi dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru. Hasil R Square didapatkan koefisien determinasi
(R2 ) sebesar 0,514 atau 51,4% yang berarti variabilitas variabel independen sebesar
51,4% sedangkan sisanya (48,6%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ikut
terobservasi. Hal ini menjelaskan bahwa apabila motivasi kerja yang tinggi
didukung dengan disiplin kerja yang baik, maka dapat meningkatkan kinerja guru.
Kata kunci: motivasi kerja, disiplin kerja, kinerja guru
variability of the independent variable is 51.4% while the rest (48.6%) is explained
by other variables that are not observed. This explains that if high work motivation
is supported by good work discipline, it can improve teacher performance.
Keywords: work motivation, work discipline, teacher performance
Pendahuluan
Pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Adapun jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal,
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah kejuruan sebagai salah satu sub sistem dan sistem
pendidikan nasional mempunyai peran strategis dalam menyiapkan tenaga kerja.
Orientasi pendidikan kejuruan adalah memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan
kepada peserta didik untuk dapat diterapkan pada dunia kerja. Perhatian kepada
pendidikan kejuruan saat ini menjadi sangat penting seiring tuntutan kualitas sumber
daya manusia (SDM) (Darmi, 2015: 33).
Guru merupakan salah satu elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di
sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, biaya, dan
sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru
dengan peserta didik tidak berkualitas. Bahkan, telah berkembang kesadaran publik
bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Begitu
pentingnya peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sampai-
sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau
peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru (Madjid,
2016: 1).
Dalam konteks perubahan saat ini, kinerja inovatif menjadi suatu tuntutan yang
makin mendesak untuk dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya
sebagai pendidik sehingga dapat melahirkan lulusan yang kreatif dan inovatif yang
dapat bersaing di era global saat ini. Dengan demikian, upaya untuk terus
mengembangkan kinerja guru menjadi hal yang penting dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan, dan hal ini memerlukan manajemen kinerja yang tepat
(Suharsaputra, 2013: 179 dalam Lubis, 2019: 2).
Salah satu wadah untuk mengembangkan kinerja guru yaitu forum komunikasi
seperti KKG, MKKS, dan MGMP sangat cocok untuk mengembangkan kinerja guru.
KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), MKKS
yang menyangkut tugas-tugas guru yang sejalan dengan rumusan kinerja guru seperi
pada Permendiknas No. 16 Tahun 2007 adalah: 1) Kompetensi pedagogik, meliputi
kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan melaksanakan
pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, mengembangkan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki; 2) Kompetensi profesional,
meliputi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta penguasaan
struktur dan metodologi keilmuan; 3) Kompetensi sosial, yaitu mampu berkomunikasi
dan bergaul secara efektif baik dengan peserta didik maupun dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan, serta orang tua murid/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar; 4) Kompetensi kepribadian, yaitu memiliki kepribadian mantap dan stabil,
dewasa, arif dan memiliki akhlak mulia yang dapat menjadi teladan bagi peserta didik.
Pencapaian kinerja seorang guru secara optimal tidak akan terwujud begitu saja,
selain adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia yang terarah dan
terkoordinasi dengan baik, serta harus didukung juga oleh faktor-faktor yang lain.
Faktor tersebut antara lain pengawasan, kondisi lingkungan kerja fisik maupun nonfisik,
kepemimpinan, kepuasan kerja, kompensasi, teknologi, disiplin kerja, motivasi,
pendidikan pelatihan dan sebagainya (Lubis, 2019: 3).
Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja seorang guru adalah motivasi.
Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dalam diri guru yang perlu dipenuhi agar
guru tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi
kerja adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya, serta mendapatkan kepuasan dari hasil kerja yang dicapainya. Dengan kata
lain motivasi kerja didefinisikan sebagai kesediaan untuk melakukan upaya yang tinggi
untuk mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan dengan kemampuan upaya-upaya
itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu (Madjid, 2016: 112).
Motivasi berhubungan dengan kekuatan dan dorongan yang ada dalam diri
manusia. Meski motivasi tidak terlihat dari luar dan yang terlihat hanyalah tingkah laku
manusia saja tapi hal ini dapat menjadi pendorong seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu karena tingkah laku tersebut dilandasi berbagai macam motivasi. Jadi motivasi
merupakan suatu kekuatan dalam diri seseorang maupun faktor dari organisasi yang
mendorong atau menggerakkan untuk mencapai tujuan tertentu (Ajabar & Marina,
2019: 81). Frederich Herberg menyatakan pada manusia berlaku faktor motivasi dan
faktor pemeliharaan dilingkungan pekerjaanya. Ada enam faktor motivasi yaitu (1)
prestasi; (2) pengakuan; (3) kemajuan kenaikan pangkat; (4) pekerjaan itu sendiri; (5)
kemungkinan untuk tumbuh (jenjang karir); (6) tanggung jawab (Lubis, 2019: 35).
Selain motivasi kerja, faktor lain yang harus diperhatikan untuk meningkatkan
kinerja seorang guru, yaitu dengan memperhatikan disiplin kerja guru. Disiplin kerja
merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru. Menurut
Lubis (2019: 25), disiplin kerja merupakan suatu alat yang digunakan para pimpinan
untuk berkomunikasi dengan guru agar mereka bersedia untuk meningkatkan kesadaran
dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan instansi dan norma-norma sosial
yang berlaku. Pada dasarnya banyak indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan guru dalam suatu organisasi. Adapun menurut Supomo dan Nurhayati
(2018) dalam Lubis (2019: 30-31), beberapa hal yang menjadi indikator kedisiplinan
yaitu sebagai berikut: 1) Tanggung jawab. Setiap guru bertanggung jawab atas tugas
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2018: 35-36) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan angket
atau kuisioner, dan dokumentasi, dan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif
data, analisis uji-t, analisis uji-F, dan koefisien determinasi yang bersifat statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan pada
bulan Juli – Agustus 2021.
Adapun penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Menurut Sugiyono
(2018: 58) penelitian korelasional adalah penelitian yang akan melihat pengaruh atau
hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain. Variabel
penelitian kuantitatif yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari motivasi kerja (X1 )
terhadap kinerja guru (Y), disiplin kerja (X2 ) terhadap kinerja guru (Y), motivasi kerja
(X1 ) dan disiplin kerja (X2 ) terhadap kinerja guru (Y), kemudian seluruh data yang
diperoleh akan diproses dan diolah dengan analisa kuantitatif. Perhitungan
menggunakan aplikasi olah data SPSS versi 28.0.
Menurut Sugiyono (2018: 148-149), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru anggota MGMP
Produktif Keperawatan DIY sejumlah 33 orang. Adapun pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling, seluruh populasi yang ada
digunakan sebagai sampel penelitian, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah
33 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah intsrumen
berupa kuesioner/angket motivasi kerja, disiplin kerja, dan kinerja guru. Kisi-kisi
instrumen motivasi kerja dikembangkan meliputi prestasi kerja, pengakuan kinerja,
kenaikan pangkat, pekerjaan, dan jenjang karir. Untuk kisi-kisi instrumen disiplin kerja
Berdasarkan tabel 1 hasil uji validitas data menunjukkan bahwa terdapat beberapa
indikator yang memiliki nilai r hitung lebih besar dibanding r tabel (0,361), namun juga
terdapat beberapa indikator yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dibanding r tabel,
hal ini menunjukkan bahwa terdapat variabel motivasi kerja, disiplin kerja, dan kinerja
guru yang dinyatakan tidak valid sebagai alat ukur untuk penelitian ini. Berdasarkan
hasil uji validitas butir instrumen, dari 20 butir instrumen variabel motivasi kerja 5
diantaranya dinyatakan tidak valid, dari 20 butir instrumen variabel disiplin kerja 6
diantaranya dinyatakan tidak valid, dan dari 34 butir instrumen variabel kinerja guru 4
diantaranya dinyatakan tidak valid.
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsistensi jika pengukuran tersebut
diulang (Sugiyono, 2018; 203-217). Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban dari seseorang terhadap pertanyaannya adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Untuk menguji instrumen dalam penelitian ini menggunakan cara
uji statistik Cronbach Alpha (α) yang hasilnya dapat dikatakan reliabel jika nilai dari α >
0,361, sehingga instrumen tersebut konsisten dan stabil tidak ada perubahan dari waktu
ke waktu. Dari hasil uji statistik yang telah diuji dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil uji reliabilitas instrumen variabel
No. Varibel Cronbach Aplha (α) rtabel Ket
1 Motivasi kerja (X1 ) 0,800 0,361 Reliabel
2 Disiplin kerja (X2 ) 0,802 0,361 Reliabel
3 Kinerja Guru (Y) 0,964 0,361 Reliabel
Berdasarkan hasil uji statistik pada SPSS pada tabel 2 bahwa Cronbach Aplha (α)
dari variabel motivasi kerja, disiplin kerja dan kinerja guru > 0,361 sehingga ketiga
variabel tersebut dinyatakan reliabel atau konsisten sebagai alat ukur variabel.
dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga variabel bebas tersebut tidak terjadi
multikolinieritas sehingga data dapat digunakan sebagai alat penelitian.
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
heterokedastisitas dengan uji catterplot. Dalam penelitian ini digunakan analisis graik
Scatterplot, dimana hasil grafik bisa dibaca dengan ketentuan berikut: a) Titik data
penyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0; b) Titik-titik tidak mengumpul
hanya diatas atau dibawah saja; c) Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali; d) Penyebaran titik-
titik data tidak berpola. Hasil uji heterokedastisitas berdasarkan uji Scatterpolt dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
menunjukkan bahwa jika variabel Disiplin Kerja (X2 ) naik satu satuan, maka akan
mengakibatkan peningkatan Kinerja Guru sebesar 0,857, diasumsikan untuk variabel
Motivasi Kerja konstan atau bernilai sama dengan nol.
Uji signifikan parameter individual (uji t parsial) untuk menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen (motivasi kerja dan disiplin kerja) secara
individual dalam menerangkan variabel dependen (kinerja guru). Uji t parsial dapat
dilakukan berdasarkan nilai signifikansi dan nilai thitung dan ttabel. Dasar pengambilan
keputusan pada uji t parsial dapat dilihat dari kolom signifikansi hasil output SPSS.
Apabila nilai sig. < α (0,05), maka variabel independen (X) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y). Apabila nilai thitung > ttabel (2,035) maka
variabel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
Tabel 6. Hasil uji regresi X1 terhadap Y
Model Unstandardized Coefficients thitung Sig.
B Std. Error
Constant 44,964 16,614 2,706 0,011
Motivasi Kerja (X1 ) 1,259 0,272 4,630 0,001
thitung (4,967) > ttabel (2,035). Hal ini menjelaskan bahwa faktor disiplin kerja (X2 )
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru MGMP Produktif Keperawatan
DIY. Hasil ini sejalan dengan penelitian Farhah et al., (2020: 2166) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan disiplin kerja terhadap kinerja guru.
Adapun hubungan pengaruh disiplin kerja (X2 ) terhadap kinerja guru (Y) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Hasil uji pengaruh X2 terhadap Y
R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
0,666 a 0,443 0,425 9,157
Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan hasil sig. 0,001 < α (0,05) dapat
dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak dan dapat digunakan untuk
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja secara simultan
terhadap kinerja guru MGMP Produktif Keperawatan DIY. Hal ini sejalan dengan
penelitian Effendi & Yogie (2019: 121) yang menyatakan bahwa hasil analisis uji F
diperoleh nilai Fhitung sebesar 40,07 > 3,47 dengan probabilitas sebesar 0,00 < 0,05
berarti motivasi dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru di SMAN 8 Bekasi.
Penghitungan koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil koefisien
determinasi penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil uji koefisien determinan
R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
0,717 a 0,514 0,481 8,699
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat hasil perhitungan SPSS ditunjukkan
pada kolom R Square yaitu sebesar 0,514 atau 51,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
51,4% variabel kinerja guru dijelaskan oleh variabel motivasi kerja dan disiplin kerja
sisanya yaitu sebesar 48,6% kinerja guru dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
tidak disebut dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh penelitian Effendi & Yogie
(2019: 121) yang menyatakan bahwa hasil R Square didapatkan sebesar 0.51 atau 51%
yang berarti variabilitas variabel independen sebesar 51% sedangkan sisanya (49%)
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak ikut terobservasi.
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, analisis data dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja
terhadap kinerja seorang guru yang bermakna bahwa semakin besar motivasi kerja
seorang guru maka semakin baik pula kinerjanya, sebaliknya semakin rendah motivasi
kerja seorang guru maka kinerja guru tersebut juga akan semakin buruk; 2) Disiplin
kerja seorang guru berpengaruh berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru
MGMP Produktif Keperawatan DIY, dimana hal ini bermakna semakin tinggi disipln
kerja seorang guru maka kinerja guru juga akan semakin baik, namun sebaliknya
semakin rendah disiplin kerja seorang guru maka kinerja guru tersebut akan semakin
rendah pula; 3) Ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara lingkungan kerja,
disiplin kerja,dan motivasi kerja terhadap kinerja guru MGMP Produktif Keperawatan
DIY, dimana hal ini berarti semakin baik lingkungan kerja, semakin tinggi disiplin kerja
dan semakin besar motivasi kerja seorang guru secara bersama-sama maka kinerja guru
tersebut akan semakin baik pula, namun sebaliknya semakin buruk lingkungan kerja,
semakin rendah disiplin kerja dan semakin kecil motivasi kerja seorang guru secara
bersama-sama maka kinerja guru tersebut juga akan semakin buruk.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa saran yang
dapat diberikan: 1) Guru MGMP Produktif Keperawatan DIY untuk dapat
meningkatkan motivasi kerja dan sikap disiplin yang dimiliki, terutama yang berasal
dari diri sendiri; 2) Guru memberikan inovasi sesuai perkembangan teknologi dalam
sistem pembelajaran; 3) Guru dapat mengatur waktu agar dapat mengumpulkan
perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; 4) MGMP
Produktif Keperawatan DIY memfasilitasi pembinaan kinerja guru seperti
melaksanakan seminar atau workshop terkait kurikulum atau metode pembelajaran; 5)
MGMP memberikan masukan dan saran kepada sekolah tempat guru anggota MGMP
bekerja terkait kegiatan pembinaan kinerja guru untuk dapat ditindaklanjuti oleh kepala
sekolah.
Daftar Pustaka
Ajabar, & Marina, R. (2019). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Guru SMA Negeri 1 Prabumulih. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi & Akuntansi), 3(2), 80–91. https://doi.org/10.31955/mea.vol3.iss2.pp80
Darmi. (2015). Kompetensi Guru Produktif Sikap Kewirausahaan Siswa Pada. Jurnal
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 3(1), 33–45.
Effendi, M., & Yogie, F. (2019). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Karyawan. Journal of Management and Bussines (JOMB), 1(1), 88–98.
https://doi.org/10.31539/jomb.v1i1.654
Farhah, A., Ahiri, J., & Ilham, M. (2020). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Online Program Studi Pendidikan Ekonomi,
4(3), 2166–2172. https://doi.org/10.36709/jopspe.v5i1.13326
Islahuddin. (2018). Peningkatan Kinerja Guru Melalui Musyawarah Guru Mata