Anda di halaman 1dari 31

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA LENGAN KANAN DENGAN

LENGAN KIRI PADA PASIEN STROKE


DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

PROPOSAL SKRIPSI

Dosen Pembimbing : Nurhikmah, SST., MPH

Oleh :
Kelas B

1. Noor Maida (1714201210055)


2. Rara Wahdiana (1714201210060)
3. Reni Rosita (1714201210061)
4. Siti Norhasanah (1714201210066)
5. Syarifah Salmah (1714201210072)
6. Wijayanti Wuladari (1414201210074)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2018
PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA LENGAN KANAN DENGAN
LENGAN KIRI PADA PASIEN STROKE
DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan


Pada program studi S.1 Keperawatan

Oleh :
Kelas B

1. Noor Maida (1714201210055)


2. Rara Wahdiana (1714201210060)
3. Reni Rosita (1714201210061)
4. Siti Norhasanah (1714201210066)
5. Syarifah Salmah (1714201210072)
6. Wijayanti Wuladari (1414201210074)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamiin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan judul “Perbedaan
Tekanan Darah antara Lengan Kanan dengan Lengan kiri pada Pasien Stroke di
Ruang Perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin” semaksimal mungkin dengan
kemudahan dan kelancaran.

Penyusunan Proposal Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi S.1 Keperawatan. Dalam pembuatan proposal
ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak baik yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini
perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Nurhikmah, SST., MPH selaku dosen pengajar mata kuliah metris
keperawatan.
2. Semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penyusunan proposal


ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat
bermanfaat serta menjadi pedoman dalam melakukan penelitan lainnya. Aamiin
Yaa Robbal Alamiin.

Banjarmasin, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. . iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................


1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................


2.1 Tinjauan Teori...............................................................................
2.1.1 Konsep Tekanan Darah ........................................................
2.1.2 Konsep Stroke ......................................................................
2.2 Hipotesis .......................................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN.....................................................................


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................
3.2 Definisi Operasional .....................................................................
3.3 Instrumen Penelitian dan Uji Validitas .........................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
3.5 Teknik Pengolahan Data ...............................................................
3.6 Teknik Analisa Data .....................................................................
3.7 Etika Penelitian ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 30


BAB 1
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan serta perkembangan suatu negara telah memberikan dampak
yang sigifikan pada masyarakatnya, tidak terkecuali di indonesia. Dampak
tersebut nyatanya kini telah mengubah pola struktur masyarakat dari agraris
menjadi industri, dari gaya hidup desa ke gaya hidup masyarakat perkotaan.
Pola makan berubah dari yang alami menjadi cepat saji. Akibat dari
perubahan pola tersebut adalah terjadinya pergeseran penyakit dari
kecendrungan penyakit infeksi ke degeneratif yaitu kardiovaskuler dan stroke
(Widyanto dan triwibowo, 2013)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap tahun terdapat


15 juta orang di seluruh dunia mederita stroke. Menurut American Heart
Association (AHA), di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 3 juta penderita
stroke pertahun dengan 500.000 kasus baru (Minino et al., 2010; Jauch et al.,
2013; dalam Harkitasari, 2014)

Berdasarkan hasil Riskesdas Kemenkes (2013), prevalensi penyakit stroke di


indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus Stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan
terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi
stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan
dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di
perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibanding dengan daerah pedesaan.

Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di indonesia tahun 2013,


prevalensi kasus stroke di indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,0 per mil dan 12,1 per mil untuk yang di diagnosis memiliki gejala
stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di provinsi sulawesi utara
(10,8%) dan terendah di provinsi papua (2,3%). Untuk provinsi Kalimantan
Selatan sendiri, prevalensinya tercatat 9,2 % (Kemenkes, 2013)
Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Islam Banjarmasin dari 6,878
orang pasien rawat inap tercatat 364 pasien (5,29%) kasus stroke pada tahun
2014. Dari 364 jumlah pasien stroke tersebut terdapat 178 pasien (48,9%)
berjenis kelamin laki-laki da 186 pasien (51,1%) berjenis kelamin perempuan.
Namun untuk kasus stroke berdasarkan penyebabnya (stroke hemoragik dan
non hemoragik) tidak terdata. Data yang didapat dalam 2 bulan terakhir (Juli
dan Agustus 2015) tercatat jumlah pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin sebanyak 34 orang.

Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerosis yang terjadi


pada satu atau lebih arteri yang memberi makan ke otak. Plak biasanya
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk
membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan
hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi. Atau pada
sekitar seperempat penderita mengalami stroke, penyebabnya adalah tekanan
darah tinggi yang membuat salah satu pembuluh darah pecah, sehingga terjadi
perdarahan, yang mengkompresi jaringan otak setempat.

Panduan American Stroke Association merekomendasikan bahwa untuk


pasien dengan riwayat hipertensi, tekanan arteri rata-rata (MAP) harus tetap
dijaga dibawah 130 mmHg setelah 24 jam kejadian. Namun, hal ini tidak
tepat pada kasus TIK yang meningkat. Jika TIK diketahui atau dicurigai
meningkat, lebih penting untuk mencegah meluasnya iskemia dengan
menjaga tekanan perfusi serebral (tekanan arteri rata-rata dikuragi TIK)
setidaknya di atas 70 mmHg (Alway dan Cole, 2009)

Tekanan darah dikontrol oleh medula. Hipertensi biasanya menyertai cedera


neurologis karena aliran darah dan volume otak meningkat drastis,
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (ICP). ICP yang normal
adalah 0-10 mmHg atau 0-15 mmHg. Peningkatan hingga 20 mmHg dalam
waktu 5 menit atau lebih terdorong mengancam jiwa (Terry dan Weaver,
2013).
Menurut Price dan Wilson (2006) autoregulasi otak salah satunya berfungsi
mengubah ukura pembuluh-pembuluh resistensi untuk mempertahankan
tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologik 60 sampai 160 mmHg
tekanan arteri rata-rata (MAP). Pada penderita pada penderita hipertensi,
rentang autoregulasi ini meingkat mendadak menjadi 180 sampai 200 mmHg.
Tanpa pengendalian dari autoregulasi otak maka perubahan tekanan yang
mendadak dapat menimbulkan iskemia otak atau pada ekstrim yang lain
berupa kerusakan kapiler akibat tingginya tekanan. Pada tekanan-tekanan
yang ekstrim yang melebihi rentang fisiologik 60 sampai 160 mmHg,
mekanisme autoregulasi protektif ini dapat gagal sehingga aliran darah ke
otak secara pasif mengikuti tingkat tekanan di sirkulasi sistemik. Hal ini
mengakibatkan malapetaka fisiologik apabila terjadi MAP yang sangat tinggi
atau sangat rendah. Dengan demikian, melindungi mekanisme autoregulasi
otak menjadi tujuan yang sangat penting dalam mengobati pasien yang
mengalami cidera pada otaknya. Cara untuk mencapai tujuan ini antara lain
adalah titrasi yang ketat obat-obatan intravena untuk mengedalikan MAP,
memastikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat sehingga pH darah
dipertahankan dalam rentang normal, dan menjaga elektrolit serum dalam
kisaran normal. Untuk memperoleh nilai MAP yang sebenar-benarnya
prosedur pengukuran tekanan darah menjadi hal yang utama.

Pengukuran tekanan darah sangat penting dilakukan sesuai dengan prosedur


klinis pada kondisi standar. Tekanan darah diketahui sangat bervariasi dan
sulit untuk di karakterisasi kecuali dengan pengukuran berulang dalam
berbagai kondisi (Bawazier, Simadibrata, Alwi dan Kasjmir, 2003).

Dalam beberapa literatur untuk standar pengukuran tekanan darah khususnya


bagi pasien dengan cidera kepala atau stroke tidak ada informasi ekstremitas
yang mana yang seharusnya dilakukan. Menurut laporan yang diterbitkan The
American Journal Of Medicine (2013) tekanan darah sistolik antar lengan
mengalami perbedaan secara umum dan terkait dengan peningkatan risiko
kejadian kardiovaskular secara signifikan dimasa yang akan datang, bahkan
mutlak terjadi pada lengan yang berbeda diukur tekanan sistolik secara
sederhana. Temuan ini mendukung penelitian klinis secara luas dalam
menggunakan pengukuran sederhana ini.

Menurut Materson (2004) bahwa telah lama diketahui seseorang yang


tampaknya normal dapat menunjukkan adanya perbedaan dalam pengukuran
tekanan darah sistolik dan diastolik antar kedua lengan. Hal ini menjadikan
acuan bagi European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology and the Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hypertension (JNC-7) di masa akan datang.

Pada penelitian ini akan diteliti hasil pengukuran tekanan darah antara lengan
kanan dengan lengan kiri terhadap pasien stroke. Berdasarkan studi
pedahuluan dilakukan terhadap 5 orang pasien stroke yang dirawat di Rumah
Sakit Islam Banjarmasin didapatkan rata-rata hasil pengukuran tekanan darah
(sistolik/diastolik) dengan mengguankan tensimeter digital didapat legan
kanan 160,6/98 mmHg dan lengan kiri 161,6/96,6 mmHg. Ada perbedaan
hasil pengukuran tekanan darah antara kedua lengan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Arwani dan Sunarno (2007), terdapat perbedaan


antara hasil pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dengan lengan
kiri pada penderita Hipertensi RSUD DR. H. Abdul Moeloek Lampung.
Sampel terdiri dari 31 responden yang diambil dari tekhnik consecutive
sampling. Dari hasil analisa statistik menggunakan t-test (uji mean), diketahui
bahwa selisih hasil pengukuran tekanan darah pada kedua lengan > 10
mmHg, dengan test value = 10, didapatkan nilai p = 0,012 (0,025/½ɑ).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Hardiansyah (2010) terdapat 19 respoden


yang diteliti. Berdasarkan uji independent t-test menunjukkan tekanan sistolik
dengan nilai p = 0,8566 (>0,05) dan tekanan diastolik p = 0,791 (>0,05) dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil pengukuran
tekanan darah pada tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan
yang normal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik rumusan
masalah “apakah ada perbedaan tekanan darah antara lengan kanan dengan
lengan kiri pada pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk perbedaan tekanan
darah antara lengan kanan dengan lengan kiri pada pasien stroke di
ruang perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tekanan darah sistolik pada lengan kanan
pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin
1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah diastolik pada lengan kanan
pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin
1.3.2.3 Mengidentifikasi tekanan darah sistolik pada lengan kiri
pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin
1.3.2.4 Mengidentifikasi tekanan darah diastolik pada lengan kiri
pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin
1.3.2.5 Menganalisa adanya perbedaan tekanan darah sistolik pada
lengan kanan dengan lengan kiri pada pasien stroke di ruang
perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
1.3.2.6 Menganalisa adanya perbedaan tekanan darah diastolik pada
lengan kanan dengan lengan kiri pada pasien stroke di ruang
perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Tekanan darah


2.1.1 Pengertian Tekanan darah
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang
sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah
menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik
adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan (Muttaqin,
2012). Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh
nadi (arteri). Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1
menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa
menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika
jantung berdetak memompa darah ini disebut tekanan
sistolik.(Kowalski, 2010)

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan


direkam dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung
berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). Tekanan
darah sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding arteri setiap
waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari jantung.
Tekanan diastolik merupakan jumlah tekanan dalam arteri sewaktu
jantung beristirahat (LeMone dan Burke, 2008). Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &
Bare, 2013)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah


2.1.2.1 Usia
Pengaruh usia terhadap tekanan darah terjadi akibat penurunan
elastisitas pembuluh darah arteri perifer sehingga
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Peningkatan
tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah (Guyton dan
Hall, 2008).
2.1.2.2 Jenis kelamin
Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil
menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi
pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung
memilikitekanan darah tinggi. (Miller, 2010). Wanita diketahui
cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi daripada
laki-laki dengan usia yang sama, hal ini sering dikaitkan
dengan semakin berkurangnya hormon seks wanita yang
jumlahnya terus menurun setelah masa menopause dimana
telah diketahui bahwa hormone seks wanita seperti estrogen
bertanggung jawab dalam mengurangi mencegah kekakuan
arteri, endothelial dysfunction dan penumpukan lemak dalam
darah (Arifin, 2012)
2.1.2.3 Stress
Kondisi stress memicu aktivasi dari hipotalamus yang
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem saraf
simpatis dan korteks adrenal. Aktivasi dari sistem saraf
simpatis memicu peningkatan aktivasi berbagai organ dan otot
polos salah satunya meningkatkan kecepatan denyut jantung
serta pelepasan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah oleh
medula adrenal (Shewood, 2010). Stimulasi aktivitas saraf
simpatis akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan berdampak pada perubahan
tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah secara
intermiten atau tidak menentu (Nasution, 2011)
2.1.2.4 IMT
Mekanisme terjadinya hipertensi pada kasus obesitas belum
sepenuhnya dipahami, tetapi telah diketahui bahwa pada orang
yang IMT = 21 mengalami obesitas terdapat peningkatan
volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan
tekanan darah (Angraini, 2014)
2.1.2.5 Medikasi
Banyak pengobatan yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi tekanan darah. Beberapa obat
antihipertensi seperti diuretik, penyakit beta adrenergic,
penyekat saluran kalsium, vasodilator dan ACE inhibitor
langsung berpengaruh pada tekanan darah (Muttaqin, 2012).
2.1.2.6 Olahraga
Perubahan mencolok sistem kardiovaskular pada saat
berolahraga, termasuk peningkatan aliran darah otot
rangka, peningkatan bermakna curah jantung, penurunan
resistensi perifer total dan peningkatan sedang tekanan
arteri rata-rata (Muttaqin, 2012).
2.1.2.7 Zat vasoaktif
Zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan dari sel endotel mungkin
berperan dalam mengatur tekanan darah. Inhibisi
eksperimental enzim yang mengkatalis NO (Nitric Oxide)
menyebabkan peningkatan cepat tekanan darah. Hal ini
mengisyaratkan bahwa zat kimia ini dalam keadaan normal
mungkin menimbulkan vasodilatasi (Muttaqin, 2012).
2.1.2.8 Pengukuran tekanan darah non invasif
Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung
maupun tidak langsung. Metode langsung menggunakan
insersi kateter arteri dan metode tidak langsung paling
umum menggunakan sphigmanometer dan stetoskop (Potter
& Perry, 2005)
Hasil dari pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: Aktivitas yang dilakukan sebelum pengukuran, tekanan atau
stres yang akan dialami, waktu pengukuran, dan posisi saat
pengukuran (Yasmine, 2007).
2.1.3 Teknik Mengukur Tekanan Darah
Tehnik pengambilan darah dapat dilakukan dengan langkah-langkah
seperti di bawah ini:
2.1.3.1 Pasien duduk santai dengan lengan rileks di atas meja, telapak
tangan menghadap ke atas, dan otot lengan tindak boleh
memegang
2.1.3.2 Letakan perangkat tensimeter didekat lengan yang diperiksa
dengan skala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk
atau berdiri dihadapan periksa.
2.1.3.3 Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas dengan
bagian bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm diatas lipat
siku. Ketepatan posisi pemasangan ini mempengaruhi hasil,
bebatan hendaknya tidak terlampau ketat tidak juga longgar.
2.1.3.4 Letakan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi
paling keras teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop
ujung satunya dikedua liang telinga.
2.1.3.5 Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup
di pangkal bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum
jam untuk menutup selang. Sambil stetoskop ditangan kiri
tetap menekan, lalu pompakan bola karetnya sehingga air raksa
tampak berangsur naik sehingga bunyi detak jantung masih
terdengar di telinga. Stop memompa setelah bunyi detak
jantung menghilang. Naikan pemompaan 30 milimeter air
raksa diatas sejak bunyi detak jantung menghilang.
2.1.3.6 Perlahan-lahan putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum
jam dengan jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai
memompa. Atur pengendoran katup pemutar, agar laju
turunnya air raksa sekitar 3 milimeter per detik.
2.1.3.7 Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama kali
bunyi detak jantung mulai terdengar . Saat itulah ditetapkan
sebagai nilai tekanan atas atau sistolik. Sementara itu air raksa
tetap turun. Perhatikan pula skala air raksa saat bunyi jantung
sudah hilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai diastolik.
2.1.3.8 Apabila gagal mendengar bunyi degup pertama, ulangi sekali
lagi akan tetapi pastikan dulu skala air raksa sudah
menunjukan ketinggian dibawah angka nol sebelum kembali
mulai memompa ulang (Familia, 2012)

2.1.4 Perbedaan tekanan darah lengan kanan dan kiri


Ketika katup jantung menebal dan terjadi penurunan elastisitas dari
aorta dan arteri-arteri besar ini akan mempengaruhi hasil dari tekanan
sistolik dan diastolik (Ismayadi, 2004). Variasi tekanan darah dapat
ditemukan pada arteri yang berbeda. Variasi normal sering ditemukan
pada kedua lengan, tetapi tidak boleh lebih dari 5 –10 mmHg.
Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi terjadinya
gangguan vaskuler, dan bila perbedaan lebih besar dari 20 –30 mmHg
pada kedua belah lengan menunjukkan suatu kecurigaan terhadap
adanya gangguan organis aliran darah pada daerah yang
tekanandarahnya rendah (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010)
Menurut Bruney & Mc. Glynn, perbedaan tekanan darah lengan kiri
dan lengan kanan ini sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah faktor usia, adanya oklusi pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah perifer, dan adanya gangguan pada jantung. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata
pengukuran tekanan darah pada tekanan sistolik maupun tekanan
diastolik yang tertinggi terdapat pada lengan kiri. (Assa, Rondonuwu,
& Bidjuni, 2014)
2.2 Stroke
2.2.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
otak (Price & Wilson, 2006).
Stroke merupakan gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(defisit neurologik) akibat adanya sumbatan yang menyebabkan aliran
darah tidak sampai keotak. Secara sederhana,stroke akut didefinisikan
sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah keotak karena
sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik)
(Junaidi, 2011)
Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak, disebabkan karena terjadi gangguan peredaran darah otak
dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

2.2.2 Klasifikasi stroke


Menurut Pudiastuti (2011) stroke terbagi menjadi 2 kategori yaitu
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik atau stroke iskemik :
a. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya. Hampir
70% kasus stroke hemoragik diderita oleh penderita hipertensi.
b. Stroke non hemoragik/stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis
yaitu penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke
otak.

2.2.3 Tanda dan Gejala stroke Serangan stroke jenis apa pun akan
menimbulkan deficit neurologis yang bersifat akut (De Freitas dkk,
2009). Tanda dan gejala stroke antara lain :
2.2.3.1 Hemidefisit sensorik
2.2.3.2 Hemidefisit motorik
2.2.3.3 Penurunan kesadaran
2.2.3.4 Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus(XII) yang
bersifat sentral
2.2.3.5 Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan
gangguan fungsi intelektual(demensia)
2.2.3.6 Buta separuh lapangan pandang (hemianopsia)
2.2.3.7 Defisit batang otak

2.2.4 Diagnosis stroke


Diagnosis stroke dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam
beberapa hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis
lain, mendeteksi penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid
(Rahajuningsih, 2009)
Pada pasien yang diduga mengalami stroke perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diperiksa meliputi kadar
glukosa darah, elektrolit, analisa gas darah, hematologi lengkap, kadar
ureum, kreatinin, enzim jantung, prothrombin time (PT) dan activated
partial thromboplastin time (aPTT). Pemeriksaan kadar glukosa darah
untuk mendeteksi hipoglikemi maupun hiperglikemi, karena pada
kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis. Pemeriksaan
elektrolit ditujukan untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit baik
untuk natrium, kalium, kalsium, fosfat maupun magnesium
(Rahajuningsih, 2009).
Pemeriksaan analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk mendeteksi
asidosis metabolik. Hipoksia dan hiperkapnia juga menyebabkan
gangguan neurologis. Prothrombin time (PT) dan activated partial
thromboplastin time (aPTT) digunakan untuk menilai aktivasi
koagulasi serta monitoring terapi. Dari pemeriksaan hematologi
lengkap dapat diperoleh data tentang kadar hemoglobin, nilai
hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit serta morfologi
sel darah. Polisitemia vara, anemia sel sabit, dan trombositemia
esensial adalah kelainan sel darah yang dapat menyebabkan stroke
(Rahajuningsih, 2009).
Pemeriksaan Radiologis pada stroke :
1) CT Scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan
stroke hemoragik. Pemeriksaan CT Scan kepala merupakan gold
standar untuk menegakan diagnosis stroke. (Rahmawati, 2009).
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
lebih sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan
mampu melihat adanya iskemik pada jaringan otak dalam waktu 2-
3 jam setelah onset stroke non hemoragik. MRI juga digunakan
pada kelainan medulla spinalis. Kelemahan alat ini adalah tidak
dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah tidak bisa
memeriksa pasien yang menggunakan protese logam dalam
tubuhnya, preosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama,
serta harga pemeriksaan yang lebih mahal (Rahmawati, 2009).

2.2.5 Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama
dapat terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
2.2.5.1 Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga
dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang
terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
2.2.5.2 Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul,
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat
dengan baik maka akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
2.2.5.3 Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna,
hal ini menyebabkancairan terkumpul di paru-paru dan
selanjutnya menimbulkan pneumoni.
2.2.5.4 Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
2.2.5.5 Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi
perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.

2.2.6 Penatalaksanaan
2.2.6.1 Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan
Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian
perdarahan dan pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan
tindakan bedah.
2.2.6.2 Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan
rangsanga eksternal/untuk mengurangi kebutuhan oksigen
serebrum, dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
tekanan dan edema intraktanium.
2.2.6.3 Terapi Diet
Penyakit stroke berhubungan dengan jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari Walaupun sebagian orang merasa
khawatir akan kadar kolesterol penderita, namun permasalahan
utama yang dihadapi seseorang dengan cacat jasmaniah adalah
peningkatan berat badan akibat kurang gerak. Disini terjadi
suatu lingkaran setan, dimana kenaikan berat badan membuat
penderita akan semakin tidak dapat bergerak dan menaikkan
berat badan lagi akan membuat penderita semakin tidak dapat
bergerak lagi dan seterusnya (Utami, 2009)

2.3 Hipotesis Penelitian


Sugiyono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah
dan kerangka pemikiran, maka hipotesis tindakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
2.3.1 Ada perbedaan tekanan darah antara lengan kanan dengan lengan kiri
pada pasien stroke di ruang perawatan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian yang
merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan
sebelum perencanaan akhir pengumpulan data, dan rancangan penelitian
digunakan untuk mengidentifikasi struktur penelitian yang akan dilaksanakan
(Nursalam, 2011: 77).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk


jenis penelitian komparatif bertujuan untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti
berdasarkan kerangka pemikiran tertentu (Arikunto, 2010). Peneliti
menggunakan rancangan ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah
antara lengan kanan dengan lengan kiri pada pasien stroke di ruang perawatan
Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter
yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2014: 79). Variabel dan
definisi operasional pada penelitian ini tersaji pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Definisi skala
No Variabel Parameter Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Tekanan darah Kemampuan 1. Sistolik Sfaigmoman Nominal
1. Sama
lengan kanan jatung untuk 2. Diastolik ometer
2. Beda
(Independen) memompa (tensimeter)
darah diukur dan
pada lengan stetoskop.
sebelah kanan.
2. Tekanan darah Kemampuan 1. Sistolik Sfaigmoman Nominal
1. Sama
lengan kiri jatung untuk 2. Diastolik ometer
2. Beda
(Independen) memompa (tensimeter)
darah diukur dan
pada lengan stetoskop.
sebelah kiri.

3.3 Instrumen Penelitian dan Uji Validitas


3.3.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
2010: 192). Alat pada pengumpulan data pada penelitian ini adalah
tensimeter dan stetoskop.

3.3.2 Uji Validitas Instrumen


Uji validitas adalah suatu pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam,
2013). Validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau skala
dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2014). Tidak ada uji
validitas untuk penelitian ini karena alat ukur yang digunakan
merupakan alat yaitu tensimeter dan stetoskop (telah diuji kalibrasi).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2011: 111).
3.4.1 Jenis data
3.4.1.1 Data primer
Data primer diperoleh secara langsung diambil dari objek atau
objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2013). Pengumpulan data primer dalam penelitian
ini diperoleh dengan pemeriksaan fisik dengan mengukur
tekanan darah sistolik dan diastolik antara lengan kanan dengan
lengan kiri pada pasien stroke.

3.4.1.2 Data sekunder


Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung
dari objek penelitian (Riwikdikdo, 2013). Data sekunder
dikumpulkan sebagai data pelengkap yang mendukung dalam
penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
data rekam medis pasien rawat inap dengan penyakit stroke di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada Juli dan Agustus tahun
2015.

3.4.2 Cara pengumpulan data


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang
diperoleh dengan pemeriksaan fisik dengan mengukur tekanan darah
lengan kanan dan lengan kiri pasien stroke.

Prosedur kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :


3.4.2.1 Penelitian yang akan dilakukan dengan melalui proses perizinan
dari direktur rumah sakit dan kepala ruangan , izin penelitian
sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian di ruang
perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
3.4.2.2 Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengumpulkan data
sebagai dasar untuk identifikasi masalah.
3.4.2.3 Mengumpulkan data dari literatur-literatur yang ada hubungan
dengan masalah penelitian.
3.4.2.4 Menentukan rancangan penelitian dan menentukan populasi dan
sampel penelitian.
3.4.2.5 Menentukan kuesioner penelitian yang berhubungan dengan
rumusan masalah.
3.4.2.6 Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
kepada sampel penelitian. Pelaksanaanya dengan memberikan
penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan
penelitian ini kemudian dipersilahkan untuk melakukan
pengisian dengan beberapa penjelasan sebelumnya.
3.4.2.7 Mengumpulkan kembali semua soal kuesioner yang telah selesai
dijawab oleh responden.
3.4.2.8 Mengolah dan menganalisis data yang sudah didapatkan
kemudian diinterpretasikan dengan teori-teori yang mendukung
dalam penelitian ini.
3.4.2.9 Membuat laporan penelitian.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2010: 95):
3.5.1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010: 95).
3.5.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2010: 95).
3.5.3 Skor (scoring)
Data yang telah dikumpulkan kemudian diberi skor sesuai ketentuan
pada aspek pengukuran (Hidayat, 2010: 96).
3.5.4 Entri data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontigensi (Hidayat, 2010: 96).

3.6 Teknik Analisa Data


Analisa data adalah kegiatan penelitian dengan melaksanakan analisis
data yang meliputi persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai
dengan pendekatan penelitian (Arikunto, 2010: 278).
3.6.2.1 Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2012: 182). Variabel dalam penelitian ini
meliputi : Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya
bebas dalam memengaruhi variabel lain. (Hidayat, 2014: 78).
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tekanan
darah lengan kanan dan tekanan darah lengan kiri.

3.6.2.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi misalnya hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Analisa dengan
uji statistik untuk mempelajari hubungan variabel secara
keseluruhan (Notoatmodjo, 2012: 183).

Dalam penelitian ini,untuk menguji kebenaran atau kepalsuan


hipotesis nihil yang menyertakan bahwa di antara dua buah
mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang
sama, tidak terdapat perbedaan signifikan digunakan uji statistik
t-test pada tingkat kemaknaan α = 0.05 dengan tingkat
kepercayaan 95% dengan bantuan komputerisasi, caranya adalah
sebagai berikut (Sudiyono, 2009: 278):
a. Membuat hipotesis
b. Membuat tabel penolong (tabel-T) untuk menghitung
rangking.
c. Menentukan t- hitung dengan rumus:
D
T = ----------
SD
Keterangan:
T = nilai uji beda t-test
D = perbedaan rerata
SD = simpangan baku
d. Menentukan nilai t-tabel t-test.
e. Membuat kesimpulan.
1) Membandingkan t- hitung hitung dengan t- tabel
Apabila nilai t- hitung > nilai t- tabel, maka Ho ditolak
artinya ada perbedaan yang signifikan. Apabila nilai t-
hitung < nilai t- tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan.
2) Membandingkan probabilitas (P-Value/Sig.) dengan α
 Jika α ≥ 0,05, maka hipotesis ditolak berarti ada
perbedaan tekanan darah antara lengan kanan dengan
lengan kiri pada pasien stroke di ruang perawatan
Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
 Jika α < 0,05, maka hipotesis diterima berarti tidak
ada perbedaan tekanan darah antara lengan kanan
dengan lengan kiri pada pasien stroke di ruang
perawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
Setelah data dikumpulkan kemudian dilihat kembali apakah
lengkap atau tidak, dalam keadaan utuh atau rusak. Data yang
sudah dianggap memenuhi syarat untuk selanjutnya ditabulasi
kandan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi kemudian
didiskripsikan melalui persentase dan narasi.

3.6.3 Pengukuran variabel


3.6.3.1 Variabel tekanan darah lengan kanan
Pada kategori tekanan darah lengan kanan menggunakan
parameter sistolik dan diastolik. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, kemudian diinterpretasikan dengan kriteria
(klasifikasi) sebagai berikut.
a. Sama
b. Beda
3.6.3.2 Variabel tekanan darah lengan kiri
Pada kategori tekanan darah lengan kiri menggunakan parameter
sistolik dan diastolik. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
kemudian diinterpretasikan dengan kriteria (klasifikasi) sebagai
berikut.
a. Sama
b. Beda

3.7 Etika Penelitian


Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika harus diperhatikan (Nursalam, 2014).
3.8.1 Lembar persetujuan (Inform consent)
Informed consent merupakan bentuk pesetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain (Hidayat, 2014)

3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)


Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2014).

3.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality)


Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Alway, D, Cole, JW. (2009). Stroke Essentials for PrimaryCare: A Practical


Guide. Humana Press.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arwani, & Sunarno. (2007). Analisis Perbedaan Hasil Pengukuran tekanan darah
antara lengan kanan dengan lengan kiri pada penderita hipertensi di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung.
Assa, Rondonuwu, & Bidjuni, 2014). Perbandingan Pengukuran Tekanan Darah
Pada Lengan Kiri Dan Lengan Kanan Pada Penderita Hipertensi Di
Ruangan Irina C Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou : Manado

Azwar, Saifuddin. (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J, 2009,Topographic
classification of ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical
Neurology, Vol. 93 (3rd series). Elsevier BV

Junaidi, I. (2010). Hipertensi. Jakarta : Gramedia

Guyton and Hall. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Surabaya : Health Books Publishing.
Hidayat, A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis
Data, Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
http://www.riskesdas.go.id.pdf.Diakses tanggal 17 Mei 2018.
Kowalski, E. R. (2010). Terapi Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung dan
Stroke Secara Alami. Bandung: Qanita

Matterson. (2004). Women”s health during the childbearing years. Mosby :


St.Louis.
Muttaqin.(2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.
Muttaqin, Arif.(2012). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2013 ,Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian, Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Pudiastuti.(2011).Penyakit Pemicu stroke. Yogyakarta. Nuha Medika.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC

Rahmawati, E. 2009. Prevalensi stroke iskemik pada pasien rawat inap di RSUP
Fatmawati, [Skripsi]. Jakarta Selatan

Rahajuningsih D S. 2009. Patofisiologi trombosis.Edisi ke –4 . Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hlm 34-45

Riwidikdo, H. 2013, Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R


dan SPSS, Pustaka Rihana, Yogyakarta.

Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ;


Alih Bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin ; editor edisi bahasa Indonesia,
Eka Anisa Mardella. –Ed. 12. Jakarta :EGC

Sudiyono, A. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Terry, C. L., & Weaver, A. (2013). Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha.
Utami, P.(2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta : Agromedia Pustaka
Widyanto, F. C dan Triwibowo, C. (2013). Trend Disease Trend Penyakit Saat
Ini. Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organization (WHO). (2014). Global Status Report on Non
communicabel Diseases. Geneva: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai