Daftar isi:
2
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Pertemuan Percobaan
Minggu I Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR: Distilasi & Titik Didih
Minggu II Percobaan 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ZAT PADAT: Rekristalisasi & Titik Leleh
Minggu V Percobaan 5 UJI KUALITATIF: Sifat dan Reaksi Kimia Senyawa Organik
3
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sebelum Anda memulai bekerja di Laboratorium Kimia Organik, sudah menjadi keharusan
bagi Anda untuk mengenal dan memahami lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat ini, terutama yang erat kaitannya dengan praktikum atau percobaan. Hal pertama yang
harus ditekankan adalah bahwa lingkungan laboratorium kimia organik sangat berbeda dengan
laboratorium kimia lainnya. Di sini hampir semua zat bersifat racun dan mudah terbakar. Banyak
reaksi yang prosesnya sangat cepat (eksplosif); tetapi banyak pula yang reaksinya sangat lambat
sehingga memerlukan kondisi tertentu, misalnya pemanasan atau pengadukan. Beberapa hal yang
perlu Anda ingat dan pahami antara lain:
- Reaksi kimia organik pada umumnya lambat, karena yang terlibat adalah molekul; bagaimana
cara mempercepatnya?
- Untuk suatu reaksi yang diharapkan lebih sempurna (rendemennya banyak), sering diperlukan
jumlah pereaksinya yang berlebih; bagaimana pengaruh kelebihan pereaksi tersebut terhadap
proses dan bagaimana cara menghilangkannya setelah reaksi berakhir?
- Setiap reaksi memerlukan kondisi reaksi tertentu, misalnya suhu, yang sangat menentukan
keberhasilan proses reaksi tersebut; bagaimana caranya?
- Melibatkan banyak teknik-teknik laboratorium yang khas, misalnya ekstraksi, distilasi, koagulasi,
rekristalisasi dsb., dan juga ketrampilan yang memadai untuk menjalankannya; bagaimana
supaya terampil?
- Mengerti dan memahami segi bahayanya bekerja di lingkungan yang terdapat banyak zat-zat
yang beracun, mudah terbakar atau tidak stabil; bagaimana cara untuk mengetahuinya?
- Mutlak diperlukan kebersihan, keterampilan, ketenangan, penguasaan teori, dan yang penting
Anda bekerja tanpa ragu-ragu dan selalu menggunakan logika.
Selamat bekerja !
4
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
PEMBUATAN SIKLOHEKSANON
- Refluks
- distilasi 90 oC
Distilat Residu
dibuang
- Jenuhkan dgn NaCl
- + lar Na2CO3
- test lakmus, netral
- diekstraksi
Sikloheksanon
5
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
3. SISTEM PENILAIAN
Setiap dosen pemimpin praktikum diberi kebebasan untuk menentukan cara/bobot penilaian.
Sebagai gambaran, bobot penilaian praktikum daring meliputi persentase dari nilai rata-rata:
ringkasan materi praktikum daring 60% dan tes akhir 40%. Nilai praktikum daring memiliki bobot
75% dari nilai total praktikum. Ujian praktikum pada akhir semester setelah pelaksanaan seluruh
materi praktikum daring berkontribusi 25% dari nilai total praktikum.
6
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
7
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
8
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
9
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
10
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Analisis kuantitatif suatu hasil percobaan di laboratorium sangat diperlukan. Metode kuantitatif
yang umum digunakan di laboratorium kimia organik adalah penentuan persen kesalahan, persen
kemurnian, persen perolehan kembali (recovery), dan persen rendemen/hasil (yield).
Perhitungan persen kesalahan digunakan sebagai perbandingan antara suatu data fisik yang teramati
di percobaan (misalnya titik leleh atau titik didih) dengan data yang diperoleh dari literatur. Persen
kesalahan menunjukkan seberapa dekat hasil percobaan yang telah dilakukan dengan nilai yang
diharapkan. Sebagai patokan umum, jika persen kesalahan untuk data fisik yang diperoleh dari hasil
percobaan melebihi 5%, maka identitas senyawa yang diperoleh harus dipertanyakan. Perhitungan
persen kesalahan menggunakan persamaan berikut:
Perhitungan persen kemurnian digunakan untuk menentukan kemurnian senyawa yang dihasilkan
dari percobaan. Persen kemurnian bersinonim dengan persen komposisi. Data kemurnian
kuantitatif sering kali diperoleh dari data hasil pengukuran menggunakan metode kromatografi
(misalnya GC atau HPLC). Perbandingan antara jumlah suatu senyawa berdasarkan pengukuran
kromatografi dengan jumlah semua senyawa dalam sampel yang sama dari pengukuran
kromatografi yang sama merupakan dasar dari persen kemurnian. Jika kemurnian produk kurang
daripada 85% maka produk tersebut harus dimurnikan lebih lanjut. Perhitungan persen kemurnian
menggunakan persamaan berikut:
Perhitungan persen perolehan kembali (recovery) digunakan untuk membandingkan massa material
yang ada pada saat awal prosedur percobaan (belum dimurnikan, masih campuran) terhadap massa
material setelah proses pemisahan/pemurnian dilakukan. Persen perolehan kembali memberikan
indikasi ketelatenan dan ketelitian seseorang dalam melakukan percobaan. Dalam sebagian besar
prosedur, Anda akan kehilangan beberapa material dikarenakan tumpah, adhesi material pada
peralatan gelas, atau hilang karena hal-hal mekanik lainnya. Pada praktikum kimia organik, jika
persen perolehan kembali kurang daripada 85%, maka diasumsikan terjadi kesalahan prosedur atau
kelalaian yang dilakukan oleh Anda sebagai praktikan. Tetapi Anda harus memperhitungkan terlebih
dahulu kemurnian material sebelum mengambil kesimpulan terhadap berhasil atau tidaknya proses
perolehan kembali atau pemurnian yang Anda lakukan.
11
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Perhitungan persen rendemen/hasil (yield) digunakan untuk menentukan efesiensi atau tidaknya
suatu reaksi kimia. Perhitungan persen rendemen mengharuskan Anda untuk dapat menuliskan
persamaan reaksi yang setara dari reaksi yang berlangsung. Anda harus mengubah massa atau
volume semua pereaksi awal menjadi mol, sehingga Anda dapat menghitung rendemen/hasil
teoritisnya. Perhitungan akhir adalah merupakan perbandingan antara rendemen produk yang
diperoleh berdasarkan hasil percobaan dengan rendemen teoritis. Dalam praktikum kimia organik,
jka persen rendemen di bawah 50%, maka hal tersebut menunjukkan adanya masalah dalam
pengerjaan prosedur percobaan. Namun, sekali lagi Anda harus mempertimbangkan terlebih dahulu
kemurnian material sebelum menyimpulkan berhasil atau tidaknya pengerjaan prosedur percobaan
yang Anda lakukan.
12
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sasaran Percobaan
Pada akhir pecobaan mahasiswa diharapkan memahami: 1) prinsip distilasi dan 2)
pengertian campuran azeotrop. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan terampil dalam: 1)
mengkalibrasi termometer, 2) merangkai peralatan distilasi dan 3) melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.
I. Pendahuluan
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Pada percobaan
ini Anda akan melakukan pemisahan campuran zat cair dengan cara distilasi biasa, distilasi
bertingkat dan distilasi azeotrop. Teori dan prinsip dasar silakan dipelajari pada bab Prinsip dan
Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub bab A. Distilasi.
PERHATIAN:
Dalam setiap pengerjaan distilasi, labu tidak boleh terisi oleh campuran senyawa yang
akan dipisahkan lebih dari ½ isi labu.
Jangan sampai Anda melakukan distilasi sampai kering.
Akan selalu ada kemungkinan terdapat zat cair tertentu yang bersifat eksplosif dan
mudah terbakar, jadi, berhati-hatilah, jangan biarkan ada api terbuka di sekitar zat-zat
tersebut!
A. Kalibrasi Termometer
Isi gelas kimia 400 mL dengan bongkahan kecil es hingga kedalaman 10 cm. Tambahkan
sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan mengambang di permukaan air. Celupkan termometer
ke dalam air es ini hingga kedalaman 7 atau 8 cm. Aduk air es pelan-pelan dengan termometer dan
amati penurunan suhu yang teramati pada skala termometer. Ketika suhunya sudah tidak turun lagi,
dan stabil selama 10 – 15 detik, catat skala termometer tanpa mengangkat termometer dari dalam
air es. Jika pembacaan skala berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer
tersebut layak pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut, tukarkan termometer Anda dengan
yang baru, lalu kalibrasi lagi. Keringkan termometer dengan kertas tisu.
B. Distilasi biasa
Pasang peralatan distilasi sederhana (lihat Gambar 6 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Mulai lakukan pemanasan dengan
pemanas listrik sambil dilakukan pengadukan secara magnetik hingga mendidih. Atur pemanasan
agar supaya distilat menetes secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Amati dan catat
suhu dimana tetesan pertama mulai jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering dan
berlabel untuk menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
sebenarnya sampai suhunya konstan. Catatlah suhu dan volume distilat secara teratur setiap selang
13
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
jumlah penampungan distilat tertentu, misalnya setiap 5 mL penampungan distilat, sampai sisa yang
didistilasi tinggal sedikit (jangan sampai kering).
C. Distilasi bertingkat
Pasang peralatan distilasi bertingkat (lihat Gambar 7 pada sub bab A. Distilasi). Masukkan
40 mL campuran aseton-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Masukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu (catatan: jika tak ada batang pengaduk magnet,
masukkanlah beberapa potong batu didih ke dalam labu). Lakukan proses distilasi sampai dengan
seperti proses pengerjaan distilasi sederhana.
TUGAS: Lakukan pengukuran indeks bias untuk semua senyawa murni dan semua hasil distilasi.
Bandingkan! Bandingkan pula dengan data indeks bias masing-masing senyawa murni dari
literatur!
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.61 - 67; 129 - 140
Pasto, D.; Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.47 – 55; 396 – 398
Williamson, K. L.; Masters, K. M. (2011), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 6th
edition, Brooks/Cole, p. 86 – 130.
14
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
I. Pendahuluan
Prinsip pemisahaan atau pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada
adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau
dalam pelarut campuran; serta bahwa suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas
dibandingkan dengan pelarut dingin. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab
Prinsip dan Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub bab B. Reksristalisasi & Sublimasi.
15
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
kurang jenuh, maka jenuhkan larutan tersebut dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya
melalui pemanasan di atas pemanas listrik. Pembentukan kristal dapat dibantu dengan cara
menggores-gores bagian dalam labu Erlenmeyer berisi filtrat dengan batang kaca pengaduk hingga
terbentuk kristal. Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan kristal
dengan menggunakan corong Büchner yang dilengkapi dengan peralatan isap (suction) (catatan:
lihat gambar pada sub bab B. Rekristalisasi & Sublimasi dan pelajari cara menggunakan
penyaringan Büchner dengan suction. Ingat, kertas saring yang digunakan harus tepat seukuran
corong Büchner, tepat menutup lubang (?)). Cuci kristal dalam corong Büchner dengan sedikit
pelarut dingin, satu sampai dua kali. Tekan kristal pada corong Büchner dengan spatula, sekering
mungkin. Tebarkan kristal di atas kertas saring lebar (kering), tekan sekering mungkin. Timbang
kristal kering dan tentukan titik leleh dengan menggunakan alat pengukur titik leleh yang ada di
laboratorium. Minta bantuan asisten untuk mengajarkan Anda cara mengukur titik leleh. Hitung
perolehan kembali asam benzoat murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 atau 2 oC), ulangi
rekristalisasi.
C. Sublimasi
Tempatkan dalam cawan porselen sekitar 1 g serbuk kamper kotor. Letakkan cawan di atas
pemanas listrik, kemudian tutup cawan dengan kaca arloji yang di atasnya diletakkan bongkahan es
sebagai pendingin. Lakukan pemanasan secara perlahan hingga semua padatan kamper menyublim.
Kumpulkan kristal yang menempel pada kaca arloji, dengan cara sebelumnya cairan es di atas arloji
dihilangkan dulu menggunakan pipet tetes. Timbang dan tentukan titik leleh kamper hasil sublimasi
dan bandingkan dengan titik leleh kamper semula.
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, , p.85 - 91; 111 - 114
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 43 – 46; 5; 387 – 395
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 122 -
126; 39 – 65
16
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan jenis ekstraksi,
yaitu ekstraksi padat-cair, cair-cair dan asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik-teknik
tersebut. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan memahami tujuan penggaraman dan pengeringan
larutan.
I. Pendahuluan
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dasar metode ekstraksi
cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa cair yang berada dalam keadaan
kesetimbangan. Prinsip dan teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Prinsip dan Teknik
Pemisahan dan Pemurnian, sub bab C. Ekstraksi.
B. Ekstraksi Asam-Basa: Pemisahan Campuran Senyawa Organik Asam, Basa dan Netral
Timbang 0,2 g campuran padatan yang mengandung sejumlah yang sama senyawa: (1) asam
benzoat (C6H5CO2H); (2) p-nitroanilin (NO2-C6H4NH2); dan (3) naftalen (C10H8), kemudian larutkan di
dalam 2 mL diklorometana di dalam tabung reaksi bertutup, hangatkan di atas pemasnas listrik jika
perlu untuk penyempurnaan pelarutan. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6M ke dalam tabung reaksi
tersebut, tutup tabung reaksi, guncangkanlah tabung reaksi dengan kuat. Buka perlahan tutup
tabung reaksi untuk mengeluarkan tekanan dari dalam tabung akibat proses pengguncangan. Ulangi
pengguncangan beberapa kali. Simpan tabung reaksi pada rak dan biarkan terjadi pemisahan 2 fasa
secara sempurna. Pindahkan fasa organik secara perlahan menggunakan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi kosong dan bersih, beri label. Pindahkan pula fasa larutan basa ke dalam tabung
reaksi lain yang kosong dan bersih, beri label. Pindahkan kembali fasa organik ke dalam tabung
reaksi semula dan ulangi proses ekstraksi dengan sebelumnya menambahkan 2 mL larutan NaOH 6
M ke dalam fasa organik. Lakukan pemisahan fasa, gabungkan fasa larutan basa dengan larutan
basa yang dihasilkan dari proses sebelumnya.
17
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Tambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik di dalam tabung reaksi dan lakukan
ekstraksi seperti proses sebelumnya. Pisahkan fasa larutan asam ke dalam tabung reaksi kosong dan
bersih. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 2 mL larutan HCl 6 M ke dalam fasa organik.
Gabungkan fasa larutan asam yang dihasilkan pada proses ini dengan fasa larutan asam dari proses
ekstraksi sebelumnya. Pindahkan fasa organik ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih.
Tambahkan 1 mL diklorometana ke dalam fasa organik pada tabung reaksi, kemudian tambahkan
sedikit garam natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang mungkin ada, goyangkan
tabung perlahan hingga tidak lagi terbentuk emulsi. Pisahkan cairan fasa organik dari padatan garam
menggunakan pipet tetes yang bagian bawahnya disumbat dengan sedikit kapas, masukkan fasa
organik tersebut ke dalam tabung reaksi kosong dan bersih. Sekarang Anda memiliki tiga fasa yang
berbeda: (1) fasa larutan basa; (2) fasa larutan asam; dan (3) fasa organik. Dinginkan fasa larutan
basa dan kemudian netralkan dengan penambahan larutan HCl 6 M tetes demi tetes sampai kertas
lakmus berwarna merah (atau terbentuk banyak endapan, sekitar 2-4 mL HCl). Saring padatan
secara vakum menggunakan corong Hirsch atau Büchner dan labu isap, bilas dengan sedikit air
dingin. Pindahkan padatan pada kertas saring lain untuk dikeringkan, ditimbang dan ditentukan titik
lelehnya. Ulangi cara yang sama terhadap fasa larutan asam, hanya untuk penetralannya gunakan
larutan NaOH 6 M. Padatan yang terbentuk disaring vakum, dikeringkan, ditimbang dan ditentukan
titik lelehnya. Untuk fasa organik, lakukan penguapan diklorometana pada penangas air di atas
pemanas listrik hingga volumenya berkurang (jangan sampai kering!!). Angkat tabung reaksi dari
penangas air, dinginkan pada suhu kamar, lalu masukkan ke dalam penangas es agar terbentuk
kristal. Saring vakum kristal, kemudian keringkan, timbang dan tentukan titik lelehnya. Catat semua
data pada buku catatan praktikum Anda dan pada lembar data yang tersedia.
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.67 - 84; 141 - 149
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey, p.56-59;399 – 404
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, p. 127 -155
18
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa harus dapat:
1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
2. Menjelaskan Prinsip dasar kromatografi.
3. Melakukan isolasi campuran senyawa sampai pemurniannya secara kromatografi kolom.
I. Pendahuluan
Kromatografi adalah suatu metode untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik
sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Kromatografi adalah suatu metode fisik
yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki suatu campuran dan pelarutnya. Prinsip dan
teknik dasar lebih detail dapat dipelajari pada bab Prinsip dan Teknik Pemisahan dan Pemurnian, sub
bab Kromatografi Kolom dan Kromatografi latis Tipis (KLT).
HO OH
OCH3 OCH3
Kurkumin
19
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Kromatografi kolom dibuat menggunakan 15 g silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99 : 1
dengan tinggi kolom berkisar antara 15-20 cm. 0,3 g ekstrak kasar yang diperoleh dilarutkan dengan
sesedikit mungkin pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dan kemudian teteskan secara perlahan pada bagian
atas kolom (jangan merusak permukaan kolom). Lakukan elusi hingga komponen pertama habis.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan KLT. Gabungan fraksi yang mengandung komponen
pertama ini kemudian dikeringkan. Uji spektrum UV dan IR dari senyawa murni yang berhasil
diisolasi.
Lakukan uji kemurnian fraksi yang diperoleh dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 97 : 3).
Bandingkan kemurniannya dengan fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom!
Pustaka
Anderson, A.M., Mitchell, M.S., and Mohan, R.S., Isolation of Curcumin from Turmeric, J.Chem.Ed., 77
(3), 2000, p. 359-360
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.92- 100
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organik Chemisty, Prentice Hall
Inc., New Jersey, 1992, p. 60 – 81; 404 – 406
Skripsi, Tesis, Disertasi mengenai isolasi senyawa dari Curcuma longa atau genus curcuma lainnya.
Williamson, Macroscale and Microscale Organik Experiments, 3rd edition, Boston, 1999, p. 160 -166;
704 – 706
20
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Sasaran Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai:
a. Perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol & aldehid dan keton.
b. Jenis-jenis pereaksi untuk membedakan senyawa alkohol dan fenol & aldehid dan keton.
I. Pendahuluan
Sifat Fisik
Semakin besar struktur suatu alkohol atau fenol, maka biasanya titik didihnya semakin
tinggi. Ketika ukuran suatu alkohol bertambah besar, maka probabilitas alkohol menjadi berwujud
padat semakin besar. Sebagian besar senyawa fenol berwujud padat. Sebagian kecil alkohol larut
dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Namun ketika ukuran gugus alkil pada alkohol bertambah besar, kelarutannya dalam air akan
berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan
ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi cukup besar, akibatnya
molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan
hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatik,
21
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
maka kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang menjadi alasan mengapa gugus non
polar sering disebut sebagai gugus hidrofob.
Sifat Kimia
Pada percobaan ini fokus utamanya adalah reaksi-reaksi kimia yang dapat membantu dalam
membedakan alkohol dengan fenol dan antara senyawa-senyawa alkohol sendiri.
1. Uji Lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan alkohol-alkohol primer, sekunder dan tersier yang
dapat larut dalam air. Reagen Lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dengan seng
klorida. Seng klorida adalah suatu asam Lewis, yang ketika ditambahkan ke dalam asam klorida akan
membuat larutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan
reagen Lucas dengan cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair.
Pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan
segera setelah alkohol bereaksi merupakan indikasi keberadaan alkohol tersier. Alkohol sekunder
bereaksi lambat, dan setelah sedikit pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua, biasanya
sekitar 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak bereaksi pada kondisi ini. Pada alkohol tersier,
atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –OH. Pada alkohol
sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi, namun
penantaan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat –OH.
22
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat, yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
organik.
4. Keasaman Fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan asam
yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah
menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida).
Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat
melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak
dapat. Tidak satu pun di antara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah
tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (yang akan dapat melarutkan alkohol yang tak larut air dalam
bentuk anion alkoksida). Urutan kebasaan dari basa-basa yang terdapat dalam persamaan reaksi di
atas, mulai dari yang paling kuat ke yang kurang kuat: natrium hidroksida, NaOH > natrium karbonat,
Na2CO3 > natrium bikarbonat, NaHCO3.
23
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
sekalipun (nukleofil kuat tidak dapat berada di dalam larutan yang sangat asam karena nukleofil kuat
biasanya merupakan basa yang kuat dan tak bisa berkeliaran bebas di dalam larutan asam). Jadi,
ketika nukleofil menyerang karbon karbonil dan membentuk ikatan, maka ikatan rangkap pada
karbonil berubah menjadi gugus –OH. Kedua kondisi reaksi tersebut dapat dilihat pada reaksi
berikut.
Kondisi pertama – dalam larutan yang sedikit asam: reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan aseton.
Pada reaksi di atas dapat dilihat bahwa terkadang produk yang dihasilkan tidak selalu yang dapat
diisolasi. Produk ini dapat mengalami reaksi eliminasi dengan melepaskan gugus –OH yang telah
terbentuk, kemudian atom hidrogen pada nitrogen lepas dan terbentuklah ikatan rangkap antara C
dan N disertai pelepasan molekul air. Produk akhirnya sering dikenal sebagai 2,4-
dinitrofenilhidrazon.
Perhatikan bahwa asam, H3O+, dibutuhkan sebagai katalis untuk reaksi pertama di atas yang akan
membentuk molekul air pada tahap pertama. Pada tahap kedua, molekul air yang kedua dihasilkan,
namun molekul air ini terprotonasi dan membentuk H3O+ pada tahap ketiga, sehingga secara
keseluruhan hanya dihasilkan satu molekul air. Ini adalah ciri H3O+ sebagai katalis, mempercepat laju
reaksi tetapi tidak ikut terpakai habis dalam reaksi.
Kasus kedua – dalam larutan yang lebih asam: reaksi metanol dengan asetaldehid.
24
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Pada tahap pertama mekanisme reaksi, katalis asam, H3O+, memprotonasi oksigen pada gugus
karbonil sehingga muatannya +1. Pada tahap kedua, oksigen yang terprotonasi pada metanol yang
bersifat sebagai nukleofil lemah mendonorkan sepasang elektronnya kepada karbon karbonil untuk
membentuk ikatan baru. Pada tahap ketiga, hemiasetal yang terprotonasi memberikan proton pada
molekul air yang terbentuk pada tahap pertama sehingga membentuk ion hidronium. Reaksi ini
dikatalisis oleh asam. Jika asetaldehid tidak diprotonasi oleh asam pada tahap pertama, reaksinya
dengan metanol akan berlangsung sangat lambat karena metanol adalah nukleofil lemah.
Hemiasetal, produk yang terbentuk dari reaksi antara alkohol dengan aldehid atau keton, berperan
penting dalam kimia karbohidrat. Gula, adalah senyawa polihidroksi aldehid dan keton, sehingga
gula memiliki dua gugus fungsi (karbonil dan hidroksi) yang dapat bereaksi satu sama lain
membentuk hemiasetal. Hemiasetal ternyata dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa
yang disebut asetal. Asetal memiliki suatu karbon tetrahedral yang terikat pada 2 atom oksigen,
dimana kedua atom oksigen ini masing-masing terikat pada atom karbon yang lain. Reaksi ini juga
penting dalam kimia karbohidrat.
Mekanisme manapun yang sebenarnya berlangsung, reaksi ini biasanya secara umum
dikatakan sebagai reaksi adisi nukleofilik.
Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid
teroksidasi, akan terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat
tereduksi menjadi Cr+3. Inilah yang membedakan aldehid dari keton.
Gugus fungsi lain, seperti alkohol primer dan sekunder juga dapat teroksidasi oleh asam kromat.
Aldehid juga dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang mengandung ion Ag+. Ion perak(I)
akan tereduksi menjadi logam perak. Ion logam adalah pengoksidasi yang lemah; aldehid sangat
mudah teroksidasi dan hasilnya akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion Ag+.
25
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Senyawa metil keton, tetapi bukan keton yang lain, akan teroksidasi oleh iod di dalam larutan
natrium hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk
iodoform yang berwarna kuning, yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid, tetapi bukan
aldehid yang lain, akan memberikan hasil positif juga terhadap uji ini, karena memiliki kemiripan
dalam struktur dengan metil keton. Di samping itu, etanol (teroksidasi menjadi asetaldehid) dan
alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi metil keton dapat juga memberikan hasil positif
terhadap uji ini.
Perhatian!!
Asam kromat sangat korosif! Jika Anda terkena zat ini, segera bilas anggota tubuh Anda yang terkontaminasi
oleh air yang banyak! Fenol sangat korosif! Jika ada padatan atau larutan fenol yang mengenai Anda, segera
cuci atau rendam bagian yang terkena dengan Anti Fenol (larutan basa, biasanya larutan natrium bikarbonat
atau serbuk kapur), kemudian bilaslah dengan air yang banyak!
26
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
dalam larutan yang diperoleh, tambahkan beberapa tetes fenolftalein, catat hasilnya. (hati-hati,
natrium sangat reaktif, reaksi dengan air bisa menimbulkan ledakan!!! Buang bekas hasil reaksi
ke dalam wadah yang berlabel ”Sisa Natrium”!).
Pustaka
Mayo, D.W., Pike, R.M., Forbes, D.C. (2011), Microscale Organic Laboratory: with Multistep and
Multiscale Synthesis, 5th edition, John Wiley & Sons, New York, p.640-642; 653
27
Praktikum Kimia Organik Laboratorium Kimia Organik Program Studi Kimia FMIPA - ITB
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. (1992), Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc., New Jersey
Williamson (1999), Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston
28