Anda di halaman 1dari 42

ANTIBIOTIKA

PENDAHULUAN
• Antibiotika adalah: zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama
fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis
lain. Dewasa ini antibiotika dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh.
• Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi
pada manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin, artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik
terhadap mikroba penyebab penyakit tetapi relatif tidak toksik
terhadap hospes.
A.Konsep-Konsep Kunci
1.Definisi antibotika
2.Jenis-jenis antibiotika berdasarkan sifat toksisitas selektif
3.Jenis-jenis antibiotika berdasarkan sensitivitasnya
4.Jenis-jenis antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya
5.Antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi
Jenis-Jenis Antibiotika
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika dibagi
menjadi:
1.Antibiotika yang bersifat menghambat pertumbuhan
bakteri disebut: mempunyai aktivitas bakteriostatik.
2.Antibiotika yang bersifat membunuh mikroba disebut:
mempunyai aktivitas bakteriosida.
Berdasarkan sensitivitasnya terhadap berbagai jenis mikroba,
antibiotika digolongkan menjadi:
1.Antibiotika berspektrum sempit (narrow spectrum): hanya
aktif terhadap satu jenis mikroba tertentu, misalnya: benzyl
penisilin dan streptomisin.
2.Antibiotika berspektrum luas (broad spectrum): aktif
terhadap beberapa jenis mikroba misalnya bakteri Gram
positif dan Gram negatif sekalian. Contohnya: tetrasiklin,
kloramfenikol.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika digolongkan
menjadi:
1.Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel
mikroba: contohnya golongan β-lactam (penisilin,
ampisilin, amoksisilin, sefalosporin), golongan vancomisin,
dll
2.Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba
dengan berikatan pada ribosom 50s, contohnya:
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, klindamisin,
linkomisin
3.Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba
dengan berikatan pada ribosom 30s, contohnya:
antibiotika golongan aminoglikosida (streptomisin,
gentamisin, kanamisin dan neomisin)
4.Antibiotika yang mengganggu keutuhan membrane sel
mikroba, contohnya: polimiksin
5.Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat
bakteri, contohnya: rifampin dan golongan quinolon
(siprofloksasin).
6.Antibiotika yang menghambat sintesis asam folat
bakteri, contohnya: sulfonamide, trimetroprime.
C.Antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi
1.Golongan β lactam: penisilin dan derivatenya, cephalosporine
2.Golongan tetrasiklin : klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin dan
minosiklin
3.Golongan makrolide: eritromisin dan klaritromisin
4.Golongan linkosamide: linkomisin dan klindamisin
5.Golongan kuinolone: siprofloksasin, ofloksasin
PENISILIN
• Penisilin pertama kali ditemukan di London pada tahun
1928 oleh Alexander Flemming, kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh Florey.
• Penisilin berasal dari jamur Penicillium notatum
kemudian digunakan spesies yang lain yaitu Penicillium
chrysigenum.
• Penisilin yang digunakan bisa berupa penisilin alam dan
penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh
dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam
atau dengan cara sintesis dari inti penisilin. Penisilin
termasuk golongan β-lactam bersama-sama dengan
sefalosporin.
A.Konsep-Konsep Kunci
a.Jenis-jenis penisilin
b.Farmakokinetik
c.Farmakodinamik
d.Indikasi dan kontra indikasi obat
e.Dosis
f.Efek samping obat
g. Interaksi Obat
1.Jenis-jenis penisilin
a. Penisilin alam: Penisilin G (Benzil penisilin) dan
Penisilin V (Fenoksimetil penisilin)
b. Penisilin antistafilokokus : Metisilin dan Nafsilin
c. Penisilin Isoksazolil: Oksasilin, Kloksasilin,
Dikloksasilin,
Fluklosasilin
d. Aminopenisilin: ampisilin, amoksisilin
e. Penisilin antipseudomonas: Karbenisilin, Tikarsilin,
Azlosilin
f. Penisilin dengan spektrum diperluas: Mezlosilin,
Piperasilin
2.Farmakokinetik
a. Absorbsi:
1) Penisilin G dan V: apabila diberikan peroral dapat
dirusak oleh asam lambung, sehingga selalu diberikan
secara parenteral (dinjeksikan secara Intra muscular atau
intra vena).
2) Ampisilin: absorbsinya terhambat oleh adanya makanan
di dalam lambung, lebih tahan terhadap suasana asam
dibandingkan dengan penisilin G dan V oleh karena itu
dapat diberikan peroral
3)Amoksisilin: absorbsinya di saluran cerna jauh lebih
baik dibandingkan dengan ampisilin. Dengan dosis oral
yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah kira-
kira 2x lebih tinggi dari pada ampisilin.
b.Metabolisme (biotransformasi) obat: metabolisme
penisilin dilakukan oleh mikroba di dalam tubuh hospes.
Apabila mikroba tersebut menghasilkan enzim penisilinase
yang akan memecah cincin betalaktam pada penisilin
maka seluruh aktivitas antimikroba dari penisilin akan
hilang. Apabila mikroba menghasilkan enzim amidase
maka akan terjadi penurunan potensi anti mikroba yang
sangat mencolok dari semua obat golongan penisilin.
c.Ekskresi obat: penisilin umumnya diekskresi melalui
proses sekresi di tubuli ginjal.
3.Farmakodinamik
a. Aktivitas dan mekanisme kerja: penisilin menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba dengan urutan sbb:
1) Obat bergabung dengan penicillin-binding protein pada
mikroba
2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel mikroba
3) Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel
mikroba
4) Kematian sel mikroba
b. Aktif hanya pada sel mikroba yang sedang membelah
c. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak
sedang membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh
penisilin. Kalaupun ada hanya bersifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri).
d. Aktif terhadap bakteri Gram positif dan spirochaeta
• Ampisilin dan amoksisilin merupakan prototipe golongan
aminopenisilin berspektrum luas tetapi dirusak oleh
enzim betalaktamase yang dihasilkan oleh bakteri Gram
positif dan negatif.
• Oleh karena itu saat ini tersedia obat amoksisilin yang
dikemas bersama-sama dengan asam klavulanik. Asam
klavulanik akan merusak enzim betalaktamase yang
dihasilkan oleh bakteri, sehingga amoksisilin dapat
bekerja secara maksimal untuk membunuh bakteri
patogen.
4.Dosis
a.Ampisilin:
1). untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul
sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat 125 mg, 250 mg
dan 500 mg, sedangkan untuk bubuk suspensi sirup mengandung
125 mg atau 250 mg/5 ml.
2). Dosis ampisilin tergantung berat ringannya penyakit. Garis
besar penentuan dosis adalah: 2000 – 4000 mg/hari, terbagi dalam
4 x pemberian.
Untuk anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg diberikan
peroral: 50 – 100 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 4 x
pemberian dalam sehari.
4). Bayi berumur kurang dari 7 hari diberi 50 mg / kg BB sehari
terbagi dalam 2 dosis (2x pemberian)
5). Bayi berumur lebih dari 7 hari diberi 75 mg / kg BB sehari
terbagi dalam 3 dosis (3x pemberian)
b. Amoksisilin:
1). Sediaan: tablet dan kapsul 125 mg, 250 mg dan 500 mg dan sirup
125 mg/ 5ml dan 250 mg/5 ml
2). Dosis: amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik dari ampisilin
sehingga dosis perharinya dapat lebih kecil dari ampisilin yaitu 3 x 250
mg – 500 mg / hari.
3). Amoksisilin yang dikemas bersama-sama dengan asam klavulanik
yaitu amoksisilin klavulanic acid dalam bentuk kaplet 625 mg (500 mg
amoksisilin + 125 mg klavulanic acid) diberi 3 x pemberian dalam
sehari.
5.Efek samping
• Efek samping dari penisilin dapat terjadi pada semua cara
pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan
secara terpisah atau bersama-sama dan dapat muncul dalam
bentuk yang ringan atau fatal.
• Frekuensi kejadian efek samping bervariasi, tergantung dari
sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian secara
parenteral lebih sering menimbulkan efek samping
dibandingkan pemberian peroral. Efek samping yang sering
terjadi adalah:
1. Reaksi alergi: merupakan bentuk efek samping yang
paling sering terjadi, bahkan penisilin G merupakan
obat yang paling sering menimbulkan reaksi alergi
berupa urtikaria, makulopapular dan eritema. Manifestasi
klinik reaksi alergi penisilin terberat adalah reaksi anafilaksis.
a.Reaksi ini lebih banyak terjadi pada pemberian perparenteral.
Reaksi alergi yang lain yang sifatnya berat adalah: angiodema,
penyakit serum, dan fenomena arthus. Tindakan yang diambil
terhadap reaksi alergi ialah menghentikan pemberian obat dan
memberikan terapi simptomatik dengan adrenalin.
b.Nefropati
c.Anemia hemolitik
d.Gangguan fungsi hati
6.Interaksi obat
Penisilin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat
probenesid, fenilbutazon, sulfinpirazol, asetosal dan indometasin
karena obat-obat ini dapat menghambat eksresi penelisin.
SEFALOSPORIN
3.1.PENDAHULUAN
• Sefalosporin termasuk golongan antibiotika betalaktam, berasal dari
fungus Cephalosporium acremonium yang pertama kali diisolasi pada
tahun 1948 oleh Brotzu. Fungus ini menghasilkan 3 macam antibiotika
yaitu sefalosporin P, N dan C dan dari ketiga antibiotika tersebut
kemudian dikembangkan berbagai derivate sefalosporin semisintetik
antara lain sefalosporin C.
• Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan aktivitas
antimikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan
masa pembuatannya.
Generasi sefalosporin tersebut adalah:
1.Generasi pertama: sefalotin, sefaprin, sefazolin, sefadrin dan sefadroksil
2.Generasi kedua: sefamandol, sefoksitin, sefaklor, sefuroksim, sefonisid,
seforanid
3.Generasi ketiga: sefotaksim, moksalaktam, seftizoksim, seftriakson,
sefoperazon.
Farmakokinetik
• Berdasarkan sifat farmakokinetiknya, sefadroksil dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1.Dapat diberikan peroral karena dapat diabsorbsi dengan baik di
saluran cerna, contohnya: sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil
2.Selain contoh obat di atas, hanya diberikan secara parenteral karena
tidak diabsorbsi di saluran cerna.
• Kebanyakan sefalosporin diekskresi lewat ginjal dan hanya sebagian
kecil (sefaperazon) yang diekskresi lewat empedu.
• Farmakodinamik
Seperti halnya antibiotika betalaktam lainnya, mekanisme kerja
sefalosporin adalah dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba.
Obat golongan ini aktif terhadap bakteri Gram positif maupun Gram
negatif, dengan spektrum antimikroba yang bervariasi antar
derivatnya.
Keunggulan sefalosporin generasi pertama dibandingkan dengan
penisilin adalah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil
penisilinase. Sefalosporin generasi pertama lebih aktif terhadap
bakteri Gram positif, generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri
Gram positif tetapi lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif,
generasi ketiga kurang aktif terhadap bakteri kokus Gram positif
tetapi lebih aktif terhadap bakteri Enterobacteriaceae
Indikasi Klinik
• Sediaan sefalosporin seharusnya hanya digunakan untuk
pengobatan infeksi bakteri berat atau yang tidak dapat
diobati dengan antimikroba lain sesuai dengan spektrum
antimikrobanya.
• Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal,
potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya
dicadangkan hanya untuk hal tersebut di atas.
Sefalosporin generasi pertama dan kedua bukan
merupakan obat terpilih untuk kebanyakan infeksi
karena tersedia obat lain yang efektivitasnya sama
dengan harga yang lebih murah.
Dosis dan cara pemberian obat
• Dosis oral Sefadroksil untuk orang dewasa: 1 - 2 g / hari dibagi
dalam 2 dosis. Untuk anak-anak diberikan 30 mg/kg BB sehari
dibagi dalam 2 dosis. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 500
mg, tablet 1 gram, serta suspensi oral 125 dan 250 mg/5 ml.
Efek samping obat
1.Reaksi alergi: merupakan efek samping yang paling sering terjadi
dengan gejala yang mirip dengan efek samping oleh karena penisilin.
Reaksi alergi yang sering terjadi adalah: anafilaksis yang disertai
dengan spasme bronkus dan urtikaria. Penderita dengan riwayat
alergi berat terhadap penisilin sebaiknya tidak diobati dengan obat
golongan sefadroksil karena akan terjadi reaksi silang maksudnya,
pasien tersebut akan mengalami reaksi alergi yang sama berat
seperti pada reaksi yang timbul saat pemberian penisilin, sedangkan
pada pasien dengan riwayat reaksi alergi ringan terhadap penisilin,
kemungkinan kecil untuk terjadi reaksi silang.
2.Toksisitas: sefalosporin dapat menimbulkan toksisitas
ginjal, menimbulkan iritasi lokal yaitu timbulnya rasa
sakit setelah suntikan intra muscular dan terjadi
tromboflebitis setelah suntikan intravena. Beberapa obat
juga menyebabkan hipoprotrombinemia dan kelainan
perdarahan.
3.Superinfeksi: kebanyakan sefalosporin generasi kedua
dan terutama generasi ketiga tidak efektif terhadap bakteri
Gram positif sehingga selama pengobatan menggunakan
sefalosporin generasi ke-2 dan ke-3 bakteri Gram positif
bersama-sama dengan fungi dapat berproliferasi sehingga
menimbulkan superinfeksi.
GOLONGAN TETRASIKLIN
4.1 PENDAHULUAN
• Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama kali
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Obat
tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin, tetapi dapat juga diperoleh dari species
Streptomyces yang lain. Tetrasiklin merupakan basa
yang sukar larut dalam air tetapi apabila dalam bentuk
garam natrium atau garam HCl maka menjadi mudah
larut dalam air.
Jenis-jenis Obat Golongan Tetrasiklin
1.Klortetrasiklin
2.Oksitetrasiklin
3.Tetrasiklin
4.Demeklosiklin
5.Doksisiklin
6.Minosiklin
Berdasarkan sifat farmakokinetiknya obat golongan
tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1.Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin: absorbsi
obat ini tidak lengkap dengan waktu paruh 6-12 jam
2.Demetilklortetrasiklin: absorbsinya lebih baik dengan
waktu paruh obat kira-kira 16 jam sehingga cukup
diberikan 2x sehari
3.Doksisiklin dan minosiklin: absorbsinya baik sekali
dengan waktu paruh 17-20 jam sehingga cukup diberikan
1-2 kali sehari 100 mg
Farmakokinetik
1.Absorbsi: sekitar 30-80% obat ini diserap di dalam saluran cerna.
Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih baik dalam saluran cerna
dibandingkan dengan tetrasiklin yang lain yaitu lebih dari 90%.
Absorbsinya berlangsung di lambung dan usus halus. Apabila ada
makanan di dalam lambung dapat menghambat absorbsi obat, kecuali
minosiklin dan doksisiklin absorbsinya dalam lambung tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan. Absorbsi tetrasiklin juga dihambat
oleh adanya obat antacid dan Fe dalam lambung oleh karena itu
tetrasiklin tidak boleh diminum bersama-sama dengan antacid dan Fe
serta susu.
2.Distribusi: obat golongan tetrasiklin ditimbun dalam sistem
retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang serta di dentin dan
email gigi yang belum erupsi. Golongan obat ini dapat menembus sawar
uri dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi.
3.Ekskresi: golongan tetrasiklin diekskresi lewat urin dan melalui
empedu
Farmakodinamik
1.Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosom subunit 30s. Mula-mula terjadi difusi
pasif dari obat melalui kanal hidrofilik, kemudian terjadi transport
aktif dari obat tetrasiklin dan berikatan pada ribosom subunit 30s
dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino sehingga
tidak terjadi pembentukan atau sintesis protein bakteri yang
mengakibatkan kematian sel bakteri.
2.Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama sebab
mekanisme kerjanya sama. Obat golongan ini hanya aktif pada
bakteri yang sedang aktif membelah diri. Obat ini termasuk
antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan memperlihatkan
spektrum antimikroba yang luas yang meliputi bakteri Gram positif
dan Gram negatif baik aerob maupun anaerob. Obat golongan ini
tidak digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri streptokokus karena ada obat pilihan lain yang lebih efektif
yaitu penisilin G, eritromisin dan sefalosporin.
Dosis
1.Tetrasiklin dan klortetrasiklin: untuk dewasa 1 – 2 gram
/ hari dibagi dalam 4 dosis. Untuk anak-anak di atas 8
tahun 25 – 50 mg / kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis
2.Oksitetrasiklin : sediaan kapsul 250 mg, diberikan
peroral 1 – 2 g/hari terbagi dalam 4 dosis
3.Demeklosiklin: sediaan tablet 150 mg dan 300 mg,
diberikan peroral diberikan 2 x sehari
4.Minosiklin: sediaan tablet dan kapsul 50 mg dan 100
mg, diberikan peroral, diberikan 1-2 x sehari
Efek Samping
1.Efek samping terhadap saluran pencenaan: mual, muntah dan
diare oleh karena iritasi lokal langsung terhadap saluran cerna.
Dapat dikontrol dengan cara pemberian obat bersama makanan
kecuali susu, mengurangi dosis atau menghentikan obat.
2.Efek samping terhadap struktur tulang dan gigi: tetrasiklin mudah
terikat pada kalsium yang diendapkan dalam tulang dan gigi yang
baru terbentuk pada anak-anak.
Bila obat ini diberikan semasa kehamilan, maka tetrasiklin dapat
ditimbun dalam janin yang dapat menyebabkan fluorosensi,
pewarnaan dan displasia pada email gigi sehingga dikatakan obat ini
mempunyai efek teratogenik.
Obat ini dapat juga ditimbun di tulang yang menyebabkan
deformitas atau penghambatan pertumbuhan tulang. Obat golongan
ini tidak boleh diberikan pada anak-anak sampai usia 8 tahun
karena dapat menyebabkan kelainan seperti di atas.
3.Toksisitas terhadap hati: dapat mengganggu fungsi hati
4.Fotosensitisasi: pasien yang meminum obat ini dapat
mengalami efek samping berupa sensisitif terhadap sinar
matahari
5.Efek samping yang lain adalah: pusing, vertigo, mual
dan muntah.
Interaksi Obat
Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan
tablet Fe dan obat antasid, karena absorbsi tetrasiklin
akan dihambat oleh kedua obat tersebut.
GOLONGAN ERITROMISIN, KLINDAMISIN DAN
QUINOLON

Asal dan Kimia


• Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces
erythreus. Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan
dan bersifat mudah larut dalam air tetapi lebih mudah
larut dalam etanol.
• Klindamisin merupakan antibiotika golongan linkosamid,
dan derivat dari linkomisin tetapi mempunyai sifat lebih
baik dari linkomisin yaitu lebih aktif, lebih sedikit efek
sampingnya dan pada pemberian peroral tidak terlalu
dipengaruhi oleh makanan dibandingkan linkomisin.
• Obat golongan quinolon ditemukan sekitar tahun 1960
namun memiliki banyak kekurangan yaitu
eliminasi/ekskresinya yang sangat cepat melalui urine
sehingga sulit dicapai kadar terapeutik obat.
• Oleh karena itu obat ini digunakan secara terbatas hanya
sebagai antiseptik saluran kemih. Pada awal tahun 1980
diperkenalkan golongan kuinolon baru yang disebut
dengan fluorokuinolon, dengan struktur kimia yang
berubah sehingga daya antibakterinya juga lebih
meningkat dan lebih luas menjadikan obat ini digunakan
sebagai antibakteri sistemik.
• Contoh obatnya adalah: siprofloksasin, enoksasin,
ofloksasin, pefloksasin dan norfloksasin.
Aktivitas antimikroba eritromisin
• Eritromisin termasuk obat golongan makrolid bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan secara
reversibel pada ribosom subunit 50s.
• Obat golongan ini bersifat bakteriostatik tetapi dapat bersifat
bakterisid apabila dosisnya ditingkatkan. Eritromisin merupakan
obat pertama yang digunakan di klinik sebagai obat pilihan
alternatif pada pasien yang alergi terhadap golongan penisilin dan
golongan beta lactam lainnya.
Farmakokinetik eritromisin
• Eritromisin diserap dengan baik oleh usus kecil bagian atas,
namun absorbsinya diperlambat oleh adanya makanan dalam
lambung.
• Obat ini diekskresi terutama melalui hati dan hanya sedikit (2-5%)
diekskresi lewat ginjal.
Dosis obat eritromisin
• Kemasan dari obat ini dalam bentuk kapsul atau tablet 250 mg dan
500 mg. dosis dewasa adalah 1-2 gram / hari, diminum 4x sehari.
Dosis anak-anak adalah 30 – 50 mg / kg BB / hari, diminum 4x
sehari.
Efek samping obat dan interaksi obat eritromisin
• Efek samping yang paling sering adalah gangguan pada
gastrointestinal. Selain itu dapat terjadi ketulian sementara pada
penggunaan dosis yang tinggi namun hanya bersifat sementara.
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
hati karena akan memperparah keadaan pasien.
• Eritromisin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat-obat:
teofilin, warfarin, terfenadin, karbamazepin, kortikosteroid,
siklosporin dan digoksin karena eritromisin dapat meningkatkan
toksisitas dari obat-obat tersebut.
KLINDAMISIN
• Obat ini termasuk golongan linkosamida, aktif terhadap
bakteri anaerob, dan bekerja dengan cara menghambat
sintesis protein bakteri.
• Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan.
Obat ini didistribusi dengan baik ke seluruh tubuh
kecuali ke CSS (cairan serebrospinal).
• Klindamisin dimetabolisme di hati kemudian diekskresi
melalui urine dan empedu. Efek samping utama
klindamisin adalah terjadi diare dan colitis.
• Efek samping lain yang dapat terjadi adalah: kemerahan
kulit, syndrome Steven-Johnson, peningkatan sementara
kadar SGOT dan SGPT, trombositopenia,
granulositopenia dan anafilaksis.
• Sediaan obat ini dalam bentuk kapsul berisi klindamisin
HCl hidrat yang setara dengan 75 mg dan 150 mg
klindamisin basa.
• Dosis oral untuk dewasa adalah: 150 – 300 mg setiap 6
jam atau pada infeksi berat bisa ditngkatkan menjadi
450 mg tiap 6 jam.
• Dosis oral untuk anak ialah: 8-12 mg / kg BB dibagi
dalam beberapa dosis. Untuk infeksi berat dapat
ditingkatkan sampai 25 mg / kg BB.
• Indikasi klinik, digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh kokus Gram positif dengan
mempertimbangkan efek samping obat. Klindamisin
terutama digunakan untuk infeksi bakteri anaerob dan
merupakan alternatif yang baik untuk penisilin.
SIPROFLOKSASIN
• Siprofloksasin termasuk golongan quinolone, mekanisme kerja obat
golongan ini adalah menghambat kerja enzim DNA girase pada
bakteri dan bersifat bakterisid. Obat ini aktif sekali terhadap
nterobacteriaceae misalnya: E. coli, Klebsiela, Enterobacter. Juga
aktif terhadap Salmonella, Vibrio, N. gonorrhoeae. Bakteri-bakteri
anaerob umumnya resisten terhadap obat ini.
• Penggunaan klinik obat ini adalah untuk mengobati infeksi saluran
kemih, infeksi saluran nafas bawah, penyakit yang ditularkan lewat
hubungan seksual, infeksi jaringan lunak dan tulang.
• Dosis obat siprofloksasin: peroral, tablet 250 – 750 mg 2x sehari,
Norfloksasin: tablet 400 mg, peroral, 2 kali sehari, Ofloksasin: tablet
100 – 300 mg, 2x sehari, Pefloksasin: tablet 400 mg, peroral, 2x
sehari.
• Efek samping utama dari obat ini adalah mual dan
hilang nafsu makan.
• Selain itu dapat muncul efek samping ringan berupa
sakit kepala, vertigo, insomnia.
• Obat ini tidak diindikasikan untuk wanita hamil dan
anak-anak yang belum mencapai usia akil balik oleh
karena ada penelitian invitro pada beberapa spesies
hewan percobaan, menunjukkan bahwa golongan
quinolone ternyata dapat menimbulkan artropati pada
hewan muda, meskipun belum diketahui apakah efek
samping ini dapat terjadi pada manusia.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai