Oleh:
TIM PENYUSUN
Penulis
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM
2
DAFTAR ISI
3
PERCOBAAN I
PENGGUNAAN PIRANTI LUNAK UNTUK MENGGAMBAR MEKANISME REAKSI
ORGANIK
TUJUAN
Percobaan ini bertujuan agar praktikan mampu mengoperasikan program
Chem Draw untuk menggambar mekanisme reaksi senyawa organik.
DASAR TEORI
Beberapa program software telah dibuat oleh para ahli untuk
memudahkan kimiawan dalam mempelajari ilmu kimia, salah satunya adalah
Chem Office. Dalam program tersebut terdapat program Chem Draw ultra yang
didalamnya terdapat aplikasi untuk menggambar, memberi nama senyawa,
menentukan panjang ikatan, membuat reaksi senyawa organik,menetukan sifat-
sifat kimia, menampilkan spectra 1H-NMR maupun 13C-NMR dan sebagainya.
Dalam praktikum ini akan dipelajari aplikasi umum Chem Draw untuk
menggambar mekanisme reaksi senyawa organik, penggambaran mekanisme
reaksi penting untuk membuat rasionalisasi suatu reaksi.
CARA KERJA
1. Pastikan sudah menginstal program Chem Draw
2. Klik start, All program, Chem Draw
3. Akan muncul tampilan sebagai berikut :
4
4. Klik menu View, pilih Show Main Toolbar dan Show Periodic dan Show Tabel
Window
5. Contoh mekanisme reaksi pada praktikum ini adalah substitusi alkil halida
menjadi suatu eter berikut :
5
a. Langkah pertama adalah gambarkan pereaksi anda, dengan klik bentuk
sikloheksana pada menu tools
b. Klik menu Arrow tools, tahan dan pilih panah penuh untuk tanda melepas
Br. Selanjutnya tambahkan tanda muatan positif pada atom karbon yang
melepas Br dengan mengaktifkan Chemical Symbol Tools, tekan dan tahan
untuk memilih jenis muatan, sehingga diperoleh tampilan berikut :
6
PERCOBAAN II
PENGGUNAAN PIRANTI LUNAK UNTUK PENENTUAN KERAPATAN ELEKTRON
TUJUAN
Percobaan ini bertujuan agar praktikan mampu mengoperasikan program
Argus Lab untuk menetukan kerapatan elektron.
DASAR TEORI
Dalam molekul, daerah kerapatan elektron biasanya ditemukan di
sekitar atom, dan ikatannya. Dalam sistem terdelokalisasi atau sistem
terkonjugasi, seperti fenol, benzena dan senyawa seperti hemoglobin dan klorofil,
kerapatan elektron mencakup seluruh wilayah, yaitu, pada benzena mereka
ditemukan di atas dan di bawah cincin planar. Hal ini kadang digambarkan sebagai
rangkaian ikatan tunggal dan rangkap bergantian. Dalam kasus fenol dan benzena,
lingkaran di dalam segi enam menunjukkan sifat terdelokalisasi senyawa tersebut,
Seperti ditunjukkan di bawah ini:
Dalam senyawa dengan beberapa sistem cincin yang saling berhubungan, cara
penggambaran ini tidak lagi akurat, jadi digambarkan dengan selang-seling ikatan
tunggal dan ganda. Dalam senyawa seperti klorofil dan fenol, beberapa diagram
menunjukkan garis putus-putus atau titik-titik untuk mewakili delokalisasi daerah
yang kerapatan elektronnya lebih tinggi di sebelah ikatan tunggal. Sistem
terkonjugasi terkadang dapat mewakili daerah yang menyerap radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang yang berbeda sehingga menghasilkan
senyawa yang tampak berwarna. Dalam polimer, area ini dikenal sebagai
kromofor.
7
CARA KERJA
Rumus: C5H5N5O
8
2. Untuk memulai kerja, klik menu file kemudian pilih new, maka akan muncul
tampilan seperti dibawah ini :
3. Kemudian klik gambar benzene (Hide the buider toolkit) pada menu
toolbar. Selanjutnya klik ring dan pilih struktur indole lalu klik kanan,
maka akan muncu gambar seperti dibawah ini :
9
4. Selanjutnya untuk membuat struktur Guanin, ubah beberapa atom H dan C
pada struktur indole tersebut sesuai dengan rumus molekul dari Guanin.
Gambar yang muncul sepeti dibawah ini :
10
6. Pilih zindo pada sub hamiltonian dan klik surface properties, maka akan
muncul tampilan sebagai berikut :
11
8. Dipilih tombol seperti lilin untuk menjalankan kalkulasi. Ditunggu beberapa
menit, maka akan muncul seperti ini :
9. Pilih tombol seperti cincin benzene pada menu toolbar, dan pilih PM3
12
10. Maka bentuk akan bentuk akan merapikan ikatan – ikatannya. Gambar akan
berubah seperti ini :
13
13. Pilih Mappet. Pada Current Grid Files diklik 2 kali pada Electron Density
dan digeser pada Main Grid 1. Selanjutnya tetap pada Current Grid Files
diklik 2 kali Electrostatic Potential dan digeser pada Main Grid 2.
14. Pada Render Mode terdapat pilihan Opaque, Opaque tersebut diganti Mesh.
Pilih simbol Create. Maka pada samping kanan (Currenly Defined Surfaces)
klik satu kali pada icon (berwarna) Mapped Surfaces. Selanjutnya pilih
Toggle
14
15. Setelah diklik Ok, maka tampilannya akan menjadi :
15
SINTESIS IODOFORM
Tujuan Percobaan
• Mempelajari kesetimbangan keto-enol
• Memahami reaksi substitusi elektrofilik
• Mempraktekkan metode rekristalisasi dengan pelarut campuran
Dasar Teori
Reaksi halogenasi terhadap senyawa-senyawa aldehida (terutama
asetaldehida) dan keton dapat berlangsung dengan menggunakan katalis asam atau
basa. Reaksi tersebut dikenal sebagai reaksi haloform, karena salah satu hasil reaksi
adalah suatu senyawa haloform (HCX3).
Jika reaksi tersebut menggunakan katalis basa maka akan menghasilkan suatu
ion enolat sebagai senyawa antaranya, sedangkan reaksi yang menggunakan katalis
asam akan melibatkan senyawa enol sebagai senyawa antara. Reaksi tersebut
berlangsung dengan baik jika senyawa-senyawa karbonil yang bereaksi mengandung
atom H-α. Meskipun dalam reaksi ini terjadi pembentukan senyawa haloform, tetapi
justru kecepatan reaksinya tergantung pada konsentrasi-konsentrasi senyawa karbonil
dan katalisnya serta tidak tergantung pada konsentrasi halogennya. Oleh karena itu
langkah reaksi tidak melibatkan ion-ion halogen dan senyawa antara yang terjadi tidak
pula melibatkan ion enolat tetapi bentuk enol dari keton.
Keuntungan ganda yang diperoleh dari sistem reaksi ini adalah selain untuk
sintesis senyawa haloform sendiri, reaksi ini juga dapat digunakan untuk mensintesis
senyawa asam karboksilat dari bahan dasar senyawa aldehida dan keton.
16
Metodologi
Bahan-bahan yang digunakan :
lodium, Aseton, NaOH, Etanol
Analisis Kualitatif
Sifat-sifat Fisika
Tentukan bentuk, warna, titik lebur dan kelarutannya dalam alkohol.
Sifat-sifat Kimia
Reaksi dengan AgNO3
Masukkan sedikit kristal iodoform ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 1 mL
larutan AgNO3. Didihkan selama ± 2 menit lalu amati dan catat fenomena yang terjadi.
Reaksi dengan NaOH
Masukkan 4 mL larutan NaOH 20 % ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan piridin
secukupnya hingga membentuk lapisan sedalam 2 mm. Selanjutnya tambahkan
17
sedikit kristal iodoform dan panaskan sampai mendidih, biarkan beberapa saat.
Amati perubahan warna yang terjadi pada lapisan piridin.
Diskusi
1. Bandingkan penggunaan katalis asam dan basa dalam sintesis iodoform!
2. Bagaimana pengaruh H-α dalam reaksi iodoform?
3. Jelaskan mengenai reaktifitas asetaldehida dibanding aldehida lainnya dalam
reaksi sintesis iodoform!
4. Jelaskan bagaimana asam karboksilat dapat disintesis dengan reaksi iodoform!
18
PERCOBAAN IV
SINTESIS DIBENZALASETON
Tujuan Percobaan
• Memahami reaksi substitusi nukleofilik dan kondensasi aldol
• Mempraktekkan pengukuran titik lebur suatu padatan
Dasar teori
Dalam sintesis, penambahan rantai karbon sering dilakukan untuk
memperoleh senyawa target tertentu. Pada dasarnya reaksi penambahan atau
perpanjangan rantai karbon selalu melibatkan proses memberi dan menerima
elaktron (take and give electron). Jika suatu senyawa tidak cukup untuk
memberikan elektron, maka diusahakan perubahan kondisi (memberi suasana
yang cocok) agar memberikan elektron untuk berikatan.
Kondensasi aldol merupakan penggabungan dua moolekul yang sama
dari aldehid atau keton. Kondensasi aldol menghasilkan suatu kombinasi ikatan
karbon-karbon yang baru antara suatu atom karbon suatu molekul dengan atom
karbon molekul yang lain pada posisi α.
Metodologi
19
Alat-alat yang digunakan :
Set alat refluks dengan kondensor bola, corong buchner, corong pisah, erlenmeyer,
piknometer, gelas ukur, gelas beaker, dan botol penampung hasil.
Prosedur kerja :
Masukkan 2 mL etanol 95 % dan 0,4 g (0,001 mol) natrium hidroksida dalam
2 mL air ke dalam labu alas bulat. Setelah larutan didinginkan, tambahkan 0,3 mL
(0,24 g, 0,004 mol) aseton dan 0,8 mL (0,82 g, 0,008 mol) benzaldehid. Campuran
berwarna kuning akan muncul dengan cepat. Kocok pelan labu selama lebih dari 15
menit. Lakukan penyaringan dengan buchner. Cuci dengan air kemudian dengan
etanol. Tetap dilakukan vakum sampai produk kering dan kemudian lakukan
rekristalisasi dengan etil asetat sebanyak 2,5 pelarut per gram produk. Hasil yang
murni mempunyai titik leleh 110-111 °C.
Uji Kualitas Produk
Sifat-sifat fisika
Tentukan bentuk, warna, titik lebur dan kelarutan kristal dalam air dan etanol.
Bandingkan dengan literatur yang ada.
Sifat-sifat Kimia
Ke dalam tabung reaksi yang telah dibersihkan masukkan 1 mL larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin (4% dinitrofenilhidrazin dalam air-etanol berasam). Tes
positif ditunjukkan dengan adanya endapan kuning-merah. Jika endapan belum
nampak hingga 15 menit, panaskan larutan selama 5 menit.
Diskusi
1. Bagaimana mekanisme reaksi sintesis dibenzalaseton?
2. Apa fungsi penambahan basa dalam reaksi kondensasi aldol?
3. Warna dinitrofenilhidrazin bisa bervariasi. Faktor apa yang mempengaruhi?
20
PERCOBAAN V
. SINTESIS BASA SCHIFF
Tujuan Percobaan
• Memahami reaksi Basa Schiff
• Mempraktekkan pengukuran titik lebur suatu padatan
Dasar Teori
Amoniak atau amina primer merupakan senyawa dengan pasangan
elektron bebas di atom N yang dapat didonorkan kepada elektrofil seperti
aldehida/keton melalui reaksi adisi-eliminasi. Reaksi tersebut umumnya berjalan
dengan bantuan katalis asam dan produk yang dihasilkan berupa senyawa dengan
gugus imina (C=N). Namun demikian, banyak peneliti yang melaporkan bahwa
reaksi tersebut dapat berjalan tanpa bantuan katalis asam.
O OH
-H2O RCH NH
RCH H NH2 RCH NH2 Suatu Imina
Gugus imina dari amoniak bersifat tidak stabil, karena tidak tersubstitusi.
Gugus tersebut akan mengalami polimerisasi jika didiamkan. Namun jika amoniak
tersebut diganti dengan amina primer (RNH2), maka akan dihasilkan produk imina
tersubstitusi yang lebih stabil yang disebut sebagai basa-Schiff. Sebagai contoh
suatu amina primer (seperti anilina dan turunannya) dapat direaksikan dengan
aldehida aromatik (seperti vanilin) untuk menghasilkan imina yang lebih
terstabilkan.
Metode Green Synthesis telah banyak dipilih oleh para peneliti untuk
mensintesis senyawa organik karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu murah,
mudah, ramah lingkungan dan produknya melimpah. Salah satu metode Green
Synthesis adalah metode solvent free (reaksi tanpa pelarut) atau metode
penggerusan. Reaksi tanpa pelarut dilakukan tanpa kehadiran pelarut, atau hanya
melibatkan reaktan. Pada reaksi pembentukan basa-Schiff dari vanillin (solid) dan
suatu amina primer (solid) dengan metode solvent free, masing-masing reaktan
tersebut digerus dengan menggunakan mortar selama waktu tertentu tanpa
kehadiran pelarut. Sintesis tanpa pelarut disebut sebagai Green Synthesis karena
21
dalam prakteknya metode tersebut telah mengurangi penggunaan bahan kimia
(pelarut) yang berpotensi menjadi limbah atau mencemari lingkungan.
Metodologi
Prosedur kerja :
Sintesis Basa Schiff dari Vanilin dan p-Toluidina
Campuran 0,76 gram vanilin dan 0,54 gram p-Toluidina digerus dengan mortar
pada temperatur ruang selama 20 menit. Simpan produk hasil sintesis dalam
desikator sampai berat dari produk menjadi konstan.. Produk ditimbang dengan
timbangan analitik, ditentukan randemennya, dan ditentukan titik lelehnya
menggunakan melting point Apparatus.
22
PERCOBAAN VI
SINTESIS ASETIL SALISILAT (ASPIRIN)
Tujuan Percobaan
• Mengenal proses reaksi esterifikasi dengan hasil berupa padatan
• Memahami cara pelaksanaan rekristalisasi dengan pelarut campuran
Dasar teori
Alkohol dan fenol, juga amina primer dan sekunder mempunyai atom-atom
hidrogen yang dapat diganti atau subtitusi dengan gugus asetil atau benzoil.
Reaksinya dikenal sebagai reaksi asetilasi atau benzoilasi. Fenol tidak dapat
diasetilasi secara baik dalam larutan yang berair, sebab asetat anhidrida dan asetil
klorida sebagai pereaksinya mudah sekali terhidrolisis. Namun asetilasi fenol
berlangsung baik dengan asam asetat anhidrat jika menggunakan sedikit katalis
asam kuat seperti asam sulfat.
Metodologi
Bahan-bahan yang digunakan :
asam salisilat, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, etanol.
Prosedur kerja :
Masukkan 5 gram asam salisilat kering dan 7 mL asam asetat glasial ke dalam
labu erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat, goyang-goyangkan
labu tersebut supaya terjadi pencampuran sempurna. Panaskan erlenmeyer
tersebut di atas penangas air pada temperatur 50-60 °C dan diaduk-aduk dengan
pengaduk selama 15 menit. Biarkan campuran itu menjadi dingin dan sesekali
putar-putarlah erlenmeyer. Tambahkan 75 mL air, aduk baik-baik dan saringlah
dengan corong buchner. Larutkan padatan dalam 15 mL etanol panas dan tuangkan
larutannya ke dalam 40 mL air hangat. Bila terjadi endapan hangatkan larutan
tersebut sampai endapan larut sempurna. Kemudian biarkan menjadi dingin
perlahan-lahan hingga timbul kristal jarum. Saring dan keringkan kristal tersebut
kemudian timbanglah sampai diperoleh berat konstan.
23
Uji kualitatif
Sifat-sifat fisika :
Tentukan sifat fisika aspirin dengan menentukan bentuk dan warna kristal, titik
lebur dan kelarutannya dalam air dan alkohol. Bandingkan dengan referensi (atau
standar).
Sifat-sifat kimia :
reaksi dengan NaHCO3. Ambil sediklt kristal aspirin, masukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan larutan NaHCO3 jenuh, kemudian kocok jika perlu dipanaskan. Amati
timbulnya gas yang dilepaskan.
Diskusi
1. Tulis mekanisme reaksi pembentukan aspirin!
2. Mengapa pada proses rekristalisasi digunakan pelarut campuran?
3. Mengapa saat penambahan NaHCO3 jenuh terbentuk gelembung? Jelaskan!
24
PERCOBAAN VII
SINTESIS ALILBROMIDA
Tujuan Percobaan
• Memahami reaksi substitusi nukleofilik pada halogenasi alkohol
• Mempraktekkan pengukuran titik lebur suatu padatan
• Mempraktekkan pengukuran indeks bias suatu sampel
Dasar teori
Halogenasi dapat terjadi pada senyawa dengan gugus alkohol. Alkena
dapat dihalogenisasi langsung dalam posisi alilik dan reaksi berlangsung secara
eksotermis. Halogenasi alil alkohol merupakan reaksi subtitusi nukloefilik dalam
halogenasi alkohol primer. Produk dari hasil reaksi ini adalah alil halida dengan
reaksi sebagai berikut.
Metodelogi
Bahan-bahan yang digunakan:
Asam bromida 47%, asam sulfat pekat 97%, alil alkohol 99%, natrium karbonat
5%, kalsium klorida anhidrat
Prosedur kerja:
Masukkan 84,5 mL asam bromida 47 % ke dalam labu leher tiga yang
dilengkapi pengaduk mekanik, corong pisah dan pendingin bola. Kemudian
tambahkan 20 mL asam sulfat pekat 97 % tetes demi tetes melalui corong pisah
sambil diaduk. Setelah itu, tambahkan 34 mL alil alkohol 99 % tetes demi tetes.
Lalu, diteruskan dengan penambahan 20 mL asam sulfat pekat tetes demi tetes
25
melalui corong pisah dimana pengaduk tetap dalam keadaan berputar. Campuran
tersebut terjadi refluks tanpa pemanasan selama 60 menit. Untuk menangkap gas
yang mungkin keluar, maka hubungkan kondensor dengan gelas kimia berisi air
melalui suatu selang. Setelah proses refluks selesai, dinginkan labu dengan wadah
yang berisi es dan biarkan selama 20 menit. Kemudian pindahkan ke dalam corong
pisah dan terbentuk dua lapisan, lapisan bawah (B-1) dipisahkan sedangkan
lapisan atas (A-1) diekstrak dengan 100 mL larutan natrium karbonat 5 % lalu
tambahkan air, sehingga terjadi dua lapisan. Ambil lapisan bawah dan keringkan
dengan kalsium klorida anhidrat berlebih, lalu saring. Filtrat dievaporasi kemudian
tempatkan residu dalam wadah yang berisi es. Timbang residu kemudian periksa
indeks bias serta titik lelehnya.
Diskusi
1. Tulislah mekanisme reaksi halogenasi alil alkohol dengan asam bromida!
2. Mengapa campuran reaksi dapat membentuk dua lapisan pada corong pisah?
26
PERCOBAAN VIII
SINTESIS METILEUGENOL
Tujuan Percobaan
• Memahami reaksi metilasi gugus hidroksi pada eugenol
• Mengetahui perbedaan sifat fisik eugenol dan metil eugenol
Dasar Teori
Metil eugenol mempunyai nama lain 4-alil-1,2-dimetoksibenzena,
berdasarkan nama IUPAC tersebut dapat diketahui bahwa metileugenol memiliki
gugus fungsi antara lain metoksi, fenil, dan alil. Metil eugenol dikenal sebagai
penarik seks bagi lalat buah, dan juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan obat-obatan, parfum, dan penyedap rasa. Metil eugenol merupakan
derivat yang paling sederhana dari eugenol, senyawa ini dapat diperoleh melalui
reaksi metilasi pada gugus hidroksi dari eugenol. Pembuatan metil eugenol dapat
dilakukan dengan mereaksikan eugenol dengan metil iodide. Secara skematis
reaksi yang terjadi adalah:
Eugenol mempunyai hidrogen yang terikat pada atom oksigen yang mudah
diserang oleh suatu basa, dalam hal ini digunakan natrium hidroksida (NaOH)
berlebih membentuk ion eugenolat, garam tersebut akan mudah larut dalam air
sehingga mudah dipisahkan. Garam natrium eugenolat tersebut mudah diserang
oleh gugus pengalkilasi (metil iodide) membentuk metil eugenol.
Metodologi
Bahan-bahan yang digunakan :
27
Minyak cengkeh, larutan naoh, dietil eter, metil iodide, Na2SO4 anhidrat, dan aquades.
Prosedur kerja :
Eugenol sebanyak 12,15 g (0,074 mol) dimasukkan dalam labu leher tiga
100 mL yang telah dilengkapi dengan corong penetes, pendingin (kondensor),
termometer dan pengaduk magnet. Setelah itu ditambahkan 3,6 g (0,090 mol)
NaOH, kemudian campuran diaduk dan dipanaskan pada suhu 80 °C. Melalui
corong penetes dimasukkan 0,090 mol agen pengalkilasi metil iodida dalam labu
leher tiga tetes demi tetes selama 1 jam, dengan pengadukan terus menerus.
Campuran kemudian direfluks selama 2 jam untuk menyempurnakan reaksi,
hasilnya didinginkan dan diencerkan dalam 25 mL akuades sehingga terbentuk
dua lapisan. Lapisan bawah kemudian diekstraksi dengan 3x5 mL dietil eter.
Lapisan organik dari semua hasil ekstraksi dicuci dengan akuades sampai netral
selanjutnya dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan disaring. filtrat dievaporasi
untuk menghilangkan pelarut, sehingga diperoleh larutan pekat berwarna kuning.
Identifikasi komponen dilakukan dengan spektroskopi infra merah (FT-IR) dan
GC-MS.
Diskusi
1. Tulis mekanisme reaksi pembentukan metil eugenol!
2. Mengapa dilakukan penambahan NaOH pada proses sintesis metil eugenol?
3. Apa fungsi dilakukannya pencucian?
No. Jenis Limbah Kategori Wadah
Campuran minyak cengkeh, larutan NaOH, metil
1. Organik Hijau
iodine
28
PERCOBAAN IX
SINTESIS BIODIESEL
Tujuan Percobaan
• Memahami reaksi transesterifikasi
• Mengetahui densitas biodesel
Dasar Teori
Salah satu jenis bahan bakar pengganti yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah fatty acid methyl ester (FAME) atau dikenal juga sebagai
biodiesel, yaitu bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak nabati yang dapat
diperbaharui. Berbagai jenis minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan biodesel salah satunya adalah minyak jelantah atau minyak
bekas. Penggunaan minyak nabati secara langsung dapat menimbulkan masalah
pada mesin. Hal ini disebabkan viskositas yang dimiliki minyak nabati yang tinggi.
Viskositas yang tinggi dari minyak nabati disebabkan adanya percabangan pada
rantai karbonnya yang cenderung panjang. Viskositas dapat dikurangi dengan
memutus percabangan rantai karbon tersebut melalui proses transesterifikasi
menggunakan alkohol rantai pendek.
Transesterifikasi adalah salah satu tipe reaksi dalam kimia organik, yaitu
reaksi untuk mengubah senyawa ester menjadi bentuk ester lainnya melalui
pertukaran gugus alkoksi. Reaksi transesterifikasi berjalan lambat, maka
diperlukan katalis untuk menurunkan energi aktivasi dan mempercepat reaksi.
Katalis yang sering digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa.
Bila ester direaksikan dengan suatu alkohol, maka proses transesterifikasi ini
disebut dengan alkoholisis. Alkohol rantai pendek yang dapat digunakan untuk
reaksi transesterifikasi adalah metanol dan etanol. Metanol lebih disukai karena
murah dan memiliki reaktivitas lebih tinggi dari pada etanol. Hasil dari reaksi
transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol ini adalah senyawa fatty acid
methyl ester (FAME) atau dikenal juga sebagai biodiesel. Persamaan reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
29
Metodologi
Bahan-bahan yang digunakan :
Minyak bekas, larutan naoh, metanol, dan aquades.
Prosedur kerja :
Langkah yang pertama, larutkan 1 g NaOH ke dalam 50 ml metanol. Saring minyak
bekas dan panaskan hingga suhu 60 °C. Kemudian, tuangkan minyak panas ke
dalam campuran larutan NaOH dan metanol dan dilakukan refluk. Setelah itu,
diamkan hasil refluk di dalam aaquades panas selama 10 menit, lalu pisahkan
larutan menggunakan corong pisah. Ambil lapisan atas dan ukur densitas
menggnakan piknometer.
Diskusi
1. Tulis mekanisme reaksi pembentukan biodesel!
2. Mengapa pada proses transesterifikasi digunakan katalis basa bukan yang lain?
3. Bandingkan pembentukan biodiesel menggunakan metode transesterifikasi dan
esterifikasi!
30
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, M.P., W.S., Mungall, 1980, Experimental Organic Chemistry, John Wiley &
Sons, Inc., New York
Miller, J.A., and Neuzil, E.F., 1980, Modern Experimental Organic Chemistry,
1th ed., DC Heath and Company Lexington, Toronto
Ngadiwiyana dan Ismiyarto. 2004. Sintesis Metil Eugenol dan Benzil Eugenol dari
Minyak Daun Cengkeh. J. Kim. Sains & Apl. 7(3): 55-60.
Soelistyowati, R.D, dan Chairil, A., Analisa Kimia Organik, Fakultas MIPA,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Wahyuni, S., Kadarwati, S., dan Latifah. 2011. Sintesis Biodiesel dari Minyak Jelantah
Sebagai Sumber Energi Alternatif Solar. Sainteknol Jurnal Sains dan
Teknologi. 9(1): 51-62.
Wilcox Jr., C.F. and Wilcox, M.F., 1995, Experimental Organic Chemistry : A Small-
Scale Approach, 2'u! ed., Prentice Hall, New Jersey
Williamson, K.L., 1987, Microscale Organic Experiment 1"' ed., DC Heath and
Company Lexington, Massachusets, Toronto
Windholz, M., 1983, The Merck Index : An Encyclopedia of Chemical, Merck & Co Inc.,
USA
31
Contoh Format Cover Laporan
LAPORAN PRAKTIKUM
REAKSI SENYAWA ORGANIK
.....Judul Praktikum.....
disusun oleh
Nama :
NIM :
Kelompok :
Kelas :
Asisten :
32
Contoh Format Laporan Sementara (Tiket Masuk)
2. Jenis reaksi :
3. Reaktan
4. Pelarut :
5. Katalis :
a) :
b) :
7. Reversible/irreversible :
8. Persamaan reaksi :
9. Produk sasaran :
33
11. Parameter uji kualitatif produk :
sasaran
a. Sifat fisika :
b. Sifat kimia :
34
VII. KAJIAN LITERATUR (mengacu pada jurnal-jurnal penelitian) (25)
Mekanisme reaksi
a. Jalur sintesis
b. Perbandingan konsentrasi
reaktan
c. Pelarut
d. Temperatur
e. Katalis
Uji kualitatif
a. Sifat fisik
b. Sifat kimia
35
IX. KESIMPULAN (5)
36
Contoh Diagram Alir
t-butanol + HCl
- digojog-gojog pada temperatur kamar
dalam corong pisah. Lapisan bawah
mengandung HCl sisa + t-Butanol yang tak
bereaksi
37