DISUSUN OLEH:
YULIA
21.04.044
CI LAHAN CI INSTITUSI
(…………………………) (………………………..)
PENDAHULUAN
A. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997). Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus (Price &
Wilson, 1995).
B. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya
tonsilitis ostitis media akut, bronchitis. Nilai ambang untuk kejang demam ini
berbeda untuk tiap anak dan insiden kejang demam pada suhu di bawah 39 oC
sebesar 6,3 % sedangkan pada suhu diatas 39˚C sebesar 19% sehingga bisa
dikatakan bahwa semakin tinggi suhu semakin besar kemungkinan untuk
kejang. Akan tetapi secara fisiologis belum diketahui dengan pasti pengaruh
suhu dan faktor yang berperan dalam kejang demam pada saat infeksi.
D. Klasifikasi
Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas dua golongan
yaitu:
1. Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6
tahun.
d. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.
e. Kejang tidak bersifat fokal
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
2. Kejang demam kompleks
Bila kejang tidak memenuhi kriteria di atas maka digolongkan sebagai
kejang demam kompleks.
E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali
ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit / keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
F. Pathway
Etiologi
10-15%
hypertermia
Thermoregulasi
tdk efektif
HB hipertensi evaporesis takikardi Gangg. saraf otonom
G. Komplikasi
1. Kejang berulang
2. Retardasi mental
3. Palsi cerebralis
4. Epilepsi
5. Hemiparese
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis: riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu dan obat yang dipakai
selama kehamilan, problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi
persalinan).
2. Pemeriksaan fisik: bentuk kejang, iritabel, hipotoni, gangguan pola nafas,
perdarahan kulit, sianosis, ikterus, ubun-ubun besar cembung.
3. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa gas
darah, punksi lumbal, kultur darah, bilirubin, pemeriksaan urine.
4. Pemeriksaan radiologi: USG dan CT Scan kepala
5. Pemeriksaan EEG
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kejang dibagi menjadi 3 hal, yaitu:
1. Pengobatan Fase Akut
a. Memberantas kejang
Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg
10 mg untuk BB > 10 kg
atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
tunggu 5 menit, berikan oksigen.
Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit
* oksigenasi adekuat 1 lt/menit
*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL)
Masih kejang
Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15
mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.
J. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali.
Adakah dispersi bentuk kepala.
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-
ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum.
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang
jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
c. Muka/wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah, sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik
ke sisi sehat.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus.
Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil
dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat
jalan napas.
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus.
Adakah cynosis.
Bagaimana keadaan lidah.
Adakah stomatitis.
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.
Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.
Adakah pembesaran vena jugulans
j. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale.
Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya.
Adakah bunyi tambahan.
Adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen.
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus.
Adakah tanda meteorismus.
Adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya.
Apakah terdapat oedema, hemangioma.
Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema atau paralise terutama setelah terjadi
kejang.
Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi.
K. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada kejang demam menurut SDKI (2017),
yaitu:
1. Termogulasi tidak efektif b.d proses infeksi
2. Hipertermia b.d proses infeksi
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4. pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan kejang
L. Rencana keperawataan
1. Termogulasi tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
termogulasi membaik, dengan, kriteria hasil:
1. kejang menurun
2. suhu tubuh membaik
Regulasi teperatur (I.14578)
Observasi :
2. Hipertermia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
hipertermia menurun, dengan, kriteria hasil:
1. kejang menurun
2. konsumsi oksigen membaik
3. suhu tubuh membaik
4. suhu kulit membaik
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi :
Observasi :
1. Identivikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
2. Monitor hasil laboratorium yang diperlukan
3. Periksa kesesuaian laboratorium dengan penampilan klinis pasien
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan dokter jika hasil laboratorium memerlukan
intervensi media
4. pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan kejang
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola
napas membaik dengan Kriteria hasil :
1. tekanan inpirasi meningkat
2. frekuensi napas membaik
kedalaman napas membaik
Manajemen jalan napas (l.01011)
Observasi :
1. monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Terapeutik :
1. posisikan semi fowler atau fowler
2. berikan minum air hangat
3. berikan osigen
Edukasi :
1. anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
DAFTAR PUSTAKA
Sumijati. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. Surabaya: PERKANI.