GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL
PENDAHULUAN
penurunan bahkan kerusakan. Teori wear and tear dan teori radikal bebas
seperti mesin yang akan usang setelah dipakai terus-menerus selama bertahun-
plak atau yang disebut aterosklerosis (Miller, 2012). Plak pada satu atau lebih
aliran darah sehingga sirkulasi serebral menurun (Smeltzer dan Bare, 2005).
kesadaran, disfungsi usus dan kandung kemih, hal ini bergantung pada bagian
1
adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan
sistem saraf pusat, perubahan konsep diri, defek anatomi seperti celah palatum
Selain itu, tumor otak, kondisi emosi, perbedaan budaya, efek samping obat,
secara verbal, seperti afasia, di dunia mencapai 38% dari lansia yang
2
lebih berpeluang terkena penyakit cerebrovaskular. Serangan yang terjadi pada
verbal. Salah satu lansia yang mengalami gangguan ini adalah lansia yang
pada akhir tahun 2013 dan di awal tahun 2015 Lansia mulai mengalami
Kasus Apraxia yang terjadi pada lansia merupakan kelainan bicara yang
untuk menggerakkan lidah dan biir secara benar (Touhy dan Jett, 2010).
3
Mahasiswa keperawatan akan memberikan asuhan keperawatan kepada
Lansia selama tiga minggu berpraktik di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha
dalam asuhan keperawatan kepada Lansia yaitu terapi wicara yang meliputi
konsonan seperti ba, bi, bu, be, bo, latihan pengucapan kata-kata seperti
2005).
menyanyikan lagu-lagu kesukaan lansia. Salah satu target terapi wicara yang
ingin mahasiswa capai adalah lansia percaya diri dalam menyanyikan lagu
4
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
understanding, dan responding yang merupakan suatu siklus yang selalu berulang.
Dalam model ini, dijelaskan bahwa komunikasi dimulai dengan munculnya ide
Ide ini selanjutnya diproses/ diolah di otak dan keluar dalam bentuk
gelombang suara atau tulisan atau dalam bentuk kode-kode tertentu (encoding).
dalam bentuk gelombang suara, tulisan, atau kode-kode tersebut diproses dan
umpan balik untuk komunikator. Respons yang diberikan oleh komunikan akan
menstimulasi munculnya ide baru dan seterusnya ide atau informasi akan diproses
5
Hambatan komunikasi verbal merupakan penurunan, keterlambatan, atau
perubahan konsep diri, defek anatomi seperti celah palatum perubahan pada
sistem neuromuskular, sistem pendengaran, atau pita suara. Selain itu, tumor otak,
kondisi emosi, perbedaan budaya, efek samping obat, dan kondisi lingkungan juga
meliputi tidak adanya kontak mata ketika berinteraksi, kesulitan dalam mengolah
penglihatan, bicara pelo, bicara gagap, dan kesulitan dalam mempertahankan pola
Penelitian Ninds (2006) menyebutkan satu dari empat residen post stroke
menurut Touhy dan Jett (2010) gangguan komunikasi post stroke meliputi
6
Gangguan artikulasi merupakan ketidakmampuan individu menghasilkan
dan katakata sehingga kalimat kurang dapat dipahami. Gangguan ini dapat
susunan otak pusat atau perifer, sedangkan gangguan artikulasi fungsional belum
diketahui penyebabnya.
secara benar (Touhy dan Jett, 2010). Apraxia juga dapat diartikan sebagai
7
walaupun susunan otot-otot utuh. Apraxia juga dapat mempengaruhi proses
a. Perubahan fisik
1. Sel Perubahan sel pada lanjut usia meliputi : Terjadinya penurunan
jumlah sel, terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan
dalam tubuh dan berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya
proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah
sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak
menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persyarafan Perubahan persyarafan meliputi : Berat otak yang
menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya dalam
setiap harinya), cepat menurunnya hubungan persyarapan, lambat
dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress,
mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan, serta
kurang sensitive terhadap sentuan.
3. Sistem Pendengaran Perubahan pada sistem pendengaran meliputi :
Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu
8
gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap
bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kta, 50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya
otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya
perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
4. Sistem Penglihatan Perubahan pada sistem penglihatan meliputi :
Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau
hijau. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran
pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap
akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih
buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap
seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area
yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat
dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera.
Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan
membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas,
semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia
sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
5. Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi
: Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk
memompa darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke
duduk dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi
pembuluh darah perifer
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh Perubahan pada sistem
pengaturan tempertur tubuh meliputi : Pada pengaturan sistem tubuh,
hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan
suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui antara lain
9
temperature suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik kurang
lebih 35oC, ini akan mengakibatkan metabolisme yang menurun.
Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi Perubahan sistem respirasi meliputi : Otot pernapasan
mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru
kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada
arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan
kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan
pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.
8. Sistem Pencernaan Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi :
Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi
setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas
saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar,
rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan
tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9. Sistem Perkemihan Perubahan pada sistem perkemihan antara lain
ginjal yang merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urine, darah masuk keginjal disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus),
kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya,
kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air
seni meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang
menyebabkan retensi urine pada pria.
10. Sistem Endokrin Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
meliputi: Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal
metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun, Produksi aldosteron
menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen,
dan testoteron menurun.
11. Sistem Integumen Perubahan pada sistem integumen, meliputi : Kulit
mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, Permukaan
kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi, Timbul bercak pigmentasi,
Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, Berkurangnya
10
elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, Kuku jari
menjadi keras dan rapuh, Jumlah dan fungsi kelenjar keringat
berkurang.
12. Sistem musculoskeletal Perubahan pada sistem musculoskeletal
meliputi : Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh,
kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya
berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot,
serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram,
dan manjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan
proses menua. Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan
kelambanan dalam gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama.
Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung
gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia
susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh. Sedangkan
perubahan yang terjadi pada sistem neurologis lansia menurut
Darmojo, (2004) yaitu adanya perubahan dari sistem persarafan dapat
dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan
pertambahan usia. Perubahan pada lansia dapat diasumsikan terjadi
respon yang lambat yang dapat mengganggu dalam beraktivitas akan
menurun disebabkan antara lain oleh motivasi, kesehatan, dan
pengaruh dari lingkungan. Pada lansia yang mengalami kemunduran
dalam kemampuan mempertahankan posisi mereka dan menghindari
kemungkinan jatuh. Terdapat kemampuan untuk mempertahankan
posisi dipeng aruhi oleh tiga fungsi yaitu: Keseimbangan (Balance),
Postur tubuh, Kemampuan berpindah. Adapun gangguan yang sering
muncul pada lansia diantaranya dizziness, sinkop, hipotermi dan
hipertermi, gangguan tidur, delirium, dan demensia, salah satu bentuk
dari demensia pada lansia adalah alzheimers disease yang
penyebabnya belum di ketahui. Sedangkan menurut Kushariyadi
(2010), perubahan yang terjadi pada sistem neurologis lansia adalah
perubahan pada lansia dari cara bicara dan berkomunikasi, perubahan
pada pola tidur lansia, perubahan status mental, perubahan status
memori, perubahan kepribadian dan kehilangan keseimbangan
(gangguan cara berjalan).
11
1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia
lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat
berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia
lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi
pelayanan kesehatan lainnya.
b. Mengenal kasus gangguan jiwa
c. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan
bugar.
d. Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung
gizi seimbang.
e. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
g. Teknik-teknik berkomunikasi.
h. Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti
merokok, alkohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
i. Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.
2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan
oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan:
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.
12
b. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan
di puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan
petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa
sehat dan bugar.
e. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna.
f. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai
dengan kondisi kesehatannya masing-masing.
g. Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
h. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
i. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan
tetap produktif.
j. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat,
dan orang secara optimal.
3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat
berupa kegiatan:
a. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau
petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan
pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
b. Pengobatan jalan di puskesmas.
c. Perawatan dietetic.
d. Perawatan kesehatan jiwa.
13
e. Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
f. Perawatan kesehatan mata.
g. Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
h. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan
yang diperlukan.
4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mempertahankan atau
mengembalikan fungsi organ yang telah menurun seoptimal
mungkin:
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan
lain-lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental penderita.
c. Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas
di dalam maupun diluar rumah.
d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e. Perawatan fisioterapi.
14
b. Jenis kegiatan:
1. Psikodrama = mengekpresikan perasaannya, tema dpt dipilh sesuai dgn
masalah klien.
2. TAK = terdiri dari 7-10 org. meingkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, merubah perilaku.
3. Terapi musik = untuk menghibu para lansia.
4. Terapi berkebun = untuk melatih kesabarn, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang
5. Terapi okupasi = memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat / menghasilakn karya dr bahan yg telah
disediakan
6. Terapi kognitif = agar daya ingat tidak menurun, spt cerdas cermat,
TTS, dll.
7. Live Review therapy = menigkatkan gairah hdp & harga diri
menceritakan pengalaman hidupnya
8. Rekreasi
9. Terapi keagamaan
15
2.6 Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
sebagai berikut :
a. Riwayat Kesehatan
berinteraksi dengan orang baru karna setiap dia berbicara tidak ada yang
jelas dan dirinya malu untuk berinterkasi dengan orang lain, ketika di
adanya cedera pada otaknya sehingga harus di oprasi dan pada tahun
2015 dirinya merasa sudah tidak bisa berbicara dengan jelas dan minta
16
2. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ketingkat kesehatan
yang diinginkan sesuai hasil yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter
& Perry, 1997).
a. NOC : Koping Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, klien secara konsisten diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi pola koping efektif
2. Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
3. Melaporkan penurunan stress
4. Memverbalkan kontrol perasaan
5. Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan
6. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
7. Menggunakan dukungan sosial yang tersedia 18
8. Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis
b. NIC : Coping enhancement
1. Dorong klien melakukan aktivitas sosial dan komunitas
2. Dorong klien untuk mengembangkan hubungan
3. Dorong klien untuk berhubungan dengan seseorang yang memiliki
tujuan dan ketertarikan yang sama
4. Dukung klien menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai
5. Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
verbal. Salah satu lansia yang mengalami gangguan ini adalah lansia yang
pada akhir tahun 2013 dan di awal tahun 2015 Lansia mulai mengalami
dipahami oleh orang lain. Sehingga lanisa tersebut jarang berinteraksi dengan
orang lain.
dislalia, disartia)
18
3.3. Intervensi Keperawatan
19
yang berlibahan dan
menurunkan distress emosi
1.8 Kolaborasi bersama keluarga
dan ahli/terapis Bahasa
patologis untuk
mengembankan rencana agar
bisa berkomunikasi secara
efektif
2. Harga Diri Harga Diri (1205) : Peningkatan Harga Diri (5400)
Rendah Skala 1 (Tidak pernah 2.1 Monitor pernyataan pasien
positif), 2 (Jarang mengenai harga diri
positif), 3 (Kadang- 2.2 Monitor frekuensi verbalisasi
kadang positif), 4 negative terhadap diri
(Sering positif), 5 2.3 Bantu pasien untuk
(Konsisten positif) mengidentifikasi respon positif
1. Verbalisasi dari orang lain
Penerimaan Diri 2.4 Bantu pasien untuk mengatasi
(5) bullying atau ejekan
2. Penerimaan 2.5 Sampaikan/ungkapkan
terhadap kepercayaan diri pasien dalam
keterbatasan mengatasi situasi
diri(5) 2.6 Eksplorasi pencapaian
3. Komunikasi keberhasilan sebelumnya
terbuka (5) 2.7 Fasilitasi lingkungan dana
4. Tingkat ktivitas-aktivitas yang akan
kepercayaan diri meningkatkan hargadiri
(5) 2.8 Buat pernyataan positif
mengenai pasien
20
3.4. Implementasi Keperawatan
N DIAGNOSA IMPLEMENTASI
O
1. Hambatan Komunikasi Peningkatan Komunikasi: Kurang Bicara (4976)
Verbal b.d Gangguan 1.1 Memonitor Proses Kognitif, anatomis, dan
Fisiologis fisiologi terkait dengan kemampuan bicara
1.2 Menginstruksikan pasien atau keluarga untuk
menggunakan proses kognitif, anatomis dan
fisiologi yang terlibat dalam kemampuan
bicara
1.3 Memonitor pasien terkait dengan perasaan
frustasi, kemarahan, depresi, atau respon-
respon lain disebabkan karena adaanya
gangguan komunikasi berbicara.
1.4 Mengenali emosi dan perilaku fisik sebagai
bentuk komunikasi mereka
1.5 Menyediakan metode alternative untuk
berkomunikasi dengan berbicara
1.6 Menyesuaikan gaya komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan klien
1.7 Memodifikasi lingkungan untuk bisa
menimalkan kebisingan yang berlibahan dan
menurunkan distress emosi
1.8 Mengolaborasikan bersama keluarga dan
ahli/terapis Bahasa patologis untuk
mengembangkan rencana agar bisa
berkomunikasi secara efektif
2. Harga Diri Rendah Peningkatan Harga Diri (5400)
21
Situsional b. d Gangguan 2.1 Memonitor pernyataan pasien mengenai
Citra Tubuh harga diri
2.2 Memonitor frekuensi verbalisasi negative
terhadap diri
2.3 Membantu pasien untuk mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
2.4 Membantu pasien untuk mengatasi bullying
atau ejekan
2.5 Menyampaikan/ungkapkan kepercayaan diri
pasien dalam mengatasi situasi
2.6 Mengeksplorasi pencapaian keberhasilan
sebelumnya
2.7 Memfasilitasi lingkungan dan aktivitas-
aktivitas yang akan meningkatkan harga diri
2.8 Membuat pernyataan positif mengenai
pasien
3.5. Evaluasi
harga diri rendah berkurang sehingga pasien dapat percaya diri dan
22
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
23
perawat terkadang perlu melakukan demonstrasi pengucapan kata atau kalimat
secara berulang-ulang. Selain itu intensitas pertemuan juga cukup sering, yaitu
lima hingga enam kali per pekan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Carol. (2012). Nursing for wellnes in older adults. 6th ed. Ohlo: Lippincott
Williams &Wilkins
Nadeau, S., Rothi, L. J. G., & Crosson, B. (2000). Aphasia and language: Theory
to practice. New York: Guilford Press.
Smeltzer, Suzanne., & Bare, Brenda. (2005). Brunner & suddarth’s texsbook of
medical surgical nursing. Lippincott-Reven Publishers : Philadelphia
Touhy dan Jett. (2010). Ebersole & Hess’gerontological nursing & healthy aging.
Missouri: Mosby
Wilkinson, JM., dan Ahern, NR. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan:
diagnosis nanda, intervensi nic, kriteria hasil noc. Ed 9. Jakarta: EGC
25