Anda di halaman 1dari 10

2.

Teori asam basa

A. Pengertian asam basa

Asam dan basa adalah dua golongan zat kimia yang sangat umum ditemukan di sekitar kita. Sebagai
contoh, cuka, asam sitrun, dan asam dalam lambung tergolong asam, sedangkan kapur sirih dan soda api
tergolong basa. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda. Pada mulanya, asam dan basa
dibedakan berdasarkan rasanya, di mana asam terasa masam sedangkan basa terasa pahit dan licin
seperti sabun. Namun, secara umum zat-zat asam maupun basa bersifat korosif dan beracun
khususnya dalam bentuk larutan dengan kadar tinggi sehingga sangat berbahaya jika diuji sifatnya
dengan metode merasakannya.

B. Teori asam basa menurut para ahli

1.,Teori Asam Basa Arrhenius

Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius. Menurut
Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:

asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.

basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH.

Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius, sebagaimana HCl dapat
terurai menjadi ion H+dan Cl di dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang bukan asam
Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air meskipun memiliki atom H. Natrium
hidroksida (NaOH) termasuk basa Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang
terdisosiasi menjadi ion Na+ dan OH ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini
terbatas pada kondisi air sebagai pelarut.

2. Teori Asam Basa BrnstedLowry

Pada tahun 1923, Johannes N. Brnsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan definisi asam
dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada fakta bahwa reaksi asambasa
melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu zat ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu
melibatkan asam sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Jadi,
menurut definisi asam basa BrnstedLowry,

asam adalah donor proton.

basa adalah akseptor proton.


Jika ditinjau dengan teori BrnstedLowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam air, HCl
berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.

HCl(aq) + H2O(l) Cl(aq) + H3O+(aq)

HCl berubah menjadi ion Cl setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima proton
dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan H+ sehingga
terbentuk ion hidronium (H3O+).

Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa dan H2O
sebagai asam.

NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq)

NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom N untuk
berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah menjadi ion OH setelah
memberikan proton (H+) kepada NH3.

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam BrnstedLowry harus mempunyai atom hidrogen
yang dapat terlepas sebagai ion H+; dan (2) basa BrnstedLowry harus mempunyai pasangan elektron
bebas yang dapat berikatan dengan ion H+.

Kelebihan definisi oleh BrnstedLowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah dapat menjelaskan
reaksi-reaksi asambasa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut selain air, ataupun campuran
heterogen. Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas HCl (asam) membentuk asap NH4Cl.

Beberapa zat dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada reaksi yang lain,
misalnya H2O, HCO3, dan H2PO4. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu zat amfiprotik (misalnya
H2O) akan bertindak sebagai asam bila direaksikan dengan zat yang lebih basa darinya (misalnya NH3)
dan bertindak sebagai basa bila direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya (misalnya HCl).

3. Teori Asam Basa Lewis

Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas dibanding kedua teori
sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.
Menurut definisi asam basa Lewis,

asam adalah akseptor pasangan elektron.


basa adalah donor pasangan elektron.

Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan elektron tidak hanya
H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti BF3 juga dapat berperan sebagai
asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asambasa, di mana BF3 sebagai
asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga
membentuk ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asambasa lain dalam fase
padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton. Misalnya, reaksi-reaksi
antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi
pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3, [Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi
dalam kimia organik.

3. Derajat keasamaan larutan(ph)

Suatu larutan asam atau larutan basa memiliki tingkat keasaman atau tingkat kebasaan yang berbeda.
Tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan disebut derajat keasaman yang dilambangkan
dengan pH (dibaca : pe - ha). Nilai derajat keasaman dari suatu larutan berkisar antara 0 sampai 14.

Derajat keasaman dari suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan indikator universal atau alat
yang disebut dengan pHmeter. Derajat keasaman dari suatu larutan menentukan sifat larutan tersebut,
apakah bersifat asam, bersifat basa, atau bersifat garam (netral).

1. Skala Derajat Keasaman

Nilai derajat keasaman dari suatu larutan berkisar antara 0 - 14. Nilai pH dari suatu larutan menentukan
sifat dari larutan tersebut. Makin kecil nilai pH-nya, maka derajat keasamannya makin kuat. Artinya,
larutan tersebut makin bersifat asam. Sebaliknya, makin besar nilai pH-nya, maka derajat kebasaannya
makin kuat. Artinya, larutan tersebut makin bersifat basa.

Untuk larutan yang memiliki nilai pH kurang dari 7 ( 0 < pH < 7), maka larutan tersebut bersifat asam.
Sedangkan, untuk larutan yang memiliki nilai pH lebih dari 7 (7 < pH < 14), maka larutan tersebut bersifat
basa. Jika suatu larutan mempunyai nilai pH = 7, maka larutan tersebut bersifat garam (netral).

2. Menentukan Derajat Keasaman dengan Indikator Universal


Kertas indikator universal memiliki empat buah garis yang berwarna, yaitu kuning, hijau, jingga, dan
jingga kecokelatan. Garis warna tersebut akan mengalami perubahan warna jika kertas indikator
universal dicelupkan ke dalam suatu larutan yang memiliki sifat tertentu.

Perubahan warna yang terjadi pada garis warna kertas indikator universal dicocokkan dengan tabel
berikut ini untuk menentukan nilai pH suatu larutan.

4. Larutan elektrolit dan non


elektrolit
A. Pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik, sedangkan larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi
elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif tinggi walaupun
konsentrasinya relatif kecil, sedangkan elektrolit lemah mempunya daya hantar yang relatif rendah
walaupun konsentrasinya relatif besar.

B. Pengertian larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan
gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan yang
menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat uji.
Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan
nonelektrolit.

C. Jenis jenis larutan berdasrkan daya hantar listrik

Larutan elektrolit kuat

Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai sempurna, maka
harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi (
) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan. Yang tergolong
elektrolit kuat adalah :

Asam asam kuat

Basa basa kuat

Garam garam yang mudah larut

Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan timbul
gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa
elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk
ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan
ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut dapat di hantarkan melalui ion ion dalam larutan,
seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat
terurai sempurna dalam larutan. Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.
Larutan elektrolit lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi
sebesar 0 < > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion ion
ketika larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :

Asam asam lemah

Garam garam yang sukar larut

Basa basa lemah

Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas
termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan
larutan H2S.

Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat terlarutnya
di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion ion ( tidak mengion ). Yang tergolong jenis larutan ini
adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain lain.
Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan

5. Sistem buffer tubuh

Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau ketika
diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya.
Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum jus jeruk
yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ) (Anonim, 2008).
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam lemah nya
adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat
mempertahankan pH darah sekitar 7,35 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :

H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3

Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam
karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya.

Ketika masuk zat asam

ketika hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si asam ini dan
bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi
berupa garam yang banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui urin. Jadi
kalo banyak makan atau minum yang asam asam, kita akan banyak menghasilkan urin. Karena asam
karbonat bereaksi dengan asam untuk menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang
sehingga kita perlu mempeorlhnya dari pernafasan CO2.

Ketika masuk zat basa

ketika hal ini terjadi garam lah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si basa ini dan bereaksi
dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa asam
karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui nafas
(CO2). Jadi kalo banyak makan atau minum yang basa basa, kita akan banyak menghasilkan CO2.

Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat berlangsung pada pH
tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan penyangga agar pH senantiasa konstan
ketika metabolisme berlangsung. Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita
adalah 7,35 7,5. Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat,
tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut.
Hal ini disebabkan karena penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.

pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. pH darah tidak boleh kurang dari 7,0 dan tidak boleh
melebihi 7,8 karena akan berakibat fatal bagi manusia. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH
darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal,
kencing manis, dan diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45
disebut alkolosis. Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas
terlalu cepat karena cemas atau histeris pada ketinggian). Untuk menjaga pH darah agar stabil, di dalam
darah terdapat beberapa larutan penyangga alami, yaitu:

a. Penyangga hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang didapatkan melalui pernapasan.
Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam darah, di mana O2 sangat sensitif terhadap

pH. Reaksi kesetimbangan yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.

HHb+ + O2

H+ + HbO2

Produk buangan dari tubuh adalah CO2-

yang di dalam

tubuh bisa membentuk senyawa H 2CO3 yang nantinya akan

terurai menjadi H+ dan HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh

akan mempengaruhi pH, tetapi hemoglobin yang telah

melepaskan O2 dapat mengikat H+ membentuk asam hemoglobin(HHb+).

b. Penyangga karbonat

Penyangga karbonat juga berperan dalam mengontrol pH darah. Reaksi kesetimbangannya adalah:

H+(aq) + HCO3-(aq)

H2CO3(aq)

H2O(aq) + CO2(aq)

Perbandingan molaritas HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk mempertahankan pH darah 7,4
adalah 20:1. Jumlah HCO3

- yang relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang diterima darah
lebih banyak bersifat asam.

c. Penyangga fosfat

Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini adalah campuran dari
asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu HPO42-. Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan
banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-

HPO42-(aq) + H+(aq) H2PO4-(aq)

Dan jika proses metabolism sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi
dengan H2PO4-.
H2PO4-(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) + H2O(l)

Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan tetap.Penyangga ini
juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai
penyangga urin.

Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH
darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ
tubuh atau bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH)
adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula), diare yang terus menerus,
atau makanan berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat
terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat
terjadi sebagai akibat muntah yang hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang
karena cemas atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para
pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH
darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang
amat rendah (kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.

Anda mungkin juga menyukai