Anda di halaman 1dari 28

PENUNTUN PRAKTIKUM DARING

KIMIA ORGANIK (KI2051)

Disusun Ulang Oleh:


Tim Dosen Kimia Organik

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Daftar isi:

JADWAL PRAKTIKUM DARING .................................................................................................. 3


PERATURAN UMUM: TUGAS DAN KEWAJIBAN PRAKTIKAN ................................................... 4
BEBERAPA PERALATAN LABORATORIUM ................................................................................ 7
Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi & Titik Didih ................... 13
Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi & Titik Leleh ............. 15
Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi ................................................... 17
Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS: Isolasi Kurkumin
dari Kunyit (Curcuma longa L) ................................................................................................ 19
Praktikum 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa Organik ............................... 21

2
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

JADWAL PRAKTIKUM DARING

Pertemuan Percobaan

Minggu I Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi & Titik Didih

Minggu II Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi & Titik Leleh

Minggu III Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi

Minggu IV Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS: Isolasi


Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Minggu V Percobaan 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa Organik

3
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PERATURAN UMUM: TUGAS DAN KEWAJIBAN PRAKTIKAN


Selamat datang di Laboratorium Pendidikan Kimia Organik!

Sebelum Anda memulai bekerja di Laboratorium Kimia Organik, sudah menjadi keharusan
bagi Anda untuk mengenal dan memahami lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat ini, terutama yang erat kaitannya dengan praktikum atau percobaan. Hal pertama yang
harus ditekankan adalah bahwa lingkungan laboratorium kimia organik sangat berbeda dengan
laboratorium kimia lainnya. Di sini hampir semua zat bersifat racun dan mudah terbakar. Banyak
reaksi yang prosesnya sangat cepat (eksplosif); tetapi banyak pula yang reaksinya sangat lambat
sehingga memerlukan kondisi tertentu, misalnya pemanasan atau pengadukan. Beberapa hal yang
perlu Anda ingat dan pahami antara lain:
- Reaksi kimia organik pada umumnya lambat, karena yang terlibat adalah molekul; bagaimana
cara mempercepatnya?
- Untuk suatu reaksi yang diharapkan lebih sempurna (rendemennya banyak), sering diperlukan
jumlah pereaksinya yang berlebih; bagaimana pengaruh kelebihan pereaksi tersebut terhadap
proses dan bagaimana cara menghilangkannya setelah reaksi berakhir?
- Setiap reaksi memerlukan kondisi reaksi tertentu, misalnya suhu, yang sangat menentukan
keberhasilan proses reaksi tersebut; bagaimana caranya?
- Melibatkan banyak teknik-teknik laboratorium yang khas, misalnya ekstraksi, distilasi, koagulasi,
rekristalisasi dsb., dan juga ketrampilan yang memadai untuk menjalankannya; bagaimana
supaya terampil?
- Mengerti dan memahami segi bahayanya bekerja di lingkungan yang terdapat banyak zat-zat
yang beracun, mudah terbakar atau tidak stabil; bagaimana cara untuk mengetahuinya?
- Mutlak diperlukan kebersihan, keterampilan, ketenangan, penguasaan teori, dan yang penting
Anda bekerja tanpa ragu-ragu dan selalu menggunakan logika.

Selamat bekerja !

1. TATA LAKSANA PRAKTIKUM DARING


● Mahasiswa wajib mengetahui dan dapat menggunakan platform daring yang akan
digunakan pada pertemuan praktikum daring.
● Pelaksanaan praktikum daring dilakukan secara asinkron menggunakan media Google
Classroom.
● Tahapan praktikum daring adalah sebagai berikut:
1. Dosen pemimpin praktikum memberikan tautan untuk menonton video di Google
Classroom setiap hari Senin (Minggu I dimulai tanggal 2 November 2020).
2. Mahasiswa diberi kebebasan untuk menonton video di hari apa saja.
3. Setelah menonton video, mahasiswa wajib membuat rangkuman video praktikum yang
ditulis tangan dan diunggah maksimal pada hari Jumat di pekan yang sama pukul 23.59
WIB di Google Classroom.
4. Tes akhir akan dilaksanakan pada hari Jumat di pekan yang sama pada pukul 17.00-17.30
WIB.

4
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

2. RANGKUMAN VIDEO PRAKTIKUM


Setelah menonton video dan pemaparan praktikum, mahasiswa wajib membuat rangkuman
pekerjaan dalam video. Rangkuman ditulis tangan dan discan dalam bentuk pdf untuk kemudian
diunggah pada Google Classroom.
Rangkuman video pratikum, harus berisi:
• Nomor modul percobaan dan judul percobaan
• Tujuan percobaan
• Teori/ prinsip percobaan, cukup berupa beberapa kalimat singkat yang meliputi garis besar
percobaan, misalnya persamaan dan mekanisme reaksi, hal-hal yang khusus mengenai
percobaan tersebut, dan lain-lain.
• Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri, peralatan di kanan, dengan cara
diurut dari atas ke bawah. Sertai dengan gambar rangkaian peralatan (jika ada).
• Cara kerja dibuat dalam bentuk diagram percobaan. Tujuannya untuk mempermudah
urutan kerja yang akan dilakukan dan sebagai gambaran percobaan keseluruhan.
• Pembahasan
• Daftar pustaka. Tuliskan semua sumber referensi tempat Anda mengambil berbagai
informasi yang penting yang Anda jadikan rujukan untuk percobaan yang bersangkutan.

Contoh Diagram Percobaan:

PEMBUATAN SIKLOHEKSANON

Sikloheksanol + H2SO4 pekat

- Refluks
- distilasi 90 oC

Distilat Residu
dibuang
- Jenuhkan dgn NaCl
- + lar Na2CO3
- test lakmus, netral
- diekstraksi

Lapisan Air Lapisan Organik

- Keringkan dengan CaCl2


- distilasi pada 80 – 85 oC

Sikloheksanon

5
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

3. SISTEM PENILAIAN

Setiap dosen pemimpin praktikum diberi kebebasan untuk menentukan cara/bobot penilaian.
Sebagai gambaran, bobot penilaian praktikum daring meliputi persentase dari nilai rata-rata:
ringkasan materi praktikum daring 60% dan tes akhir 40%. Nilai praktikum daring memiliki bobot
75% dari nilai total praktikum. Ujian praktikum pada akhir semester setelah pelaksanaan seluruh
materi praktikum daring berkontribusi 25% dari nilai total praktikum.

6
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

BEBERAPA PERALATAN LABORATORIUM

7
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

8
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

9
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

10
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

PERHITUNGAN DATA HASIL PERCOBAAN DI LABORATORIUM

Analisis kuantitatif suatu hasil percobaan di laboratorium sangat diperlukan. Metode kuantitatif
yang umum digunakan di laboratorium kimia organik adalah penentuan persen kesalahan, persen
kemurnian, persen perolehan kembali (recovery), dan persen rendemen/hasil (yield).

Perhitungan persen kesalahan digunakan sebagai perbandingan antara suatu data fisik yang teramati
di percobaan (misalnya titik leleh atau titik didih) dengan data yang diperoleh dari literatur. Persen
kesalahan menunjukkan seberapa dekat hasil percobaan yang telah dilakukan dengan nilai yang
diharapkan. Sebagai patokan umum, jika persen kesalahan untuk data fisik yang diperoleh dari hasil
percobaan melebihi 5%, maka identitas senyawa yang diperoleh harus dipertanyakan. Perhitungan
persen kesalahan menggunakan persamaan berikut:

 nilai dari literatur - nilai dari percobaan 


% Kesalahan =   x100
 nilai dari literatur 

Perhitungan persen kemurnian digunakan untuk menentukan kemurnian senyawa yang dihasilkan
dari percobaan. Persen kemurnian bersinonim dengan persen komposisi. Data kemurnian
kuantitatif sering kali diperoleh dari data hasil pengukuran menggunakan metode kromatografi
(misalnya GC atau HPLC). Perbandingan antara jumlah suatu senyawa berdasarkan pengukuran
kromatografi dengan jumlah semua senyawa dalam sampel yang sama dari pengukuran
kromatografi yang sama merupakan dasar dari persen kemurnian. Jika kemurnian produk kurang
daripada 85% maka produk tersebut harus dimurnikan lebih lanjut. Perhitungan persen kemurnian
menggunakan persamaan berikut:

 jumlah senyawa yang diharapkan dalam sampel 


% Kemurnian =   x100
 jumlah semua senyawa yang terdapat dalam sampel 

Perhitungan persen perolehan kembali (recovery) digunakan untuk membandingkan massa material
yang ada pada saat awal prosedur percobaan (belum dimurnikan, masih campuran) terhadap massa
material setelah proses pemisahan/pemurnian dilakukan. Persen perolehan kembali memberikan
indikasi ketelatenan dan ketelitian seseorang dalam melakukan percobaan. Dalam sebagian besar
prosedur, Anda akan kehilangan beberapa material dikarenakan tumpah, adhesi material pada
peralatan gelas, atau hilang karena hal-hal mekanik lainnya. Pada praktikum kimia organik, jika
persen perolehan kembali kurang daripada 85%, maka diasumsikan terjadi kesalahan prosedur atau
kelalaian yang dilakukan oleh Anda sebagai praktikan. Tetapi Anda harus memperhitungkan terlebih
dahulu kemurnian material sebelum mengambil kesimpulan terhadap berhasil atau tidaknya proses
perolehan kembali atau pemurnian yang Anda lakukan.

 berat senyawa yang diperoleh kembali setelah pemisahan 


% Perolehan kembali =   x100
 berat awal senyawa sebelum pemisahan 

11
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Perhitungan persen rendemen/hasil (yield) digunakan untuk menentukan efesiensi atau tidaknya
suatu reaksi kimia. Perhitungan persen rendemen mengharuskan Anda untuk dapat menuliskan
persamaan reaksi yang setara dari reaksi yang berlangsung. Anda harus mengubah massa atau
volume semua pereaksi awal menjadi mol, sehingga Anda dapat menghitung rendemen/hasil
teoritisnya. Perhitungan akhir adalah merupakan perbandingan antara rendemen produk yang
diperoleh berdasarkan hasil percobaan dengan rendemen teoritis. Dalam praktikum kimia organik,
jka persen rendemen di bawah 50%, maka hal tersebut menunjukkan adanya masalah dalam
pengerjaan prosedur percobaan. Namun, sekali lagi Anda harus mempertimbangkan terlebih dahulu
kemurnian material sebelum menyimpulkan berhasil atau tidaknya pengerjaan prosedur percobaan
yang Anda lakukan.

 rendemen/hasil yang diperoleh pada percobaan 


% Rendemen/hasil =   x100
 rendemen/hasil berdasarkan perhitungan (teoritis) 

12
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi &


Titik Didih

Sasaran Percobaan
Pada akhir pecobaan mahasiswa diharapkan memahami: 1) prinsip distilasi dan 2)
pengertian campuran azeotrop. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan terampil dalam: 1)
mengkalibrasi termometer, 2) merangkai peralatan distilasi dan 3) melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.

I. Pendahuluan
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Pada percobaan
ini Anda akan melakukan pemisahan campuran zat cair dengan cara distilasi biasa, distilasi
bertingkat dan distilasi azeotrop. Teori dan prinsip dasar silakan dipelajari pada bab Prinsip dan
Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub bab A. Distilasi.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja

PERHATIAN:
Dalam setiap pengerjaan distilasi, labu tidak boleh terisi oleh campuran senyawa yang
akan dipisahkan lebih dari ½ isi labu.
Jangan sampai Anda melakukan distilasi sampai kering.
Akan selalu ada kemungkinan terdapat zat cair tertentu yang bersifat eksplosif dan
mudah terbakar, jadi, berhati-hatilah, jangan biarkan ada api terbuka di sekitar zat-zat
tersebut!

A. Kalibrasi Termometer
Isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm. Tambahkan
sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air. Celupkan termometer
ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-pelan dengan termometer dan
amati penurunan suhu yang teramati pada skala termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi,
dan stabil selama 10 – 15 detik, catat skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam
air es. Jika pembacaan skala berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer
tersebut layak pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut, tukarkan termometer Anda dengan
yang baru, lalu kalibrasi lagi. Keringkan termometer dengan kertas tisu.

B. Distilasi biasa
Pasang peralatan distilasi sederhana (lihat Gambar 6 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Mulai lakukan pemanasan dengan
pemanas listrik sambil dilakukan pengadukan secara magnetik hingga mendidih. Atur pemanasan
agar supaya distilat menetes secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Amati dan catat
suhu dimana tetesan pertama mulai jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering dan
berlabel untuk menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
sebenarnya sampai suhunya konstan. Catatlah suhu dan volume distilat secara teratur setiap selang

13
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

jumlah penampungan distilat tertentu, misalnya setiap 5 mL penampungan distilat, sampai sisa yang
didistilasi tinggal sedikit (jangan sampai kering).

C. Distilasi bertingkat
Pasang peralatan distilasi bertingkat (lihat Gambar 7 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Lakukan proses distilasi sampai dengan
seperti proses pengerjaan distilasi sederhana.

D. Distilasi azeotrop terner (pengeringan etanol/demonstrasi asisten)


Masukkan 50 mL etanol:air (95%) ke dalam labu bundar 100 mL dan tambahkan toluena
sebanyak 20 mL. Pasang peralatan untuk distilasi dengan alat Dean-Stark, lalu lakukan distilasi
secara teratur, hentikan pemanasan ketika kira-kira 40 mL destilat telah diperoleh. Uji indeks bias
destilat dan residu. Jangan sampai kering!

TUGAS: Lakukan pengukuran indeks bias untuk semua senyawa murni dan semua hasil distilasi.
Bandingkan! Bandingkan pula dengan data indeks bias masing-masing senyawa murni dari
literatur!

Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.61 - 67; 129 - 140
Pasto, D.; Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.47 – 55; 396 – 398
Williamson, K. L.; Masters, K. M. (2011), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 6th
edition, Brooks/Cole, p. 86 – 130.

14
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi


& Titik Leleh
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dan tujuan
kristalisasi dan terampil dalam: 1) melakukan rekristalisasi dengan baik; 2) memilih pelarut yang
sesuai untuk rekristalisasi; 3) menjernihkan dan menghilangkan warna larutan; dan 4) memisahkan
dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.

I. Pendahuluan
Prinsip pemisahaan atau pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau
dalam pelarut campuran; serta bahwa suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab
Prinsip dan Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub bab B. Reksristalisasi & Sublimasi.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


A. Kalibrasi Termometer
Mengkalibrasi titik skala 100 termometer dilakukan sebagai berikut: isikan ke dalam tabung
reaksi besar 10 mL aquades, masukkan sedikit batu didih atau batang magnet untuk pengadukan
magnetik. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai mendidih. Posisikan
termometer pada uap di atas permukaan air yang mendidih tersebut. Untuk menentukan titik didih
yang sebenarnya dari air, harus diperiksa tekanan barometer.

B. Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air


Siapkan pelarut (air) panas. Timbang 1,5 g asam benzoat kotor, masukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL yang dilengkapi batang pengaduk magnet yang diletakkan di atas pemanas listrik, lalu
masukkan pelarut (air) dalam keadaan panas sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai semua asam
benzoat tepat larut. Setelah semua senyawa larut, tambahkan sedikit berlebih beberapa mL pelarut
panas. Didihkan campuran ini di atas pemanas listrik. Ke dalam campuran panas tambahkan sedikit
demi sedikit sekitar 0,25 g karbon aktif (charcoal) atau noritTM, hati-hati, sambil diaduk dengan
batang kaca pengaduk, untuk menghilangkan warna. Didihkan beberapa saat supaya penyerapan
warna lebih sempurna. Siapkan corong penyaring kaca tangkai pendek, lengkapi dengan kertas
saring lipat (lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara
membuatnya!). Tempatkan labu Erlenmeyer bersih untuk menampung filtrat panas di atas pemanas
listrik bersebelahan dengan gelas berisi larutan asam benzoat. Pasang corong yang telah dilengkapi
kertas saring pada labu Erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan panas (catatan: gunakan lap tangan
untuk memegang labu berisi larutan panas), tuangkan larutan asam benzoat ke dalam labu
Erlenmeyer melalui corong tersebut secepat mungkin (jangan sampai dingin, ?). Jika larutan
menjadi dingin dan mengkristal, ulangi pemanasan, dan ulangi penyaringan, sampai semua larutan
tersaring. Bilas sisa larutan asam benzoat dalam gelas kimia dengan sesedikit mungkin air panas,
tuangkan bilasannya ke dalam labu Erlenmeyer penampung filtrat melalui corong. Jika semua sudah
tersaring sempurna, angkat labu Erlenmeyer dari pemanas listrik, biarkan filtrat dingin dengan
penurunan suhu secara perlahan (di udara terbuka) dan jangan diganggu atau diguncang. Jika sudah
lama belum terbentuk kristal, dinginkan Erlenmeyer dengan cara disiram di bawah curahan air kran
atau direndam dalam air es. Bila di dalam air es belum juga terbentuk kristal berarti larutannya

15
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

kurang jenuh, maka jenuhkan larutan tersebut dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya
melalui pemanasan di atas pemanas listrik. Pembentukan kristal dapat dibantu dengan cara
menggores-gores bagian dalam labu Erlenmeyer berisi filtrat dengan batang kaca pengaduk hingga
terbentuk kristal. Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan kristal
dengan menggunakan corong Büchner yang dilengkapi dengan peralatan isap (suction) (catatan:
lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara menggunakan
penyaringan Büchner dengan suction. Ingat, kertas saring yang digunakan harus tepat seukuran
corong Büchner, tepat menutup lubang (?)). Cuci kristal dalam corong Büchner dengan sedikit
pelarut dingin, satu sampai dua kali. Tekan kristal pada corong Büchner dengan spatula, sekering
mungkin. Tebarkan kristal di atas kertas saring lebar (kering), tekan sekering mungkin. Timbang
kristal kering dan tentukan titik leleh dengan menggunakan alat pengukur titik leleh yang ada di
laboratorium. Minta bantuan asisten untuk mengajarkan Anda cara mengukur titik leleh. Hitung
perolehan kembali asam benzoat murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 atau 2 oC), ulangi
rekristalisasi.

C. Sublimasi
Tempatkan dalam cawan porselen sekitar 1 g serbuk kamper kotor. Letakkan cawan di atas
pemanas listrik, kemudian tutup cawan dengan kaca arloji yang di atasnya diletakkan bongkahan es
sebagai pendingin. Lakukan pemanasan secara perlahan hingga semua padatan kamper menyublim.
Kumpulkan kristal yang menempel pada kaca arloji, dengan cara sebelumnya cairan es di atas arloji
dihilangkan dulu menggunakan pipet tetes. Timbang dan tentukan titik leleh kamper hasil sublimasi
dan bandingkan dengan titik leleh kamper semula.

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, , p.85 - 91; 111 - 114
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 43 – 46; 5; 387 – 395
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 122 -
126; 39 – 65

16
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Percobaan 3 PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK: Ekstraksi

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan jenis ekstraksi,
yaitu ekstraksi padat-cair, cair-cair dan asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik-teknik
tersebut. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan memahami tujuan penggaraman dan pengeringan
larutan.

I. Pendahuluan
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dasar metode ekstraksi
cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang berada dalam keadaan
kesetimbangan. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Prinsip dan Teknik
Pemisahan dan Pemurnian, sub bab C. Ekstraksi.

II. Peralatan dan Zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


A. Ekstraksi Cair-cair (Kelarutan)
Masukkan 5 mL larutan asam asetat glasial (catatan: larutan 5 mL asam asetat glasial dalam
110 mL air, disiapkan oleh analis) ke dalam corong pisah 100 mL, ekstraksi dengan satu kali 15 mL
etil asetat. Setelah dikocok 1-2 kali pada awal, buka kran corong pisah dengan posisi terbalik. Kran
dipegang dengan tangan kiri. Pelajari dan latihlah cara mengekstraksi yang benar (lihat gambar pada
bab Prinsip dan Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub bab C. Ekstraksi). Simpan corong pada klem
bundar (klem cincin). Jika sudah terpisah, keluarkan bagian bawah ke dalam Erlenmeyer dengan
hati-hati (ingat, waktu mengeluarkan cairan agar tutup corong pisah sedikit terbuka!). Titrasi larutan
dalam fasa air dengan larutan NaOH 0,3 M dan indikator fenolftalein. Sebelumnya, lakukan titrasi
lebih dulu terhadap 5 mL larutan asam asetat awal. Lakukan perhitungan konsentrasi terhadap: a).
larutan asam asetat awal; b). jumlah asam asetat dalam lapisan air; c). persentase asam asetat
dalam fasa air dan fasa etil asetat. Dengan cara yang sama seperti di atas, akan tetapi lakukan
ekstraksi terhadap 5 mL larutan asam asetat dalam air sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing dengan
5 mL etil asetat. Titrasi larutan asam asetat dalam fasa air. Lakukan perhitungan seperti di atas, dan
bandingkan hasilnya.

B. Ekstraksi Asam-Basa: Pemisahan Campuran Senyawa Organik Asam, Basa dan Netral
Timbang 0,2 g campuran padatan yang mengandung sejumlah yang sama senyawa: (1) asam
benzoat (C6H5CO2H); (2) p-nitroanilin (NO2-C6H4NH2); dan (3) naftalen (C10H8), kemudian larutkan di
dalam 2 mL diklorometana di dalam tabung reaksi bertutup, hangatkan di atas pemasnas listrik jika
perlu untuk penyempurnaan pelarutan. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6M ke dalam tabung reaksi
tersebut, tutup tabung reaksi, guncangkanlah tabung reaksi dengan kuat. Buka perlahan tutup
tabung reaksi untuk mengeluarkan tekanan dari dalam tabung akibat proses pengguncangan. Ulangi
pengguncangan beberapa kali. Simpan tabung reaksi pada rak dan biarkan terjadi pemisahan 2 fasa
secara sempurna. Pindahkan fasa organik secara perlahan menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi kosong dan bersih, beri label. Pindahkan pula fasa larutan basa ke dalam tabung
reaksi lain yang kosong dan bersih, beri label. Pindahkan kembali fasa organik ke dalam tabung
reaksi semula dan ulangi proses ekstraksi dengan sebelumnya menambahkan 2 mL larutan NaOH 6
M ke dalam fasa organik. Lakukan pemisahan fasa, gabungkan fasa larutan basa dengan larutan
basa yang dihasilkan dari proses sebelumnya.

17
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Tambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik di dalam tabung reaksi dan lakukan
ekstraksi seperti proses sebelumnya. Pisahkan fasa larutan asam ke dalam tabung reaksi kosong dan
bersih. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik.
Gabungkan fasa larutan asam yang dihasilkan pada proses ini dengan fasa larutan asam dari proses
ekstraksi sebelumnya. Pindahkan fasa organik ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih.
Tambahkan 1 mL diklorometana ke dalam fasa organik pada tabung reaksi, kemudian tambahkan
sedikit garam natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang mungkin ada, goyangkan
tabung perlahan hingga tidak lagi terbentuk emulsi. Pisahkan cairan fasa organik dari padatan garam
menggunakan pipet tetes yang bagian bawahnya disumbat dengan sedikit kapas, masukkan fasa
organik tersebut ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih. Sekarang Anda memiliki tiga fasa yang
berbeda: (1) fasa larutan basa; (2) fasa larutan asam; dan (3) fasa organik. Dinginkan fasa larutan
basa dan kemudian netralkan dengan penambahan larutan HCl 6 M tetes demi tetes sampai kertas
lakmus berwarna merah (atau terbentuk banyak endapan, sekitar 2-4 mL HCl). Saring padatan
secara vakum menggunakan corong Hirsch atau Büchner dan labu isap, bilas dengan sedikit air
dingin. Pindahkan padatan pada kertas saring lain untuk dikeringkan, ditimbang dan ditentukan titik
lelehnya. Ulangi cara yang sama terhadap fasa larutan asam, hanya untuk penetralannya gunakan
larutan NaOH 6 M. Padatan yang terbentuk disaring vakum, dikeringkan, ditimbang dan ditentukan
titik lelehnya. Untuk fasa organik, lakukan penguapan diklorometana pada penangas air di atas
pemanas listrik hingga volumenya berkurang (jangan sampai kering!!). Angkat tabung reaksi dari
penangas air, dinginkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam penangas es agar terbentuk
kristal. Saring vakum kristal, kemudian keringkan, timbang dan tentukan titik lelehnya. Catat semua
data pada buku catatan praktikum Anda dan pada lembar data yang tersedia.

C. Ekstraksi pelarut: Isolasi Trimiristin dari pala (Demonstrasi oleh Asisten)


Timbang 10 g pala yang sudah dipotong-potong atau diserbukkan dan bungkus dengan
kertas saring menyerupai silinder dan diikat dengan tali benang kasur. Masukkan bungkusan serbuk
pala itu ke dalam tabung Soxhlet. Perhatian: ukuran bungkusan pala tidak boleh melampaui tinggi
dari saluran pelarut pada tabung Soxhlet!! Masukkan sekitar 40 mL n-heksana ke dalam labu bundar
yang dilengkapi batang pengaduk magnet atau batu didih dan pasang di atas pemanas listrik
berpengaduk magnet. Pasang tabung Soxhlet di atas labu berisi n-heksana dan pasang kondensor di
atas tabung Soxhlet (lihat gambar!!). Jangan lupa pasang selang air dan nyalakan aliran air ke dalam
kondensor yang sebaiknya dibalut dengan selimut berisi es. Lakukan proses Soxhletasi selama 30
menit. Setelah Soxhletasi, tuangkan ekstrak dalam labu bundar ke dalam labu bundar lain untuk
didistilasi lebih lanjut (Anda harus sudah merangkai peralatan distilasi pada saat menunggu proses
Soxhletasi). Lakukan distilasi di atas pemanas listrik. Larutan ekstrak dikisatkan dengan cara distilasi
sampai terbentuk residu endapan. Pisahkan endapan dengan penyaringan Büchner yang dilengkapi
pengisapan, cuci sekali dengan campuran aseton-metanol (1:1) dingin, lalu biarkan kristal kering.
Timbang hasil yang diperoleh, tentukan titik leleh dan hitung rendemennya dalam pala.

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.67 - 84; 141 - 149
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.56-59;399 – 404
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 127 -155

18
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS


TIPIS: Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa harus dapat:
1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
2. Menjelaskan Prinsip dasar kromatografi.
3. Melakukan isolasi campuran senyawa sampai pemurniannya secara kromatografi kolom.

I. Pendahuluan
Kromatografi adalah suatu metode untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik
sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Kromatografi adalah suatu metode fisik
yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki suatu campuran dan pelarutnya. Prinsip dan
teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Prinsip dan Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub
bab Kromatografi Kolom dan Kromatografi latis Tipis (KLT).

Isolasi Kurkumin dari Kunyit


Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang sudah sangat akrab dengan masyarakat
Indonesia. Rimpang (Rhizoma) dari tumbuhan ini biasa digunakan sebagai bahan warna kuning
dalam industri tekstil tradisional serta digunakan sebagai bumbu masakan, di samping kegunaannya
dalam obat tradisional. Nama latin dari kunyit adalah Curcuma longa yang termasuk dalam famili
Zingeberaceae (temu-temuan).
Komponen aktif dari rimpang kunyit adalah kurkumin (E,E)-1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,6-heptadien-3,5-on) yang biasanya terdapat 1,5-2% dari berat rimpang kunyit kering.
Struktur senyawa ini ditentukan tahun 1910 oleh V. Lampe dan merupakan diarilheptanoid yang
pertama ditemukan. Kurkumin juga dapat disintesis di laboratorium. Kurkumin dilaporkan memiliki
sifat antikanker dan antitumor. Analog kurkumin telah dilaporkan pula mampu menghambat enzim
HIV-1 integrase.
O OH

HO OH

OCH3 OCH3
Kurkumin

II. Peralatan dan Zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja


Sebanyak 20 g rimpang kunyit kering dalam 50 mL diklorometana direfluks selama 1 jam.
Campuran kemudian segera disaring dengan saringan vakum hingga diperoleh larutan kuning.
Larutan lalu dipekatkan melalui distilasi pada penangas air 50 oC. Residu kuning kemerahan yang
diperoleh kemudian dicampurkan dengan 20 mL n-heksana dan diaduk secara merata. Campuran
kemudian disaring lagi dengan penyaring vakum. Padatan yang dihasilkan selanjutnya dianalisis
dengan dua sistem Kromatografi lapis tipis (KLT) untuk membandingkan pengaruh kepolaran eluen
terhadap Rf nodanya. Sistem eluen pertama adalah CH2Cl2 : MeOH = 97:3 dan sistem eluen kedua
adalah CH2Cl2 : EtOAc = 97:3. Bandingkan nilai Rf noda untuk kedua sistem tersebut. Profil KLT akan
menunjukkan 3 komponen utama.

19
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Kromatografi kolom dibuat menggunakan 15 g silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99 : 1
dengan tinggi kolom berkisar antara 15-20 cm. 0,3 g ekstrak kasar yang diperoleh dilarutkan dengan
sesedikit mungkin pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dan kemudian teteskan secara perlahan pada bagian
atas kolom (jangan merusak permukaan kolom). Lakukan elusi hingga komponen pertama habis.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan KLT. Gabungan fraksi yang mengandung komponen
pertama ini kemudian dikeringkan. Uji spektrum UV dan IR dari senyawa murni yang berhasil
diisolasi.
Lakukan uji kemurnian fraksi yang diperoleh dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3).
Bandingkan kemurniannya dengan fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom!

Pustaka
Anderson, A.M., Mitchell, M.S., and Mohan, R.S., Isolation of Curcumin from Turmeric, J.Chem.Ed., 77
(3), 2000, p. 359-360
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.92- 100
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organik Chemisty, Prentice Hall
Inc., New Jersey, 1992, p. 60 – 81; 404 – 406
Skripsi, Tesis, Disertasi mengenai isolasi senyawa dari Curcuma longa atau genus curcuma lainnya.
Williamson, Macroscale and Microscale Organik Experiments, 3rd edition, Boston, 1999, p. 160 -166;
704 – 706

20
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Praktikum 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa


Organik

Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai:
a. Perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol & aldehid dan keton.
b. Jenis-jenis pereaksi untuk membedakan senyawa alkohol dan fenol & aldehid dan keton.

I. Pendahuluan

Alkohol dan fenol


Hampir lebih dari 20 juta senyawa organik telah diketahui dan dipublikasikan di berbagai
publikasi internasional. Jika setiap senyawa harus dipelajari sebagai bagian yang tesendiri, maka
studi kimia organik hampir tak mungkin dilakukan. Untungnya, ilmu kimia organik telah membagi-
bagi senyawa organik berdasarkan konsep gugus fungsi. Gugus fungsi adalah suatu atom atau
kumpulan atom yang terikat bersama dengan suatu cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul,
dan kemudian mempengaruhi karakteristik sifat fisik dan kimia molekul secara keseluruhan.
Kelompok gugus fungsi yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah gugus fungsi hidroksi (atau
hidroksil), -OH. Gugus fungsi ini menunjukkan dominasinya di antara senyawa-senyawa organik,
karena begitu banyak dan beragam senyawa yang memiliki gugus fungsi ini.
Gugus fungsi yang akan dipelajari dalam percobaan ini
adalah alkohol dan fenol. Pada alkohol, gugus –OH terikat pada
atom karbon tetrahedral. Jika gugus –OH terikat pada satu atom
karbon yang mengikat 3 atom hidrogen maka alkohol tersebut
adalah metanol. Jika karbon yang mengikat –OH terikat pada satu
atom karbon lain dan 2 atom hidrogen, alkohol ini disebut alkohol
primer (1o). Jika atom karbon yang mengikat gugus –OH terikat
pada 2 atom karbon lain, disebut alkohol sekunder (2o) dan alkohol
yang mengikat 3 atom karbon lain di samping gugus –OH disebut
alkohol tersier (3o). Semua jenis alkohol ini memiliki beberapa
karakteristik yang sama di samping beberapa karakteristik lain yang
berbeda akibat perbedaan dalam strukturnya. Dalam fenol, gugus –
OH terikat pada karbon yang menjadi bagian langsung dari cincin aromatik. Alkohol dan fenol
memiliki kemiripan dalam beberapa hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga
kedua kelompok senyawa ini dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu
perbedaan utama adalah bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alkohol. Penambahan
sejumlah larutan natrium hidroksida ke dalam fenol akan menyebabkan gugus –OH dalam molekul
terdeprotonasi; hal ini tak akan terjadi kepada alkohol.

Sifat Fisik
Semakin besar struktur suatu alkohol atau fenol, maka biasanya titik didihnya semakin
tinggi. Ketika ukuran suatu alkohol bertambah besar, maka probabilitas alkohol menjadi berwujud
padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol berwujud padat. Sebagian kecil alkohol larut
dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Namun ketika ukuran gugus alkil pada alkohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan
ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya
molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan
hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatik,

21
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang menjadi alasan mengapa gugus non
polar sering disebut sebagai gugus hidrofob.

Sifat Kimia
Pada percobaan ini fokus utamanya adalah reaksi-reaksi kimia yang dapat membantu dalam
membedakan alkohol dengan fenol dan antara senyawa-senyawa alkohol sendiri.

1. Uji Lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan alkohol-alkohol primer, sekunder dan tersier yang
dapat larut dalam air. Reagen Lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dengan seng
klorida. Seng klorida adalah suatu asam Lewis, yang ketika ditambahkan ke dalam asam klorida akan
membuat larutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan
reagen Lucas dengan cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair.
Pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan
segera setelah alkohol bereaksi merupakan indikasi keberadaan alkohol tersier. Alkohol sekunder
bereaksi lambat, dan setelah sedikit pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua, biasanya
sekitar 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak bereaksi pada kondisi ini. Pada alkohol tersier,
atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –OH. Pada alkohol
sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi, namun
penantaan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat –OH.

2. Uji Asam Kromat (Uji Bordwell-Wellman)


Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam kromat.
Bilangan oksidasi Cr+6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr+3,
yang berwarna hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat. Alkohol tersier
tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena itu reaksi ini di satu sisi tidak dapat
membedakan alkohol primer dan sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer dan
sekunder dengan alkohol tersier. Fenol biasanya teroksidasi menjadi tar yang berwarna coklat oleh
asam kromat.

22
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

3. Uji dengan Natrium dan Larutan NaOH


Atom hidrogen dari gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol dapat disingkirkan oleh natrium.
Fenol lebih asam daripada alkohol dan dapat diubah menjadi garam natrium bila direaksikan dengan
larutan NaOH, dan garam ini biasanya larut dalam air. Berikut adalah reaksi alkohol dengan natrium:

Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
organik.

4. Keasaman Fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan asam
yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah
menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida).
Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat
melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak
dapat. Tidak satu pun di antara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah
tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (yang akan dapat melarutkan alkohol yang tak larut air dalam
bentuk anion alkoksida). Urutan kebasaan dari basa-basa yang terdapat dalam persamaan reaksi di
atas, mulai dari yang paling kuat ke yang kurang kuat: natrium hidroksida, NaOH > natrium karbonat,
Na2CO3 > natrium bikarbonat, NaHCO3.

5. Uji Besi(III) Klorida


Penambahan besi(III) klorida yang terlarut dalam kloroform (triklorometana) ke dalam suatu
larutan fenol dalam kloroform, menghasilkan suatu larutan berwarna ketika ditambahkan piridin.
Berdasarkan struktur fenol, warna produk yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari merah sampai
ungu. Alkohol tidak menghasilkan warna apapun terhadap uji ini.

Aldehid dan keton


Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (-C=O), yaitu atom karbon yang berikatan
rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat 2 atom karbon lain yang terikat pada gugus
karbonil. Karbon yang terikat pada gugus karbonil dapat merupakan rantai alifatik (bukan
merupakan bagian dari cincin aromatik) atau aromatik (merupakan bagian dari cincin aromatik).
Aldehid dan keton sama-sama mengalami reaksi yang disebut adisi nukleofilik. Pada kondisi kurang
asam, pada reaksi ini suatu nukleofil (suatu spesi yang dapat mendonorkan sepasang elektron, atau
disebut sebagai basa Lewis) memberikan pasangan elektronnya kepada karbon karbonil untuk
membentuk suatu ikatan tunggal seiring dengan bergeraknya sepasang elektron pada ikatan rangkap
menjadi sepasang elektron bebas pada oksigen. Akibatnya, oksigen dapat mengambil sebuah proton
dari tempat lain (bisa jadi dari salah satu yang terikat pada atom nukleofil yang menyerang karbon
karbonil) dan menjadi gugus –OH. Pada kondisi yang lebih asam, hasilnya sama, namun pada kondisi
ini sebuah proton (dari suatu asam) mengikatkan diri pada salah satu dari pasangan elektron bebas
pada oksigen. Gugus karbonil sekarang bermuatan +1 dan dapat mengundang nukleofil yang lemah

23
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

sekalipun (nukleofil kuat tidak dapat berada di dalam larutan yang sangat asam karena nukleofil kuat
biasanya merupakan basa yang kuat dan tak bisa berkeliaran bebas di dalam larutan asam). Jadi,
ketika nukleofil menyerang karbon karbonil dan membentuk ikatan, maka ikatan rangkap pada
karbonil berubah menjadi gugus –OH. Kedua kondisi reaksi tersebut dapat dilihat pada reaksi
berikut.

Kondisi pertama – dalam larutan yang sedikit asam: reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan aseton.

Pada reaksi di atas dapat dilihat bahwa terkadang produk yang dihasilkan tidak selalu yang dapat
diisolasi. Produk ini dapat mengalami reaksi eliminasi dengan melepaskan gugus –OH yang telah
terbentuk, kemudian atom hidrogen pada nitrogen lepas dan terbentuklah ikatan rangkap antara C
dan N disertai pelepasan molekul air. Produk akhirnya sering dikenal sebagai 2,4-
dinitrofenilhidrazon.

Perhatikan bahwa asam, H3O+, dibutuhkan sebagai katalis untuk reaksi pertama di atas yang akan
membentuk molekul air pada tahap pertama. Pada tahap kedua, molekul air yang kedua dihasilkan,
namun molekul air ini terprotonasi dan membentuk H3O+ pada tahap ketiga, sehingga secara
keseluruhan hanya dihasilkan satu molekul air. Ini adalah ciri H3O+ sebagai katalis, mempercepat laju
reaksi tetapi tidak ikut terpakai habis dalam reaksi.

Kasus kedua – dalam larutan yang lebih asam: reaksi metanol dengan asetaldehid.

24
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Pada tahap pertama mekanisme reaksi, katalis asam, H3O+, memprotonasi oksigen pada gugus
karbonil sehingga muatannya +1. Pada tahap kedua, oksigen yang terprotonasi pada metanol yang
bersifat sebagai nukleofil lemah mendonorkan sepasang elektronnya kepada karbon karbonil untuk
membentuk ikatan baru. Pada tahap ketiga, hemiasetal yang terprotonasi memberikan proton pada
molekul air yang terbentuk pada tahap pertama sehingga membentuk ion hidronium. Reaksi ini
dikatalisis oleh asam. Jika asetaldehid tidak diprotonasi oleh asam pada tahap pertama, reaksinya
dengan metanol akan berlangsung sangat lambat karena metanol adalah nukleofil lemah.
Hemiasetal, produk yang terbentuk dari reaksi antara alkohol dengan aldehid atau keton, berperan
penting dalam kimia karbohidrat. Gula, adalah senyawa polihidroksi aldehid dan keton, sehingga
gula memiliki dua gugus fungsi (karbonil dan hidroksi) yang dapat bereaksi satu sama lain
membentuk hemiasetal. Hemiasetal ternyata dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa
yang disebut asetal. Asetal memiliki suatu karbon tetrahedral yang terikat pada 2 atom oksigen,
dimana kedua atom oksigen ini masing-masing terikat pada atom karbon yang lain. Reaksi ini juga
penting dalam kimia karbohidrat.
Mekanisme manapun yang sebenarnya berlangsung, reaksi ini biasanya secara umum
dikatakan sebagai reaksi adisi nukleofilik.
Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid
teroksidasi, akan terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat
tereduksi menjadi Cr+3. Inilah yang membedakan aldehid dari keton.

Gugus fungsi lain, seperti alkohol primer dan sekunder juga dapat teroksidasi oleh asam kromat.
Aldehid juga dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang mengandung ion Ag+. Ion perak(I)
akan tereduksi menjadi logam perak. Ion logam adalah pengoksidasi yang lemah; aldehid sangat
mudah teroksidasi dan hasilnya akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion Ag+.

25
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Senyawa metil keton, tetapi bukan keton yang lain, akan teroksidasi oleh iod di dalam larutan
natrium hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk
iodoform yang berwarna kuning, yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid, tetapi bukan
aldehid yang lain, akan memberikan hasil positif juga terhadap uji ini, karena memiliki kemiripan
dalam struktur dengan metil keton. Di samping itu, etanol (teroksidasi menjadi asetaldehid) dan
alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi metil keton dapat juga memberikan hasil positif
terhadap uji ini.

II. Peralatan dan zat


Cari dan susunlah sendiri peralatan dan zat yang digunakan sesuai dengan eksperimen yang
dilakukan.

III. Cara kerja

Perhatian!!
Asam kromat sangat korosif! Jika Anda terkena zat ini, segera bilas anggota tubuh Anda yang terkontaminasi
oleh air yang banyak! Fenol sangat korosif! Jika ada padatan atau larutan fenol yang mengenai Anda, segera
cuci atau rendam bagian yang terkena dengan Anti Fenol (larutan basa, biasanya larutan natrium bikarbonat
atau serbuk kapur), kemudian bilaslah dengan air yang banyak!

1. Alkohol dan fenol: Uji Lucas


Masukkan 5 tetes tiap sampel ke dalam masing-masing tabung sesuai label. Tambahkan 1
mL reagen Lucas. Tutup tabung reaksi dengan gabus atau alumunium foil dan goyangkan dengan
kuat untuk mengaduk campuran. Setelah benar-benar tercampur, buka tutup tabung dan biarkan
tabung beberapa saat (sekitar 5 menit). Amati apakah terlihat kekeruhan atau lapisan kedua pada
larutan. Apabila terdapat tabung yang larutannya masih bening, masukkan tabung tersebut ke
dalam penagas air bersuhu 60 oC selama 15 menit, kemudian amati apakah terdapat kekeruhan atau
tidak. Catat hasil pengamatan Anda.

2. Alkohol dan fenol: Uji Asam kromat (Uji Bordwell-Wellman)

Masukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi masing-masing, lalu ke dalamnya


ditambahkan 10 tetes aseton dan 2 tetes asam kromat. Tutup tabung reaksi, lalu aduk. Buka tutup
tabung dan simpan tabung di dalam penangas air bersuhu 60 oC selama 5 menit. Amati perubahan
warna yang terjadi dan catatlah hasilnya.

3. Alkohol dan fenol: Uji dengan Natrium


Tempatkan 2 mL dari masing-masing senyawa berikut dalam tabung reaksi: etanol, 1-
propanol, 2-propanol, dan fenol (bila fenol berbentuk kristal, panaskan sedikit supaya melebur).
Tambahkan sepotong kecil logam Na ke dalam tiap-tiap tabung reaksi di atas. Catat hasilnya. Ke

26
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

dalam larutan yang diperoleh, tambahkan beberapa tetes fenolftalein, catat hasilnya. (hati-hati,
natrium sangat reaktif, reaksi dengan air bisa menimbulkan ledakan!!! Buang bekas hasil reaksi
ke dalam wadah yang berlabel ”Sisa Natrium”!).

4. Alkohol dan fenol: Keasaman


Masukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan masing-masing 5 tetes
aqua dm. Gunakan batang pengaduk kaca untuk mengaduk sampel kemudian sentuhkan ujung
batang pengaduk pada kertas pH. Setelah 15 detik, bandingkan warna kertas pH dengan kertas skala
pH. Catat pH tiap sampel.

5. Alkohol dan fenol: Uji Besi(III)klorida


Masukkan 10 tetes tiap sampel ke dalam tabung reaksi berlabel, lalu tambahkan 10 tetes
kloroform ke dalam tiap tabung. Tambahkan pula 5 tetes larutan besi(III) klorida dalam kloroform ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes piridin ke dalam tiap tabung. Aduk tabung reaksi, amati
dan catat yang terjadi.

6. Aldehid dan keton: Uji Tollens


Dibuat oleh Analis: Siapkan reagen Tollens di dalam labu Erlenmeyer 25 mL dengan mencampurkan
5 mL larutan perak nitrat 9% dalam 5 mL larutan NaOH 10%. Terhadap campuran reaksi, tambahkan
larutan amoniak 10% tetes demi tetes sambil digoyang, sampai terbentuk endapan coklat dari perak
oksida mulai melarut; jangan menambahkan amoniak berlebih!
Dilakukan oleh praktikan: Larutkan 5 tetes senyawa aldehid dan keton yang telah ada di dalam
tabung reaksi dengan bis(2-etoksietil)eter atau pelarut eter lainnya secara tetes demi tetes. Lalu
tambahkan 2 mL reagen Tollens, kemudian tabung digoyang/diaduk. Tempatkan tabung reaksi di
dalam penangas air 60 oC selama 5 menit. Uji positif bagi aldehid adalah terbentuknya cermin perak
pada tabung reaksi (jika tabung reaksi bersih); jika tabung reaksinya kotor, akan terbentuk endapan
hitam. Catat pengamatan Anda! Cuci tabung reaksi segera dengan asam nitrat 1 M, lalu bilas dengan
air yang banyak.

7. Aldehid dan keton: Uji Iodoform


Ke dalam tiap tabung reaksi yang mengandung sampel yang akan diuji, tambahkan 2 mL air,
lalu goyang tabung reaksinya. Jika senyawanya tak larut, tambahkan dioksan tetes demi tetes sambil
diaduk sampai campuran homogen. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6 M. Aduk. Kemudian
tempatkan tabung reaksi di dalam penangas air 60 oC selama 3 atau 4 menit, dan sambil tabung
reaksi masih di dalam penangas air, tambahkanlah larutan I2/KI tetes demi tetes sambil
digoyang/diaduk (untuk hal ini, keluarkan sebentar tabung reaksi, lalu masukkan kembali ke dalam
penangas), sampai warna coklatnya bertahan selama 2 menit di dalam tabung. Tambahkan larutan
NaOH 6 M tetes demi tetes sambil digoyang, sampai warna coklat menghilang. Tetap simpan tabung
reaksi dalam penangas air selama 5 menit. Lalu keluarkan tabung reaksi dari penangas dan amati
isinya, apakah terdapat endapan kuning dari iodoform, yang menunjukkan keberadaan asetaldehid
atau suatu metil keton. Catat hasilnya.
8. Aldehid dan keton: Uji 2,4- Dinitrofenilhidrazin
Tambahkan 20 tetes 2,4-dinitrofhenilhidrazin ke dalam setiap tabung reaksi yang
mengandung sampel yang diuji. Jika endapan tidak segera muncul, panaskan selama 5 menit di
dalam penangas air 60 oC. Catat hasil pengamatan Anda.

Pustaka

Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.640-642; 653

27
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB

Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston

28

Anda mungkin juga menyukai