Anda di halaman 1dari 4

1.

Health Belief Model

model kepercayaan kesehatan sangat dekat dengan bidang pendidikan kesehatan model ini
menganggap bahwa perilaku Kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. secara
khusus model ini menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku perilaku kesehatannya. health
belief model dapat digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan Teori ini menganggap
bahwa perilaku Kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap health belief model
merupakan model kognitif yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari
lingkungan termasuk hitungan.

menurut health belief model, perilaku dapat ditentukan oleh :

a. percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu

b. Tingkat keseriusan masalah

c. meyakini ke efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan

d. tidak mahal

e. menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

2. Model Transteoritik

model transteoritik atau model bertahap mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan
dengan tidak bergantung pada perangkat teoritik tertentu. Mula-mula bermaksud menjelaskan proses
Apa yang terjadi bila peminum alkohol berhenti minum alkohol dan juga terhadap proses dalam
berhenti meroko.k penelitian ini mengidentifikasikan 4 tahap independen yaitu prekontemplasi,
kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan. "Prekontemplasi" mengacu pada tahap bila seseorang belum
memikirkan sebuah perilaku sama sekali orang itu belum bermaksud mengubah suatu perilaku. Dalam
tahap "kontemplas" seseorang benar-benar memikirkan sesuatu perilaku namun masih belum siap
untuk melakukannya. Tahap "aksi" mengacu kepada keadaan bila orang telah melakukan perubahan
perilaku. Sedangkan "pemeliharaan" merupakan pengentalan jangka panjang dari perubahan yang telah
terjadi dalam tahap "aksi" maupun "pemeliharaan". "Kekambuhan" dapat terjadi yaitu individu kembali
pada pola perilaku sebelum "aksi".

3. Model Komunikasi Persuasi

Model komunikasi atau persuasi menegaskan bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah
sikap dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dalam rantai kausal yang sama. Efektivitas
upaya komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input (stimulus) serta output (tanggapan
terhadap stimulus). Menurut model komunikasi atau persuasi, perubahan pengetahuan dan sikap
merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku kesehatan atau perilaku-perilaku yang lain. Variabel
-variabel input meliputi: sumber pesan, pesan itu sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik
penerima, serta tujuan pesan-pesan tersebut. Variabel -variabel output merujuk pada perubahan dalam
faktor-faktor kognitif tertentu seperti pengetahuan, sikap, pembuatan keputusan, dan juga perilaku-
perilaku yang dapat diobservasi.

4. Model Theory Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)

Teori aksi beralasan menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku
akan terjadi. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat
dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap-sikap terhadap
suatu perilaku, seperti apakah ia merasa perilaku itu penting. Teori ini juga menegaskan sikap "normatif"
yang mungkin dimiliki orang-orang mereka berpikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain
(terutama orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok) pada suatu situasi yang sama.

5. Model Konsekuensi

adalah model peristiwa yang terjadi di lingkungan yang mengikuti perilaku, baik itu memperkuat,
memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.

a. Positif Reinforcement (penguatan yang positif)

peristiwa yang menyenangkan yang mengikuti suatu peristiwa.

b. Negative Reinforcement (penguatan yang negatif)

peristiwa yang secara terus-menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.

c. Punishment (hukuman)

Konsekuensi negatif yang menekankan atau memperlemah perilaku.

6. Teori Atribusi

Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang apakah perilaku itu
disebabkan oleh faktor disposisional (faktor dalam/internal) misalnya sifat, karakter, sikap, ataukah
disebabkan oleh keadaan eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu. Ada 3 Teori Atribusi :

a. Teori Correspondent Inference


Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal berarti dengan melihat
perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut hubungan yang
demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).

b. Model Of Scientific Reasoner

Harold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku seseorang dengan memandang
pengamat seperti ilmuwan disebut ilmuwan Naif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi
seseorang diperlukan 3 Informasi penting. Masing-masing informasi juga harus menggambarkan tinggi-
rendahnya. 3 Informasi itu adalah:

1) Distinctiveness

Konsep ini merujuk pada Bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda.
Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila seseorang yang bersangkutan bereaksi secara khusus pada
suatu peristiwa, sedangkan distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus
yang berbeda.

2) konsistensi

Hal ini menunjukkan pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan
tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda, apabila
responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.

3) Konsensus

Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang berarti konsensusnya rendah, dan sebaliknya.
Selain itu konsep tentang konsensus selalu melibatkan orang lain sehubungan dengan stimulus yang
sama.

Dari ketiga informasi di atas dapat ditentukan atribusi pada seseorang, menurut Kelley ada 3 atribusi
yaitu :

1) Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila
distinctivenessnya rendah konsensusnya rendah dan konsistensinya tinggi.

2) Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus
tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.

3) Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, konsensus rendah, dan
konsistensi tinggi.

c. Konsensus (weiner)

1) Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.


2) Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai