NIM : 1813015019
Kelas : D 2018
Mata Kuliah : Standar Mutu dan Keamanan Farmasi
10. Standarisasi Ekstrak Air Daun Jati Belanda dan Teh Hijau(Kelompok
2C)
Teh hijau merupakan tanaman yang sangat lekat dengan kehidupan
seharihari. Teh hijau telah banyak digunakan baik sebagai minuman penyegar
dahaga maupun minimal herbal. Penggunaan daun jati belanda dan teh hijau
secara kombinasi dapat memberikan efek yang sinergis.
1. Penetapan Parameter Spesifik
a. Parameter Identitas Ekstrak
Parameter identitas ekstrak dilakukan dengan tujuan memberikan
identitas objektif dari nama tumbuhan
b. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengenalan awal yang sederhana
seobjektif mungkin. Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan
terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa. Hasil dari jati Belanda dan teh
hijau kental, rasa sepat, warna hijau.
c. Uji Senyawa yang Larut Dalam Air
Sejumlah 5 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml
air-kloroform menggunakan labu bersumbat sambil dikocok selama 6
jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian
disaring. Uapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105 ºC
hingga bobot tetap.
d. Kadar Senyawa yang Larut Dalam Etanol
Sejumlah 5 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml
etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18
jam. Disaring cepat dengan menghindari penguapan etanol, kemudian
diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan penguap yang telah
ditera, residu dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap
2. Parameter non-spesifik
a) Kadar air
Masukan lebih kurang 1 gram ekstrak dan ditimbang seksama dalam
wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam
dan ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam
sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
0,25 %. Didapatkan hasil bahwa kadar air ekstrak daun jati belanda
0,96% dan teh hijau 2,80% memenuhi standar mutu.
b) Kadar abu
Penentuan kadar abu diukur dengan memasukkan ekstrak ke dalam
tanur dengan temperatur 450°C sampai terbentuk abu. Kadar abu
ditentukan dalam persen terhadap bobot awal. Hasil kadar abu total
jati belanda sebesar 37,62% dan teh hijau 36,84 %. Kadar abu tidak
larut asam yaitu pada jati belanda sebesar 2,55% dan teh hijau 3,54%..
c) Penetapan Susut Pengeringan
Penetapan susut pengeringan pada ekstrak merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam standardisasi tumbuhan yang
berkhasiat obat dengan tujuan dapat memberikan batas maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Adapun hasil dari penetapan susut pengeringan pada
ekstrak jati belanda yaitu 4,04% dan teh hijau 0,47%.
11. Standardisasi Mutu Ekstrak Etil Asetat Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia S) (Kelompok 3C)
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) dapat digunakan sebagai bumbu
masakan sebagai pengasam makanan, obat batuk, disentri, mencret, ambeien,
jerawat, hingga obat tekanan darah. Standardisasi mutu ekstrak etil asetat
daun jeruk nipis meliputi penetapan parameter spesifik dan non spesifik.
Pada penetapan parameter spesifik dilakukan penetapan organoleptik
ekstrak meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Hasilnya menunjukkan ekstrak
kental, berwarna hijau tua, berbau khas jeruk dan berasa sepat. Selain itu
dilakukan penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol.
Hasil yang didapatkan yaitu kadar sari larut air pada daun jeruk nipis sebesar
11,80 ± 0,61% dan kadar sari larut etanol pada daun jeruk nipis sebesar 11,13
± 0,31%, artinya keduanya memenuhi persyaratan mutu karena memiliki
kadar lebih besar dari 6%. Kemudian dilakukan skrining fitokimia untuk
mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun jeruk nipis.
Pengujian dilakukan terhadap tanin, fenol, triterpen, minyak atsiri, saponin,
flavonoid dan dilakukan secara kualitatif. Hasil dari skrinning fitokimia
ekstrak daun jeruk nipis dapat dilihat pada tabel berikut.
16. Standarisasi Mutu Fisik dan Viabilitas Produk JAPRO (Jamu Probiotik)
(Kelompok 4D)
JaPro (Jamu Probiotik) merupakan inovasi dalam bentuk minuman
kesehatan yang diformulasikan dengan memanfaatkan kearifan lokal di
Indonesia. Hasil uji ini mengacu pada SNI 7552:2009 tentang minum susu
fermentasi berperisa. Metode pengelolahan dan analisis data menggunakan
metode deskriptif. Berdasarkan SNI 7552:2009 bahwa minuman fermentasi
harus dalam keadaan cair dan menjaga keseimbangan mikroekosistem dalam
pencernaan.
Data hasil standarisasi produk, untuk viskositas pada jamu probiotik atau
JaPro (suhu 26ºC) yaitu 1,0647 cp dan tidak jauh berbeda dengan air yaitu 1,
dalam artian viskositasnya lebih rendah dibandingkan minuman fermentasi
berbasis dairy product. Berat jenis (densitas) JaPro adalah 1,0489 g/ml, dan
tidak jauh berbeda dengan air. pH produk cenderung lebih tinggi jika
dibandingkan dengan produk fermentasi berbasis susu yang memiliki kisaran
pH 3,85-4,1. Pada pengujian yang dilakukan diperoleh nilai angka total asam
tertitrasi adalah sebesar 0,2070%. Kadar total asam tertitrasi sebanding
dengan derajat keasaman yang terbetuk. Viabilitas probiotik pada minuman
menjadi komponen penting dan memiliki nilai fungsional yang tinggi bagi
kesehatan yaitu minimal 1x108 dengan jumlah total BAL JaPro adalah
2,3x108 (memenuhi SNI 7552:2009) Viabilitas yang baik juga diharapkan
mampu meningkatkan kadar antioksidan melalui pemecahan komponen
fenolik yang terdapat pada produk JaPro.
20. Standar Mutu dan Keamanan Farmasi Obat Herbal Terstandar Dari
Tumbuhan Sarang Semut (Kelompok 4E)
Tanaman sarang semut mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan
polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan oleh karena itu tanaman sarang
semut dapat dikembangkan menjadi sediaan Obat Herbal Terstandar yang
dimana sarang semut memiliki manfaat antikanker, antidiabetes, mengobati
penyakit jantung dan lain-lain. Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat
tradisional yang telah dibuktikan khasiat dan keamanannya secara pra- klinis
(terhadap hewan percobaan) dan lolos uji toksisitas akut maupun kronis.
Pembuatan Ekstrak Sarang Semut meliputi persiapan sampel, ekstraksi
ultrasonik dan partisi sampel. Hasil dari standarisasi ekstrak kering sarang
semut (Fraksi air/n-butanol) dimana uji organoleptis, kadar air bahan baku
obat, uji cemaran mikroba, uji aflatoksin dan uji cemaran logam telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.