Anda di halaman 1dari 44

UNIVERSITAS MULAWARMAN

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

LABORATORIUM TEKNOLOGI
MINERAL DAN BATUBARA

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK PENGENDALIAN AIR TAMBANG

tEKN
1|Teknik Pengendalian Air Tambang
MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK PENGENDALIAN AIR TAMBANG

Disusun Oleh :

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Teknik Pengendalian Air Tambang

Dr. Ir. H. Harjuni Hasan, M. Si


Dr. Shalaho Dina Devy, S.T., M.Eng

Tim Asisten :
1. Bryan Andreas Turnip (1809055037)
2. Sahrul Ramadhana (1809055012)
3. Siti Maghfirah Azzahra (1809055009)
4. Dimas Choirul Umam (1809055019)
5. Epiphania (1809055051)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022

i|Teknik Pengendalian Air Tambang


KATA PENGANTAR

Salah satu Matakuliah Dasar Keahlian dari jurusan pertambangan adalah


Mekanika Tanah. Mekanika tanah merupakan dasar dari kegiatan pertambangan.
Karena selain mengetahui kondisi geologi suatu daerah, perlu juga kita
mengetahui perilaku tanah berupa sifat fisik dan sifat mekanik tanah seperti
kadar air, berat isi tanah, berat jenis tanah, kohesi, kuat tekan, kuat tarik dan
sebagainya sehingga kita dapat mendisain atau menciptakan suatu tambang yang
aman bagi pekerja dan peralatan tambangnya.

Saat ini di laboratorium Mekanika Tanah, peralatan dan perlengkapan yang


tersedia masih sangat minim, sehingga masih banyak keterbatasanketerbatasan.
Pelaksanaan praktikum sebagian besar masih berupa pengujian sifat fisik, namun
diharapkan dengan keterbatasan yang kita miliki, ilmu kita tidak menjadi
terbatas melainkan menjadi lebih terbuka dan berkembang.
Peralatan dan perlengkapan yang ada dalam praktikum mekanika tanah ini
sebagian besar adalah milik Fakultas Teknik. Untuk itu marilah kita rawat dan
jaga peralatan yang sudah kita miliki ini, agar dapat dimanfaatkan untuk
tahuntahun berikutnya.
Buku panduan praktikum ini dibuat agar dapat membantu mahasiswa
mempersiapkan kegiatan praktikum untuk setiap acara, sehingga praktikan
benarbenar siap dalam melakukan praktikum.
Terimakasih untuk semua pihak yang telah banyak membantu dan
mendukung dalam terlaksananya praktikum Mekanika Tanah di Fakultas Tenik,
Universitas Mulawarman ini.

Samarinda, 04 September 2021

Penyusun,

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang ii


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................……………………………………… i


KATA PENGANTAR ................…………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………...…………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR .......………..………………………………………… iv
TATA TERTIB ............…………..………………………………………… vi
ACARA 1 MENGHITUNG RATA-RATA CURAH HUJAN ……………. 1
A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 1
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 5
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 5
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 5
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 5

ACARA 2 AIR ASAM TAMBANG ………………………….……………. 6


A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 6
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 9
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 9
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 10
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 10

ACARA 3 PENENTUAN DERAH TANGKAPAN HUJAN


(CATCHMENT AREA) .……………………………………………………. 11
A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 11
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 15
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 15
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 15
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 15

ACARA 4 ANALISIS DEBIT POMPA ……………. …………………….. 16


A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 16
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 18
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 18
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 18
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 18

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang iii


ACARA 5 HEAD TOTAL POMPA …………………………. ……………. 19
A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 19
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 24
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 24
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 24
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 24

ACARA 6 EROSIVITAS ……………………………………. ……………. 25


A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 25
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 32
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 32
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 32
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 32

ACARA 7 SALURAN TERBUKA …………………………. ……………. 33


A. Dasar Teori ..…………………………………………………… 33
B. Tujuan Praktikum ..…………………………………………….. 35
C. Alat & Bahan ..………………………………………………… 35
D. Cara Kerja ……...……………………………………………… 35
E. Tugas Praktikum ..……………………………………………… 35

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang iv


TATA TERTIB

A. SYARAT PRAKTIKUM
1. Praktikan Harus Hadir tepat pada waktunya
2. Bagi yang datang setelah acara praktikum dimulai, tidak diperkenankan
mengikuti praktikum pada acara tersebut.
3. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan/membaca
penuntun praktikum terlebih dahulu.
4. Praktikan Harus mengikuti semua acara praktikum.
5. Tidak mengikuti acara praktikum lebih dari 1 (satu) kali, dinyatakan tidak
lulus.
6. Selesai acara praktikum, praktikan wajib membereskan peralatan praktikum
seperti semula dan dalam keadaan bersih.
7. Dilarang meninggalkan tempat, sebelum peralatan praktikum tersebut di cek
ulang oleh dosen/asisten yang bertugas pada saat itu.
8. Praktikan wajib mengganti peralatan praktikum bila terjadi kerusakan atau
pecah, saat melaksanakan praktikum.
9. Tidak diperbolehkan merokok selama praktikum berlangsung.

B. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan sementara harus disyahkan oleh dosen/asisten pada saat itu.
2. Laporan resmi :
a. Dibuat sesuai aturan Teknik Penulisan Ilmiah, diketik computer.
b. Bentuk laporan terdiri atas :
- Halaman muka memuat : nama praktikan, NIM, regu,
tanggal dan Acara praktikum
- Daftar isi, daftar table, daftar lampiran (jika ada)
- Isi Laporan (memuat : pendahuluan, latar belakang, teori,,
pengamatan/percobaan/diskripsi, pembahasan,
kesimpulan)
- Daftar bacaan yang digunakan
- Lampiran
c. Laporan diserahkan paling lambat 7 hari setelah pelaksanaan acara
praktikum.
d. Setiap praktikan membuat laporan resmi dan melampirkan laporan
sementara yang telah diperiksa oleh asisten.

C. NILAI PRAKTIKUM
• Nilai ketrampilan, atensi, disiplin : 10 %
• Nilai Responsi : 15 %

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang v


• Nilai laporan mingguan : 10 %
• Nilai tugas besar/tugas akhir : 40 %
• Nilai reft tesr : 25 %

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang vi


ACARA 1
MENGHITUNG RATA-RATA CURAH HUJAN

A. DASAR TEORI

1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu
system penyaliran yang akan diterapkan pada suatu tambang terbuka, karena
besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan mempengaruhi
besar kecilnya air tambang yang harus ditangani. Jadi debit air tambang yang
akan dikeluarkan dari daerah tambang tersebut adalah banyaknya air hujan yang
jatuh di daerah tangkapan hujan. Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan suatu rancangan sistem penyaliran adalah curah hujan ratarata yang
jatuh di daerah yang direncanakan. Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm,
yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas. Satuan curah
hujan adalah mm yang berarti jumlah air hujan yang jatuh padasatu satuan luas
tertentu. Jadi, Curah hujan 1 mm berarti pada luasan m2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan per
satuan waktu yang disebut intensitas hujan.

Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air
(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang
sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang pertanian data
CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca
air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off). Untuk dapat
mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH dalam
jumlah yang cukup. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 7


dapat diketahui besarnya rata -rata CH yang menunjukkan besarnya CH yang
terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi CH di suatu titik
pengamatan. Menurut (Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam Asdak C.
1995) Ketelitian hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH,
maksudnya diperlukan semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH
di suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin
meningkat dengan semakin banyak penakar yang dipasang, tetapi memerlukan
biaya mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam
pencatatannya di lapangan. 2. Metode Perhitungan Curah Hujan Rata-rata

a. Cara rata-rata aritmatik

Cara rata-rata aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya
(poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan
variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama
waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian
hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan
dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut.
Secara matimatik ditulis persamaan sbb:

perhitungan:

Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan

4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama

waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11

cm). Maka : Rata-rata CH = (6+10+8+11)/4 = 8,75 cm

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 8


b. Cara Poligon (Thiessen polygon)

Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw
(1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai), seperti pada
Gambar 1.1 :

Untuk menghitung Curah Hujan rata-rata cara poligon menggunakan persamaan


:

ai : Luas wilayah daerah ai A : Total luas seluruh wilayah

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 9


c. Cara Isohet (Isohyetal)

Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada
keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada
daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -
tempat dengan curah hujan yang sama (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah hujan pada masing-masing Isohet (I).

Dalam metode isohet ini Wilayah dibagi dalam daerah -daerah yang masing-

masing dibatasi oleh dua garis isohet yang berdekatan, misalnya Isohet 1 dan 2

atau (I1 – I2). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan rata –rata untuk

daerah I1 – I2 adalah (7 cm + 6,5 cm)/2 = 6,75 cm. Untuk menghitung luas

darah ( I1 – I2) dalam suatu peta kita bisa menggunakan Planimeter. Sercara

sederhana bisa juga menggunakan kertas milimeter block dengan cara

menghitung kotak yang masuk dalam batas daerah yang diukur.

Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohet pada wilayah A

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 10


Metode isohet berguna terutama berguna untuk mempelajari pengaruh hujan
terhadap perilaku aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah
hujan orografik (daerah pegunungan).

B. Tujuan Praktikum
1. Menghitung curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik.
2. Menghitung curah hujan dengan Teknik poligon (Thiessen polygon).
3. Menghitung curah hujan dengan Teknik Isohet (Isohyetal).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Kalkulator
2. Alat Tulis
3. Botol aqua
4. Lakban
5. Penggaris

D. CARA KERJA
1. Siapkan botol aqua kapasitas 1.5 liter sebanyak 5 buah
2. Pasang corong diatas mulut botol kemudian direkatkan dengan lakban.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 11


3. Tempatkan Botol pada tempat yang terbuka, jangan sampai ada
menghalangi jatuhnya air hujan.

4. Biarkan selama 1 Minggu, dalam setiap hujan hitung volume air hujan yang
di dapat di dalam botol, hitung juga tinggi serta lamanya hujan (waktu).

E. TUGAS PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok mahasiswa membuat alat pengukur curah hujan.


2. Membuat laporan yang disertai perhitungan masing-masing metode
perhitungan curah hujan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 12


ACARA 2
AIR ASAM TAMBANG

A. DASAR TEORI

1. Air Asam Tambang

Air asam tambang – AAT (acid mine drainage - AMD atau air asam batuan –
acid rock drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang
tinggi dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai hasil
dari oksidasi mineral sulfida yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara
dengan kehadiran air. Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah
penggalian, mempercepat proses pembentukan AAT karena mengakibatkan
terpajannya mineral sulfida ke udara, air dan mikroorganisme Dampak yang
dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara
langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan
kandungan logam di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam-
logam)
Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan
oleh industri pertambangan. Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi
batuan yang mengandung pirit (FeS2) dan mineral sulfida dari sisa batuan yang
terpapar oleh oksigen yang berada dalam air. Permasalahan air asam tambang
adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi industri pertambangan. Air
asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe), alumunium (Al),
mangan (Mn). Kesalahan dalam pemantauan, pengumpulan dan pengolahan air
asam tambang dapat menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah dan air
permukaan yang berdampak kepada ekosistem, manusia dan struktur bangunan.
Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 13


menghasilkan dampak yang serius terhadap lingkungan. Kolam tailing (tailing
impoundment) dan penempatan batuan sisa (waste rock piles) merupakan bagian
yang harus benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak negatif
terhadap saluran air, tanah dan air permukaan. Pembentukan AAT
dimungkinkan karena tersedianya:

–Mineral sulfida – sumber sulfur/asam

–Oksigen (dalam udara) - pengoksidasi

–Air – pencuci hasil oksidasi

2. Pengolahan Air Asam Tambang

Pemilihan pengolahan air asam tambang dikategorikan atas 2 yaitu pengolahan


pasif dan pengolahan aktif. Pengolahan yang paling umum digunakan adalah
dengan metode mengolah debit air asam tambang dengan pengolahan aktif
dimana pengolahan menggunakan kimia penetral yang ditambahkan terus
menerus ke air asam tambang. Proses penetralan air asam tambang ini akan
mengendapkan logam-logam terlarut dan akan membentuk selimut lumpur (
sludge blanket). Kelemahan dari pengolahan aktif ini adalah memerlukan biaya
yang besar dan memindahkan atau membuang selimut lumpur yang
mengandung logam.

Pemilihan metode pasif dalam pengolahan air asam tambang dibandingkan


dengan pengolahan secara aktif mempunyai kelebihan terutama dari segi
perawatan dan biaya yang lebih rendah. Sistem pengolahan pasif hanya
memerlukan perawatan dan penggantian secara periodik. Gambar 2.1 dibawah
ini memperlihatkan beberapa alternatif pemilihan pengolahan air asam tambang.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 14


Pengolahan Aktif
Menggunakan berbagai jenis senyawa alkali.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 15


Pengolahan Pasif
● Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,
operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler
● Suatu sistem pengolahan air yang memanfaatkan sumber energi yang
tersedia secara alami seperti gradien topografi, energi metabolisme
mikroba, fotosintesis dan energy kimia dan membutuhkan perawatan
secara reguler tetapi jarang untuk beroperasi sepanjang umur
rancangannya.
● Suatu proses secara bertahap menghilangkan logam dan/atau keasaman
dalam suatu biosistem seperti alami tetapi buatan manusia yang
mendukung reaksi ekologi dan geokimia. Proses tsb tidak memerlukan
tenaga atau bahan kimia setelah konstruksi dan akan berumur puluhan
tahun dengan bantuan manusia secara minimum.

Prinsip pengelolaan AAT

● Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada mengolahnya


karena:
–Lebih andal untuk jangka panjang
–Meminimalkan risiko
● Langkah pertama dari pencegahan – identifikasi batuan yang berpotensi
membentuk asam dan yang tidak berpotensi membentuk asam –
“karakterisasi”
● Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis batuan berdasarkan
karakteristiknya dalam pembentukan AAT – dapat disusun perencanaan
pencegahan yang baik
● Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi, perencanaan &
perancangan, konstruksi, penambangan, dan pascatambang
B. TUJUAN
Untuk menentukan konsentrasi optimum penambahan kapur tohor (CaO) pada
air asam tambang.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 16


C. PERALATAN DAN BAHAN
- Gelas Ukur 1000 ml
- Timbangan Digital
- Pengaduk
- Comparator pH
- Sampel air asam tambang - Kertas Perkamen
- Bubuk kapur tohor (CaO)

D. LANGKAH KERJA
a. Pemeriksaan konsentrasi kapur tohor (CaO)

1. Ditimbang kapur tohor sebanyak 2 gr dengan neraca analitik


2. Dituang kedalam gelas ukur yang berisi 500 ml aquadest, diaduk hingga
larut sempurna
3. Dituangkan larutan kedalam elenmeyer, ditambakan air aquadest sampai
tanda batas (1000 ml)
4. Konsentrasi larutan dinyatakan dengan ppm

= 2 gr 1k0a0p0u rm tlohor = 2ppm


5. Setiap 1 ml larutan kapur tohor yang dilarutkan kedalam 1 liter air asam
tambang mengandung 2 ppm

b). Cara melakukan pengujian


1. Disiapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Disiapkan gelas ukur berkapasitas 1000 ml sebanyak 5 buah 3. Dimasukan
air yang akan di uji masing-masing sebanyak 1000 ml
4. Diperiksa pH air baku (intake) yang akan di uji.
5. Ditambahkan kapur tohor dengan variasi 1ml, 2ml, 3ml dengan interval 1ml
sampai pH air asam tambang netral mendekati pH ± 7

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 17


6. Diaduk hingga bubuk kapur tohor (Cao) bercampur rata dengan air yang
diujikan selama ±15 menit.
7. Diperiksa dan dicatat pH air pada masing-masing konsentrasi,
8. Ditentukan dosis (konsentrasi yang terbaik) pH air yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
9. Ditampung sampel yang telah tercemar bahan kimia dalam wadah yang
aman.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 18


ACARA 3

PENENTUAN DERAH TANGKAPAN HUJAN (CATCHMENT AREA)

A. DASAR TEORI

Suatu area ataupun daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya
ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu
poligon tertutup, yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi,
dengan mengikuti arah aliran air.

Air hujan yang mempengaruhi secara langsung suatu sistem drainase tambang
adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah atau air permukaan (run
off) di tambah sejumlah pengaruh air tanah.

Air hujan atau air permukaan yang mengalir ke area penambangan tergantung
pada kondisi daerah tangkapan hujan yang dipengaruhi oleh daerah
disekitarnya. Luas daerah tangkapan hujan dapat ditentukan berdasarkan analisa
peta topografi. Berdasarkan kondisi daerahnya seperti adanya daerah hutan,
lokasi penimbunan, kepadatan alur drainase, serta kondisi kemiringan (grade).
Standar Deviasi ( S )

S =
Keterangan : xi = data ke- i
= rata-rata intensitas curah hujan S =
standard deviasi n = banyak data pengamatan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 19


Koreksi Varians ( Yt )

Yt =

Keterangan : Yt = koreksi varians

T = periode ulang hujan

Koreksi Rata – Rata ( Ym )

Ym =

Kemudian menentukan :

Ῡm =

Keterangan : Ym = koreksi rata - rata

Ῡm = rata – rata Ym

n = banyak data pengamatan

m = nomor urut data


Koreksi Simpangan ( Sm )

Sm =

Keterangan : Sm = koreksi simpangan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 20


Ym = koreksi rata – rata

Ῡm = rata – rata Ym

n = banyak data pengamatan

Curah Hujan Rencana ( Xt )

Xt =

Keterangan : Xt = curah hujan rencana

= rata – rata intensitas curah hujan


Yt = koreksi varians

Ῡm = rata – rata Ym

S = standard deviasi

Sm = koreksi simpangan

Intensitas curah hujan menurut Mononabe

Seandainya curah hujan harian didaerah penelitian diketahui tidak terdistribusi


merata setiap tahun, maka menurut Monobe, Intensitas curah hujan dapat
dihitung dengan rumus perkiraan intensitas curah hujan untuk waktu lama
waktu hujan sembarang yang dihitung dari data curah hujan harian yaitu:

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 21


dimana :
(mm/
I = Intensitas curah hujan jam )t = Waktu konsentrasi (jam)

Xt24 = Curah hujan harian maksimum (mm)

Waktu konsentrasi (tc) dihitung dengan menggunakan persamaan Kirpich :

Keterangan :
tc = waktu kosentrasi
L = jarak terpanjang yang ditempuh oleh air untuk mengalir menuju titik
terendah (m) S = kemiringan rata-rata L (%)

Besarnya debit limpasan maksimum dapat ditentukan dengan metode Rasional


:

Q = 0,278 x C x I x A

Keterangan :
Q = debit limpasan (m3 /s)

C = koefisien limpasan (pada Tabel)


I = Intensitas Hujan (mm/jam) A = luas catchment area (km2)

Kemiringan Jenis lahan C

< 3 % datar Sawah, rawa 0,2

Hutan, perkebunan 0,3

Perumahan 0,4

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 22


3% - 15% Hutan, perkebunan 0,4
sedang
Perumahan 0,5

Semak-semak agak jarang 0,6

Lahan terbuka, daerah timbunan 0,7

15% curam Hutan 0,6

Perumahan 0,7

Semak-semak agak jarang 0,8

Lahan terbuka, daerah tambang 0,9


Tabel Harga Koefisien Limpasan

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mendapatkan nilai luasan daerah tangkapan
hujan dan menghitung debit limpasan.

C. PERALATAN DAN BAHAN

a. Peta daerah yang akan dihitung


b. Program microsoft excel
c. Peralatan menulis.
d. Kalkulator

D. LANGKAH KERJA
a. Hitunglah luas wilayah cakupan.
b. Hitunglah curah hujan rata-rata pada daerah tersebut
c. Hitunglah debit limpasan daerah tersebut.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 23


ACARA 4
ANALISIS DEBIT POMPA

A. DASAR TEORI

Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari front penambangan yang

elevasinya lebih rendah dari daerah sekitarnya. Untuk mengatasi debit air yang

tinggi beberapa pompa dipasang paralel, sedangkan untuk mengatasi head yang

tinggi beberapa pompa dioperasikan seri.

Dalam pemompaan dikenal istilah julang/head, yaitu energi yang diperlukan

untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu atau energi per satuan

satuan berat jenis air. Semakin besar debit air maka head akan semakin besar

pula.

Debit Aktual Pompa

Qpompa =

dimana :
Qpompa = Debit aktual pompa (m3/detik) Vpompa = Volume pompa (m3) t

rata-rata = Waktu rata-rata pengambilan data (detik)

Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa ke luar tambang.


Dengan demikian, dimensi sumuran akan sangat bergantung dari jumlah air
yang masuk serta keluar dari sumuran. Dimana jumlah air yang masuk ke dalam

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 24


sumuran merupakan jumlah air hujan yang mengalir dari saluran jenjang,
limpasan air permukaan yang langsung masuk ke sumuran, luapan air sungai,
dan air tanah. Sedangkan jumlah air yang dipompa ke luar tambang dianggap
sebagai debit pompa. Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan bisanya dibuat
sumuran sementara yang disesuaikan dengan kemajuan tambang (front kerja)
dan kemudian sumuran permanen yang nantinya akan dibuat setelah kegiatan
penambangan mencapai elevasi terendah berdasarkan rencana penambangan.
Dengan optimalisasi antara input (masukan) dan output (keluaran) dapat
ditentukan dimensi sumuran.

Kapasitas Pompa

Kapasitas pompa merupakan debit air yang dikeluarkan pompa dalam selang
waktu tertentu. Kapasitas pompa yang ada dihitung berdasarkan hasil
pengukuran tinggi muka air debit pada saat dilakukan pemompaan.

Qp = Qaktual x Effisiensi kerja pompa


Dimana :
Qp = Kapasitas pompa (m3/hari)

Qaktual = Debit aktual pompa ( m3/jam)

Kapasitas pompa yang diperlukan tergantung pada banyak faktor, diantaranya :

- Perbandingan ketinggian tempat penampungan dengan tempat


pembuangan,
- Kecepatan fluida yang mengalir

- Gesekan yang terjadi antara fluida dengan pompa

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 25


- Belokan dan sambungan yang ada pada pipa

- Perbedaan tekanan

Dalam menentukan kapasitas atau debit pompa maka hal yang harus
diperhatikan adalah head total. Head total adalah tenaga yang harus dimiliki
oleh pompa untuk mengalirkan air sesuai dengan yang direncanakan, sesuai
dengan kondisi dari instalasi pompa.

B. TUJUAN

Mendapatkan nilai debit pompa berdasarkan perbedaan tingkat RPM (Round


Per Minute) pada pompa yang sama.

C. PERALATAN DAN BAHAN


● Tachometer
● Alat tulis
● Pompa
● Stopwatch
● Kalkulator

D. LANGKAH KERJA
a. Siapkan pompa, setting pompa pada RPM paling tinggi.
b. Ukur RPM pompa menggunakan tachometer, catat RPM-nya.
c. Hitunglah debit pompa.
d. Turunkan sedikit tingkat RPM pompa.
e. Ulangi langkah b dan c.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 26


ACARA 5

HEAD TOTAL POMPA

A. DASAR TEORI

Dalam menentukan kapasitas atau debit pompa maka hal yang harus
diperhatikan adalah head total. Head total adalah tenaga yang harus dimiliki
oleh pompa untuk mengalirkan air sesuai dengan yang direncanakan, sesuai
dengan kondisi dari instalasi pompa.

Head Total Pompa

Head total pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

H = ha + p + h1 + hv

Dimana :
H = Head total (m)
ha = Beda tinggi flens isap dan flens keluar (m)
hp = Tekanan bekerja pada kedua permukaan di anggap sama (hp=0)
h1 = Kerugian head (m)

hv = Head kecepatan keluar = v2/2g (m)

1. Head Statik ( ha )

Head statik adalh kehilangan tenaga pada pompa yang disebabkan oleh
perbadaan ketinggian air dengan tempat pembungan.
Secara matematis dinyatakan dengan : ha = h2 – h1
dimana :

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 27


ha = head statik ( m ) h3 = tempat pembuangan air ( m ) h1 = ketinggian air
mula – mula ( m )

2. Head losses ( h1 )

Head losses / julang kerugian adalah energi untuk mengatasi kerugian–kerugian


yang timbul akibat aliran fluida dan terdiri dari julang kerugian gesek di dalam
pipa, julang kerugian pada belokan, katup, dan perubahan diameter pipa.
a. julang kerugian gesek ( hf )

julang kerugian gesek adalah kehilangan yang disebabkan oleh adanya gesekan
air dengan pipa
untuk mengetahui apakah aliran air di dalam pipa turbulen atau laminar
digunakan
persamaan bilangan Reynold :

dimana :
Re = Bilangan Reynold
V = kecepatan rata – rata aliran didalam pipa ( m/dtk )
= viskositas kinematik zat cair ( m2/dtk ), air= 8,7 x 10-7m2/s
D = diameter dalam pipa ( m )
Untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empirik. Untuk pipa baru dengan diameter D, maka koefisien gesek
dinyatakan sebagai berikut ( rumus Darcy ) :

= 0,020 + 0,0005/D
dimana :

= koefisien gesek pipa

D = diameter pipa, meter

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 28


Selanjutnya julang kerugian gesek ( hf ) dapat dihitung dengan rumus :

dimana :
L = panjang pipa, meter
v = kecepatan rata – rata aliran pipa, m/dtk
= koefisien gesek pipa g = percepatan gravitasi ( m/dtk2 )

Tabel Koefisien kekasaran beberapa jenis pipa


Bahan Koefisien kekasaran

Baja : Baru 0,1


Lapisan plastik non poros 0,03
Besi tuang : baru 0,10 – 1,00
Lapisan bitimen 0,03 – 0,10
Lapisan semen 0,03 – 0,10
Plastik ( polyethylene ) 0,03 – 0,10
Kuningan, tembaga 0,1
Aluminium : baru 0,15 – 0,16
Beton : baru ” centifugal ” 0,03
Baru rata 0,20 – 0,50
Tanah yang telah diolah 1,00 – 2,00
Semen asbes : baru 0,03 – 0,10
Bahan dari batu / kaca 0,10 – 1,00

Sumber: Rudy, 1999


b. julang belokan pipa/ shock head ( hsh )

Shock loss head adalah kehilangan yang diakibatkan oleh perubahan aliran
dalam pipa karena adanya belokan pipa atau karena adanya perubahan
penampang.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 29


dimana harga kb dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Koefisien kb sebagai fungsi sudut belokan


Sudut ( º ) 20 40 60 80 90

Kb 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98

c. Julang pembesaran penampang


Julang kerugian karena pembesaran penampang secara gradual dinyatakan
sebagai berikut :

dimana v1 adalah kecepatan rata pada penampang kecil dan v2 pada penampang
besar.

Untuk pembesaran penampang secara mendadak f ≈ 1.

d. Julang pengecilan penampang


Julang kerugian akibat pengecilan penampang secara tiba – tiba :

dimana v2 adalah kecepatan aliran pada penampang yang lebvih kecil. Jika D1

dan D2 masing – masing adalah dimeter pipa besar dan kecil, maka harga f dapat

dilihat dari tabel berikut :

Tabel Koefisien f pada pengecil penampang pipa

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 30


(D1/ D2)2 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

f 0,50 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0

3. Head Velocity ( hv )

Head velocity / julang kecepatan keluar adalah kehilangan tenaga yang

diakibatkan oleh kecepatan aliran yang keluar melalui pipa, dinyatakan dengan

dimana :
hv = Head velocity (m) v = kecepatan fluida dalam pompa ( m/ dtk ) g =

percepatan gravitasi ( m/dtk )

Kecepatan fluida didalam pipa dapat ditentukan dengan mengetahui debit air
yang keluar dan luas penampang atau pipa dengan menggunakan persamaan :

dimana :

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 31


Q = debit air yang keluar (m3/dtk) v = kecepatan fluida dalam pompa (m/dtk)

A = luas penampang m2) D = dimeter pipa (m)

Daya Pompa

Daya pompa adalah daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair.
Adapun rumus yang mencari daya pompa adalah sebagai berikut:

P=
Dimana :
P = Daya pompa (Hp)
Qp = Kapasitas pompa (m3/menit)

= Berat jenis cairan (ton/m3)

H = Total head (m)


n = Effisiensi pompa.

B. TUJUAN

Untuk menentukan Head total pompa.

C. PERALATAN DAN BAHAN

● Pompa
● Pipa
● Alat Tulis
● Kalkulator

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 32


D. LANGKAH KERJA

a. Siapkan pompa, atur keadaan pipa sesuai rencana.

b. Hidupkan pompa, hitung debit yang dihasilkan.

c. Bandingkan debit yang keluar dengan hasil perhitungan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 33


ACARA 6

EROSIVITAS

A. DASAR TEORI

Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah

tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau

gravitasi. Dalam praktikum ini bentuk lahan dapat digunakan sebagai bahan

untuk kajian proses erosi yang ada di daerah penelitian.

Besarnya erosivitas permukaan dihitung dengan metode Universal Soil Loss


Equation (USLE) :
A = R x K x LS x CP

A : Jumlah erosi permukaan dalam ton/ha/thn


R : Faktor ersoivitas ( ton/ha )
K : Faktor erodibilitas (kisaran antara 0 – 1 )
LS : Faktor panjang dan kemiringan lereng
CP: Faktor tanaman dan teknik pengelolaan

a. Faktor Erosivitas

Faktor erosivitas bulanan dihitung dengan rumus Bols, sebagai berikut:

Ket : `RM
RM : Erosivitas bulanan
(Rain) : Curah hujan pada bulan yang bersangkutan (cm)
(Days) : Jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
(Max.Rain) : Hujan harian maks. Bulan yang bersangkutan (cm)

b. Faktor Erodibilitas

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 34


Faktor erodibilitas dihitung berdasarkan hasil analisa sampel tanah, variabel
tanah yang digunakan untuk perhitungan adalah: tekstur, struktur, kandungan
bahan organik dan permeabilitas tanah. penentuan faktor erodibilitas,
menggunakan NOMOGRAF dari Wischmeier dan Scmith. Cara penggunaan
nomograf adalah sebagai berikut:
1) Prosentase debu dan pasir sangat halus yang sudah diketahui, ditetapkan

pada titik yang sesuai pada sumbu tegak sebelah kiri nomograf

2) Dari titik tersebut tariklah garis horizontal hingga memotong garis

prosentase pasir yang sesuai

3) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal, hingga memotong garis klas bahan

organik yang sesuai

4) Dari titik potong ini, tarik garis horizontal ke kanan hingga memotong garis

klas struktur tanah

5) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong garis

klas permeabilitas tanah yang sesuai

6) Dari titik potong tersebut, tarik garis horizontal ke kiri hingga memotong

garis skala nilai faktor erodibilitas

NOMOGRAF PENENTUAN NILAI K

Jika jumlah kadar debu dan kadar pasir dalam tekstur tanahnya ≤70% maka
digunakan rumus Hammer :

K =1,292 (2,1M1,14 (10-4

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 35


Ket:
K : Faktor erodibilitas
M : Parameter ukuran butir
( % debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat) a :%
bahan organik (% C-organik x 1,724) b : Nilai struktur tanah
c : Nilai permeabilitas tanah

Tabel 1. Kelas Kandungan C-organik


Kelas C-organik Nilai

Sangat rendah <1 0

Rendah 1-2 1

Sedang 2,1-3 2

Tinggi 3,1-5 3

Sangat tinggi >5 4

Sumber : Hardjowigeno, 1995.

Tabel 2. Penilaian Struktur Tanah


Tipe Struktur Nilai

Granular sangat halus 1

Granular halus 2

Granular sedang dan kasar 3

Gumpal lempeng, pejal 4

Sumber : Hardjowigeno, 1995.

Tabel 3. Penilaian Permeabilitas Tanah


Kelas Permeabilitas cm/jam Nilai

Cepat >25,4 1

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 36


Sedang-Cepat 12,7-25,4 2

Sedang 6,3-12,7 3

Sedang-Lambat 2,0-6,3 4

Lambat 0,5-2,0 5

Sangat Lambat <0,5 6

Sumber : Hardjowigeno, 1995.

c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng

Penentuan faktor panjang dan kemiringan lereng berdasarkan perhitungan


kemiringan lereng dari peta topografi, dengan cara membuat jaring-jaring
berjarak tertentu. Selanjutnya kemiringan lereng dihitung berdasarkan rumus.
Berdasarkan pengukuran kemiringan lereng dari peta topografi, tentukan nilai
faktor LS sesuai tabel berikut ini:

Tabel 4. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)


Kemiringan Lereng (%) Nilai LS

0-8 0,25

>8-15 1,20

>15-25 4,25

>25-45 9,50

>45 12,00

Sumber : Hardjowigeno, 1995.

d. Faktor Tanaman dan Teknik Pengelolaan

Nilai faktor tanaman dan teknik pengelolaan dihitung berdasarkan jenis


pengggunaaan lahan dan teknik pengelolaan yang ada disesuaikan dengan tabel
indeks pengelolaan tanaman dan tabel indeks konservasi tanah.

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 37


Tabel 5 Perkiraan Nilai Faktor CP

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 38


Tabel 6 Klasifikasi Erosi Permukaan

Kelas Jumlah Erosi Permukaan Keterangan


(ton/ha/th)

I <15 Sangat Ringan

II >15-60 Ringan

III >60-180 Sedang

IV >180-480 Berat

V >480 Sangat Berat

Sumber : Dept. Kehutanan (1998)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung besarnya erosi permukaan
yang terjadi pada suatu daerah dengan menggunakan metode Universal Soil
Loss Equation (USLE).
C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan tulis menulis


2 . Kalkulator
3. Peta topografi skala 1 : 50.000
4 . Data hujan (Curah Hujan , Hari Hujan , dan hujan maksimum )
5. Data unsur tanah ( tekstur , struktur , bahan organik dan permeabilitas )
6. Data penggunaan lahan

D. LANGKAH KERJA

1. Hitunglah faktor erosivitas pada daerah yang diteliti

2. Hitunglah faktor erodibilitas pada dearah yang diteliti


3. Hitunglah faktor panjang dan kemiringan lereng

4. Hitunglah faktor tanaman dan teknik pengelolaan

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 39


ACARA 7

SALURAN TERBUKA

A. DASAR TEORI

Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu


permukaan bebas. Saluran terbuka berfungsi sebagai penampung dan
mengalirkan air limpasan ke tempat pengumpulan (kolam penampung) atau
tempat lain. Bentuk penampang saluran umumnya dipilih berdasarkan debit air
yangh ditangani, tipe material serta kemudahan dalam pembuatannya.

Dalam merancang bentuk saluran terbuka, harus dapat memastikan bahwa


saluran tersebut dapat mengalirkan debit air yang telah direncanakan. Selain
itu saluran tersebut juga harus mudah dalam pembuatannya serta tidak lepas
dari penyesuaian bentuk topografi dan jenis tanah. Jenis aliran yang dipakai
pada penentuan saluran mengikuti asumsi bahwa aliran tersebut seragam, debit
dan kecepatannya sama sepanjang saluran tersebut. Untuk menentukan
tegangan geser dan distribusi kecepatan dalam aliran turbulen, maka
digunakan pendekatan empiris untuk menghitung kecepatan rata-rata.
Kapasitas pengaliran suatu saluran dapat dihitung menggunakan rumus
Manning:

V = 1nR23I12

Keterangan:

V = kecepatan aliran air, m/s

R = jari-jari hidrolik (m)

I = kemiringan saluran (%)

N = koefisien kekasaran Manning

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 40


Tabel 1.1 kemiringan saluran versus kecepatan aliran

Aliran air saluran terbuka

Aliran air dalam saluran terbuka dapat berupa:

1. Aliran pada saluran terbuka (open channel flow)

2. Aliran pada saluran tertutup (pipe channel flow)

Sifat-sifat aliran

Aliran laminer

● kekentalan (viscocity) sangat besar dibandingkan gaya inersia


● Kekentalan berpengaruh terhadap perilaku aliran
● Air bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur dan lurus
● Aliran ini ditandai dengan muka air tenang

Aliran Turbulen

● Kekentalan (viscocity) lemah/kecil dibandingkan gaya inersia


● Air bergerak menurut lintasan tidak teratur
● Aliran ini ditandai dengan muka air tidak tenang

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 41


B. MAKSUD DAN TUJUAN

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 42


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung luas dan keliling saluran

terbuka untuk saluran bentuk persegi dan trapesium dan penggunaan formula

Manning dalam menghitung kecepatan dan debit aliran air


C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan tulis menulis


2 . Kalkulator

3. Data geometri saluran

D. LANGKAH KERJA

1. Gambarlah geometri saluran terbuka

2. Hitunglah luas, keliling dan jari-jari basah saluran


3. Hitunglah kecepatan aliran air dengan formula Manning

4. Hitunglah debit aliran air

Modul Praktikum Teknik Pengendalian Air Tambang 43

Anda mungkin juga menyukai