Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distress respirasi atau gangguan napas merupakan suatu masalah yang
sering dijumpai pada neonates atau bayi baru lahir (BBL), hal tersebeut ditandai
dengan takipneu, napas cuping hidung, retraksi dinding dada, sianosis dan apnea.
Gangguan napas yang sering pada neonatus adalah Transient Tachypnea of
Newborn (TTN), Respiratory Distress Sindrome (RDS) atau penyakit membran
hialin (PMH) dan dysplasia bronkopulmonar.1

Gangguan napas dapat mengakibatkan gagal napas akut, yang


mengakibatkan ketidak mampuan untuk memelihara pertukaran gas untuk
kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia dan atau hiperkarbia.
Mekanisme terjadinya hal dua ini mungkin berbeda, dimana hipoksemia sering
terjadi akibat ganguan ventilasi perfusi, pirau intrapulmonal, gangguan difusi atau
hipoventilasi. Gangguan nafas hiperkapnik karena penyebab multifaktor, tapi
sering disebabkan depresi pernapasan sentral atau pemompoaan oto pernafasan
kurang adekuat.1 TTN sendiri paling sering terjadi pada bayi aterm setelah
persalinan sesar.2 Insidensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 1% bayi
memiliki beberapa bentuk gangguan pernapasan yang tidak terkait dengan infeksi,
dari 1% ini, sekitar 33-50% memiliki TTN pada bayi baru lahir.3 Secara global,
insiden TTN pada bayi aterm sekitar 4% - 5,7% dan 10% pada bayi prematur.4

1.2 Batasan Masalah

Penulisan laporan kasus ini membahas defenisi, patofisiologi, diagnosis dan


tatalaksana serta laporan kasus tentang TTN pada neonatus.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan


tambahan informasi mengenai defenisi, patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana
serta laporan kasus tentang TTN pada neonatus.

1
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan laporan kasus ini menggunakan metode tinjauan pustaka


merujuk pada berbagai literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN) adalah kondisi ringan yang
dapat hilang sendiri, dapat muncul pada bayi dari segala usia kehamilan, tak lama
setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena keterlambatan pembersihan cairan
paru-paru janin setelah lahir yang menyebabkan pertukaran gas yang tidak efektif,
gangguan pernapasan, dan takipnea.5

2.2 Patofisiologi

Penyakit pernapasan akut tidak infeksius berkembang pada sekitar 1% dari


semua bayi baru lahir dan menyebabkan masuk ke unit perawatan kritis. TTN pada
bayi baru lahir adalah akibat dari sebuah keterlambatan dalam pembersihan cairan
paru janin. Dahulu, masalah pernapasan dianggap masalah kekurangan surfaktan
relatif tetapi sekarang dicirikan oleh beban udara-cairan sekunder terhadap
ketidakmampuan untuk menyerap cairan paru janin. 3

Percobaan in vivo telah menunjukkan bahwa epitel paru-paru mengeluarkan


Cl- dan cairan selama kehamilan tetapi mengembangkan kemampuan untuk
menyerap kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir, paru-
paru matur menyebabkan pengaktifan sekresi dari Cl- (cairan) menjadi penyerapan
aktif Na + (cairan) dalam respon terhadap beredarnya katekolamin, baru-baru ini,
bukti menunjukkan glukokortikoid berperan dalam pengaktifan ini. Perubahan
dalam tegangan oksigen menambah kapasitas traspor epitel terhadap Na+ dan
meningkatkan ekspresi gen untuk epitel Na+ channel (ENaC). Ketidakmampuan
paru-paru janin imatur untuk beralih dari sekresi cairan hasil penyerapan cairan,
sebagian besar, dari immaturitas dalam ekspresi ENaC, yang dapat diatur oleh
glukokortikoid. Glukokortikoid mempengaruhi reabsorpsi Na+ paru-paru
kemungkinan besar melalui saluran EnaC pada akhir usia kehamilan janin.3

Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan postnatal
memiliki surfaktan dan sistem epitel yang matur. TTN pada bayi baru lahir terjadi
pada bayi baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan kurang berkembangnya

3
epitel pernapasan transportasi Na +, sedangkan Sindrom Gawat Nafas neonatus
terjadi pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na + transportasi immatur.3

Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang
berlebihan sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan
kurangnya lonjakan katekolamin yang tepat, yang menyebabkan pelepasan yang
rendah dari counter-regulatory hormones pada saat persalinan. Hal ini membuat
cairan tertahan di alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas.3

2.3 Faktor Resiko5

 Lahir Seksio cesarean.


 Makrosomia.
 Partus lama.
 Maternal asma dan merokok. .
 Birth asphyxia.
 Ibu dengan diabetes.

2.4 Diagnosis

TTN adalah diagnosis eksklusi, sehingga penyebab lain dari gangguan


pernapasan neonatal yang muncul segera setelah lahir harus dikeluarkan, seperti
yang diperlihatkan oleh gambar 1.5 TTN ditandai dengan onset awal takipnea,
kadang-kadang dengan retraksi, atau mendengus ekspirasi dan, kadang-kadang,
sianosis yang berkurang dengan suplementasi oksigen minimal (<40%).2 Penialaian
takipnea atau gawat nafas, dapat dilakukan dengan menilai menggunakan Downes
score.1

Gambar 1. Downes Score.1


4
Dada umumnya terdengar tanpa ronkhi atau mengi, dan foto thoraks
menunjukkan tanda-tanda pembuluh darah paru yang menonjol, cairan di tulang
intralobar, overaeration, diafragma yang rata, dan, jarang, reaksi pleura kecil.
Hiperkapnia dan asidosis jarang terjadi. Sebagian besar bayi pulih dengan cepat,
biasanya dalam 3 hari 2 Jika gejala bertahan lebih dari 72 jam setelah lahir, diagnosis
alternatif untuk TTN harus diperiksa. TTN tidak dapat dikonfirmasi sampai gejala
sembuh sepenuhnya. Temuan radiografi pada TTN dapat mencakup cairan pada
fisura interlobar, alveolar bilateral dan edema interstitial, pola vaskular paru yang
menonjol dengan tanda perihilar yang meningkat, dan hiperinflasi paru.5

Gambar 1. Pertimbangan diagnosis distress nafas pada neonatus5

Berdasarkan pada kondisi klinis bayi baru lahir dan faktor risiko menular,
tes laboratorium mungkin perlu dilakukan. Tes darah yang perlu dipertimbangkan
termasuk jumlah sel darah lengkap, protein C-reaktif (CRP), gas darah arteri
(AGD), laktat, dan kultur darah. Selain itu, terapi antibiotik empiris untuk sepsis
neonatal dini (misalnya, ampisilin dan gentamisin) harus dipertimbangkan, karena
TTN mungkin sulit dibedakan secara klinis dari sepsis neonatal atau pneumonia.5

Untuk hipoksia, saturasi sebelum dan sesudah akan membantu


mengevaluasi sianosis diferensial. Jika diferensial sianosis ditemukan, maka
ekokardiogram harus diperoleh untuk menyingkirkan penyakit jantung bawaan atau
hipertensi paru persisten pada bayi baru lahir. Ekokardiografi juga harus dilakukan
untuk menyingkirkan penyakit jantung bawaan pada neonatus dengan dugaan TTN

5
yang memiliki takipnea selama lebih dari 4 hingga 5 hari. Pendekatan yang masuk
akal dalam perawatan neonatus dengan gangguan pernapasan adalah “rules of two
hours.” Dua jam setelah timbulnya gangguan pernapasan neonatal, jika kondisi bayi
belum membaik atau memburuk, jika bayi membutuhkan FiO2 lebih besar dari 0,4,
atau temuan radiografi dada tidak normal, praktisi harus mempertimbangkan untuk
memindahkan bayi ke pusat yang dapat memberikan tingkat perawatan neonatal
yang lebih tinggi.5

Gambar 2. Ronsen TTN pada neonatus5

2.5 Diagnosa Banding


1. Pneumonia/sepsis. Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan
didapat pada riwayat kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti
korioamnionitis, ketuban pecah dini, dan demam. Differensial count
menunjukkan tanda neutropenia atau leukositosis dengan jumlah abnormal
dari sel immature. Tes antigen urin dapat positif bila neonates mengalami
group B streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda infeksi seperti di atas,
dianjurkan untuk memberikan antibiotic berspektrum luas. Pemberian
antibiotic dapat dihentikan jika didapatkan hasil kultur yang negative dalam
3 hari.

6
2. HMD. Biasanya terjadi pada neonates yang premature atau dengan alasan
lain akan tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui
dengan jelas pola retikulogranular dengan gambaran atelektasis paru.

3. Aspirasi Mekonium. Biasanya dapat diketahui dari riwayat kehamilan dan


persalinan berupa cairan ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan
ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan
(sianosis), pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi
denyut jantung janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah
, bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal.

2.6 Tatalaksana

1. Oksigenasi

Neonatus dengan TTN mungkin memerlukan bantuan pernapasan


noninvasif (mis. Kanula nasal, CPAP hidung) dan mungkin membutuhkan oksigen
tambahan untuk mempertahankan tingkat saturasi oksigen normal. Jika bayi baru
lahir membutuhkan FiO2 lebih besar dari 0,40 atau intubasi endotrakeal, ada
kemungkinan peningkatan penyebab lain distress pernapasan. Gambaran klinis
harus dievaluasi ulang, kehadiran sianosis diferensial dinilai, dan pengujian
tambahan dipertimbangkan.5

2. Nutrisi

Kondisi pernapasan bayi adalah faktor penentu untuk menerima nutrisi


enteral atau IV. Seringkali status klinis dan tingkat takipnea membuatnya tidak
aman bagi bayi untuk menerima makanan oral dan sebagai gantinya bayi dapat
menerima nutrisi melalui pemberian makan gavage, larutan IV, atau kombinasi
keduanya. Ketika larutan IV (mis. Cairan elektrolit yang mengandung dekstrosa,
nutrisi parenteral atau total) diberikan, elektrolit harus dipantau secara ketat.5

Takipnea dengan lebih dari 80 napas per menit yang disertai dengan
peningkatan kerja pernapasan sering membuatnya tidak aman bagi bayi untuk
menerima makanan oral. Bayi tersebut harus disimpan nihil per oral (NPO), dan
cairan intravena (IV) harus dimulai pada 60 hingga 80 ml per kg per hari. Jika
gangguan pernapasan membaik, diagnosis pasti dan laju pernapasan kurang dari 80

7
napas per menit, feed enteral dapat dimulai. Feed enteral harus selalu dimulai
perlahan dengan peningkatan progresif dalam volume feed sampai takipnea telah
sepenuhnya teratasi.6

3. Obat – obatan
Karena TTN mungkin sulit dibedakan dari sepsis neonatal dini dan
pneumonia, terapi antibiotik empiris dengan ampisilin dan gentamisin harus selalu
dipertimbangkan. Percobaan kontrol acak yang mempelajari kemanjuran
furosemide atau rasemik epinefrin di TTN menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam durasi takipnea atau lama tinggal di rumah sakit dibandingkan
dengan kontrol Salbutamol (inhalasi beta2-agonis) telah terbukti mengurangi durasi
gejala dan tinggal di rumah sakit. Namun, lebih banyak penelitian berbasis bukti
diperlukan untuk mengkonfirmasi kemanjuran dan keamanannya.6

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim MS. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A,
Dewi R, Satosa G, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama.
Jakarta: IDAI. 2008. 126-46
2. Ambalavanan N, Carlo WA. Transient Tachypnea of the Newborn. In: Kliegman RM,
Stanton BF, Geme Joseph W, Schor NF, Behrman RE, penyunting. Nelson Textbook
of Pediatrics . 20th Edition. Philadelphia: Elsevier. 2016. 858-59.

3. Subramanian KN S. Transient Tachypnea of Newborn. 2014. Tersedia di :


https://emedicine.medscape.com/article/976914-overview#showall. Diakses Juni
2019.
4. Liu J, Wang Y, Fu W, Yang CS, Huang JJ. Diagnosis of Neonatal Transient Tachypnea
and Its Differentiation From Respiratory Distress Syndrome Using Lung Ultrasound.
Ghuangzou: Beijing Military General Hospital. Lippincott Williams & Wilkins.
2014:93;1-5.
5. Hagen E, Chu A, Lew Chery. Transient Tachypnea of Newborn. Los Angeles: Kek
School of Medicine of the University of Southern California. American Academy of
Pediatrics. 2019:18;e141-48.
6. Jha K, Makker K. Transient Tachypnea of the Newborn. Tersedia di :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537354/. Diakses Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai