(REVISI)
Oleh :
Tim Lab. Thermodinamika 2023
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
TATA TERTIB LABORATORIUM……………………………….... 1
Bab I Pengukuran Dan Estimasi Volume Molar Serta Densitas
Cairan Pada Berbagai Temperatur…......................................13
Bab II Penentuan Panas Spesifik.......................................................18
Bab III Ekspansi Gas Ideal..................................................................21
Bab IV Kesetimbangan Uap – Cair.....................................................33
Bab V Tekanan Uap Jenuh (Saturation Pressure) Dari
Air...........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................66
iii
2
DAFTAR GAMBAR
3
iv
4
TATA TERTIB LABORATORIUM
1. Kehadiran
a. Praktikan harus sudah datang kurang-lebih 15 menit sebelum praktikum
dimulai.
b. Praktikan yang terlambat datang dikenakan sanksi sesuai dengan aturan
yang berlaku, dan sebelum mengikuti praktikum harus menghadap
pembimbing.
c. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum jika keterlambatan
lebih dari 30 menit, dan dianggap alpa.
d. Praktikan harus mengikuti semua judul praktikum. Bagi yang tidak
mengikuti satu judul atau lebih dengan alasan apapun harus melaksanakan
praktikum susulan dengan mengikuti kelas lain atau bekerja sendiri di luar
jadwal.
e. Praktikan yang harus meninggalkan laboratorium karena sesuatu yang
tidak dapat ditunda harus diketahui oleh Pembimbing
2. Persiapan tertulis dan Pretest
a. Praktikan harus membuat ringkasan pelaksanaan praktikum sesuai dengan
urutan dan skema kerja dilengkapi dengan kolom cek dan tabel data
pengamatan.
b. Praktikan harus membuat daftar alat dan MSDS bahan kimia yang akan
digunakan, dilengkapi dengan keterangan mengenai aspek K3
(penanganan dan penanggulangan).
c. Praktikan harus mengerjakan pretest yang dibuat oleh pembimbing.
3. Pakaian dan Peralatan K3
a. Praktikan harus mengenakan jas lab atau pakaian kerja yang sesuai dengan
benar.
d. Praktikan dilarang mengenakan sepatu yang terbuka, beralas licin, dan
bertumit (hak) tinggi.
e. Praktikan wanita harus mengikat rambut yang panjang. Jas lab dikenakan
menutupi rambut / jilbab.
f. Praktikan diwajibkan mengenakan alat-alat pelindung diri (APD) yang
sesuai jika menangani bahan, alat dan pekerjaan berbahaya.
5
4. Setelah praktikum selesai
a. Praktikan wajib membersihkan kembali meja dan lantai tempat
melaksanakan praktikum dengan sepengetahuan teknisi laboratorium.
b. Praktikan wajib mengembalikan alat-alat praktikum kepada teknisi dalam
keadaan bersih dan tidak rusak atau cacat (keadaan alat seperti waktu
dipinjam).
c. Praktikan wajib membuat laporan sementara secara mandiri / berkelompok
dengan format sesuai ketentuan pembimbing.
d. Praktikan wajib membuat laporan resmi secara mandiri dengan format
seperti yang ditetapkan oleh pembimbing / Kepala Laboratorium. Laporan
resmi dikumpulkan pada minggu berikutnya sebagai prasyarat untuk
mengikuti praktikum selanjutnya.
5. Kerusakan Alat
a. Alat yang rusak dan pecah selama pelaksanaan praktikum harus segera
dilaporkan kepada teknisi untuk dicatat dan mendapatkan ganti sementara
waktu.
b. Penggantian alat yang rusak / pecah menjadi tanggung jawab individu /
kelompok praktikum.
c. Penggantian alat yang rusak / pecah paling lambat harus diselesaikan
sebelum pelaksanaan kuliah semester berikutnya. Praktikan yang
merupakan mahasiswa semester terakhir harus melakukan pengembalian
alat paling lambat sebelum pelaksanaan ujian tugas akhir.
d. Penggantian alat harus menyertakan bukti pembelian asli.
e. Penggantian alat yang bernilai sangat mahal dan di luar jangkauan
kemampuan mahasiswa harus dibicarakan dengan Ketua Jurusan.
f. Praktikan dalam melakukan penggantian alat dilarang bertransaksi dengan
pembimbing maupun teknisi.
6
6. Larangan bagi praktikan
a. Membawa tas ke dalam laboratorium.
b. Makan, minum, merokok di dalam dan ruangan sekitar laboratorium pada
jam praktikum.
c. Mengganggu praktikan lain, bergurau dan membuat kegaduhan di dalam
laboratorium.
d. Melakukan komunikasi menggunakan handphone.
e. Membuat percobaan sendiri di luar judul yang dijadwalkan.
f. Melakukan percobaan di luar laboratorium atau membawa alat keluar dari
laboratorium tanpa seijin Kepala Laboratorium dan Ketua Jurusan
g. Membuang sampah sembarangan serta membuang sampah padat maupun
limbah / sisa praktikum ke dalam wastafel.
7
BAB I. PENGUKURAN DAN ESTIMASI VOLUME MOLAR SERTA
DENSITAS CAIRAN PADA BERBAGAI TEMPERATUR
8
ni adalah jumlah grup penyusun bahan dan Δvi volume molar grup yang
merupakan fungsi temperatur, berdasarkan persamaan (2)
Δvi = Ai + BiT + CiT2 (2)
Harga A, B, dan C adalah konstanta grup kontribusi Elbro, nilai A, B dan C
dapat dilihat pada buku “The Properties of Gases and Liquids“, seperti terlihat
pada Tabel 1. Perhitungan densitas dilakukan dengan membagi berat molekul
bahan dengan V hasil perhitungan pada persamaan (1). Sedangkan menurut
pengamatan densitas dapat dihitung berdasarkan rumus
(berat piknometer+bahan)−(berat piknometer (3)
Ρ =
kosong)
volume piknometer
II. 4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari :
1. Etanol p.a
2. Toluene p.a
3. Metanol p.a
9
Tabel II. 1. Konstanta Grup Konstribusi Untuk Volume Zat Cair (Polling dkk)
10
II. 5. Prosedur Perhitungan Molar Volume Teoritis
1. Estimasi volume molar etanol dan / atau bahan – bahan lain dilakukan
berdasarkan metode Elbro, dengan cara sebagai berikut :
Tuliskan rumus bangun etanol dan / atau bahan – bahan lain
Uraikan rumus bangun berdasarkan grup kontribusi Elbro table III.1 di
atas.
Perhitungan volume molar dilakukan dengan menggunakan persamaan
(1) dan (2).
2. Densitas perhitungan bahan dihitung dengan cara membagi berat molekul
(BM) masing – masing bahan dengan volume molar hasil perhitungan
pada langkah 3 di atas.
11
6. Densitas bahan dihitung
7. Molar volume bahan ditentukan dari densitas yang diperoleh
12
II. 6. 2. Percobaan B
Jenis bahan : .............................. BM....................gr/gmol
Berat pikno kosong [m0]..................................... = gr
Suhu Berat Berat Volum Densita Molar
No (oC) pikno pikno e pikno s bahan Volume
koson kosong (mL) (gr/mL) (cm3/mol)
g (gr) + [(3) – [(4) – p0]/(6)
p0]/(5)
baha
n (gr)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1
2
II. 7. Pembahasan
1. Pembahasan ditekankan pada perbandingan hasil pengukuran dan hasil
estimasi berdasarkan persamaan Elbro, baik untuk volume molar maupun
densitas, dengan acuan persen penyimpangan.
2. Molar Volume Percobaan A dan B
3. Molar Volume Percobaan A dan Persamaan Elbro
4. Molar Volume Percobaan B dan Persamaan Elbro
13
BAB III PENENTUAN PANAS SPESIFIK
14
dibuat atau dimusnahkan, namun bisa diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya,
sehingga ∆𝑄𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 + ∆𝑄𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 0. Persamaan (1) digunakan dalam persamaan
(2) menghasilkan persamaan (3) sehingga panas spesifik dari logam aluminium
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4). Tabel IV.1 menunjukkan
harga panas spesifik beberapa zat, baik berupa padatan, cairan maupun gas pada
tekanan atmosfir.
𝑚𝐴𝑙 ∙ 𝐶𝐴𝑙 ∙ (𝑇𝑖,𝐴𝑙 − 𝑇𝑓) = 𝑚𝑤 ∙ 𝐶𝑤 ∙ (𝑇𝑓 − 𝑇𝑖,𝑤) (3)
15
III. 4. Prosedur Percobaan
1. Potongan logam, misal aluminium, ditimbang dengan teliti dan dicatat
sebagai mAl.
2. Air dipanaskan hingga mendidih dalam beaker glass dengan menggunakan
hot plate. Gunakan thermometer digital untuk mengukur suhunya.
3. Potongan logam (misal aluminium) dimasukkan ke air pada poin 2, yang
sudah mendidih / suhu air mendekati 100oC.
4. Suhu air akan mengalami sedikit penurunan sesaat setelah logam
dimasukkan ke beaker glass. Tunggu beberapa saat sehingga suhu air di
beaker glass yang berisi potongan logam kembali mencapai 100 oC. Suhu
tersebut dicatat sebagai suhu awal (initial temperature) dari logam (Ti,Al).
5. Bersamaan dengan pengerjaan poin 2 – 4, styrofoam cup kosong dan
styrofoam cup + air (dengan suhu ruang) ditimbang dan hitung massa air di
dalam styrofoam cup serta catat sebagai mw. Suhu air di dalam styrofoam
cup diukur dan dicatat sebagai initial temperature air (Ti,w).
6. Potongan logam pada poin 4 di atas dipindahkan dengan cepat ke dalam
styrofoam cup yang berisi air. Jangan sampai ada air yang tumpah.
Pengadukan dilakukan sesaat setelah logam dimasukkan ke dalam air.
7. Suhu air dan potongan logam dicatat suhunya setiap 3 detik sampai
sebagai tercapai suhu kesetimbangan. Suhu kesetimbangan tersebut dicatat
sebagai suhu akhir (final temperature - Tf).
III. 5. Pembahasan
1. Teori percobaan dapat ditambahkan tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi nilai panas spesifik suatu zat.
2. Pembahasan didasarkan pada hasil perhitungan persen kesalahan nilai
panas spesifik hasil eksperimen terhadap nilai panas spesifik yang ada di
literature. Pembahasan dititikberatkan pada faktor – faktor yang menjadi
penyebab persen kesalahan tersebut.
3. Lakukan penghitungan ulang dengan cara menambahkan nilai persen
kesalahan ke nilai final temperature - Tf dan bandingkan nilai panas
spesifik hasil eksperimen dengan hasil penghitungan ulang.
16
BAB IV EKSPANSI GAS IDEAL
17
Gambar IV. 1. Skema proses isokhoris (www.citycollegiate.com)
𝑑𝑄 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑊 = 𝑑𝑈 + 𝑝 ∙ 𝑑𝑉 (1)
Volume konstan maka dV = 0, sehingga persamaan (1) dapat dinyatakan
dalam:
𝑑𝑄 = 𝑑𝑈 (2)
Persamaan (2) menunjukkan bahwa penambahan panas yang dilakukan ke
dalam sistem digunakan untuk meningkatkan energi dalam dari sistem.
18
Gambar IV. 2. Skema proses isobaris (www.citycollegiate.com)
19
terjadi
20
jika sistem tetap dalam persinggungan termal dengan lingkungannya, sehingga
kalor yang dihisap atau dilepaskan dikompensasikan dengan kerja mekanik yang
dilakukan oleh atau pada gas. Dengan demikian, proses isothermal tidak
mengalami perubahan temperatur, dan tidak ada perubahan energi dalam. Selain
itu, proses isotermal mengikuti hukum Boyle, sehingga untuk gas ideal pV =
konstan.
Berdasarkan Hukum I Termodinamika, perubahan yang terjadi pada
proses isothermal dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan – persamaan berikut.
𝑑𝑄 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑊 (7)
Perubahan energi dalam tidak terjadi selama proses isothermal, sehingga dU
= 0 dan persamaan (7) menjadi 𝑑𝑄 = 𝑑𝑊 (8)
Dengan demikian, selama ekspansi thermal berlaku
Kalor yang ditambahkan = Kerja yang dilakukan oleh gas (dW)
dan selama kompresi isotermal:
Kalor yang dikeluarkan = Kerja yang dilakukan pada gas (-dW)
(a) (b)
Gambar IV. 4. Skema proses adiabatik (a) dan perbedaannya dengan
proses isothermal (b)
22
IV. 3. Alat dan Bahan
1) Alat :
1 set modul TH5
1 set personal computer (PC) sebagai pencatat data
Gambar alat :
Gambar disajikan dalam Gambar VII.5 dan Gambar VII.6
2) Bahan :
Udara
23
V1 V2 V3 Keterangan Gambar :
1. Pressure sensor for pressure vessel
2. Top plate
3. Pressure vessel
1
7 4. Bottom plate
5. “O” ring
6. Vacuum vessel
6 7. Pressure sensor for vacuum vessel V1.
3
exit valve for pressure vessel
V2. interconnection valve
V3. exit valve for vacuum vessel
Air pump
V6
V5 Keterangan Gambar :
T2
T1 V4. Isolating valve for pressure vessel
V5. Needle valve connecting to vacuum vessel
V4 V6. Needle valve connecting to pressure vessel
V7
V7. Isolating valve for vacuum vessel
T1. Temperature probe for pressure vessel
T2. Temperature probe for vacuum vessel
24
IV. 4. Percobaan A: Penentuan Rasio Kapasitas Panas ()
VII.4. 1. Prosedur Percobaan
1) Persiapan
Kedua tabung (pressure vessel dan vacuum vessel) harus dipastikan berada
dalam kondisi atmosferik dengan cara membuka valve V1 dan V3 yang
berada di atas tabung.
Semua valve yang lain harus dalam kondisi tertutup.
Nyalakan console yang terhubung dengan peralatan / modul TH5.
Nyalakan PC sebagai pencatat data.
2) Percobaan
Ukur dan catat tekanan udara sekitar (tekanan atmosferik / Patm) dengan
menggunakan barometer.
Tutup valve V1 danV3 serta buka valve V4
Buka perekam grafik / data logger yang sesuai di PC dengan cara :
i) Buka program “TH5 Expansion Process of a Perfect Gas”
ii) Pilih “Exercise A”, tekan tombol “Load”
iii) Pilih “View – Table” untuk menampilkan data logger atau “View –
Graph” untuk menampilkan grafik.
Nyalakan pompa udara (air pump) sehingga udara mengalir ke dalam
pressure vessel dan tekanan di dalam vessel mencapai 30 kN/m2 (seperti
terlihat di console)
Matikan pompa udara dan tutup valve V4
Tunggu sampai tekanan (P) dalam pressure vessel telah stabil (P akan
turun sedikit ketika suhu isi tabung menjadi sama dengan suhu ruang)
Catat P yang stabil tersebut sebagai Ps awal.
Tekan tombol “GO” pada program
Buka sedikit valve V1 dengan sangat cepat sehingga ada sedikit udara
yang keluar dari tabung.
Rekam nilai P setiap waktu sebagai Pi sebagaimana tercatat di data logger.
Biarkan isi tabung kembali ke suhu lingkungan dan catat P akhir sebagai Pf.
Ulangi langkah di atas untuk berbagai nilai tekanan awal yang berbeda.
25
3) Penutup
Simpan file di folder “D:/”
Tutup program “TH5 Expansion Process of a Perfect Gas”
Matikan PC dan console yang terhubung dengan peralatan / modul TH5
VII.4. 4. Pembahasan
1) Beri penjelasan tentang jenis proses yang terjadi berdasarkan kurva tekanan vs
volume!
2) Bandingkan hasil percobaan dengan kondisi yang diharapkan secara teoritis!
Beri alasan penyebabnya!
26
IV. 5. Percobaan B : Penentuan Rasio Volume pada Proses Isotermal
IV.5. 1. Prosedur percobaan
1) Persiapan
Kedua tabung (pressure vessel dan vacuum vessel) harus dipastikan berada
dalam kondisi atmosferik dengan cara membuka valve V1 dan V3 yang
berada di atas tabung.
Semua valve yang lain harus dalam kondisi tertutup.
Nyalakan console yang terhubung dengan peralatan / modul TH5.
Nyalakan PC sebagai pencatat data.
2) Percobaan
Ukur dan catat tekanan udara sekitar (tekanan atmosferik / Patm) dengan
menggunakan barometer.
Tutup valve V1, V3 dan V5, serta buka valve V4
Buka perekam grafik / data logger yang sesuai di PC dengan cara :
i) Buka program “TH5 Expansion Process of a Perfect Gas”
ii) Pilih “Exercise B”, tekan tombol “Load”
iii) Pilih “View – Table” untuk menampilkan data logger atau “View –
Graph” untuk menampilkan grafik.
Nyalakan pompa udara (air pump) sehingga udara mengalir ke dalam
pressure vessel dan tekanan di dalam vessel mencapai 30 kN/m2 (seperti
terlihat di console)
Matikan pompa udara dan tutup valve V4
Tunggu sampai tekanan (P) dalam pressure vessel telah stabil (P akan
turun sedikit ketika suhu isi tabung menjadi sama dengan suhu ruang)
Catat P yang stabil tersebut sebagai Ps awal.
Pastikan bahwa valve V5 tertutup dan valve V6 terbuka. Buka valve V5
perlahan sehingga udara mengalir dari pressure vessel ke vacuum vessel.
Atur valve V5 sehingga P turun perlahan dan tidak ada perubahan di T1
dan T2. (Jika udara mengalir terlalu cepat, sehingga T1 dan T2 berubah
maka percobaan harus diulang).
Tekan tombol “GO” pada program dan rekam nilai P setiap waktu sebagai
Pi sebagaimana tercatat di data logger.
27
Biarkan kedua tabung stabil dalam hal tekanan dan suhu kemudian catat P
akhir sebagai Pf.
Ulangi langkah di atas untuk berbagai nilai tekanan awal di pressure vessel
yang berbeda.
3) Penutup
Simpan file di folder “D:/”
Tutup program “TH5 Expansion Process of a Perfect Gas”
Matikan PC dan console yang terhubung dengan peralatan / modul TH5
IV.5. 4. Pembahasan
1) Beri penjelasan tentang jenis proses yang terjadi berdasarkan kurva tekanan vs
volume!
2) Bandingkan hasil percobaan dengan kondisi yang diharapkan secara teoritis!
Beri alasan penyebabnya!
28
IV. 6. Kesimpulan dan Saran
Tarik kesimpulan yang diperoleh dari percobaan A dan B serta beri saran
perbaikan!
29
BAB V. KESETIMBANGAN UAP CAIR
V. 1. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat (1) menunjukkan
hubungan antara komposisi larutan, komposisi uap dengan suhu pada kondisi
kesetimbangan uap – cair sistem biner, (2) mempraktekkan percobaan distilasi
sederhana, dan (3) menghitung komposisi larutan berdasarkan indeks bias.
V. 2. Dasar Teori
Kaidah Fasa Gibbs
Kaidah fasa Gibbs diusulkan oleh Josiah Willard Gibbs pada 1870-an
dalam bentuk persamaan :
F=C–P+2 (1)
di mana P (terkadang juga dinyatakan sebagai π atau Φ) adalah jumlah fase
dalam kesetimbangan termodinamika dan C adalah jumlah komponen. F adalah
jumlah derajat kebebasan yang menunjukkan jumlah properti intensif (intensive
properties) yang tidak tergantung dari variabel intensif lainnya, misalkan
temperatur, tekanan, dan lain – lain.
Fase adalah suatu bentuk materi yang homogen, baik dalam komposisi
kimia dan maupun tampilan fisiknya. Fase yang dimaksud dalam persamaan (1)
meliputi fase padat, cair dan gas. Dua cairan yang tidak bercampur (immiscible
liquids) dan dipisahkan oleh batas yang berbeda dihitung sebagai dua fase yang
berbeda, seperti hal campuran dua jenis padatan (immiscible solids).
Jumlah komponen (C) adalah jumlah bahan kimia independen yang
terlibat dalam sistem, yaitu jumlah minimum spesies independen yang diperlukan
untuk menentukan komposisi semua fase sistem.
30
berupa temperatur dan tekanan. Namun, jika suhu dan tekanan diatur menuju ke
titik di mana komponen/zat murni mengalami pemisahan menjadi dua fase (P =
2), F berkurang dari 2 ke 1. Ketika sistem memasuki wilayah dua fase, menjadi
tidak mungkin lagi untuk mengatur suhu dan tekanan secara bersamaan.
Penjelasan tersebut dapat dilihat di gambar V.1. yang menunjukkan
diagram fase (PT) dari karbon dioksida (CO2). Salah satu daerah dua fase
ditunjukkan oleh garis batas antara daerah gas dan daerah cair (liquid). Jika
tekanan sistem meningkat (sistem mengalami kompresi), gas CO2 mengembun
sebagian dan suhu sistem naik secara otomatis. Jika suhu sistem turun karena
pendinginan, gas CO2 mengembun sebagian dan tekanan sistem menjadi
berkurang. Hubungan antara tekanan dan suhu ini berlangsung terus hingga CO2
yang berada dalam fase gas maupun cair habis karena kondensasi maupun
evaporasi atau titik kritis tercapai. Selama ada dua fase, hanya ada satu derajat
kebebasan yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sistem. Misal sistem berada
pada temperatur 250 K, kondisi dua fase hanya tercapai pada tekanan + 20 bar.
31
Gambar V.1. juga menampilkan titik kritis (critical point) dan titik triple
(triple point). Titik kritis adalah titik hitam pada akhir batas cair-gas. Mendekati
titik ini fase cair dan gas menjadi semakin mirip dan ketika mencapai titik kritis,
tidak ada lagi pemisahan menjadi dua fase. Di atas titik kritis, F = 2 dan suhu serta
tekanan dapat dikontrol secara independen. Oleh karena itu, pada kondisi ini
hanya ada satu fase yaitu berupa dense gas, atau biasa dikenal sebagai fluida
superkritis. Sedang titik triple adalah kondisi dimana ketiga fase (cair, padat dan
gas) berada dalam kesetimbangan. Untuk zat murni, titik triple berada pada suhu
dan tekanan tertentu (F = 0).
32
X2,V X2,L
(T10)
(T20)
X1,V X1,L
Untuk T dan P tertentu, akan ada dua fase pada kesetimbangan ketika
sistem terletak di antara dua garis kurva (dew point curve dan boiling point curve).
Sebuah garis horizontal (isoterm atau tie – line) dapat ditarik melalui setiap titik di
sistem tersebut, dan berpotongan dengan kurva untuk setiap fase pada komposisi
keseimbangannya.
Diagram fase cair – uap untuk sistem lain mungkin memiliki azeotrop
(maksimum atau minimum) pada kurva komposisi, tetapi penerapan aturan fase
tidak berubah. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa komposisi dari kedua fase
akan sama persis pada titik azeotrop.
Kondisi azeotrop terjadi karena campuran mengalami deviasi terhadap
hukum Raoult (Raoult law). Deviasi dari hukum Raoult ini disebabkan karena
perbedaan gaya tarik – menarik antara molekul – molekul heterogen dan gaya
tarik
– menarik antara molekul – molekul homogen. Jika pada suhu tertentu, tekanan
uap dari campuran lebih tinggi daripada yang diprediksikan hukum Raoult maka
sistem dikatakan menunjukkan deviasi positif, dan sebaliknya. Deviasi positif ini
sebagai akibat gaya tarik menarik antara molekul – molekul homogen yang lebih
besar daripada gaya tarik menarik antara molekul – molekul heterogen. Gambar
V.3 dan V.4 berturut – turut menunjukkan contoh diagram titik didih sistem
33
dengan deviasi positif dan deviasi negatif terhadap hukun Raoult.
34
Gambar V. 3. Diagram titik didih sistem dengan deviasi positif
terhadap hukum Raoult
35
V. 3. Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari :
1. Tabung reaksi kecil = 18 buah
2. Pipet ukur 25 ml = 1 buah
3. Karet penghisap = 1 buah
4. Corong kaca = 1 buah
5. Gelas ukur 100 ml = 1 buah
6. Gelas ukur 10 ml = 1 buah
7. Labu takar 100 ml = 1 buah
8. Pipet tetes = 1 buah
9. Refraktometer;
10. Alat destilasi lengkap, yang terdiri dari :
- Three neck flask (TNF)
- klem holder dan statif
- electric mantle
- supporting ring
- kondensor pendingin balik (reflux)
- adaptor
- termometer
- plug
V. 4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah zat – zat yang dapat
membentuk sistem biner misalnya metanol – akuades atau etanol – akuades.
36
V. 5. Prosedur Percobaan
1. Susun alat seperti gambar di bawah ini
37
12. Ulangi langkah 1-9, hingga 5 kali
13. Data hasil percobaan dicatat dalam laporan sementara.
V. 6. Data Pengamatan
Konsentrasi Liquid (x) Konsentrasi Liquid (x)
Sample No. T (°C)
% vol % mol
V. 7. Perhitungan
1. Hitunglah komposisi fase uap dengan menggunakan metode perhitungan
BUBLE T untuk setiap data yang diperoleh dengan asumsi liquid adalah
liquid ideal sesuai dengan Gambar 2.
2. Hitung RMSD T dan y berdasarkan persamaan
RMSD
( y exp ycal)2
n
RMSD
(T exp Tcal)2
n
y = fraksi mol komponen dalam fase
uap T = suhu
n = jumlah data
3. Bandingkan data hasil perhitungan dengan melakukan plot dalam satu
grafik antara data teoritis dan hasil percobaan + perhitungan (grafik : T
sebagai sumbu y dan (x,y) sebagai sumbu x
38
Tabel V. 1. Data Teoritis VLE Untuk Sistem Etanol (1) + Air (2)*
P (kPa) T (°C) x1 x2 y1 y2
101.3 100 0.00 1.00 0.00 1.00
101.3 86.8 0.10 0.90 0.43 0.57
101.3 83.2 0.20 0.80 0.53 0.47
101.3 81.8 0.30 0.70 0.58 0.43
101.3 80.8 0.40 0.60 0.62 0.38
101.3 80.1 0.50 0.50 0.65 0.35
101.3 79.35 0.60 0.40 0.70 0.30
101.3 78.76 0.70 0.30 0.76 0.24
101.3 78.37 0.80 0.20 0.83 0.17
101.3 78.16 0.90 0.10 0.90 0.10
101.3 78.32 1.00 0.00 1.00 0.00
*Wozny, G.; Cremer, H. Chem.-Ing.-Tech., 1981, 53, 89.
Tabel V. 2. Data Teoritis VLE Untuk Sistem Metanol(1) + Air (2)*
P (kPa) T (oC ) x1 x2 y1 y2
101.32 100.00 0.00 1.00 0.00 1.00
101.32 96.40 0.02 0.98 0.13 0.87
101.32 93.50 0.04 0.96 0.23 0.77
101.32 91.20 0.06 0.94 0.30 0.70
101.32 89.30 0.08 0.92 0.37 0.64
101.32 87.70 0.10 0.90 0.42 0.58
101.32 84.40 0.15 0.85 0.52 0.48
101.32 81.70 0.20 0.80 0.58 0.42
101.32 78.00 0.30 0.70 0.67 0.34
101.32 75.30 0.40 0.60 0.73 0.27
101.32 73.10 0.50 0.50 0.78 0.22
101.32 71.20 0.60 0.40 0.83 0.18
101.32 69.30 0.70 0.30 0.87 0.13
101.32 67.50 0.80 0.20 0.92 0.09
101.32 66.00 0.90 0.10 0.96 0.04
101.32 65.00 0.95 0.05 0.98 0.02
101.32 64.50 1.00 0.00 1.00 0.00
*Dunlop, J. G. Thesis, Brooklyn Polytech. Inst., 1948.
39
V. 8. Pembahasan
Bandingkan kurva kesetimbangan uap-cair yang diperoleh dengan kurva
dalam literatur. Berikan alasan/argumentasi bila terdapat ketidaksesuaian hasil
percobaan dengan teori.
40
BAB VIII TEKANAN UAP JENUH (SATURATION PRESSURE) DARI AIR
(a) (b)
Gambar VIII. 1. Peristiwa penguapan (evaporation) dalam ruang terbuka (a)
dan dalam ruang tertutup (b).
Titik didih (boiling point) didefinisikan sebagai suhu di mana tekanan uap
jenuh (saturation vapor pressure) dari zat cair sama dengan tekanan atmosferik.
Untuk air, tekanan uap jenuhnya mencapai tekanan atmosferik 760 mmHg pada
100oC. Sebagaimana diketahui tekanan uap meningkat dengan kenaikan suhu,
sehingga untuk tekanan di atas 760 mmHg (misalkan di dalam pressure cooker)
titik didih air menjadi lebih dari 100oC dan untuk tekanan di bawah 760 mmHg (
misalkan di bawah permukaan laut) titik didih air menjadi kurang dari 100 oC.
perubahan tekanan +/- 28 mmHg akan merubah titik didih zat cair sebesar 1oC.
Kurva yang menggambarkan hubungan antara tekanan, volume spesifik
dan suhu, khususnya pada saat perubahan fase dari fase cair ke fase uap, dapat
42
ditemukan pada banyak literatur. Percobaan kali ini bertujuan untuk mendapatkan
kurva hubungan tekanan dan suhu pada proses penguapan dengan volume tetap.
43
Gambar VIII. 3. Skema alat percobaan
VIII. 4. 2. Percobaan A
Tujuan percobaan : mempelajari perilaku air selama proses transisi antara fase
cair dan fase uap.
Prosedur Percobaan :
1. Pemanas dinyalakan (pada level maksimum) melalui tombol yang terdapat
di konsol.
2. Perubahan fluida yang terjadi selama proses pemanasan diamati dari kaca
pengamatan (viewing port). Setiap perubahan yang terjadi digambar dan
dicatat waktu perubahannya.
Contoh :
44
dicatat setiap
45
interval 30 detik. Perubahan yang terjadi pada fluida juga diteruskan pada
saat penurunan tekanan.
5. Setelah percobaan selesai, katub kalorimeter dibiarkan terbuka dan
pemanas dimatikan. PERHATIAN : Dilarang menutup katub calorimeter
(V2) pada saat sistem dalam keadaan panas karena dapat menyebabkan
kerusakan alat.
Data pengamatan :
Measured Corrected Output Rc1 () Temperature T1 Pressure Fluid
Output Rm1 () [dilihat dari Tabel 1] (oC) [dilihat dari P1(kN/m2) Appearance
Tabel 2]
VIII. 4. 3. Percobaan B
Tujuan percobaan: memahami prinsip – prinsip pengukuran tekanan uap jenuh
Prosedur Percobaan:
1. Pemanas dinyalakan pada kondisi maksimal.
2. Dalam selang waktu 2 menit, output temperatur (T1) dan pembacaan dari
sensor tekanan (P1) dicatat sebagai data selama proses pemanasan.
46
3. Ketika tekanan maksimum operasi tercapai (7 bar), pemanas dimatikan.
47
4. Dalam interval 5 menit, output temperatur (T1) dan hasil pembacaan
sensor tekanan (P1) dicatat sebagai data selama proses pendinginan.
5. Pencatatan data saat pemanasan dapat dilakukan dengan interval
lebih pendek, misal 0,5 menit atau 1 menit.
6. Langkah 1 – 4 diulang dengan daya pemanas yang lebih rendah
mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pemanasan. Tingkat pendinginan
tetap sehingga tidak perlu di ulang.
7. Nilai temperatur absolute pada temperatur tahanan platina
menggunakan Tabel 1 dan Tabel 2
8. Hasil pembacaan sensor tekanan (P1) diubah ke tekanan absolut
menggunakan data tekanan barometer.
9. Dengan asumsi bahwa temperatur uap sama dengan titik uap dari air,
uap jenuh aktual
menggunakan dapat
Gambar IX.4.ditentukan berdasarkan data tekanan
Data pengamatan :
48
Gambar VIII. 4. Diagram titik uap jenuh dari air pada berbagai tekanan
49
4. Apakah hasil ini memberikan pengaruh yang signifikan dalam pengukuran
tekanan saturasi? Bagaimana mengurangi pengaruh dari keterlambatan
panas ?
50
Tabel VIII. 2. PT100 Platinum Resistance Thermometer Reference Chart
51
Membandingkan Tekanan Uap Air dengan Persaamaan Antoine
Untuk T kalkulasi dapat dihitung berdasarkan persamaan Antoine berikut
52
DAFTAR PUSTAKA
53