Anda di halaman 1dari 26

MODEL TEORI DAN NILAI

PROMKES

DI SUSUN OLEH :
MUSRIFAT (201804028)
D3 KEPERAWATAN / 2A
Health belief model

 Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966,


kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun
1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti. Model
teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi
individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka.
Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari
kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari
penyakit tersebut.
 Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau
health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan
sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan
ketidakmampuan atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009
Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Belief dalam bahasa inggris artinya
percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap
sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu.
Teori Health belief model menghipotesiskan
terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut:

 Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi


yang sehat.
 Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita
penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele.
 Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk
menghindari penyakit tersebut walaupun hal
tersebut berhubungan dengan finansial.
PERSPEKTIF TEORITIK
Prespektif mengenai pengobatan alternatif yaitu Pengobatan
alternatif menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya
beberapa tahun ini. Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang
dilakukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan permasalah
kesehatan yang sedang mereka alami. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996) diperkirakan bahwa sebanyak
425 juta orang di Amerika melakukan kunjungan ke pengobatan
alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari kunjungan
masyarakat Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam
Novitasari , 2010). Sementara di Indonesia dari data yang
diperoleh BPS tahun 2003 menunjukkan bahwa sebanyak 30,67% dari
penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif untuk
mengatasi permasalahan terkait kesehatan mereka. Persentase
tersebut meningkat dua kali lipat dari tahun 1999 (Jauhari, Utami,
& Padmawati, 2008).
Model transtheoretical

A.      Pengertian
Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan
untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertidak atas
perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau proses
perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan
perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan
kesehatan. Suatu model yang teoritis tentang perubahan
perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk mengembangkan
intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transteoretical model ini adalah sebuah
model integrative pada perubahan perilaku.
B.       Proses Transtheoretical Model
1.    Tahap Perubahan Perilaku
Tahapan perubahan model pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970-an dan
1980-an oleh James Prochaska dan Carlo DiClemente di Universitas Rhode Island
ketika mereka sedang belajar bagaimana perokok bisa melepaskan kebiasaan atau
kecanduan, sebagai perubahan perilaku yang menjelaskan proses mulai dari
diperolehnya sebuah perilaku baru hingga pada pemeliharaan perilku
tersebut. Tahapan perubahan berguna dalam menjelaskan kapan terjadinya
perubahan dalam kognitif, emosi, dan perilaku.
 Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa depan
yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang mungkin
termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari
perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan
promosi kesehatan.
  Contemplation / Perenungan.

Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar akan pro
menguvbah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan ini
menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat
bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama.
 Preparation / Persiapan.

Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa mendatang.


Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu. Individu ini
mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas pendidikan
kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku bantuan diri atau
      Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan perilaku.
Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model ini perilaku tidak
menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga langkah dimana kewaspadaan
melawan terhadap berbuat tidak baik lagi adalah kritis.
 Maintenance / Pemeliharaan

Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi tetapi mereka tidak
menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-orang dalam perang. Suatu
langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari maintenance positif / dapat
mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi termination / perhentian.
  Relaps (Kekambuhan)

Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat terjadi pada
proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan merupakan kembalinya perilaku
seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya pada tahap pelaksanaan (action) maupun
pemeliharaan (maintenance) kekambuhan dapat terjadi, apalagi bila seseorang tidak
mendapatkan dukungan positif dari
2.    Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan berguna untuk membantu menjelaskan bagaimana strategi atau teknik untuk
modifikasi terjadinya perubahan tersebut. Proses Perubahan adalah kegiatan terselubung maupun
terbuka yang digunakan orang untuk maju melalui tahap-tahap. Proses perubahan memberikan
panduan penting bagi program intervensi, karena proses adalah variabel independen bahwa orang
perlu untuk menerapkan, atau terlibat dalam, untuk berpindah dari panggung ke panggung.
a.  Proses Perubahan Perilaku Melalui  Experiential
b.  Proses perubahan perilaku melalui  perilaku
3.    Decisional Balance (Putusan Seimbang)
Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan sebagai "neraca" untuk keputusan dengan
mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian perubahan perilaku. Dua komponen
keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah menjadi konstruksi kritis dalam model
transtheoretical. Individu mengalami perubahan dengan cara yang kritis berdasarkan tahap
perubahan (stage of change) dan keseimbangan putusan.
4.    Self-Efficacy (Kepercayaan Diri)
Mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki
perubahan yang diinginkan dalam menjaga perilaku
mereka dalam situasi yang sering memicu kambuh. Hal
ini juga diukur dengan kemungkinan individu merasa
tergoda untuk kembali ke perilaku bermasalah mereka
dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap pre-
contemplation dan contemplation, godaan individu
untuk terlibat dalam perilaku bermasalah jauh lebih
besar.
C.      Aplikasi Teori perilaku  Transtheoritical Model
Fokus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
penggunaan kondom dan kontrasepsi. Model ini diaplikasi
dengan dua pendekatan intervensi yang berbeda yaitu 
fasilitas-based  intervensi (konseling individual untuk
perempuan di klinik, penampungan, dan pusat-pusat
perawatan narkoba) dan intervensi pada tingkat masyarakat
(termasuk produksi media kecil bahan, jalan penjangkauan,
dan masyarakat mobilisasition). Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa transtheoretical model memiliki nilai
untuk desain dan  pelaksanaan program pencegahan HIV.
TEORI SEBAB AKIBAT

A.Konsep Dasar Sikap dan Perilaku


 Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap

adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui


gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau
suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap
seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor
kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi
 Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah

kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang


untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai
dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan
negatif dalam menghadapi suatu objek.
B. Teori-teori Perubahan Perilaku
1. Teori S-O-R:
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
 a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

 b. Apabila diterima (adanya perhatian) à mengerti (memahami) stimulus.

 c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

2. Teori “Dissonance” : Festinger


Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau
alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
 a.       Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang

tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).


 b.      Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan

melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya
kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
3. Teori fungsi: Katza.      
a. Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau
obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
b.  Prinsip teori fungsi:
 Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)

 Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)

 Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala

sosial)
 Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)

4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin


 Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces)

dan kekuatan penahan (restraining forces).


 Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan

tersebut.
 Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku
C. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
a.       Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena
terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
b.      Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku
karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan
c.       Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku
karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang
bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.

D. Strategi Perubahan Perilaku


  Inforcement:

  Education:
E. Health Seeking Behavior
Adalah perilaku orang untuk mencari penyembuhan pada waktu ia sakit atau
mengalami nasalah kesehatan.
Reaksi orang pada waktu sakit:
a.       Tidak berbuat apa-apa
b.      Diobati sendiri (tradisonal atau modern)
c.       Mencari pengobatan: Ke pengobat tradisional
F. Perubahan Perilaku Sebagai Dampak Promosi Kesehatan
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu :
a.       Dengan Paksaaan.
b.      Dengan memberi imbalan.
c.       Dengan membina hubungan baik.
d.      Dengan menunjukkan contoh-contoh.
e.       Dengan memberikan kemudahan.
STRESS DAN COPING

A. Penyebab Stress
Stres disebabkan oleh banyak sumber: peristiwa-peristiwa kehidupan
(perubahan dalam masalah orang tua, berelasi, penyakit fisik atau
cedera, keuangan, kematian seseorang yang dicintai); pengaruh-
pengaruh kimia dan lingkungan (cuaca, kebisingan, makanan);
kejadian-kejadian positif (pernikahan, liburan); gaya hidup atau
faktor-faktor emosional (gelisah, takut, keyakinan-keyakinan yang
kaku, jadwal-jadwal yang padat); relasi (konflik dalam komunikasi,
masalah-masalah dalam hubungan pribadi);hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan (kehilangan, berhenti, tanggung jawab pekerjaan
yang membingungkan). Satu sumber stress lain yang besar namun
sering tidak diperhatikan adalah logika pribadi seseorang.
Di sini ada 10 peristiwa yang paling menyebabkan stress:
 Meninggalanya pasangan hidup

 Perceraian

 Pemisahan yang berhubungan dengan perkawinan

 Masa tahanan

 Kematian anggota keluarga dekat

 Luka pribadi atau sakit

 Pernikahan

 Dipecat dari pekerjaan

 Rekonsiliasi yang berhubungan dengan perkawinan

 Pensiun
B. Pengertian Stres
Stres adalah keadaan yang bersifat internal, yang disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi
social yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan
& King , dalam Umam, 2010). Stres juga dapat berarti
respon dari diri seseorang terhadap tantangan fisik maupun
mental yang datang dari dalam atau luar dirinya (Nasrudin,
2010). Stress merupakan tanggapan seseorang terhadap
perubahan di lingkungan yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam baik secara fisik maupun
mental.)
C. Stressor, Traumatic Stressor, dan Catastrophic Event
1. Stressor
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor
internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadan
emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan
lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya. (Pooter & Perry, 2005).
2. Traumatic Stressor (Stresor Traumatik) dan Catastrophic Events
Stres adalah fakta kehidupan sehari-hari yang tidak terhindarkan, dan dalam banyak hal
diinginkan. Akan tetapi, beberapa stesor begitu katastropik dan menakutkan sehingga
dapat mengakibatkan kerugian psikologis serius. Stres traumatic semacam itu
didefinisikan dalam DSM-IV-TR sebagai kejadian yang melibatkan kematian atau
cedera serius aktual atau mengancam terhadap diri atau orang lain dan menciptakan
perasaan ketakutan, ketidakberdayaan, atau kengerian intens. Contoh-contohnya
termasuk perkosaan, pertempuran militer, pemboman, kecelakaan pesawat, gempa
bumi, kebakaran besar dan tabrakkan kendaraan yang menghancurkan.
D. Model Of Stress
Definisi-definisi stres dapat digolongkan menjadi tiga
kategori (Bartlett, 1998; Goetsch & Fuller, 1995) :
1. Stres sebagai stimulus
2. Stres sebagai respon
3. Stres sebagai interaksi antara organisme dan
lingkungannya.
E. How does stress affect us physically
Upaya adaptasi terhadap kehadiran situasi stress yang
terus menerus dapat menurunkan body’s resources
secara drastis sehingga rawan penyakit/gangguan.
Gangguan psikofisiologis adalah gangguan-gangguan
fisiologis yang diyakini melibatkan emosi menjadi
peranan utamanya. Para peneliti mencari hubungan
antara penyakit spesifik dan karakeristik yang
mengikutinya, atau dengan jalan ‘coping’ yang seperti
apa, dengan peristiwa stressful.
F. Aspek Fisiologis dari Stres
General Adaptation Syndrome
a. Fase Alarm (Alarm Phase)
b. Fase Penolakan (Resistance Phase)
c. Fase Kelelahan (Exhaustion Phase)

H. Psychological responses to stress


d. Respon Fisiologis
e. Respon Psikologi
 Anxiety (Kecemasan)

 Anger and Aggression (Marah dan Depresi)

 Apathy and Depression

 Cognitive Impairment
I. Psychological factors related to stress and health
1. Illness Behavior
2. Sikap bermusuhan (Hostility) dan Depresi

J. How can we reduce the impact of stress on our health?


1. Psychological coping strategies
a. Defense Mechanisms as Emotion – Focus Coping.
 Repression

 Rationalization

 Reaction Formation

 Projection

 Intellectualization

 Denial

 Displacement

b. Coping
 Emotion-focused coping (EFC)

 Problem-focused coping (PFC)

 Psychological resources for coping with stress


K. Happiness and Well-being
1. Pengertian Sehat
WHO (1984) telah menyempurnakan batasan sehat dengan
menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang
ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam
arti fisik, psikologik, dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti
spiritual/agama (empat dimensi sehat :bio-psiko-sosio-spiritual)
2. Subjective Well-Being
Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) adalah persepsi
seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari
evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan
merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai