Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit kawasaki bertujuan mencegah komplikasi kardiovaskuler dengan


mengurangi inflamasi arteri koroner, miokardium, dan mencegah trombosis, serta mengurangi
gejala simptomatik. Semua pasien diduga penyakit kawasaki harus dirawat inap dan ditangani
multidisiplin ilmu kedokteran. Terapi pilihan penyakit kawasaki fase akut adalah imunoglobulin
intravena (IVIG) dan aspirin. Sekitar 15% pasien penyakit kawasaki akut tidak berespons dengan
terapi awal IVIG dan memerlukan terapi lain yaitu IVIG dosis tambahan, kortikosteroid,
infliximab, siklosporin, dan metotreksat.

1. Imunoglobulin Intravena (IVIG)


Pemberian IVIG dosis tunggal 2 g/kgBB dikombinasi aspirin oral 30-50 mg/kgBB/hari
pada 10 hari pertama demam dapat mengurangi insidens kelainan arteri koroner dari 25%
menjadi 5% kasus. Pemberian IVIG dan aspirin pada >10 hari setelah awitan demam
dapat mengurangi gejala penyakit, namun tidak mengurangi insidens kelainan arteri
koroner. Untuk pasien resisten IVIG pada terapi awal dapat diberikan IVIG dosis
tambahan.
2. Aspirin
Di Amerika Serikat aspirin oral diberikan dalam dosis tinggi, yaitu 80-100
mg/kgBB/hari, sedangkan di Jepang diberikan dosis sedang, yaitu 30-50 mg/kgBB/hari.
Aspirin dosis sedang-tinggi diberikan sampai 2-3 hari bebas demam kemudian diturunkan
menjadi 3-5 mg/kgBB/hari. Aspirin dihentikan jika ekokardiografi pada pekan 2-3 dan 6-
8 serta kadar CRP dalam batas normal. Efek samping aspirin berupa perdarahan, asma,
penurunan fungsi hati dan ginjal, perdarahan gastrointestinal, urtikaria, ruam, dan hilang
selera makan.
3. Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada PK masih diperdebatkan. Metil prednisolon intravena
dosis denyut 30 mg/kgBB/hari selama 3 hari diberikan pada pasien resisten atau diduga
resisten terapi awal IVIG. Efek samping metil prednisolon yaitu sinus bradikardi,
hipertensi, hiperglikemi, dan hipotermi.
Pencegahan

Tidak dikenal cara pencegahan untuk penyakit kawasaki. Pencegahan dilakukan untuk
menghindari perburukan kerusakan koroner. Orangtua anak penderita penyakit Kawasaki dengan
kelainan koroner, ditekankan tentang perlunya tindak lanjut, yaitu minum obat secara teratur dan
pemantauan kondisi jantung. Pengamatan penderita paska penyakit Kawasaki, terutama dengan
riwayat aneurisma koroner berat, dilakukan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup.
Aneurisme koroner yang ringan pada umumnya akan mengalami resolusi dalam beberapa bulan.

Terapi

Terapi kawasaki disease dengan aspirin dan IVIG dalam 10 hari setelah awitan demam dapat
menurunkan risiko abnormalitas arteri koroner dari 20% menjadi <5%. Namun, 10–20% pasien
Kawasaki disease yang diobati akan mengalami demam dan gejala lain yang menetap (non-
responder), dan berisiko mengalami abnormalitas arteri koroner.

1. Aspirin

Aspirin memiliki efek anti-inflamasi pada dosis tinggi dan anti-platelet pada dosis rendah. Pada
fase akut, aspirin diberikan dengan dosis 80-100 mg/kg/hari dalam 4 dosis, dikombinasi dengan
IVIG. Durasi pemberian aspirin bervariasi. Sebagian institusi menurunkan dosis aspirin jika
pasien tidak demam selama 48-72 jam. Institusi lain melanjutkan aspirin dosis tinggi sampai hari
sakit ke-14 dan ≥48-72 jam setelah demam turun. Saat aspirin dosis tinggi dihentikan, aspirin
dosis rendah dimulai (3-5 mg/kg/hari) dan diberikan sampai pasien tidak menunjukkan tanda
perubahan arteri coroner pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah awitan penyakit. Jika pasien
ditemukan memiliki abnormalitas koroner, maka aspirin diteruskan sampai waktu yang tidak
ditentukan.

2. Imunoglobulin Intravena (IVIG)

Peran IVIG dalam KD tidak diragukan. Agen ini memiliki efek anti-inflamasi generalisata.
Pasien KD diterapi dengan IVIG 2 g/kg dalam infus tunggal bersamaan dengan aspirin. Jika
mungkin, IVIG paling baik diberikan dalam 7 hari pertama.
3. Kortikosteroid

Meskipun kortikosteroid berperan dalam vaksulitis lain, penggunaan pada KD masih meragukan.
Beberapa penelitian menggunakan steroid sebagai tambahan tidak menghasilkan perubahan
signifikan pada ukuran arteri koroner.1,7 Saat ini, pemberian steroid dibatasi untuk anak yang
masih mengalami demam dan inflamasi akut setelah pemberian ≥2 infus IVIG. Regimen yang
digunakan adalah metilprednisolon intravena 30 mg/kg selama 2-3 jam, diberikan satu kali sehari
selama 1-3 hari.

Dapus:

Yolanda, Natharia. (2015). Panduan Diagnosis dan Terapi Kawasaki Disease Vol.42 No. 9.
Jurnal departemen ilmu kesehatan anak rs atma jaya.

Indrarto, Wikan. (2015). Penyakit Kawasaki Vol. 01 No. 01. Jurnal berkala ilmiah kedokteran
duta wacana.

Mayasari R, dkk. (2019). Penyakit Kawasaki Vol. 46 No. 2. Jurnal departemen dermatologi dan
venereology.

Anda mungkin juga menyukai