KOMUNIKASI EFEKTIF
GANGGUAN PENDENGARAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,
dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah
Komunikasi Keperawatan dengan judul “Gangguan Pendengaran “.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Dewi Kurnia Putri, M.Kep yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dan motivasi sampai selesainya makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ancaman gangguan pendengaran ini tidak hanya dialami oleh orang tua dan anak-
anak saja, tetapi remaja pun memiliki peluang untuk terkena gangguan pendengaran. Sekitar
1,1 miliar dewasa muda di seluruh dunia diperkirakan memiliki risiko penurunan
pendengaran akibat kebiasaan yang tidak sehat bagi pendengarannya (WHO, 2015). Analisis
lain yang dilakukan oleh Canada Community Health Survey and the Participation and
Activity Limitations Surveys menunjukkan prevalensi gangguan pendengaran pada usia 12-
15 tahun sebesar 5% (Feder et.al, 2015). Sebuah analisis data yang dilakukan oleh The
National Health
1
pada sel rambut maupun jalur sarafnya atau yang disebut juga dengan tuli saraf (Ganong,
2012). Penyebab terjadinya gangguan transmisi suara baik pada telinga luar, telinga tengah
maupun telinga dalam bervariasi. Tuli hantaran dapat disebabkan karena adanya sumbatan
pada kanalis auditorius eksterna oleh benda asing atau serumen, kerusakan tulang
pendengaran, adanya penebalan membran timpani akibat terjadinya infeksi telinga tengah
yang berulang, dan kekakuan abnormal karena adanya perlekatan tulang stapes ke fenestra
ovalis (Ganong, 2012). Kerusakan sel rambut luar dapat diakibatkan oleh penggunaan obat
yang bersifat toksik bagi telinga seperti antibiotika golongan aminoglikosida dan pajanan
suara bising yang terus menerus sehingga menyebabkan gangguan pendengaran (Ganong,
2012). Gangguan pendengaran akan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup seseorang
sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (Tjan et.al, 2013).
1.3 TUJUAN
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius dan
banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya
kemampuan untuk mendengar bunyi dalam cakupan frekuensi yang normal untuk didengar
(Beatrice, 2013). Gangguan pendengaran dapat mengenai salah satu atau kedua telinga
sehingga penderitanya mengalami kesulitan dalam mendengar percakapan (WHO, 2015).
Sebanyak 1,3 miliar orang di dunia diperkirakan menderita gangguan pendengaran (Basner
et.al, 2014).
Menurut Masner et.al, sekitar 4,1% orang di dunia diperkirakan mengalami gangguan
pendengaran dengan tingkat sedang hingga berat pada tahun 2002 (Rahadian, 2011).
Penderita gangguan pendengaran di Rusia juga meningkat dan mencapai angka 13 juta
penduduk (Ignatova et.al, 2015). Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS)
menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan prevalensi gangguan pendengaran
tertinggi keempat di Asia Tenggara, yaitu 4,6% di bawah Sri Lanka (8,8%), Myanmar
(8,4%), dan India (6,3%) (Tjan et.al, 2013).
3
BAB III
PEMBAHASAN
3. Harapan
4. Pendidikan
5. Situasi
B. Unsur-unsur Komunikasi
1. Komunikator.
4
2. Komunikan
3. Media
4. Pesan.
5. Tanggapan.
1. Fungsi informasi.
Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar
komunikan dapat memahaminya.
2. Fungsi ekspresi.
Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia
pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
5
3. Fungsi kontrol.
4. Fungsi sosial.
5. Fungsi ekonomi.
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi . Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah:
4. Cultural Differences
6
Selain itu, Mufti Salim (1984: 8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak
yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan
dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
1. Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian
luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke
bagian dalam telinga.
2. Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada
bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya
pengiriman pesan bunyi ke otak. (Ketunarunguan Andi tampaknya termasuk ke dalam
kategori ini.
3. Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses
auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang
didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri.
Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki
pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering
mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
7
1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih
dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak
menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya
dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami
percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi
percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan
alat bantu dengar.
4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang
hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar
percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada
komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar
tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (superpower).
Adapun jika ditinjau berdasarkan tempat terjadinya maka tunarungu dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah sehingga
menghambat bunyi/suara yang hendak masuk ke telinga. Ganggun tersebut disebut juga
tuli konduktif. Kedua, kerusakan pada telingan bagian dalam sehingga mengganggu
hubungan ke saraf otak. Hal itu disebut juga tuli sensoris.
Heri Purwanto (1998 : 58-59) menyatakan karakteristik anak tunarungu wicara pada
umumnya memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan
dengan perkembangan bicara anak-anak normal, bahkan anak tunarungu total (tuli)
cenderung tidak dapat berbicara (bisu).
Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak tunarungu mempunyai
hambatan dalam perkembangan bahasa (mendapatkan bahasa). Bahasa sebagai alat
komunikasi dengan orang lain.
8
Sedangkan, Anak tunarungu mempunyai permasalahan dalam wicaranya untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena wicara sebagai alat yang sangat penting dalam
komunikasi. Dalam berbicara pun harus menggunakan artikulasi yang jelas agar pesan mudah
diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus dilatih secara berulang-ulang sehingga
anak terampil mengucapkan kata-kata dengan arti kulasi yang tepat dan jelas.
1. Kemampuan verbal (verbal IQ), anak tunarungu lebih rendah dibanding pada anak dengan
pendengaran normal.
3. Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah dibanding anak mendengar,
terutama pada informasi yang bersifat berurutan.
4. Pada informasi serempak, anak tunarungu dan anak dengan pendengaran normal tidak
terdapat perbedaan yang berarti.
5.Hampir tidak terdapat perbedaan dalam hal daya ingat jangka panjang, sekalipun prestasi
akhir anak tunarungu biasanya lebih rendah.
Ada beberapa faktor penyebab tunarungu pada anak. Berikut beberapa diantaranya :
2. Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal), yaitu rheus (Rh) ibu da anak yang sejenis,
kelahiran secara premature, kelahiran menggunakan forcep (alat bantu tang), serta
proses bersalinyang terlalu lama.
9
b. Melakukan pemeriksaan darah.
b. Apabila ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah vaginanya,
maka kelahiran harus melalui operasi Caesar.
Bising merupakan bunyi yang tidak dike-hendaki atau tidak disenangi yang merupa-
kan aktivitas alam dan buatan manusia.1 Kemajuan peradaban telah menggeser per-
kembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin kendaraan bermotor, mesin-mesin
pabrik, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan terhadap kesehatan seperti pe-ningkatan tekanan darah, gangguan psiko-logis,
gangguan komunikasi, gangguan ke-seimbangan dan gangguan pendengaran. Gangguan
pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ke-tulian.
10
A. Sumber bising
Sumber bising bisa tunggal atau ganda. Umumnya kebisingan ditimbulkan oleh be-
berapa sumber (ganda) seperti lalu lintas, kawasan industri dan pemukiman. Beberapa
sumber bising ialah:
1. Lalu lintas. Terjadi di kota-kota besar dan didominasi oleh kendaraan seperti truk,
dump truck sampah, bis, sepeda motor, generator dan vibrasi kendaraan.
3. Pemukiman. Penyebab utama kegiatan rumah tangga, fan, hair dryer, mixer, gergaji
mesin, mesin pemotong rum-put, vacuum cleaner dan peralatan do-mestik lainnya.
B. Pembagian kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi, bi-
sing dibagi atas tiga kategori:
1. Audible noise (bising pendengaran). Bising ini disebabkan frekuensi bunyi antara
31,5-8000 Hz
3. Impulse noise (bising impuls). Bising yang terjadi akibat adanya bunyi me-nyentak
misalnya pukulan palu, leda-kan meriam, tembakan bedil, dll.
Efek bising terhadap pendengaran da-pat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
trauma akustik, perubahan ambang pende-ngaran akibat bising yang berlangsung se-
mentara, dan perubahan ambang pendengar-an akibat bising yang berlangsung perma-nen.
Pajanan bising intensitas tinggi secara berulang dapat menimbulkan kerusakan sel-sel
rambut organ Corti di telinga dalam. Kerusakan dapat terlokalisasi di beberapa tempat di
cochlea, yaitu :
11
1. Trauma akustik
Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff (pe-
nutup telinga) dapat menurunkan kebisingan antara 25-40 dB atau penggunaan ear plugs
(sumbat telinga) dapat menurunkan kebi-singan 18-25 dB bila bahannya terbuat dari karet.
Selain penutup dan penyumbat te-linga, dapat digunakan penutup kepala. Me-ngendalikan
suara bising dari sumbernya dapat dilakukan dengan memasang peredam suara dan
memempatkan suara bising (me-sin) dalam ruangan yang terpisah dari pe-kerja.
Perlu dilakukan tes pendengaran seca-ra periodik pada pekerja serta dilakukan
analisa bising dengan menilai intensitas bising, frekuensi bising, lama dan distribusi
pemaparan serta waktu total pemaparan bi-sing. Alat utama dalam pengukuran bising
adalah sound level meter.
12
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk
simbol atau lambang yang melibatkan dwperson atau lebih yang terdiri atas pengirim
(komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama
mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak. Berdasarkan definisi-definisi di atas
dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses
interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan memahami
persoalan-persoalan yang dialami oleh personil teriibat dalam komunikasi tersebut. Dengan
demikian dapatlah dipahami bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampaian pesan
belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak saja) melainkan lebih kepada jalinan
antar personal (pribadi) antar pihak- pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, agar
komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak
penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan
komunikasi.
Tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of
hearing) maupun seluruhnya (deal) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai
fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Easterbrooks (1997) mengemukakan bahwa
terdapat tiga jenis utama ketunarunguan menurut lokasi ganguannya yakni Conductive loss,
Sensorineural loss dan Central auditory processing disorder. Kehilangan pendengaran pada
anak tunarungu dapat diklasifikasikan dari 0dB-91 dB ke atas.
3.2 Saran
Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Apabila menggunakan bahasa tubuh, gunakanlah
bahsa tubuh yang sopan dan tidak membuat teman yang berkomunikasi dengan kita tidak
tersinggung dengan perkataan dan gerak tubuh kita.
Semoga melalui makalah ini dapat membantu para pembaca atau perawat serta tenaga
medis dalam menyampaikan komunikasi yang baik dan benar bagi pasien penderitaan
gangguan pendengaran.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://silabus.org/komunikasi-efektif/
http://scholar.unand.ac.id/23921/2/BAB%201.pdf
https://www.academia.edu/38068746/Makalah_TUNARUNGU_Gangguan_Pendengaran_Pe
ndidikan_Anak_Berkebutuhan_Khusus
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://pdfcoffee.com/makalah-
komunikasi-pada-gangguan-pendengaran-pdf-
free.html&ved=2ahUKEwiF6fSWgO7wAhUpieYKHU8jDcM4ChAWMAl6BAgFEAI&usg
=AOvVaw0PnjJQLLzLhD2xztupbYpy
14