NIM : P07134021033
Maka juga teori “ Fesbein-Ajzen ” menekankan pentingnya peranan dari “intention ” atau
niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :
a. Sikap
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yangakan diambil
b. Norma subjektif
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atautidak menyetujui
tentang tindakan yang akan diambil tersebut.
c. Pengendalian perilaku
Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya di Posyandu, didasari oleh “NIAT” atau
“INTENTION ” ibu sendiri. Niat ibu sendiri ditentukan oleh:
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginyatindakan yang
akan diambil untuk imunisasi anaknya.
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang a
kan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju
Sedangkan theory of planned behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari
TRA, yaitu control perilaku yangdipersepsi ( perceived behavioral control ). Konstruk ini
ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam
rangkamelakukan perilaku tertentu (Chau dan Hu, 2002).
Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilakutidak hanya ditentukan
oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi Behavioral Belief Attitde towards Behavior
Normative Belief Subjective Norms. Theory of Reasoned Action (Fishbein& Ajzen, 1975) juga
persepsi individu terhadap kontrol yang dapatdilakukannya yang bersumber pada keyakinannya
terhadap kontroltersebut (control beliefs).
Adalah niat seorang ibu untuk mendaftarkan anaknya imunisasi. Bagi sang ibu,
imunisasi memberikan dampak yang positif yaitu mencegah anak terinfeksi virus dan
menambah kekebalan tubuh anak. Namun disisi lain terdapat dampak negatif dari imunisasi
yaitu anak akan merasa kesakitan dan tidak enak badan karena demam. Maka ibu akan
mempertimbangkan mana yang lebih penting di antarakeduanya. Apakah membiarkan anak
menangis karena rasa tidak enak badanatau mempertimbangkan dampak dari imunisasi
terhadap kekebalan tubuh anak. Bidan desa yang memberi informasi tentang pentingnya
imunisasi kepada ibu akan berpengaruh terhadap keyakinan ibu untuk segera mendaftarkan
anaknya berimunisasi. Hal tersebut terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku.
Keyakinan ibu memilih imunisasi untuk kekebalan tubuh anak agartidak mudah terserang
penyakit merupakan perilaku yang dijalankan dan dipertahankan.
a. Contoh (sikap) : Seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karenaimunisasi akan
menambah antibodi pada tubuh sang anak.
b. Contoh (Norma Subjektif) : seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karena
terpengaruh oleh lingkungan terdekatnya, yaiti ibi-ibu lain yang mengimunisasikan
anaknya karena imunisasi tersebut sangat penting untuk kekebalan tubuh anaknya.
c. Contoh kendali perilaku : seorang ibu selalu mengimunisasikan anaknya entah entah
imunisasi wajib atau tidak karena sudah terbukti bahwa imunisasi dapat memperkuat
antibodi anak dan berkemungkinan tidak akan terserang penyakit yang telah di
imunisasikan tersebut.
Transheoretical Model
Transtheoretical Model diperkenalkan oleh James Prochaska dan Carlo Diclemente pada
awal tahun 1980-an dengan konsep awal yaitu Stage of Change Model. Model ini
menggunakan dimensi temporal, stage of change untuk mengintegrasikan proses dan
prinsip perubahan dari berbagai teori intervensi (Prochaska & Wayne, 1997). Teori ini hadir
karena analisis konparatif dari berbagai teori psikoterapi dan perubahan perilaku dengan
tujuan untuk mengintegrasikan secara sistematis dari bidang psikoterapi yang telah terbagi
menjadi 300 teori. Yang menghasilkan identifikasi 10 proses perubahan, seperti peningkatan
kesadaran oleh Freudian, manajemen berkelanjutan dari Skinnerian, dan helping
relationship dari Rogerian (Prochaska & Wayne, 1997)
Teori ini berfokus pada pengambilan keputusan individu yang melibatkan emosi, kognisi,
dan perilaku. Selain itu teori ini melibatkan metode self-report untuk mengetahui sejauh
mana kondisi ketergantungan seseorang. Dalam analisisnya, Prochaska dan Warren (1997)
menganalisis perubahan diri pada perokok dengan perawatan profesional untuk perilaku
merokoknya dan menilai seberapa sering subjek menggunakan 10 proses tersebut. Dari
perilaku ini Prochaska dan Warren (1997) menyimpulkan bahwa perilaku terjadi melalui
serangkaian tahap.
Lalu stage mode ini meluas cakupannya, termasuk investigasi dan aplikasi dengan
jangkauan yang luas pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental
termasuk penyalahgunaakn alkohol dan obat, panic disorder, pencegahan AIDS, kepatuhan
medis, kehamilan, dan perilaku merokok. Perkembangan dari pengaplikasian ini diperluas,
divalidasi, dan ditantang dari konstruk inti dari transtheorical model.
Dalam pengaplikasiannya model ini sering diterapkan dalam perilaku berhenti merokok,
olahraga, diet, pengujian radon, penyalahgunaan alkohol, pengontrolan berat badan,
penggunaan kondom untuk pencegahan HIV, perubahan organisasi, penggunaan tabir surya
untuk mencegah kanker kulit, penyalahgunaan obat, kepatuhan medis, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh pengaplikasian yang akan dijelaskan dalam tulisan ini adalah perilaku
berhenti merokok.
Pre kontemplasi : perokok cenderung menghindari membaca, berbicara atau berpiki
tentang bahaya rokok.
Komtemplasi : perokok mulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia miliki
dapat menimbulkan masalah dan mulai melihat manfaat dan kerugian yang terjadi jia ia
tetap merokok.
Persiapan : perokok tersebut mulai memiliki keinginan untuk berhenti merokok
danmenyadari manfaat berhenti merokok sehingga perlahan-lahan mengurangi
jumlahrokok yang biasanya dihabiskan.
Aksi : perokok sudah mulai tidak merokok lagi
Pemeliharaan : perokok mempertahankan untuk tidak merokok lagi walaupun terdapat
godaan untuk merokok.
Terminasi : perokok sudah mulai tidak tergoda dengan rokok dan mulai terbiasa untuk
tidak merokok.
Untuk kelebihan dari teori ini diantaranya adalah teori ini dapat mengintegrasikan teori
terdahulu yang membahas modifikasi perilaku sehingga lebih komprehensif dan kompleks.
Teori ini dapat diterapkan dalam seluruh lapisan masyarakat dengan segala perubahan tingkah
laku yang ingin dicapai karena memiliki pola yang umum. Stages of change, process of change,
decisional balance, dan self-efficiency telah dibuktikan kemampuan prediktifnya dalam berbagai
penelitian yang telah ada sebelumnya (Hashemzadeh et al., 2019). Lalu untuk kekurangan dari
teori ini adalah asumsi bahwa individu dapat memodifikasi perilakunya dalam waktu 6 bulan
yang ternyata belum terbukti secara empiris dalam pembuktian waktu yang tepat uang
dibutuhkan, dan tidak dapat menjelaskan faktor lain yang mempengaruhi perubahan perilaku
dari individu