Anda di halaman 1dari 29

PENUNTUN PRAKTIKUM

KINETIKA DAN
ELEKTROKIMIA
OLEH

Seprianto, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA, ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan penuntun praktikum ini. Buku
penuntun ini merupakan literatur bagi acuan bagi praktikan yang mengikuti Praktikum
Kinetika dan Elektrokimia di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Samudra.
Penuntun praktikum ini dirancang berdasarkan ketersediaan peralatan dan bahan kimia
di laboratorium. Diharapkan bila nantinya kondisi laboratorium sudah memungkinkan maka
penuntun ini dapat direvisi dengan materi-materi yang lebih aplikatif sesuai perkembangan
keilmuan.
Pada akhirnya, semoga penuntun ini bermanfaat bagi yang menggunakannya. Penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang objektif dari semua pihak demi penyempurnaan
penuntun praktikum ini di masa mendatang.

Langsa, Februari 2023

Penyusun

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................................. ii
Tata Tertib Praktikum ............................................................................................................ iii
Percobaan 1: Kinetika Reaksi Oksidasi Etanol oleh Chrom(VI)............................................ 1
Percobaan 2: Kinetika Reaksi Oksidasi Ion Iodida oleh Hidrogen Peroksida......................... 6
Percobaan 3: Kinetika Reaksi Saponifikasi Etilasetat............................................................. 9
Percobaan 4: Pengaruh Konsentrasi dan Suhu pada Laju Reaksi.......................................... 12
Percobaan 5: Energi Aktivasi dan Persamaan Arrhenius....................................................... 14
Percobaan 6: Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi........................................... 18
Percobaan 7: Katalisator......................................................................................................... 20
Percobaan 8: Peranan Lingkungan Terhadap Korosi............................................................. 22
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 24

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia ii


ATURAN KESELAMATAN DAN KERJA DILABORATORIUM

A. TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila peserta
terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih dan
dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup (dilarang mengenakan sandal atau
sepatu sandal).
3. Setiap peserta wajib membuat laporan sementara praktikum yang berisi data pengamatan
selama percobaan dan ditandatangani oleh asisten praktikum. Laporan resmi praktikum
dibuat sesuai dengan format yang sudah ditentukan dan ditandatangani asisten praktikum,
serta melampirkan laporan sementara. Pengumpulan laporan resmi praktikum sesuai
kesepakatan dengan asisten praktikum, maksimal 1 minggu setelah kegiatan praktikum.
4. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum kemudian
mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering. Botol bahan
kimia yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan ke tempat
semula. Tutup botol harus sesuai (tidak boleh tertukar). Peserta praktikum yang
memecahkan alat gelas wajib mengganti.
5. Peserta praktikum dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium/ruang
praktikum.
6. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang dan
teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan.
7. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas
praktikum, sepatu, sarung tangan, masker, gogle) dan membuang limbah praktikum
sesuai dengan kategorinya.
8. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas, maka
peserta akan dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan
praktikum pada hari itu.
9. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan
diatur kemudian.

B. PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI


LABORATORIUM
Keterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui
kegiatan praktikum. Di samping itu ada kemungkinan bahaya yang terjadi di laboratorium
seperti adanya bahan kimia yang karsinogenik, bahaya kebakaran, keracunan, sengatan listrik
dalam penggunaan alat listrik (kompor, oven, dll).Di samping itu, orang yang bekerja di
Laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar, yang disebabkan karena dalam
setiap percobaan digunakan :
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia iii


2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpecik.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, hal yang harus dilakukan pada
saat bekerja di Laboratoriumantara lain :
1. Tahap persiapan
a. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta
hal yang harus dihindari selama praktikum, dengan membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan kerja selama di Laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material
Safety Data Sheet (MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang akan digunakan serta fungsi dan cara penggunaannya.
d. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti jas praktikum lengan panjang,
kacamata goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dll.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari
lingkungan.
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan
kategori limbahnya.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan.
3. Tahap pasca pelaksanaan
a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan kembalikan ke tempat
semula.
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan
tertukar).
c. Bersihkan tempat atau meja kerja praktikum.
d. Cuci tangan dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar dari laboratorium.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia iv


1

PERCOBAAN I
KINETIKA REAKSI OKSIDASI ETANOL OLEH CHROM(VI)

A. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi oksidasi
etanol oleh chrom(VI).

B. TEORI
Etanol (CH3CH2OH) dioksidasi menjadi asam asetat (CH3COOH). Dalam percobaan
ini zat pengoksidasi yang digunakan adalah Cr(VI). Cr(VI) disiapkan dengan melarutkan
kalium bikromat (K2Cr2O7) dalam asam klorida, yang menghasilkan:
Cr2O72- + 2 H3O+ + 2 Cl- → 2 CrO3Cl- + 3 H2O
Dalam oksidasi etanol oleh CrO3Cl-, atom Cr dalam CrO3Cl- mengalami reduksi dari
Cr(VI) menjadi Cr(III), menurut reaksi:
12 H3O+ + 3 CH3CH2OH + 4 CrO3Cl- → 3 CH3COOH + 4 Cr3+ + 4 Cl- + 21 H2O
Hukum laju reaksi oksidasi etanol oleh chrom tersebut dapat ditulis:
r = k [H3O+]x [CH3CH2OH]y [Cr(VI)]z
Tetapi jika konsentrasi asam klorida dan etanol jauh lebih besar dari konsentrasi
Cr(VI), maka selama terjadi reaksi perubahan konsentrasi asam klorida dan etanol relatif
kecil atau mendekati konstan. Bila konsentrasi kedua reaktan tersebut mendekati konstan,
maka laju reaksi menjadi:
r = k’ [Cr(VI)]z dengan k’ = k [H3O+]x [CH3CH2OH]y
atau dapat ditulis: ln r = ln k’ + z ln [Cr(VI)]
Hal ini berarti bahwa, jika konsentrasi asam klorida dan etanol konstan selama reaksi, maka
pengaruh perubahan konsentrasi Cr(VI) terhadap laju reaksi (z) dapat ditentukan tanpa
mempertimbangkan dua reaktan lain.
Dengan mengukur konsentrasi Cr(VI) yang bereaksi setiap satuan waktu maka harga
z dapat ditentukan. Berdasarkan persamaan di atas, dengan membuat grafik ln r sebagai
sumbu y dan ln [Cr(VI)] sebagai sumbu x maka didapatkan grafik dengan slope = z dan
intersep = ln k’. Yang mana harga r didapatkan dengan membuat grafik [Cr(VI)] sebagai
sumbu y versus waktu sebagai sumbu x seperti berikut:

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


2

Gambar 1. grafik [Cr(VI)] terhadap waktu

Slope dari grafik tersebut adalah –r, jika slope dikalikan dengan -1 maka didapat harga r pada
setiap waktu (laju sesaat).
Konsentrasi Cr(VI) yang belum bereaksi ditentukan dalam berbagai interval waktu.
Hal tersebut dilakukan dengan mengukur volume campuran reaksi dengan akurat dan
mencampurnya dengan sejumlah larutan kalium iodida. Kalium iodide segera bereaksi
dengan seluruh Cr(VI) yang tersisa menurut reaksi:
2 CrO3Cl- + 6 I- + 12 H3O+ → 3 I2 + 2 Cr3+ + 18 H2O + 2 Cl-
orange coklat hijau
Warna yod yang kuat akan menutup warna hijau pucat dari Cr 3+. Penambahan larutan kanji
ke dalam campuran ini bahkan menghasilkan warna kompleks iodin yang lebih kuat. Natrium
tiosulfat digunakan untuk menghilangkan warna tersebut, sehingga menghasilkan larutan tak
berwarna menurut reaksi:
I2 + 2 S2O32- → 2 I- + S4O62-
Bila seluruh I2 bereaksi, warna hijau pucat Cr3+ akan muncul. Dari jumlah Na2S2O3
yang dibutuhkan untuk reaksi di atas maka dapat dihitung jumlah iodin yang ada dalam
larutan. Pada giliran berikutnya, jumlah Cr(VI) yang ada dalam larutan dapat ditentukan.
Larutan Na2S2O3 yang digunakan harus distandarisasi, karena tidak termasuk standar
primer. Standarisasi dilakukan dengan memakai larutan Cr(VI) yang diketahui
konsentrasinya dan akan digunakan pada percobaan ini.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Buret - Batang pengaduk
- Pipet hisap 10 mL - Stop watch
- Gelas ukur 100 mL - Erlenmeyer

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


3

- Labu ukur 250 mL - Neraca analitik

2. BAHAN
- Larutan KI 3% - Etanol 96%
- HCl 11,6 M - Larutan Na2S2O3
- K2Cr2O7 4 N - Larutan kanji 2%

D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan Cr(VI)
Siapkan larutan HCl 3,6 M 300 mL dari HCl pekat (11,6 M). Buat larutan kalium
bikromat 0,002 M, 0,003 M dan 0,004 M dalam labu ukur dengan menggunakan HCl 3,6
M sebagai pelarut.
2. Standarisasi larutan Na2S2O3
a. Ambil larutan Cr(VI) 0,002 M sebanyak 10 mL, masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 4 mL larutan kalium iodida 3%, warna larutan segera berubah dari orange
menjadi coklat, karena iodida dioksidasi menjadi iod oleh Cr(VI). Tambahkan 5 tetes
larutan kanji, sehingga terlihat warna coklat kehitaman karena pembentukan
kompleks I2 dan kanji.
b. Titrasi larutan ini dengan larutan natrium tiosulfat sampai titik akhir hijau pucat.
c. Ulangi prosedur 2 untuk konsentrasi Cr(VI) 0,003 M dan 0,004 M.
3. Reaksi etanol dan Cr(VI)
a. Ambil 150 mL larutan Cr(VI), masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2
mL etanol dan larutan diaduk sampai homogen. Catat waktu saat penambahan etanol
(t = 0).
b. Setelah 10 menit, ambil 10 mL larutan ini dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 4 mL larutan KI 3%. Tambahkan 5 tetes larutan kanji dan titrasi larutan
tersebut dengan natrium tiosulfat sampai mencapai titik akhir biru pucat.
c. Ulangi prosedur 2 setiap 10 menit, lakukan 5 sampai 7 kali titrasi dengan rentang
waktu 50 – 70 menit.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


4

E. PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan natrium tiosulfat
Volume Natrium Tiosulfat (mL)
[Cr(VI)]
I II III
0,002
0,003
0,004

2. Reaksi etanol dan Cr(VI)


Waktu Volume Natrium Tiosulfat (mL)
t1
t2
t3
t4
t5
t6
t7

F. PERHITUNGAN
1. Untuk menentukan konsentrasi larutan natrium tiosulfat, gunakan volume Cr(VI)
yang terpakai dalam titrasi dan molaritas Cr(VI) dalam larutan untuk mengukur
jumlah mol Cr(VI) yang digunakan dalam titrasi. Hitung pula mol I 2 bila KI bereaksi
dengan larutan Cr(VI) ini. Hitung jumlah S2O32- yang bereaksi dengan I2, kemudian
gunakan jumlah mol S2O32- yang telah dihitung ini untuk menghitung molaritas
natrium tiosulfat. Catat harga rata-rata dari tiga kali percobaan.
2. Untuk percobaan laju reaksi, gunakan molaritas dan volume larutan natrium tiosulfat
untuk menghitung jumlah mol S2O32- yang dibutuhkan bagi tiap titrasi. Hitung jumlah
mol I2 yang bereaksi dengan S2O32-. Gunakan jumlah mol I2 untuk menghitung jumlah
mol Cr(VI) yang bereaksi dengan KI. Selanjutnya gunakan jumlah mol Cr(VI) dan
volume larutan Cr(VI) yang anda ukur untuk menghitung konsentrasi Cr(VI) dalam
larutan setiap saat.
3. Untuk mendapatkan harga r pada setiap saat, siapkan grafik dengan memplot [Cr(VI)]
pada sumbu y versus waktu sebagai sumbu x. Pada titik t = 0 adalah [Cr(VI)] yang
anda hitung berdasarkan berat kalium bikromat yang digunakan untuk membuat
larutan tersebut. Hubungkan titik-titik tersebut untuk mendapatkan kurva yang halus.
4. Untuk mendapatkan harga z dan k plot grafik ln r pada sumbu y versus ln [Cr(VI)]
pada sumbu x.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


5

G. PERTANYAAN
1. Jika konsentrasi etanol jauh lebih besar dari konsentrasi Cr(VI), maka etanol akan
mengalami perubahan konsentrasi yang relatif kecil selama berlangsungnya reaksi
dan tidak akan mempengaruhi kecepatan reaksi. Hitung konsentrasi molar etanol
dalam campuran etanol-Cr(VI) untuk memperlihatkan bahwa konsentrasi etanol jauh
lebih besar dari konsentrasi Cr(VI). Densitas alkohol 0,789 g/mL.
2. Bagaimana hasil perhitungan [Cr(VI)] dibandingkan dengan [Cr(VI)] yang
sesungguhnya pada waktu tertentu jika;
a. Etanol-Cr(VI) dalam buret tiba-tiba dimasuki larutan Cr(VI) yang tidak ditambah
alkohol.
b. Suatu larutan etanol-Cr(VI) yang terukur dibiarkan selama beberapa menit
sebelum KI ditambahkan.
c. Sejumlah larutan etanol-Cr(VI) tertumpah selama titrasi.
d. Jika volume pati yang ditambahkan lebih besar dari 2 mL.
3. Gunakan harga konstanta kecepatan reaksi untuk menghitung kecepatan reaksi bila
[Cr(VI)] = 0,002 M dan bila [Cr(VI)] = 0,001 M.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


6

PERCOBAAN II
KINETIKA REAKSI OKSIDASI ION IODIDA OLEH HIDROGEN
PEROKSIDA

A. TUJUAN
Menentukan orde reaksi dari reaksi oksidasi I- menjadi I3- oleh hidrogen peroksida.

B. TEORI
Suatu teknik sederhana dapat digunakan dalam mengukur waktu yang diperlukan dari
reaksi yang berkesudahan. Dapat dikatakan bahwa makin lama waktu yang dibutuhkan oleh
suatu reaksi untuk mencapai kesempurnaan maka makin lambat reaksi berjalan dan makin
kecil laju reaksi yang diamati.
Secara matematis didapatkan bahwa laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai kesempurnaan reaksi.
Laju reaksi = 1 / waktu mencapai kesempurnaan reaksi
Reaksi yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah reaksi yang dapat diamati
secara visual melalui perubahan warna, yaitu reaksi oksidasi I- menjadi I3- oleh H2O2.
H2O2 + 3I- + 2H3O+ → I3- + 4H2O
Hukum laju reaksi ditulis sebagai :
Laju reaksi = k [H2O2]x [I-]y [H3O+]z
Dalam percobaan ini dilakukan metode isolasi, yaitu dengan membuat salah satu konsentrasi
reaktan berubah dan lainnya tetap. Untuk menentukan harga x, yaitu orde terhadap [H 2O2],
dilakukan dengan memvariasikan [H2O2] dalam beberapa kali percobaan, sementara [I-] dan
[H3O+] dijaga tetap. Demikian juga untuk orde reaksi terhadap [I-], y dihitung dengan
memvariasikan [I-] sementara [H2O2] dan [H3O+] tetap. Demikian seterusnya untuk harga z,
orde terhadap H3O+.
Laju reaksi pembentukan I3- diukur dengan menggunakan Na2S2O3 encer dan
sejumlah indicator kanji. I3- bereaksi sangat cepat dengan tiosulfat melalui reaksi :
I3- + 2S2O32- → S4O62- + 3I-
Terbentuknya ion iodida dalam larutan ditandai dengan munculnya warna biru tua dalam
larutan.

Konsep Percobaan
Ion iodida dioksidasi oleh hidrogen peroksida menjadi I3- dengan reaksi :
H2O2 + 3I- + 2H3O+ → I3- + 4H2O

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


7

Tiosulfat yang terdapat dalam larutan segera merubah kembali I3- menjadi ion iodida
dengan reaksi :
I3- + 2S2O32- → S4O62- + 3I-
Bila sejumlah tertentu [S2O32-] digunakan dalam reaksi tersebut, I3- yang terbentuk akan
bereaksi dengan tiosulfat. Akan tetapi pada saat ini tiosulfat habis bereaksi dengan I 3-. I3-
yang bersisa dalam larutan akan membentuk kompleks biru tua dengan indicator kanji
(amilum). Lama waktu yang dibutuhkan bagi munculnya warna biru tua merupakan ukuran
waktu yang dibutuhkan oleh I3- untuk menghabiskan sejumlah tertentu [S2O32-]. Waktu yang
dibutuhkan ini berhubungan langsung dengan laju reaksi.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Gelas piala - Batang pengaduk
- Pipet takar - Pipet gondok
- Magnetik stirer - Stopwatch
- Erlenmeyer - pH meter

2. BAHAN
- Buffer D (H3O+) 1,0 x 10-5 M pH 4,70 - H2O2 0,10 M
- Buffer E (H3O+) 1,0 x 10-5 M pH 5,00 - KI 0,10 M
- Indikator kanji (amilum) 2% - Na2S2O3 0,03 M

D. PROSEDUR KERJA
1. Buat variasi larutan seperti tabel di bawah ini :
Na2S2O3 H2O2 BufferD BufferE KI Amilum Waktu Laju
No Total
0,03 M 0,10M 0,05M 1.10-5 1.10-5 0,1M (tetes) (detik) (r)
1 2 ml 4 ml - 9 ml - 5 ml 5 25
2 2 ml - 4 ml 9 ml - 5 ml 5 25
3 2 ml 4 ml - 9 ml - 5 ml 5 25
4 2 ml 4 ml - 9 ml - 5 ml 5 25
5 2 ml 4 ml - - 9 ml 5 ml 5 25
6 2 ml 4 ml - 9 ml - 5 ml 5 25
Catatan :
Erlenmeyer yang digunakan harus bersih, sebab dekomposisi H2O2 dikatalisa oleh
berbagai senyawa, dan volume setiap larutan harus terukur tepat.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


8

2. Campurkan semua larutan kecuali KI dalam erlenmeyer yang sama dan diletakkan di
atas kertas bersih pada magnetik stirer, tambahkan amylum. Aduk beberapa saat.
3. Kemudian masukkan ml KI sesuai dengan tabel di atas segera dan mulai pencatat
waktu.
4. Hentikan pencatatan waktu saat warna biru muncul (waktu akhir reaksi). Lakukan
percobaan ini 3x untuk setiap campuran.
5. Tentukan laju reaksi dan orde reaksi masing-masing senyawa.

E. PERTANYAAN
1. Jelaskanlah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. Tentukanlah orde reaksi terhadap ion iodide dan hidrogen peroksida
3. Hitunglah konstanta laju dari percobaan ini.
4. Jelaskanlah proses terbentuknya warna biru dalam percobaan ini.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


9

PERCOBAAN III
KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETILASETAT

A. TUJUAN
1. Memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida adalah
reaksi orde dua.
2. Menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi penyabunan etilasetat.

B. TEORI
Laju reaksi kimia tergantung pada beberapa faktor diantaranya: konsentrasi,
temperatur, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat zat yang bereaksi dan katalis. Suatu
teknik sederhana dapat digunakan dalam mengukur waktu yang diperlukan dari reaksi yang
berkesudahan. Dapat dikatakan bahwa makin lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu reaksi
untuk mencapai kesempurnaan maka makin lambat reaksi berjalan dan makin kecil laju
reaksi yang diamati.
Secara matematis didapatkan bahwa laju reaksi berbanding terbalik dengan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai kesempurnaan reaksi.
Laju reaksi = 1 / waktu mencapai kesempurnaan reaksi
Saponifikasi (penyabunan) merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan
minyak (suatu ester). Reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil
mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Reaksi yang akan
dipelajari pada percobaan ini adalah reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida.
CH3COOC2H5 + OH- → CH3COO- + C2H5OH
Hukum laju reaksi ditulis sebagai, laju reaksi = k [CH3COOC2H5] [OH-]

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Batang pengaduk - Bola penghisap
- Gelas kimia 100 mL - Labu ukur 250 mL dan 100 mL
- Botol akuades - Neraca
- Buret - Pipet volume
- Corong kaca - Pipet tetes
- Erlenmeyer 50 mL (8 buah) - Statif dan klem
- Kaca arloji - Stopwatch

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


10

2. BAHAN
- Asam klorida (HCl) - Natrium hidroksida (NaOH)
- Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) - Indikator fenolftalein
- Etilasetat (CH3COOC2H5) - Akuades

D. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi larutan
- Buat larutan asam klorida 0,04 N sebanyak 250 mL
- Buat larutan natrium hidroksida 0,04 N sebanyak 250 mL
- Buat larutan asam oksalat 0,04 N sebanyak 100 mL
- Buat larutan etilasetat 0,04 N sebanyak 250 mL
2. Standardisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat
- Pipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer dan tambahkan indikator
fenolftalein sebanyak 3 tetes.
- Standardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna larutan berubah dari
tidak berwarna menjadi merah muda, dan ulangi percobaan sampai 3 kali.
3. Pengerjaan contoh
- Siapkan 40 mL larutan natrium hidroksida 0,04 N dan 40 mL larutan etilasetat 0,04 N,
masing-masing ke dalam sebuah erlenmeyer. Masukkan 20 mL larutan asam klorida
0,04 N ke dalam 6 buah erlenmeyer.
- Campurkan larutan etilasetat pada larutan natrium hidroksida dan kocok dengan baik,
catat waktu pada saat kedua larutan bercampur.
- Setelah 4 menit, pipet 10 mL dari campuran natrium hidroksida dan etilasetat tersebut,
kemudian masukkan ke dalam satu erlenmeyer yang berisi 20 mL larutan asam
klorida. Aduk dengan baik, masukkan 2 tetes indikator fenolftalein dan titrasi dengan
natrium hidroksida.
- Ulangi pengambilan larutan seperti langkah di atas pada menit ke 4, 10, 17, 25, 35, 50

E. PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standard asam oksalat
No. Volume Natrium Hidroksida (mL)
1
2
3

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


11

2. Reaksi saponifikasi etilasetat oleh natrium hidroksida


Waktu (t) Volume Natrium Hidroksida (mL)
t1
t2
t3
t4
t5
t6

F. PERTANYAAN
1. Tentukanlah orde reaksi terhadap etilasetat dan ion hidroksida.
2. Hitunglah konstanta laju dari percobaan ini.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


12

PERCOBAAN IV
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI

A TUJUAN
1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi.

B TEORI
Percobaan ini bersifat semi kualitatif yang dapat digunakan untuk menentukan
pengaruh perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi. Reaksi yang diamati
adalah reaksi pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat direaksikan
dengan asam. Yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang diperlukan agar koloid
belerang mencapai suatu intensitas tertentu. Reaksi pengendapan belerang dapat ditulis
sebagai berikut :
S2O32-(aq) + 2H+(aq) → H2O (l) + SO2(g) + S(s)

C ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Gelas ukur - Thermometer
- Stopwatch - Bunsen, kaki tiga dan kasa
- Erlenmeyer - Pipet volume

2. BAHAN
- Na2S2O3
- HCl

D PROSEDUR KERJA
Pengaruh Konsentrasi Pada Laju Reaksi
1. Tempatkan 50 mL natrium tiosulfat 0,25 M dalam gelas kimia.
2. Tempatkan gelas kimia tadi di atas sehelai kertas putih tepat di atas tanda silang hitam
yang dibuat pada kertas putih tersebut, sehingga ketika dilihat dari atas melalui
larutan tiosulfat, tanda silang itu terlihat jelas.
3. Tambahkan 2 mL HCl 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan
stopwatch. Larutan diaduk agar pencampuran menjadi merata, sementara pengamatan
dari atas tetap dilakukan.
4. Catat waktu yang diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari atas.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


13

5. Suhu larutan diukur dan dicatat.


6. Ulangi langkah-langkah di atas dengan konsentrasi tiosulfat yang berbeda-beda.
Perhitungan:
1. Dalam percobaan ini 1/waktu digunakan untuk mengukur laju reaksi. Buatlah kurva
laju reaksi sebagai fungsi konsentrasi tiosulfat.
2. Hitung orde reaksi terhadap tiosulfat.

Pengaruh Suhu Pada Laju Reaksi


1. Masukkan 10 mL natrium tiosulfat 0,5 M ke dalam gelas kimia, lalu encerkan hingga
volumenya mencapai 50 ml.
2. Ambil 2 mL HCl 1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tempatkan gelas kimia dan
tabung reaksi tersebut pada penangas air yang suhunya ± 35 oC. Biarkan kedua larutan
tersebut beberapa lama, sampai mencapai suhu kesetimbangan. Ukur suhu dengan
menggunakan termometer dan catat.
3. Tambahkan asam ke dalam larutan natrium tiosulfat, dan pada saat yang bersamaan
nyalakan stop watch. Larutan diaduk lalu tempatkan gelas kimia di atas tanda silang
hitam. Catat waktu yang dibutuhkan sampai tanda silang tidak terlihat lagi bila dilihat
dari atas.
4. Ulangi langkah di atas untuk berbagai suhu sampai 60 oC (lakukan untuk 4 suhu yang
berbeda).
Perhitungan:
1. Laju reaksi dinyatakan sebagai 1/waktu. Buat kurva laju reaksi sebagai fungsi suhu
(oC). Buat kurva log laju reaksi sebagai fungsi 1/suhu (1/K).
2. Beri komentar mengenai bentuk kurva yang diperoleh.

E PERTANYAAN
1. Faktor apa yang mempengaruhi laju reaksi ?
2. Apa yang dimaksud dengan konstanta laju reaksi ?
3. Peningkatan suhu tidak selalu berarti peningkatan laju reaksi. Beri komentar anda
mengenai hal ini !

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


14

PERCOBAAN V
ENERGI AKTIVASI DAN PERSAMAAN ARRHENIUS

A. TUJUAN
1. Menentukan bagaimana ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu.
2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

B. TEORI
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan ketergantungan konstanta laju reaksi pada suhu, persamaannya:
𝒅 𝒍𝒏 𝒌 𝑬𝒂
=
𝒅𝑻 𝑹𝑻𝟐
Hasil integrasinya pada keadaan k1 dan k2 pada T1 dan T2 adalah:
𝒌𝟐 𝑬𝒂 𝟏 𝟏
𝒍𝒏 = ( − )
𝒌𝟏 𝑹 𝑻𝟏 𝑻𝟐
𝑬𝒂
Atau: 𝐥𝐧 𝒌 = − + 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕𝒂
𝑹𝑻

Persamaan ini dapat juga ditulis :


𝒌 = 𝑨𝒆−𝑬𝒂/𝑹𝑻
Dimana: k = konstanta laju reaksi
A = faktor Arrhenius
Ea = energi aktivasi
Persamaan Arrhenius di atas sering juga ditulis dalam bentuk logaritma yaitu:
𝑬𝒂
𝐥𝐧 𝒌 = 𝐥𝐧 𝑨 −
𝑹𝑻
Dari persamaan di atas dapat dibuat suatu kurva linear, bila harga konstanta laju
reaksi diketahui pada berbagai suhu. Plot ln k versus 1/T akan diperoleh kurva berupa garis
lurus, dengan perpotongan (intersep) ln A, kemiringan (slop) = -Ea/R, sehingga didapatkan
Ea = -R x slop.
Persamaan Arrhenius ini berlaku pada suhu rendah dan pada suhu tinggi untuk lebih
teliti dapat dipakai persamaan :
𝒌 = 𝑩𝑻𝒎 𝒆−𝑬𝒃/𝑹𝑻
atau :
𝑬𝒃
𝐥𝐧 𝒌 = 𝐥𝐧 𝑩 + 𝒎 𝐥𝐧 𝑻 −
𝑹𝑻
dimana B = konstanta

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


15

Dari persamaan di atas secara teoritis ada yang sukar diselesaikan, perpangkatan ini
mempunyai harga spesial tergantung pada macam dari teori yang dipakai dan reaksi alami
yang terjadi. Perlakuan data percobaan dari persamaan di atas akan menghasilkan energi
aktivasi Eb. Hubungan antara Ea dan Eb yang diakibatkan T adalah:
𝒅 𝒍𝒏 𝒌 𝑬𝒂
= (𝑷𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 𝑨𝒓𝒓𝒉𝒆𝒏𝒊𝒖𝒔)
𝒅𝑻 𝑹𝑻𝟐
𝒅 𝒍𝒏 𝒌 𝑬𝒃 𝒎
= + (𝑨 𝒇𝒖𝒏𝒈𝒔𝒊 𝑻)
𝒅𝑻 𝑹𝑻𝟐 𝑻
Dari kedua persamaan di atas diperoleh :
𝑬𝒂 𝑬𝒃 𝒎
𝟐
= +
𝑹𝑻 𝑹𝑻𝟐 𝑻
Ea = Eb + mRT
Ea – Eb = mRT
Bila persamaan dikoreksi dengan m tidak nol, maka kurva antara ln k versus 1/T
menunjukkan sedikit melengkung. Sehingga kurva ini dapat dijabarkan dalam dua bagian
yang kedua mendekati linear. Hal ini terjadi bila ada dua reaksi bersamaan yang mempunyai
energi aktivasi berbeda dan selalu terlibat dalam reaksi yang sama, dapat berupa reaksi
homogen dan heterogen. Reaksi homogen biasanya mempunyai energi aktivasi lebih tinggi
dan membutuhkan temperatur/suhu tinggi. Sedangkan reaksi heterogen relatif temperaturnya
lebih rendah.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Tabung reaksi (10 buah) - Gelas kimia 25 mL (2 buah)
- Rak tabung reaksi - Gelas kimia 600 mL
- Pipet volume 1 mL - Stopwatch
- Pipet volume 5 mL - Thermometer
- Pipet volume 10 mL

2. BAHAN
- K2S2O8 0,04 M - Larutan kanji 3%
- KI 0,1 M - Es batu
- Na2S2O3.5H2O 0,001 M - Akuades

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


16

D. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi larutan
- Buat larutan kalium iodida 0,1 M sebanyak 50 mL
- Buat larutan kalium perokdisulfat 0,04 M sebanyak 50 mL
- Buat larutan natrium tiosulfat pentahidrat 0,001 M sebanyak 50 mL
- Buat larutan kanji 3% sebanyak 100 mL
2. Pengerjaan contoh
- Menyediakan 2 buah tabung reaksi yang berisi :
Tabung I Tabung II
S2O82- (0,04 M) H2 O I-(0,1 M) S2O32- (0,001 M) Kanji (3%)
5 mL 5 mL 10 mL 1 mL 1 mL
- Dinginkan kedua tabung reaksi tersebut dalam gelas kimia 600 mL yang berisi air dan
es (tinggi cairan dalam tabung harus lebih rendah dari cairan dalam gelas kimia)
sampai suhu kedua larutan sama, catat suhunya (T1).
- Campurkan larutan dalam tabung II ke dalam tabung I ke dalam satu gelas kimia dan
pada saat bersamaan nyalakan stopwatch sampai timbul warna biru.
- Matikan stopwatch pada saat timbul warna biru dan catat waktu (t) dan suhu akhir
larutan (T2). Suhu reaksi merupakan rata-rata dari T1 dan T2
- Ulangi langkah 1-4 di atas sebanyak 5 kali dengan suhu awal (T 1) yang berbeda
(antara 0 - 40°C).

E. PENGAMATAN
No. T1 (°C) T2 (°C) T (°C) Waktu reaksi (s) T (K) 1/T (K) ln 1/waktu
1
2
3
4
5

F. PERHITUNGAN
1. Isilah table di atas
2. Buat kurva ln 1/waktu sebagai fungsi 1/T (dianggap 1/waktu berbanding lurus dengan
laju reaksi)
3. Dari slop kurva, hitung energi aktivasi dalam satuan kJ/mol

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


17

G. PERTANYAAN
1. Bila reaksi di atas dilakukan pada suhu di atas 40°C ternyata akan terdapat
penyimpangan dari persamaan Arrhenius. Berikan alasan yang mungkin
menyebabkan penyimpangan di atas.
2. Dengan menggunakan persamaan Arrhenius tentukan factor Arrhenius (A).

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


18

PERCOBAAN VI
PENGARUH LUAS PERMUKAAN TERHADAP LAJU REAKSI

A. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh luas permukaan sentuhan terhadap laju pada reaksi antara kalsium
karbonat dengan asam klorida.

B. TEORI
Luas permukaan pereaksi berpengaruh terhadap keberlangsungkan suatu reaksi terjadi
dengan cepat atau lambat. Reaksi dapat berlangsung apabila pereaksi saling bertemu secara
maksimal sehingga dapat menghasilkan reaksi dengan baik. Ketika luas permukaan pereaksi
semakin besar maka laju reaksi dapat berlangsung lebih cepat, sebaliknya bila luas
permukaan kecil maka reaksi cenderung lambat. Contohnya dalam reaksi antara magnesium
dengan asam sulfat encer. Bentuk pita magnesium memiliki luas permukaan lebih kecil
dibandingkan dengan bentuk serbuknya, sehingga reaksi pita magnesium lebih lambat
daripada serbuk. Contoh lainnya adalah reaksi antara pualam (CaCO3) dengan larutan HCl
dalam bentuk serbuk dan gumpalan menghasilkan gas karbon dioksida dalam tingkat
kecepatan reaksi yang berbeda. Persamaan reaksinya yaitu:
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq)  CaCl2 (aq) + H2O (I) + CO2 (g)

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Tabung reaksi - Gelas ukur
- Rak tabung reaksi - Gelas kimia 50 mL
- Pipa salur gas - Gelas kimia 250 mL
- Sumbat gabus/karet - Bejana air
- Pipet tetes - Statif dan klem
- Neraca analitis - Stopwatch

2. BAHAN
- Padatan Kalsium Karbonat
- HCl 2 M

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


19

D. PROSEDUR KERJA
1. Isilah gelas ukur 50 mL dengan air hingga penuh (sedikit melimpah), kemudian tutup
dengan sehelai kertas saring lalu balikkan ke dalam sebuah gelas kimia 250 mL berisi
air. Pada saat membalikkan gelas ukur, tidak boleh ada gelembung yang masuk ke
dalamnya. Rangkai alat seperti gambar di bawah ini:

2. Masukkan 10 mL larutan HCl 2 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan satu gram


butir-butir kalsium karbonat sebesar pasir. Tampung gas yang terbentuk dalam gelas
ukur seperti terlihat pada gambar diatas.
3. Catat waktu yang diperlukan untuk menampung 20 mL gas dengan stopwatch.
4. Ulangi prosedur di atas dengan menggunakan butir-butir kalsium sebesar jagung.

E. PENGAMATAN
Percobaan Waktu (detik)
Kalsium karbonat bentuk pasir
Kalsium karbonat bentuk jagung

F. PERTANYAAN
1. Bentuk manakah yang lebih tepat untuk memperoleh 20 mL gas, 1 gram kalsium
karbonat sebesar jagung atau 1 gram butir-butir pualam sebesar pasir?
2. Jelaskan manakah yang mempunyai permukaan lebih luas, 1 gram butir kalsium
karbonat sebesar jagung atau 1 gram butir-butir pualam sebesar pasir?
3. Reaksi antara kalsium karbonat dengan larutan HCl berlangsung pada permukaannya.
Bagaimanakah hubungan antara luas permukaan sentuhan dengan laju reaksi?

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


20

PERCOBAAN VII
KATALISATOR

A. TUJUAN
Menyelidiki pengaruh katalis terhadap reaksi penguraian hidrogen peroksida.

B. TEORI
Reaksi kimia dapat dipercepat dengan menambah jumlah molekul yang memiliki
energi melebihi energi aktivasi. Alternatif lain dalam memperoleh laju reaksi lebih cepat
adalah dengan menggunakan katalis. Senyawa katalis berfungsi untuk memberikan suatu
jalan lain untuk memperoleh jalur energi aktivasi lebih rendah, sehingga reaksi dapat
berlangsung lebih cepat. Katalis ini tidak ikut bereaksi selama proses reaksi berlangsung.
Selain itu ada juga katalis yang dapat menghambat jalannya reaksi disebut inhibitor. Katalis
dapat dibedakan atas katalis heterogen dan homogen. Katalis homogen adalah katalis yang
memiliki fasa yang sama dengan pereaksinya. Contohnya adalah dalam pembentukan gas
SO3 dari SO2 dan O2 menggunakan gas NO2 sebagai katalis. Katalis heterogen adalah katalis
yang memiliki fasa yang berbeda dengan pereaksinya, seperti platina (Pt), nikel (Ni), dan
vanadium pentaoksida (V2O5).
Untuk mempercepat reaksi ada kalanya pada zat-zat yang bereaksi ditambahkan zat
yang bukan pereaksi. Zat seperti ini disebut katalisator. Pada percobaan ini akan diamati kerja
katalisator pada penguraian hidrogen peroksida sesuai persamaan reaksi berikut:
2 H2O2 (aq)  2 H2O (I) + O2 (g)

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Gelas kimia 100 mL (2 buah)
- Gelas ukur 50 mL
- Pipet tetes

2. BAHAN
- H2O2 5%
- FeCl3 0,1 M
- NaCl 0,1 M

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


21

D. PROSEDUR KERJA
1. Masukkan masing-masing 50 mL larutan H2O2 5% ke dalam dua gelas kimia 100 mL.
Amati kecepatan timbulnya gelombang gas pada kedua gelas itu dan catat yang
terjadi.
2. Tambahkan kira-kira 1 mL larutan NaCl 0,1 M ke dalam gelas A dan 1 mL larutan
FeCl3 0,1 M ke dalam gelas kimia B dengan pipet tetes. Bagaimana kecepatan
timbulnya gelembung gas pada kedua gelas kimia itu sekarang?

E. PENGAMATAN
Percobaan Pengamatan Waktu (detik)
Pembentukan gas
Gelas A ditambah NaCl
Gelas B ditambah FeCl3

F. PERTANYAAN
1. Zat manakah yang berperan sebagai katalisator pada percobaan di atas senyawa
hidrogen peroksida, NaCl, atau FeCl3.
2. Jelaskan apakah zat itu mengalami perubahan selama hidrogen peroksida terurai.
3. Menurut Anda, apakah larutan Fe2(SO4)3 dapat bekerja sebagai katalisator pada
penguraian hidrogen perokside? Jelaskan.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


22

PERCOBAAN VIII
PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KOROSI

A. TUJUAN
Untuk menunjukkan peranan lingkungan sekitar dalam proses pengaratan.

B. TEORI
Korosi adalah suatu pokok bahasan yang menyangkut berbagai disiplin ilmu, atau
dengan kata lain, ini menggabungkan aspek-aspek fisika, kimia, metalurgi, elektronika dan
perekayasaan. Walaupun demikian kebanyakan dari kita yang berkecimpung dalam bidang
penanggulangan korosi sering mempunyai latar belakang salah satu atau beberapa disiplin itu
tetapi tidak semuanya. Sulit bagi kita untuk menemukan proses alami yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan energi. Korosi adalah gejala yang timbul secara alami. Pengaruhnya dialami
oleh hamper semua zat dan diatur oleh perubahan-perubahan energi. Oleh sebab itu
diperlukan pembahasan teori-teori tentang energi dan zat.
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Beberapa hal penting menyangkut definisi ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Korosi berkaitan dengan logam. Ini berarti bahwa hanya setengah reaksi seperti
persamaan di bawah yang bisa dianggap reaksi korosi sejati. Setengah reaksi yang kedua,
walaupun menerangkan suatu proses yang harus ada agar korosi dapat berlangsung,
namun bukanlah suatu reaksi korosi.
M → M2+ + z e-
b. Melalui penggunaan istilah degradasi atau penurunan mutu kita mengandaikan bahwa
korosi adalah proses yang tidak dikehendaki. Namun demikian ini tidak selamanya benar,
dan dalam hal itu proses tersebut biasanya tidak disebut korosi.
c. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia, yakni antara bahan-bahan
bersangkutan terjadi perpindahan elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang
bermuatan negatif, maka pengangkutannya menimbulkan arus listrik, sehingga reaksi
demikian dipengaruhi oleh potensial listrik.
d. Lingkungan adalah sebutan paling mudah untuk memaksudkan semua unsur di sekitar
logam terkorosi pada saat reaksi.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


23

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
- Tabung reaksi (6 buah)
- Rak tabung reaksi
- Penyekat
- Sepotong gabus
2. BAHAN
- Paku beton panjang 50 mm (6 buah)
- Natrium Nitrit
- Natrium Kromat

D. PROSEDUR KERJA
1. Tempatkan setiap tabung dalam rak dan masukkan sepotong paku ke dalam masing-
masing tabung.
2. Biarkan paku dalam tabung no.1 berhubungan langsung dengan udara.
3. Rendam seluruh paku dalam tabung no.2 dengan air PAM
4. Rendam seluruh paku dalam tabung no.2 dengan air suling
5. Isi tabung no.4 dengan air PAM yang sudah dididihkan. Tutup tabung dengan gabus
dan penyekat agar udara tidak dapat masuk ke dalamnya.
6. Siapkan larutan natrium nitrit dan natrium kromat berpelarut air, masing-masing 10
gram dalam 100 ml air PAM
7. Rendam seluruh paku dalam tabung no.5 dengan larutan natrium nitrit
8. Rendam seluruh paku dalam tabung no.6 dengan larutan natrium kromat
9. Biarkan sekurang-kurangnya sehari semalam, atau lebih baik satu minggu
10. Amati pengaruh lingkungan yang berbeda-beda terhadap paku.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia


24

DAFTAR PUSTAKA

Atkin, P.W. 1997. Physical Chemistry. New York: W.H. Freeman & Company.

Bird, T. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas, alih bahasa Kwee le
Tjien. Jakarta: Gramedia

Daniels, F. et al. 1970. Experimental Physical Chemistry, 7th ed. New York: McGraw Hill.

Isana, S., Yatiman, P., & Suharto. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Yogyakarta:
Laboratorium Kimia Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Staff Laboratorium Kimia Fisika. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang:
Laboratorium Kimia Analisa, FTI, Institut Teknologi Nasional Malang.

Tim Kimia Fisika. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 2. Padang: Jurusan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Padang.

Trethewey, K.R. & Chamberlain. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta:
Gramedia.

Penuntun Praktikum Kinetika dan Elektrokimia

Anda mungkin juga menyukai