Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan anak kejang dan dampaknya terhadap kebutuhan dasar manusia

Disusun Oleh :
ADITYA SETIAWAN
PUTRI FUZIYANTI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BANTEN
Peahuluan
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38°C) yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial (Sukarmin,
2009). Kejang demam di masyarakat lebih dikenal dengan istilah step.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan
mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5
tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum
terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan perawatan yang cepat dan tepat. Sebagai
seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif melalui 4
upaya kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif
dapat diberian dengan cara mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terken
infeksi, dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan menyiapkan kondisi
lingkungan yang sehat.
Upaya preventif, perawat mencegah untuk terjadinya demam berlanjut menjadi kejang dengan
menginformasikan kepada ibu memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan
penyakit kejang demam. Upaya kuratif, dilakukan dengan 2 metode yaitu tindakan mandiri dan
tindakan kolaboratif. Tindakan mandiri dengan melakukan kompres, mencegah resiko cedera,
resiko aspirasi, menganjurkan keluarga untuk menyediakan obat antikonvulsan. Serta tindakan
kolaboratif dengan memberikan obat antipiretik dan antikonvulsan. Serta upaya rehabilitatif
perawat berperan memulihkan kondisi anak dengan menghilangkan gejala sisa kejang dan
menganjurkan orang tua agar tetap kontrol kembali anak ke rumah sakit secara teratur dan saat di
rumah jika mengetahui suhu tubuh anak meningkat segera beri obat penurun panas dan
mengompresnya.
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.
Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk
menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang Kebutuhan Dasar Manusia yang lebih
dikenal dengan Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Wolf, Lu Verne, dkk, 1984). Hierarki
tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
a. Kebutuhan Fisiologis
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki
d. Kebutuhan Harga Diri
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
2. Etiologi
Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan oleh hipertemia yang muncul
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umunya berlangsung singkat dan
mungkin terdapat predisposisi familial. Beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa
anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.
Beberapa faktor risiko berulang kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam
dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam berulang.
3. Patofisiologi
Infeksi pada bronkus, tonsil, telinga

Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen

Kenaikan suhu tubuh di hipotalamus dan jaringan lin (hipertermi)

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prostaglandin, epineprin

Peningkatan potensial membran

Peningkatan masukan ion natrium, ion kalium kedalam sel neuron dengan cepat

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat

penurunan respon rangsangan luar spasme otot mulut,lidah,bronkus


↓ ↓
Resiko cedera Resiko penyempitan/penutupan jalan nafas

(Sukarmin, 2012)

4. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung <15 menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan atau retardasi
mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang demam
dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012) adalah sebagai
berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat
kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012) dibagi menjadi 2,
yaitu :
a. Penatalaksanaan di Rumah Sakit
Penatalaksanaan di Rumah Sakit dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian:
a) 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun.
b) 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg
c) 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk
menghindari depresi pernafasanan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikan.
Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak
dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang
ventilator bila perlu.
Setelah kejang berhenti
Bila Kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan
intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat
yang diberikan berupa :
1) Antipiretik
a) Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau
tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hiperdosis.
b) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali.
2) Antikonvulsan
a) Berikan diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang.
b) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis valproat 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosi, sedangkan fenbobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah :
1) Kejang lama 15 menit.
2) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
misalnya hemiparise, cerebral palsy, hidrocefalus.
3) Kejang fokal.
4) Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi.
b. Penatalaksanaan di Rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua atau pengasuh
anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang mengalami kejang
demam. Tindakan awal itu antara lain :
1) Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman
seperti dilantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahayas eperti gelas,
pisau.
2) Posisi anak hiperekstensi pakaian dilonggarkan. Masukan sendok yang dibalut
dengan kain bersih kedalam mulut untuk mencegah lidah anak tertekuk atau tergigit.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu dibuka supaya terjadi
pertugaran oksigen lingkungan.
4) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh dirumah
menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat
serangan kejang anak dapat segera diberikan. Dosis peranus 5 mg untuk BB kurang dari 10 kg,
kalau BB lebih dari 10 mg maka dapat diberikan 10 mg. Untuk dosis rat-rata pemberian peranus
adalah 0,4-0,6 mg/KgBB.
5) Kalau beberapa kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam
maka segera bawa anak kerumah sakit.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kejang demam :
a. Retardasi Mental
b. Kerusakan jaringan otak
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada
(Hidayat, 2004).
a. Identifikasi pasien dan keluarga
1) Pasien : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
diagnosa keperawatan.
2) Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan
3) Sibling Rivallry : Urutan anak dalam keluarga, umur, adanya penyakit yang
sama sebelumnya.
b. Riwayat kejang
c. Kaji perilaku kejang
d. Kaji sifat kejang : kejang bersifat lokal (kejang parsial) atau kejang yang bersifat
umum (miotonik, tonik-klonik, atonik)
e. Kaji lamanya kejang
f. Kaji gerakan saat kejang
1) Kejang parsial : mengecap-ngecapkan bibirnya, gerakan mengunyah, dan
adanya gerakan tangan.
2) Kejang mioklonik : kehilangan kesadaraan hanya sesaat.
3) Kejang tonik-klonik : adanya gerakan klonik ekstermitas atas dan bawah.
4) Kejanga atonik : kepala menunduk dan dapat jatuh ketanah yang terjadi secara
singkat tanpa peringatan.
g. Kaji status neurologi : perubahan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, perubahan
tingkah laku.
h. Riwayat psikososial : faktor pencetus dan status.
i. Pemeriksaan diagnostik :
1) Melakukan fungsi lumbal, Foto Rongent.
2) Elektron Efaiogram (EEG).
3) CT Scan, MRI sesuai indikasi.
4) Darah lengkap, Gula Darah, Elektrolit serum, kalsium, magnesium.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah diperoleh
pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen dalam pernyataan
diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign
and symptom) (Asmadi,2008).

Menurut NANDA (2015) dan Sukarmin (2012), diagnosa yang muncul pada kejang demam yaitu :
a. Resiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh
lidah, spasme otot bronkus
b. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran umum),
kejang.
c. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan
reflek menelan.
d. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.
e. Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
3. Rencana Keperawatan
Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan
dinyatakan dengan jelas. Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan
besarnya, menunjukan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama
dengan memberi perawatan lainnya).
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh dari infeksi
ekstrakaranial. .
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, Dito. (2012). Penyakit yang Banyak ditemukan di Masyarakat. Yogyakarta: CV ANDI
Harjaningrum, Agnes. (2011).Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas. Jakarta: Mizan
Hidayat, Aziz, A., Uliyah,Musrifatul.2.(2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba Medika
Mubarao, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia &Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Nurafif.A.H, Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. MediAction : Yogyakarta
Pudiastuti, R. (2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : Indeks
Sujono, Riyadi, Sukarmin.(2009).Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta : Graha Ilmu
Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Sagung Seto : Jakarta
Wulandari.A, Anurogo. D. (2012). 45 Penyakit Yang Banyak Ditemukan Di Masyarakat.
Yogyakarta: ANDI
Wong,D.L., Hockenberry.E,M. Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L., & Schwartz, Patricia.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EG
Afifah, Niswah.(2015). Keperawatan Anak Dengan Kejang Demam.
https://www.academia.edu/16380588/ASUHAN_KEPERAWATAN_ANAK_DENGAN_KEJANG_D
EMAM. Diakses pada tanggal 13 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai