Di susun oleh :
YULIA
2104044
CI LAHAN CI INSTITUSI
(…………………….) (………………………)
Fraktur collum (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada wanita
usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak
pada populasi kulit putih di Eropa dan Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh dan delapan
puluhan.
Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan. Fraktur collum
femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-rata, banyak diantaranya
mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang,
misalnya pada penderita osteomalasia, diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan
tadi juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan jatuh. Selain itu, orang lanjut usia
juga memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang buruk sehingga meningkatkan
resiko jatuh. (Siddiqui, Z. (2015).
Sendi panggul dan leher femur ini dibungkus oleh capsula yang di medial melekat
pada labrum acetabuli di lateral, ke depan melekat pada linea trochanterika femoris dan ke
belakang pada setengah permukaan posterior collum femur. Capsula ini terdiri dari
ligamentum iliofemoral, pubofemoral, dan ischiofemoral. Ligamentum iliofemoral adalah
sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk seperti huruf Y terbalik. Dasarnya disebelah
atas melekat ada spina iliaca anterior inferior, dibawah kedua lengan Y melekat pada
bagian atas dan bawah linea intertrochanterica. Ligamen ini berfungsi untuk mencegah
ekstensi berlebihan selama berdiri. Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar
ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis, dan apex melekat di bawah pada
bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamen ini berfungsi untuk membatasi gerak
ekstensi dan abduksi. Ligamentum ischiofemoral berbentuk spiral dan melekat pada corpus
ossis ischia dekat margo acetabuli dan di bagian bawah melekat pada trochanter mayor.
Ligamen ini membatasi gerak ekstensi. (E-Jurnal Medika, Vol 7, N.12 Desember, 2018)
Gambar 3. Anatomi ligamen pada femur.
C. DEFINISI
Fraktur merupakan suatu kondisi patahnya tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh cedera, baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat
mengakibatkan tulang kehilangan fungsinya sebagai penyokong tubuh (E-Jurnal Medika,
Vol 7, N.12 Desember, 2018)
Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan oleh trauma atau
keadaan patologis. Fraktur adalah terputus kontinuitas jaringan tulang dan atau rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Jurnal Kesehatan Andalas. 2017)
Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem rangka, khususnya pada
ekstremitas bawah yang memiliki fungsi sebagai mobilisasi agar tubuh manusia dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Fraktur leher femur merupakan fraktur yang
perlu mendapat perhatian khusus di mana leher femur adalah tulang persambungan antara
tulang panggul dan tulang paha.
Fraktur ekstremitas bawah memiliki prevalensi tinggi sebesar 46,2% dibandingkan
dengan fraktur lainnya
Fraktur leher femur pada umumnya disebabkan oleh karena terjatuh. Namun ada
beberapa faktor risiko yang ikut terlibat antara lain, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh
(IMT), etnik, riwayat cedera pasien, riwayat penggunaan obatobatan seperti
kortiokosteroid, dan riwayat diabetes serta osteoporosis.
Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur
tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa
fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang
femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung disertai
dengan adanya kerusakan jaringan lunak (Jurnal Kesehatan Andalas. 2017).
D. ETIOLOGI
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur batang femur antara lain (Muttaqin,
2011):
1) Fraktur femur terbuka
Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis
1. Nyeri
Terjadi karena adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atau kerusakan
jaringan sekitarnya.
2. Bengkak
Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan
ekstravasi daerah jaringan sekitarnya.
3. Memar
4. Spasme otot
5. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralisis
dapat terjadi karena kerusakan saraf.
6. Mobilisasi abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada kondisi normalnya tidak
terjadi pergerakan.
7. Krepitasi
8. Deformitas
Abnormal posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan
otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, dan menyebabkan tulang
kehilangan bentuk normalnya.
F. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana fraktur
tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab
fraktur femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu
kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan
trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur (Siddiqui, Z. 2015)..
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di
kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel
anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan
mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan
sindrom compartment.( Muttaqin, A. (2011)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel,
atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada
kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani
segera. Adapun beberapa komplikasi dari fraktur femur yaitu:
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna
maupun interna) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi
pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra karena tulang merupakan organ
yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar
sebagai akibat trauma, khususnya pada fraktur femur pelvis.
2. Emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau cidera remuk dapat
terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30 tahun. Pada saat terjadi
fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karna tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi
stres pasien akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak
dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk
emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru,
ginjal dan organ lain. Awitan dan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari
beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera, gambaran khasnya berupa hipoksia,
takipnea, takikardi dan pireksia.
3. Sindrom Kompertemen
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang yang
berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering dijumpai pada kaput
femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os. Talus (Suratum,
2008).
5. Atropi Otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel parenkim yang
menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat
otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot, aliran darah tidak
adekuat ke jaringan otot. (Jurnal Kesehatan Andalas, Volume, 2017).
I. PENATALAKSANAAN
1. Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada tidaknya
kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan
saraf. Intervensi tersebut meliputi:
a) Profilaksis antibiotik
2. Fraktur femur tertutup Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran
kolaboratif dalam melakukan asuhan keperawatan.
a. Fraktur diafisis femur, meliputi:
1. Terapi konservatif
3. Terapi Operasi
1. Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal femur
2. Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi tertutup
maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
3. Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected
pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
4. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.
1. Rekognisi: mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum; riwayat
kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan
kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
2. Reduksi: mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk mencegah
jarinagn lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.
Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
a) Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi, dengan tarikan
untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan)
b) Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi, dimana beratnya
traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk memantau reduksi
fraktur dan aproksimasi fragmen tulang
c) Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan, yaitu
fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan fiksasi
ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinue, pin dan tehnik gips
3. OREF
Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi
terbuka diikuti fiksasi eksternal (open reduction and external fixation=OREF) sehingga
diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah
memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa
penyembuhan fraktur. Penanganan pascaoperatif yaitu perawatan luka dan pemberian
antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik serial, darah lengkap,
serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan
utama penanganan fraktur bisa tercapai, yakni union (penyambungan tulang secara
sempurna), sembuh secara anatomis (penampakan fisik organ anggota
gerak; baik, proporsional), dan sembuh secara fungsional (tidak ada kekakuan dan
hambatan lain dalam melakukan gerakan).
4. ORIF
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang
yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar
tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra
Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur
tranvers
5. Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode
fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau
fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
6. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan
sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda
gangguan neurovaskuler.
Pathways
Trauma pada tulang (Kecelakaan) Tekanan yang berulang (Kompresi) Kelemahan tulang abnormal (osteoporosis)
FRAKTUR FEMUR
Resiko tinggi infeksi
Patah tulang tertutup Patah tulang terbuka
Pembedahan Ansietas
Trauma
Patah tulang merusak jaringan Kemampuan pergerakan Hambatan mobilitas fisik
jaringan post
otot sendi menurun pembedahan
Nyeri akut
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
b. Usia : usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik,
penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan, fraktur batang femur
pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah
c. Suku : Suku pasien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan : nyeri pada paha
b. Apa penyebabnya, waktu : kecelakaan atau trauma, berapa jam/menit yang lalu
e. Kehilangan fungsi
3. Laserasi
b) Palpasi
2. Krepitasi
3. Nadi, dingin
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
b. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic
c. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
B. Diagnosa keperawatan (NANDA NIC-NOC, 2015)
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder pada fraktur
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan
lunak
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur pengobatan atau pembedahan
2. Intra operasi
3. Post operasi
1. Pre Operasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
DAFTAR PUSTAKA