Anda di halaman 1dari 8

TEORI-TEORI PERUBAHAN PERILAKU

Oleh :
Fahrul Rusdianto (G1D122222)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan bagian dari aktivitas suatu organisme.
Perilaku adalah apa yang dilakukan organisme atau apa yang diamati
oleh organisme lain. Perilaku juga merupakan bagian dari fungsi
organisme yang terlibat dalam suatu tindakan. Perilaku merupakan
respon atau reaksi terhadap stimulus (rangsang dari luar). Perilaku
terjadi melalui proses respon, sehingga teori ini sering disebut dengan
teori ”S-O-R” atau Teori Organisme Stimulus. Perilaku organisme
adalah segala sesuatu yang dilakukan termasuk perilaku tertutup dan
terbuka seperti berpikir dan merasakan (Yayasan & Menulis, 2021).
Berdasarkan definisi tersebut, maka perilaku dibagi menjadi 2 yaitu
(Yayasan & Menulis, 2021):
1. Covert behavior, merupakan perilaku tertutup yang terjadi jika
respon terhadap stimulus masih belum dapat diamati oleh orang
lain secara jelas, atau masih terselubung.
2. Overt behavior, merupakan perilaku terbuka yang terjadi jika
respon terhadap stimulus sudah dapat diamati oleh orang lain,
atau sudah berupa tindakan.

Saat ini, ilmu perilaku disebut behavior analysis. Behavior analysis


adalah pendekatan ilmu yang mempelajari perilaku organisme. Ketika
suatu organisme mempelajari cara baru berperilaku sebagai reaksi
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya, ini disebut
conditioning. Dua jenis conditioning disebut dengan responden dan
operan. Refleks melibatkan perilaku responden yang ditimbulkan oleh
stimulus. Ketika stimulus (S) secara otomatis memunculkan (à) respon
stereotip (R) atau responden, hubungan S (à) R dinamakan refleks
(Yayasan & Menulis, 2021).
Terdapat 2 jenis conditioning, yaitu (Yayasan & Menulis, 2021):
1. Respondent conditioning, ini terjadi ketika stimulus netral
dipasangkan dengan stimulus yang tidak terkondisi. Contoh,
pada refleks anjing, makanan yang ada di mulut menghasilkan
air liur sebagai perilaku responden. Berikutnya, bel berbunyi
(stimulus baru) tepat sebelum memberi makan anjing. Setelah
bel berbunyi dan makanan diletakkan, anjing mulai
mengeluarkan air liur. Hubungan antara rangsangan makanan
dan air liur ini merupakan refleksi yang tidak terkondisi.
2. Operant conditioning, ini melibatkan pengaturan perilaku
melalui konsekuensinya. B. F. Skinner menyebut operant
conditioning karena dalam situasi tertentu (SD), perilaku (R)
beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan efek atau
konsekuensi (SR). contoh, seorang bayi tersenyum saat
digendong.

B. Model-Model Promosi Kesehatan


Seperti kita ketahui bahwa promosi kesehatan adalah proses
memampukan masyarakat untuk bisa mengenali masalah
kesehatannya sendiri dan juga memahami potensi yang dimilikinya.
Pada akhirnya individu ataupun kelompok masyarakat bisa mengatasi
permasalahannya sendiri. Inilah yang disebut dengan pemberdayaan
masyarakat. Proses pemberdayaan ini dapat dikatakan akan mampu
menciptakan keberlanjutan (Sustainability) dalam mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan kata lain bahwa promosi
kesehatan tidak hanya memberikan pendidikan ataupun penyuluhan
kesehatan untuk dapat memandirikan masyarakat. Akan tetapi
masyarakat menjadi subjek di dalam program kesehatan itu sendiri.
Masyarakat dilibatkan mulai dari proses identifikasi
permasalahannya, kemudian merencanakan kegiatan yang mengarah
pada pemecahan masalah yang dihadapinya. Hingga sampai pada
pelaksanaan atau penerapan program tersebut. Di mana selama
proses pelaksanaan masyarakat juga diajak untuk memantau proses
dan mengevaluasinya. Dengan keterampilan dan pengalaman seperti
tersebut diatas, maka kemampuan dan keterampilan masyarakat
untuk memecahkan permasalahannya akan tercipta. Sudah banyak
studi yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.
Sebagai contoh studi yang dilakukan di wilayah Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara yaitu dengan melibatkan masyarakat sipil yang
dalam hal ini adalah kader kesehatan dalam pembinaan atau
pengawasan kepada pedagang makanan cepat saji. Di mana, studi
tentang pemberdayaan masyarakat sipil tersebut mampu merubah
perilaku pedagang makanan cepat saji dan meningkatkan kualitas
makanan yang beredar di masyarakat.
Dengan pemberdayaan kepada kader kesehatan tersebut
akhirnya terjadi penurunan angka kesakitan yang diakibatkan oleh
pencemaran makanan atau minuman yang beredar di pasaran. Di
mana penurunan tingkat pencemaran makanan dan minuman tersebut
disebabkan oleh perubahan perilaku para pedagang makanan cepat
saji dalam proses pengelolaannya. Oleh karena itu, di dalam proses
penerapan promosi kesehatan individu atau kelompok masyarakat
akan mempunyai keterampilan untuk pengawasan atau pengendalian
terhadap masalah kesehatan diri dan sekitarnya. Dengan demikian
individu dan kelompok masyarakat tersebut dapat meningkatkan
derajat kesehatannya sendiri. Tentunya proses pemberdayaan
individu dan masyarakat tersebut juga perlu memperhatikan faktor
sosial budaya masyarakat setempat. Melalui proses promosi
kesehatan inilah, diharapkan akan terjadi perubahan perilaku individu
atau kelompok masyarakat ke arah perilaku kesehatan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan individu atau masyarakat. Model
pendekatan promosi kesehatan untuk perubahan perilaku individu dan
masyarakat tersebut telah banyak disarankan (Yayasan & Menulis,
2021).
Seperti kita ketahui bahwa model-model perubahan perilaku
tersebut dilandaskan atas asas hubungan sebab dan akibat. Ini
seringkali dikenal dengan model Precede-Proceed. Model-model yang
lain yang juga sering dijadikan dasar untuk melakukan promosi
kesehatan, antara lain seperti (Yayasan & Menulis, 2021):
1. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)
Model Keyakinan Kesehatan merupakan salah satu
pendekatan yang mempelajari perilaku individu yang didasarkan
atas empat keyakinan yang dirasakan. Teori atau model ini
ditemukan pada akhir tahun 1950. Yaitu dimulai dari penemuan
tentang skrining X-ray penyakit tuberculosis. Yang pada awal
mulanya model ini hanya digunakan untuk memahami tentang
mengapa seseorang tidak berpartisipasi dalam pelayanan
pencegahan. Namun demikian, model keyakinan kesehatan untuk
saat ini digunakan dalam hal pendalaman tentang keputusan
individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

2. Theory of Reasoned Action


Model promosi kesehatan yang lain yaitu berdasarkan dari
theory of reasoned action. Di mana model ini menyatakan bahwa
perilaku individu disebabkan oleh faktor sikap (attitude) dan norma
subjektif (Subjective norm) yang mendorong individu untuk
berkehendak atau bermaksud. Di mana, keinginan inilah yang
kemudian mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku.
Oleh karena itu, model promosi kesehatan ini dikenal dengan
model yang berhubungan erat dengan dimensi psikologi sosial.

3. Theory of Planned Behaviour


Model promosi kesehatan yang lain yang digunakan dalam
memahami perilaku individu yaitu model yang didasarkan atas
Theory of Planned Behaviour. Teori ini merupakan
pengembangan konsep dari theory of reasoned action. Di mana
maksud juga menjadi prediktor dari muncul nya perilaku
seseorang. Akan tetapi pada Theory of Planned Behavior ini
dilihat juga bahwa faktor kontrol memiliki pengaruh yang sama
besar dengan sikap dan norma subjektif. Dorongan minat
seseorang untuk mewujudkan perilakunya ketika mereka
mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap minatnya tersebut. Di
mana kekuatan kontrol yang dirasakan oleh seseorang akan
tergantung kepada sumber daya yang dimilikinya dan juga
kesempatan yang ada bagi dirinya.

4. Transtheoretical model
Model ini menggambarkan perilaku kesehatan sebagai proses
yang ditandai dengan tahapan kesiapan untuk berubah. Model ini
berbeda dari SCT karena mengasumsikan bahwa orang dengan
perilaku bermasalah tidak semuanya dimulai pada tahap kesiapan
yang sama untuk mengubah perilaku. Pada kenyataanya, salah
satu tahapan perubahan pada model ini adalah tahapan di mana
orang sama sekali tidak siap untuk berubah. Tahap perubahan
menurut model ini adalah (Yayasan & Menulis, 2021):
a. Precontemplation
Pada tahap ini individu tidak berniat untuk berubah dan tidak
menyadari bahwa perilaku mereka saat ini tidak mengalami
masalah.
b. Contemplation
Pada tahap ini individu sudah mempunyai niat untuk
mengubah perilaku dalam waktu enam bulan ke depan.
Mereka sudah menyadari manfaat dari perubahan perilaku
mereka, tetapi sering kali terhalang oleh faktor negatif yang
memengaruhi tindakan mereka.
c. Preparation
Pada tahap ini individu memiliki niat yang jelas untuk
mengubah perilaku sehat dalam waktu tiga puluh hari ke
depan, misalnya mengikuti program penurunan berat badan
atau berhenti merokok.
d. Action
Pada tahap ini individu sudah membuat perubahan perilaku
yang dapat diamati dalam enam bulan terakhir. Individu yang
tidak mengalami fase persiapan kemungkinan sangat rentan
untuk gagal karena kurangnya persiapan.
e. Maintenance
Pada tahap ini individu telah berhasil mengubah perilaku dan
mempertahankan perubahan itu setidaknya selama enam
bulan. Individu pada tahap ini berada pada risiko kegagalan
yang lebih rendah dibandingkan pada tahap action. Misalnya,
ketika individu tidak merokok selama lima tahun berturut-turut
maka tingkat kekambuhan untuk merokok biasa hanya 7%.
f. Termination
Pada tahap ini individu telah mencapai perubahan total tanpa
risiko kambuh dan perilakunya menjadi permanen.

5. Teori sebab akibat

6. Model Transaksional stres dan koping.


DAFTAR PUSTAKA

Yayasan, P., & Menulis, K. (2021). Promosi Kesehatan dan


Perubahan Perilaku.

Anda mungkin juga menyukai