Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk para penambang sudah menjadihal yang biasa
jika suatu saat menemukan kejadian-kejadian alam yang tak biasamisalnya pergeseran tanah
atau kejadian lempeng tektonik lainnya. Mungkin untuk masyarakat umum hal tersebut adalah
hal yang sudah biasa atau biasa-biasa saja, namun bagi seorang explorer hal tersebut sudah
menjadi topic utama dalammelakukan pekerjaan sehingga hal untuk dalam mendalami hal
tersebut akan di bahas dalam ilmu geologi struktur.

Secara geometri, unsur struktur geologi dianggap sebagai bidang-bidang dangaris-garis. Garis
atau bidang tidak selalu merupakan bidang batas dari suatu batuan, tetapi merupakan unsur
yang mewakili batuan atau satuan batuan. Didalam prinsipgeometri, suatu bidang atau garis
adalah unsur yang mempunyai kedudukan (attitude) atau orientasi yang pasti di dalam ruang,
dan hubungan antara satu danlainnya dapat dideskripsikan. Dalam hal ini, suatu bidang atau
garis harusmempunyai komponen kedudukan, yang pada umumnya dinyatakan dalam
koordinat garis, arah (bearing atau azimuth dan kecondongan (inclination).

Pada peraktikum ini menjelaskan tentang struktur bidang, yang dimanastruktur bidang
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang perlipatan bidang perlapisan, bidang foliasi,
bidang rekahan, bidang sesar, bidang belahan (cleavage), dan sebagainya.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui hasil dari kristalisasi
b. Untuk mengetahui hasil dari sublimasi
c. Untuk mengetahui hasil dari filtrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi,
seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang
merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan
geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk
arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan
yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.
Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti
sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta
lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan
normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik
(trustfault).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya
yang bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya
tersebut berasal ? Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng”
dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak
satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan
yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling
berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan
sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai
gaya yang bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu
mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang
terkena oleh suatu gaya.
Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-
batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi.
berdasarkan kejadiannya, struktur geologi dapat dibedakan
menjadi :
a. Struktur primer
b. Struktur sekunder
Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada
saat pembentukan batuan. Misalnya, struktur sedimen (silang siur,
flute cast, dan lain-lain); struktur kekar akibat pendinginan magma
(columnar joint dansheeting joint) dan struktur perlapisan.
Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari
danmembahas bentuk-bentuk deformasi kerak bumi dan gejala-
gejala penyebabpembentukannya. Dibedakan dengan geotektonik
atau tektonik, geologi strukturmempunyai ruang lingkup yang lebih
sempit, yang meliputi deformasi-deformasipada isi cekungan,
sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari
ini,misalnya proses pembentukan pegunungan (orgenesa)
dsb.Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur
sekunder yang meliputikekar (joint), sesar (fault) dan lipatan
(fold).

Adapun geometri unsur struktur yaitu sebagai berikut:


a. Pengertian Unsur Struktur
Prinsip geometri suatu bidang atau garis adalah unsur yang mempunyai
kedudukan atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan
lainnya dapat di deskripsikan. Suatu bidang atau garis harus mempunnyai komponen
kedudukan(attitude), yang umumnya dinyatakan dalam kordinat grafis, arah dan
besaran kecondongan(inklinasi). Unsur struktur geologi didasarkan geometri
dibedakan : struktur bidang (planar) misalnya: bidang perlapisan, bidang foliasi,
bidang rekahan, bidang sesar, bidang belahan(cleavage) dsb dan Struktur garis
(linear) misalnya : lineasi, sumbu lipatan, gores-garis dan sebagainya.
b. Deskripsi Geometri
Diskripsi geometri merupakan cara pemecahan problema garis dan bidang di
dalam ruang secara grafis. Cara yang digunakan yaitu dengan memproyeksikan
bentuk dan posisi suatu obyek dalam ruang menjadi gambaran datar pada suatu
bidang. Dalam penyelesaian masalah geometri struktur dikenal jenis proyeksi
diantaranya proyeksi perpektif, proyeksi ortografi dan proyeksi steriografi.

2.2. Pengertian Struktur Bidang

Struktur bidang dalam geologi struktur dapat dibedakan menjadi “struktur


bidang rill” dan “struktur bidang semu”.Struktur bidang rill,artinya bentuk dan
kedudukannya dapat diamati secara langsung dilapangan antara lain adalah bidang
perlapisan,bidang ketidakselarasan,bidang sesar,bidang foliasi dan bidang sayap
lipatan.Bidang yang disebut terakhir ini sebenarnya merupakan kedudukan bidang
yang terlipat.Struktur bidang semu artinya bentuk dan kedudukannya hanya bisa
diketahui atau didapatkan dari hasil analisa struktur bidang rill yang yang lain,
contohnya adalah bidang poros lipatan. Dikaitkan dengan penggolongan struktur
menurut waktu pembentukkannya, maka dapat dibedakan menjadi struktur primer
dan struktur sekunder. Bidang-bidang yang termasuk dalam struktur bidang primer
adalah bidang perlapisan,bidang foliasi,bidang rekah kerut(mud crack),bidang kekar
kolom pada batuan beku dan lain sebagainya sedangkan yang termasuk dalam
struktur bidang sekunder adalah bidang kekar,bidang sesar,bidang sayap lipatan dan
struktur bidang pada umumnya dinyatakan dengan istilah-istilah yaitu
jurus(strike,baca “straik”) dan kemiringan(dip).Dari hal diatas dinyatakan bahwa
struktur bidang adalah struktur yang memiliki bidang dan kedudukan yang dapat
diamati secara langsung atau hanya didapatkan dari hasil-hasil analisa
dari struktur bidang.(Petunjuk Pratikum Geologi Struktur UPN
Yogyakarta halaman 8-9).
Pembahasan mengenai struktur bidang antara lain yaitu:
a. Kedudukan(attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari
bidang atau garis didalamruang umumnya dihubungkan dengan
koordinat geografi dan bidang horizontal , danterdiri komponen
arah dan kemiringan.
b. Arah(trend) adalah arah dari suatu bidang horizontal, umumnya
dinyatakan
denganazimuth atau besaran sudut horizontal dengan garis
tertentu(Bearing).
c. Kecondongan(inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah
bawah dari bidang horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila
diukur pada bidang yang tidak tegaklurus strike disebut kemiringan
semu(Apperent dip).

2.3. Unsur-Unsur Struktur Geologi

Secara umum dalam geologi ada tiga jenis struktur geologi yang
terobservasi dari lapangan yaitu bidang kontak, struktur primer dan
struktur sekunder.
a. Bidang kontak
Bidang kontak adalah batas antara jenis batuan yang
mencerminkan suatu proses geologi bidang kontak ini yang berupa
kontak sedimentasi (normal),ketidakselarasan,kontak intrusi,kontak
tektonik berupa bidang sesar atau zona sesar atau shear zone.
b. Struktur Primer
Struktur primer adalah struktur dalam batuan yang berkembang
pada saat atau bersamaan dengan proses pembentukkannya tersebut.
c. Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah adalah struktur yang terbentuk akibat
gaya (force) setelah proses pembentukkan batuan tersebut baik itu

11
batuan beku,batuan sedimen maupun batuan metamorf.
Struktur sekunder terdiri dari frantures antara lain joint, shear
fracture (kekar gerus), suckenliaes (gores-garis) vein, fault (sesar), fold
(perlipatan), cleavage, foliasi, dan lineasi. Struktur sekunder bidang
kekar, bidang sesar, bidang sayap lipatan atau biasa disebut dengan
istilah jurus yaitu strike dan kemiringan (dip). (Prinsip Dasar Geologi
Struktur Halaman 2-3).

2.4. Struktur Bidang


Kedudukan sebuah struktur bidang dapat diwakili oleh sepasang
angka. Terdapat dua cara penulisan yang dapat digunakan untuk
menuliskan sepasang angka tersebut, yaitu :
1. Cara penulisan jurus (strikedan kemiringan dip).
2. Cara penulisan kemiringan (dip) dan arah kemiringan (dip direction).
Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan sebagai sebuah
garis horizontal yang terletak pada suatu struktur bidang. Sebuah garis
jurus pada suatu struktur bidang dapat dibayangkan sebagai perpotongan
antara bidang horizontal imajiner dengan struktur bidang tersebut (ingat
bahwa perpotongan antara dua buah bidang adalah sebuah garis).
(Penuntun Pratikum Geologi struktur Halaman 4).
Di beberapa lokasi tertentu di lapangan, garis jurus dapat dilihat
secara langsung, misalnya di tebing-tebing yang berada di pinggir laut
yang tenang. Perpotongan antara permukaan laut dengan permukaan
tebing merupakan garis jurus pada permukaan tebing tersebut.

12
Gambar 2.1. Perpotongan antara permukaan laut (bidang horizontal) dan
permukaan tebing adalah garis pantai. Garis pantai ini dapat mewakili
garis jurus pada permukaan tebing tersebut. Tebing A memiliki jurus N-
S, Tebing B memiliki jurus NE-SW, and Tebing C memiliki jurus E-
W*.
Jurus suatu struktur bidang pada lokasi tertentu adalah sudut antara garis
jurus dengan utara sebenarnya dengan kata lain jurus adalah sudut antara
garis horizontal pada suatu struktur bidang dengan utara
sebenarnya.Jurus merupakan besaran sudut yang diukur dalam satuan
derajat (o) dengan menggunakan kompas disebut arah (bearing atau
azimuth). (Penuntun Geologi Struktur Halaman 5).
Arah dibagi ke dalam empat kuadran (NE, SE, NW, dan SW) yang
masing- masing kuadran memiliki besar 90o (Gambar 2.1), dan jurus
ditentukan dengan memberikan angka dalam derajat yang mewakili
besar sudut (bisa ke arah barat atau timur) antara garis jurus dengan
utara sebenarnya. Beberapa contoh penentuan dan penulisan jurus dalam
konvensi kuadran adalah sebagai berikut :
a. Jika garis jurus pada suatu struktur bidang tepat berarah N-S, dalam
konvensi kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N 00 E atau N

13
00 W, dan dibaca "north nol derajat east" atau "north nol
derajatwest".
b. Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NW-SE, dalam
konvensi kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N 45 0 W atau
S 450 E dan dibaca "north empat puluh lima derajat west" atau
"south empat puluh lima derajat east".
c. Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NE-SW, dalam
konvensi kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N 45 o E atau
S 450 W dan dibaca "north empat puluh lima derajat east" atau
"south empat puluh lima derajat west".

Gambar 2.2 . Konvensi untuk mendeskripsikan jurus. (a) Konvensi


kuadran. (b) Konvensi Azimuth.
Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penulisan dan
penyebutan jurus dengan mengacu terhadap arah utara selalu memiliki
pasangan yang sama dengan penulisan dan penyebutan jurus dengan
mengacu terhadap arah selatan. Hal ini disebabkan karena tidak ada
keharusan untuk membedakan titik-titik ujung dari sebuah garis
horizontal. Namun, jika konvensi kuadran harus digunakan, telah

14
menjadi kebiasaan bagi para ahli geologi untuk selalu menulis dan
menyebut jurus dengan mengacu terhadap arah utara.
Cara kedua untuk mendeskripsikan jurus dikenal sebagai
konvensi azimuth. Dalam konvensi ini, seluruh kemungkinan arah
dibagi ke dalam 3600, dengan arah utara ditetapkan memiliki nilai 00
atau 3600(Gambar 2.2). Karena pengukuran jurus selalu berputar dari
arah utara ke timur (searah jarum jam), maka jurus dalam konvensi
azimuth sebenarnya dapat dideskripsikan secarakeseluruhan dalam
angka, tanpa harus menyebutkan singkatan mata angin. Namun, untuk
membedakan pengukuran jurus dengan pengukuran besaran lainnya
yang menggunakan satuan derajat, dalam konvensi azimuth
singkatan mata angin tetap disertakan dalam penulisan jurus.
Sebagai contoh :
a. Jika garis jurus tepat berarah N-S, maka jurusnya adalah N 0 o E atau N
180 oE.
b. Jika garis jurus tepat berarah E-W, maka jurusnya adalah N 900 E atau
N 2700 E.
c. Jika garis jurus tepat berarah NW-SE, maka jurusnya adalah N 1350 E
atau N 315o E.
d. Jika garis jurus tepat berarah NE-SW, maka jurusnya adalah N 45O E
atau N 2250 E.
e. Kemiringan DIP
Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur bidang
adalah sudut antara struktur bidang tersebut dan sebuah bidang
horizontal yang diukur pada bidang vertikal tertentu.Bidang vertikal
yang tertentu ini memiliki orientasi yang tepattegak lurus dengan garis
jurus (Gambar 2.3). Pada sebuah struktur bidang, kemiringan
sebenarnya selalu merupakan kemiringan lereng yang paling besar, dan
arah kemiringan sebenarnya merupakan arah yang tepat tegak lurus
jurus. Arah kemiringan sebenarnya selalu ditentukan pada arah turun
lereng (downslope).

15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam

3.1.1 Alat dan Bahan


a. Hvs
b. Alat tulis
c. Penggaris
d. Jangka
e. Busur 360

3.2 Prosedur Percobaan

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Dan Pengamatan
No Judul Percobaan Hasil Pengamatan
1 Dekantasi Setelah pasir dan akuades dicampur dan
diaduk ,lalu dibiarkan beberapa saat . pasirpun
mengendap didasar gelas kimia , menjelaskan
bahwa massa jenis pasir lebih besar dari air
2 Filtrasi Bubuk kapur tulis dicampur akuades dan pada
saat penyaringan kapur tulis (CaCO3) tertinggal
dikertas saring , hal ini menjelaskan bahwa
ukuran partikel kapur tulis lebih besar daripada
air
3 Kristalisasi Setelah pencampuran padatan CuSO4 dan
akuades , letakan gelas kimia diatas Hotplate
dan didihkan hingga terjadinya proses
kristalisasi ( padatan CuSO4 menempel pada
dinding gelas kimia) ,menjelaskan bahwa
CuSO4 titik didihnya lebih tinggi daripada
akuades
4 Subliamsi Kapur barus yang dicampur degan Nacl
diletakan diatas cawan penguap lalu ditutup
dengan kertas saringan dan ditindih dengan
corong kaca yang disumbat , hasilnya corong
kaca menghasilkan embun partikel dari kapur
barus , menjelaskan bahwa kapur barus titik
didihnya lebih rendah
5 Ekstraksi 100 ml air ditambah dengan 100 ml minyak lalu
dihomogenkan dan menghasilkan kedua larutan

17
yang tidak akan pernah bercampur ,
menjelaskan bahwa air termasuk polar dan
minta termasuk non polar.

4.2 Pembahasan
Beberapa prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah antara lain
perbedaan partikel , perbedaan titik didih , perbedaan massa jenis , adsorbs ,
dan perbedaan kelarutan polar nan non polar. Pada metode pertama yaitu
metode dekantasi dimana dicampurkan pasir dengan akuades didalam gelas
kimia lalu aduk dan biarkan beberapa saat . hasilnya adalah pasir pasir
tersebut akan mengendap sedangkan akuades menjadi berwarna keruh , hal
ini disebabkan oleh massa jenis pasir lebih besar daripada akuades. Lalu
pada percobaan filtrasi dimana kapur tulis yang sudah dihaluskan dicampur
dengan akuades dan disaring pada kertas saringan . didapatkan hasil bahwa
kapur tulis tertinggal di kertas saringan , hal ini menunjukan bahwa ukuran
partikel dari kapur tulis lebih besar daripada air .lalu pada percobaa
selanjutnya adalah kristalisasi , dengan proses pertama masukan bubuk
CuSO4 lalu campur dengan akuades dan didihkan , pasa saat proses
pendidihan akan muncul gelembung gelembung yang menandakan proses
penguapan yang pada akhirnya nanti pada gelas kimia hanya CuSO4 yang
tersisa dan mengering pada dinding dinding gelas kimia. Hal ini disebabkan
karna padatan cuso4 titik didihnya lebih tinggi daripada air . percobaan
selanjutnya adalah sublimasi yang mencampurkan antara garam dan
naftalena atau kapur barus lalu dimasukan kedalam cawan penguap yang
kemudian ditutup dengan kertas saringan dan ditindih dengan corong kaca
yang sudah disumbat . hasilnya adalah nacl tetap berada sedangkan
naftalena sudah menguap dan menjadi embun di corong kimia yang dimana
menunjukan bahwa naftalena atau kapur barus titik didihnya lebih rendah
daripada nacl. Dan pada percobaan terakhir yaitu ekstraksi dimana dalam
percobaan ini membuktikan bahwa air dan minyak tidak akan bersatu karna

18
air sendiri adalah suatu larutan polar sedangkan minyak adalah larutan
nonpolar.

pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk


memisahkan dan memurnikan suatu senyawa maupun sekelompok senyawa
yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Pada
prinsipnya , pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih
yang bercampur sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan suatu
zat yang baru atau suatu zat yang murni. Biasanya zat murni yang telah
tercampur dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang
bersifat homogen maupun bersifat heterogen.

Adapun metode metode pemisahan dan pencampuran antara lain adalah


destilasi , filtasi , sublimasi , kristalisasi , dan ekstraksi . destilasi adalah
pemisahan berdasarkan kecepatan atau kemudahan menguap suatu larutan ,
filtrasi adalah proses pemisahan dengan cara penyaringan, kristalisasi adalah
proses pembekuan suatu larutan akibat suhu , sublimasi adalah suatu bentuk
pemisahan campuran yang terjadi karna suatu larutan atau zat yang awalnya
berwujud padat berubah menjadi gas , dan yang terakhir adalah metode
ekstraksi atau pemisahan campuran berdasarkan sifat polar dan non
polarnya.

Natrium klorida atau dikenal sebagai garam dapur memiliki massa molar
22,9 g , mengandung 39,34 gram na , dan 60,66 gramcl , larut dalam air ,
asin , memiliki ikatan ion kuat , larutan elektrolitnya kuat . minyak goreng
bersifat tidak larut dalam air dan licin , titik didihnya tinggi , kalsium
karbonat memiliki massa molar 100,86 g , berbentuk serbuk putih haus ,
tidak berbau , titik lebur tinggi , larut dalam air ,serta wujudnya Kristal.
Naftalena memiliki sifat massa molar 128,17 g/mol , tidak dapat larut dalam
air , mudah menguap , berbahaya , dan titik cair 80 derajat , berwarna puth
pucat Kristal . CuSO4 atau tembaga (II) sulfat memiliki massa molar 159,62

19
, berwarna biru , titik lebur 110 derajat dan kelarutan dalam air 316 g/c ,
beracun , dan memiliki struktur Kristal lembut yang memiliki warna biru.

Adapun fungsi perlakuan pada percobaan ini antara lain : pada destilasi
adalah menyiapkan gelas kimia lalu letakan pasir dan akuades kedalamnya ,
diaduk , dan tunggu beberapa saat , lalu catat hasilnya . pada filtasi yang
pertama haluskan kapur tulis dengan alu dan mortar setelah itu campurkan
air dan kapur tulis yang sudah dihaluskan lalu tuangkan melalui kertas
saring dan catat hasilnya. Lalu percobaan selanjutnya adalah kristalisasi
dimana ambil kurang lebih 1 gram CuSO4 dan campur dengan akuades lalu
didihkan hingga suhu sebesar 80 derajat , amati perubahan dan catat
hasilnya. Percobaan sublimasi yaitu campurkan naftalena atau kapur barus
dan nacl di cawan penguap lalu tutup dengan kertas saringan dan corong
kaca , setelah itu panaskan dan amati apa yang terjadi lalu catat hasilnya .
dan yang terakhir adalah ektraksi dimana mencampurkan 100 ml air dengan
100 ml minyak lalu dihomogenkan , setelah itu amati apa yang terjadi dan
catat hasil dari penghomogenan kedua larutan itu.

Prinsip percobaan dari metode pemisahan dan pencamuran adalah untuk


memisahkan zat zat yang saling bercampur dengan tujuan untuk
menghasilkan zat zat murni . lalu pada pemurnian adalah untuk
mempertahankan zat murni dari suatu zat yang telah tercampur oleh zat lain
dengan tujuan untuk memurnikan sifat dari suatu larutan yang telah
bercampur atau tercampur.

Manfaat pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari hari adalah


untuk memurnikan garam dapur dari air laut , penjernihan air minum yang
berasal dari sungai , pemisahan minyak bumi untuk mengkategorikan zat zat
yag ada didalam atau yang berasal dari minyak bumi.

20
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan kali ini adalah tidak akuranya
takarat dari larutan karna cara perhitungan volumenya tidak menggunakan
alat pengukur yang memiliki nilai tetap tetapi menggunakan takaran sesuai
perkiraan sehingga hasilnya tidak murni atau tidak akurat.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan , dapat ditarik kesimpulan bahwa
a. prinsip filtrasi adalah proses pemisahan dan pencampuran yang
mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan
media filter yang meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel
padat. Hal tersebut dikarenakan massa jenis partikel padat lebih besar
daripada massa jenis cairan
b. pasir dicampurkan dengan akuades serta diaduk. Hasilnya adalah pasir
akan mengendap . disini menggunakan prinsip perbedaan massa jenis.
Massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis cair
c. Padatan CuSO4 yang dicampurkan dengan akuades dan dipanaskan samai
akhirnya akuadesnya menguap hanya akan menyisakan CuSO4. Hal ini
terjadi karena prinsip perbedaan titik didih yang mana titik didih CuSO4
lebih besar dibandingkan titik didih akuades
5.2 Saran
Sebaiknya ditambah lagi metode metode yang digunakan dalam pemisahan
dan pemurnian, berbagai macam campuran seperti adsorbs dan deshlasi ,
keduanya juga dapat melakukan pemisahan sehingga kita dapat mengetahui
banyak metode dan menambahkan wawasan praktikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Endarto,Danang.2005.pengantar geologi dasar.universitas


sebelas maret Surakarta.jawa
tengah
Sapiie,B.dan Harsolumakso,A.2011.prinsip dasar geologi
struktur.ITB.Bandung Tim Penyusun,1993.petunjuk pratikum geologi
struktur.UPN.Yogyakarta
Tim Penyusun.2013.penuntun geologi struktur.UMI.makassar

23
LAPORAN SEMENTARA
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Hari/Tanggal : Sabtu/19 Oktober 2019


Nama : Pranajiwa, Irvan Erika Pangestu , Rezha Gabriel Kussoy
Program studi : Teknik Pertambangan
Kelompok : 13 (Tiga Belas)

No Judul Percobaan Hasil Pengamatan


1 Dekantasi Setelah pasir dan akuades dicampur dan
diaduk ,lalu dibiarkan beberapa saat . pasirpun
mengendap didasar gelas kimia , menjelaskan
bahwa massa jenis pasir lebih besar dari air
2 Filtrasi Bubuk kapur tulis dicampur akuades dan pada
saat penyaringan kapur tulis (CaCO3) tertinggal
dikertas saring , hal ini menjelaskan bahwa
ukuran partikel kapur tulis lebih besar daripada
air
3 Kristalisasi Setelah pencampuran padatan CuSO4 dan
akuades , letakan gelas kimia diatas Hotplate
dan didihkan hingga terjadinya proses
kristalisasi ( padatan CuSO4 menempel pada
dinding gelas kimia) ,menjelaskan bahwa
CuSO4 titik didihnya lebih tinggi daripada
akuades
4 Subliamsi Kapur barus yang dicampur degan Nacl
diletakan diatas cawan penguap lalu ditutup
dengan kertas saringan dan ditindih dengan
corong kaca yang disumbat , hasilnya corong
kaca menghasilkan embun partikel dari kapur

24
barus , menjelaskan bahwa kapur barus titik
didihnya lebih rendah
5 Ekstraksi 100 ml air ditambah dengan 100 ml minyak lalu
dihomogenkan dan menghasilkan kedua larutan
yang tidak akan pernah bercampur ,
menjelaskan bahwa air termasuk polar dan
minta termasuk non polar.

25

Anda mungkin juga menyukai