S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI
MINERAL DAN BATUBARA
MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK PENGENDALIAN AIR TAMBANG
tEKN
1|Teknik Pengendalian Air Tambang
MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK PENGENDALIAN AIR TAMBANG
Disusun Oleh :
Tim Asisten :
1. Bryan Andreas Turnip (1809055037)
2. Sahrul Ramadhana (1809055012)
3. Siti Maghfirah Azzahra (1809055009)
4. Dimas Choirul Umam (1809055019)
5. Epiphania (1809055051)
Penyusun,
A. SYARAT PRAKTIKUM
1. Praktikan Harus Hadir tepat pada waktunya
2. Bagi yang datang setelah acara praktikum dimulai, tidak diperkenankan
mengikuti praktikum pada acara tersebut.
3. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan/membaca
penuntun praktikum terlebih dahulu.
4. Praktikan Harus mengikuti semua acara praktikum.
5. Tidak mengikuti acara praktikum lebih dari 1 (satu) kali, dinyatakan tidak
lulus.
6. Selesai acara praktikum, praktikan wajib membereskan peralatan praktikum
seperti semula dan dalam keadaan bersih.
7. Dilarang meninggalkan tempat, sebelum peralatan praktikum tersebut di cek
ulang oleh dosen/asisten yang bertugas pada saat itu.
8. Praktikan wajib mengganti peralatan praktikum bila terjadi kerusakan atau
pecah, saat melaksanakan praktikum.
9. Tidak diperbolehkan merokok selama praktikum berlangsung.
B. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan sementara harus disyahkan oleh dosen/asisten pada saat itu.
2. Laporan resmi :
a. Dibuat sesuai aturan Teknik Penulisan Ilmiah, diketik computer.
b. Bentuk laporan terdiri atas :
- Halaman muka memuat : nama praktikan, NIM, regu,
tanggal dan Acara praktikum
- Daftar isi, daftar table, daftar lampiran (jika ada)
- Isi Laporan (memuat : pendahuluan, latar belakang, teori,,
pengamatan/percobaan/diskripsi, pembahasan,
kesimpulan)
- Daftar bacaan yang digunakan
- Lampiran
c. Laporan diserahkan paling lambat 7 hari setelah pelaksanaan acara
praktikum.
d. Setiap praktikan membuat laporan resmi dan melampirkan laporan
sementara yang telah diperiksa oleh asisten.
C. NILAI PRAKTIKUM
• Nilai ketrampilan, atensi, disiplin : 10 %
• Nilai Responsi : 15 %
A. DASAR TEORI
1. Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu
system penyaliran yang akan diterapkan pada suatu tambang terbuka, karena
besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan mempengaruhi
besar kecilnya air tambang yang harus ditangani. Jadi debit air tambang yang
akan dikeluarkan dari daerah tambang tersebut adalah banyaknya air hujan yang
jatuh di daerah tangkapan hujan. Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan suatu rancangan sistem penyaliran adalah curah hujan ratarata yang
jatuh di daerah yang direncanakan. Besarnya curah hujan dinyatakan dalam mm,
yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas. Satuan curah
hujan adalah mm yang berarti jumlah air hujan yang jatuh padasatu satuan luas
tertentu. Jadi, Curah hujan 1 mm berarti pada luasan m2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Derajat curah hujan dinyatakan dalam curah hujan per
satuan waktu yang disebut intensitas hujan.
Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air
(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang
sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang pertanian data
CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca
air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off). Untuk dapat
mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH dalam
jumlah yang cukup. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan
Cara rata-rata aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya
(poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan
variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama
waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian
hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan
dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut.
Secara matimatik ditulis persamaan sbb:
perhitungan:
Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan
4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama
waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw
(1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai), seperti pada
Gambar 1.1 :
Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada
keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada
daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -
tempat dengan curah hujan yang sama (Gambar 1.2).
Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah hujan pada masing-masing Isohet (I).
Dalam metode isohet ini Wilayah dibagi dalam daerah -daerah yang masing-
masing dibatasi oleh dua garis isohet yang berdekatan, misalnya Isohet 1 dan 2
atau (I1 – I2). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan rata –rata untuk
darah ( I1 – I2) dalam suatu peta kita bisa menggunakan Planimeter. Sercara
Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohet pada wilayah A
B. Tujuan Praktikum
1. Menghitung curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik.
2. Menghitung curah hujan dengan Teknik poligon (Thiessen polygon).
3. Menghitung curah hujan dengan Teknik Isohet (Isohyetal).
D. CARA KERJA
1. Siapkan botol aqua kapasitas 1.5 liter sebanyak 5 buah
2. Pasang corong diatas mulut botol kemudian direkatkan dengan lakban.
4. Biarkan selama 1 Minggu, dalam setiap hujan hitung volume air hujan yang
di dapat di dalam botol, hitung juga tinggi serta lamanya hujan (waktu).
E. TUGAS PRAKTIKUM
A. DASAR TEORI
Air asam tambang – AAT (acid mine drainage - AMD atau air asam batuan –
acid rock drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang
tinggi dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai hasil
dari oksidasi mineral sulfida yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara
dengan kehadiran air. Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah
penggalian, mempercepat proses pembentukan AAT karena mengakibatkan
terpajannya mineral sulfida ke udara, air dan mikroorganisme Dampak yang
dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara
langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan
kandungan logam di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam-
logam)
Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan
oleh industri pertambangan. Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi
batuan yang mengandung pirit (FeS2) dan mineral sulfida dari sisa batuan yang
terpapar oleh oksigen yang berada dalam air. Permasalahan air asam tambang
adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi industri pertambangan. Air
asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe), alumunium (Al),
mangan (Mn). Kesalahan dalam pemantauan, pengumpulan dan pengolahan air
asam tambang dapat menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah dan air
permukaan yang berdampak kepada ekosistem, manusia dan struktur bangunan.
Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan
D. LANGKAH KERJA
a. Pemeriksaan konsentrasi kapur tohor (CaO)
A. DASAR TEORI
Suatu area ataupun daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya
ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu
poligon tertutup, yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi,
dengan mengikuti arah aliran air.
Air hujan yang mempengaruhi secara langsung suatu sistem drainase tambang
adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah atau air permukaan (run
off) di tambah sejumlah pengaruh air tanah.
Air hujan atau air permukaan yang mengalir ke area penambangan tergantung
pada kondisi daerah tangkapan hujan yang dipengaruhi oleh daerah
disekitarnya. Luas daerah tangkapan hujan dapat ditentukan berdasarkan analisa
peta topografi. Berdasarkan kondisi daerahnya seperti adanya daerah hutan,
lokasi penimbunan, kepadatan alur drainase, serta kondisi kemiringan (grade).
Standar Deviasi ( S )
S =
Keterangan : xi = data ke- i
= rata-rata intensitas curah hujan S =
standard deviasi n = banyak data pengamatan
Yt =
Ym =
Kemudian menentukan :
Ῡm =
Ῡm = rata – rata Ym
Sm =
Ῡm = rata – rata Ym
Xt =
Ῡm = rata – rata Ym
S = standard deviasi
Sm = koreksi simpangan
Keterangan :
tc = waktu kosentrasi
L = jarak terpanjang yang ditempuh oleh air untuk mengalir menuju titik
terendah (m) S = kemiringan rata-rata L (%)
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
Q = debit limpasan (m3 /s)
Perumahan 0,4
Perumahan 0,7
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mendapatkan nilai luasan daerah tangkapan
hujan dan menghitung debit limpasan.
D. LANGKAH KERJA
a. Hitunglah luas wilayah cakupan.
b. Hitunglah curah hujan rata-rata pada daerah tersebut
c. Hitunglah debit limpasan daerah tersebut.
A. DASAR TEORI
elevasinya lebih rendah dari daerah sekitarnya. Untuk mengatasi debit air yang
tinggi beberapa pompa dipasang paralel, sedangkan untuk mengatasi head yang
untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu atau energi per satuan
satuan berat jenis air. Semakin besar debit air maka head akan semakin besar
pula.
Qpompa =
dimana :
Qpompa = Debit aktual pompa (m3/detik) Vpompa = Volume pompa (m3) t
Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa merupakan debit air yang dikeluarkan pompa dalam selang
waktu tertentu. Kapasitas pompa yang ada dihitung berdasarkan hasil
pengukuran tinggi muka air debit pada saat dilakukan pemompaan.
- Perbedaan tekanan
Dalam menentukan kapasitas atau debit pompa maka hal yang harus
diperhatikan adalah head total. Head total adalah tenaga yang harus dimiliki
oleh pompa untuk mengalirkan air sesuai dengan yang direncanakan, sesuai
dengan kondisi dari instalasi pompa.
B. TUJUAN
D. LANGKAH KERJA
a. Siapkan pompa, setting pompa pada RPM paling tinggi.
b. Ukur RPM pompa menggunakan tachometer, catat RPM-nya.
c. Hitunglah debit pompa.
d. Turunkan sedikit tingkat RPM pompa.
e. Ulangi langkah b dan c.
A. DASAR TEORI
Dalam menentukan kapasitas atau debit pompa maka hal yang harus
diperhatikan adalah head total. Head total adalah tenaga yang harus dimiliki
oleh pompa untuk mengalirkan air sesuai dengan yang direncanakan, sesuai
dengan kondisi dari instalasi pompa.
H = ha + p + h1 + hv
Dimana :
H = Head total (m)
ha = Beda tinggi flens isap dan flens keluar (m)
hp = Tekanan bekerja pada kedua permukaan di anggap sama (hp=0)
h1 = Kerugian head (m)
1. Head Statik ( ha )
Head statik adalh kehilangan tenaga pada pompa yang disebabkan oleh
perbadaan ketinggian air dengan tempat pembungan.
Secara matematis dinyatakan dengan : ha = h2 – h1
dimana :
2. Head losses ( h1 )
julang kerugian gesek adalah kehilangan yang disebabkan oleh adanya gesekan
air dengan pipa
untuk mengetahui apakah aliran air di dalam pipa turbulen atau laminar
digunakan
persamaan bilangan Reynold :
dimana :
Re = Bilangan Reynold
V = kecepatan rata – rata aliran didalam pipa ( m/dtk )
= viskositas kinematik zat cair ( m2/dtk ), air= 8,7 x 10-7m2/s
D = diameter dalam pipa ( m )
Untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empirik. Untuk pipa baru dengan diameter D, maka koefisien gesek
dinyatakan sebagai berikut ( rumus Darcy ) :
= 0,020 + 0,0005/D
dimana :
dimana :
L = panjang pipa, meter
v = kecepatan rata – rata aliran pipa, m/dtk
= koefisien gesek pipa g = percepatan gravitasi ( m/dtk2 )
Shock loss head adalah kehilangan yang diakibatkan oleh perubahan aliran
dalam pipa karena adanya belokan pipa atau karena adanya perubahan
penampang.
dimana v1 adalah kecepatan rata pada penampang kecil dan v2 pada penampang
besar.
dimana v2 adalah kecepatan aliran pada penampang yang lebvih kecil. Jika D1
dan D2 masing – masing adalah dimeter pipa besar dan kecil, maka harga f dapat
f 0,50 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0
3. Head Velocity ( hv )
diakibatkan oleh kecepatan aliran yang keluar melalui pipa, dinyatakan dengan
dimana :
hv = Head velocity (m) v = kecepatan fluida dalam pompa ( m/ dtk ) g =
Kecepatan fluida didalam pipa dapat ditentukan dengan mengetahui debit air
yang keluar dan luas penampang atau pipa dengan menggunakan persamaan :
dimana :
Daya Pompa
Daya pompa adalah daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair.
Adapun rumus yang mencari daya pompa adalah sebagai berikut:
P=
Dimana :
P = Daya pompa (Hp)
Qp = Kapasitas pompa (m3/menit)
B. TUJUAN
● Pompa
● Pipa
● Alat Tulis
● Kalkulator
EROSIVITAS
A. DASAR TEORI
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah
tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau
gravitasi. Dalam praktikum ini bentuk lahan dapat digunakan sebagai bahan
a. Faktor Erosivitas
Ket : `RM
RM : Erosivitas bulanan
(Rain) : Curah hujan pada bulan yang bersangkutan (cm)
(Days) : Jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
(Max.Rain) : Hujan harian maks. Bulan yang bersangkutan (cm)
b. Faktor Erodibilitas
pada titik yang sesuai pada sumbu tegak sebelah kiri nomograf
3) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal, hingga memotong garis klas bahan
4) Dari titik potong ini, tarik garis horizontal ke kanan hingga memotong garis
5) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong garis
6) Dari titik potong tersebut, tarik garis horizontal ke kiri hingga memotong
Jika jumlah kadar debu dan kadar pasir dalam tekstur tanahnya ≤70% maka
digunakan rumus Hammer :
Rendah 1-2 1
Sedang 2,1-3 2
Tinggi 3,1-5 3
Granular halus 2
Cepat >25,4 1
Sedang 6,3-12,7 3
Sedang-Lambat 2,0-6,3 4
Lambat 0,5-2,0 5
0-8 0,25
>8-15 1,20
>15-25 4,25
>25-45 9,50
>45 12,00
II >15-60 Ringan
IV >180-480 Berat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung besarnya erosi permukaan
yang terjadi pada suatu daerah dengan menggunakan metode Universal Soil
Loss Equation (USLE).
C. PERALATAN DAN BAHAN
D. LANGKAH KERJA
SALURAN TERBUKA
A. DASAR TEORI
V = 1nR23I12
Keterangan:
Sifat-sifat aliran
Aliran laminer
Aliran Turbulen
terbuka untuk saluran bentuk persegi dan trapesium dan penggunaan formula
D. LANGKAH KERJA