Anda di halaman 1dari 15

ZEFANYA KARSTEN

GINTING
ME-2D
2005011063
PENGERTIAN LARUTAN
ASAM BASA
 Larutan asam dan basa merupakan larutan
berkadar keasaman atau kebasaan suatu zat yang
tergantung pada jumlah ion H+(asam) dan OH-
(basa) yang terdapat dalam zat dan juga derajat
ionisasi dari zat tersebut.Tingkat keasaman dan
kebasaan dinyatakan dengan pH.Pengertian tentang
larutan Asam dan Basa ini sangat diperlukan
sebagai landasan pengetahuan untuk memahami
materi ilmu kimia berikutnya yaitu menghitung
tingkat keasaman atau kebasaan suatu zat.
TEORI ASAM BASA

 Asam dan basa (alkali) telah dikenal sejak dahulu


dan telah sering Kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya Asam Tartrat dalam Buah
Anggur, Asam Sitrat dalam jeruk, Asam Asetat
pada Cuka, Asam Sulfat pada Air Aki dan
berbagai zat lainnya. Sementara zat basa kita
jumpai pada air kapur, sabun, obat mag, dan
beragam zat lainnya.Ada beberpa teori asam basa
yang bisa di bedakan diantaranya di bawah ini :
TEORI ASAM BASA STEVANTE ARRHENIUS

Stevante Arrhenius mengemukakan sebuah teori Asam Basa bahwa :


 asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion H+ di mana ion H+ ini akan menjadi satu-satunya ion positif dalam
larutan.Sedangkan basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan
terionisasi menghasilkan ion OH-, dan ion OH- ini akan menjadi satu-
satunya ion negatif di dalam larutan.
 Teori Asam Basa Bronstead Lowry
 J.N Bronstead dan T.N. Lowry mengemukakan teori lain tentang Asam
Basa. Menurut teori ini, asam adalah zat pemberi proton (donor proton) dan
basa adalah zat penerima proton (akseptor proton). Dari definisi ini maka
suatu asam akan membentuk konjugat setelah melepaskan proton, dan basa
juga akan membentuk konjugat setelah menerima proton.Maka dalam teori
asam basa konjugasi ini, dikenal istilah “pasangan asam basa” atau “asam-
basa konjugat”
Teori Asam Basa Bronstead
Lowry
J.N Bronstead dan T.N. Lowry mengemukakan
teori lain tentang Asam Basa. Menurut teori ini,
asam adalah zat pemberi proton (donor proton) dan
basa adalah zat penerima proton (akseptor proton).
Dari definisi ini maka suatu asam akan membentuk
konjugat setelah melepaskan proton, dan basa juga
akan membentuk konjugat setelah menerima
proton.Maka dalam teori asam basa konjugasi ini,
dikenal istilah “pasangan asam basa” atau “asam-
basa konjugat”
Setelah mengetahui Teori Asam Basa Bronstead Lowry, maka Kita
dapat menentukan suatu zat yang mengandung hidrogen termasuk
dalam kelompok zat asam atau basa. Bagaimana dengan senyawa/zat
yang aprotik (tidak mengandung H), bagaimana menentukan sifat
asam ataupun basanya?

 Teori Asam Basa Lewis


Seorang ahli kimia G.N Lewis juga mengemukakan teori tentang
asam basa. Menurut teori ini basa adalah zat yang memiliki satu atau
lebih pasangan elektron bebas yang dapat diberikan pada zat lain
sehingga terbentuk ikatan kovalen koordinasi, sedangkan asam
adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron bebas tersebut.
Adapun sifat-sifat larutan asam, diantaranya yaitu:
Mempunyai rasa masam
Dapat mengubah lakmus biru menjadi merah
Dapat menghantarkan arus listrik (asam kuat)
Jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidrogen (H+)
Bersifat korosif terhadap logam
Dapat menetralkan basa

 Jenis Larutan Asam


Terdapat dua jenis larutan asam yaitu asam kuat dan asam lemah. Adanya
karat pada besi merupakan salah satu ciri yang menunjukkan bahwa asam
bersifat korosif terhadap logam.
Jika suatu asam dilarutkan hingga hampir seluruh ion H+ dilepaskan
maka asam ini disebut asam kuat. Jika ion H+ yang dilepaskan hanya
sebagian kecil saja maka asam ini disebut asam lemah. Asam kuat
dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan asam lemah hampir tidak
dapat menghantarkan arus listrik.

 Contoh zat yang termasuk Asam Kuat, diantaranya: asam lambung


(asam klorida = HCl), asam sulfat (H2SO4), asam sulfit (H2SO3),
asam bromida (HBr), asam nitrat (HNO3) dan asam nitrit (HNO2).
 Contoh zat yang termasuk Asam Lemah, diantaranya: asam
karbonat (H2CO3), asam asetat (CH3COOH), asam sulfida (H2S),
asam sianida (HCN) dan asam fosfat (H3PO4).
 Sifat Larutan Basa

Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika


dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Jika
dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion hidroksil (OH–) dan
ion positif logam (tapi tidak selalu). Oleh karena itu, suatu basa
dapat menghantarkan arus listrik.

 Contoh basa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari


diantaranya seperti obat maag mengandung magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) dan aluminium hidroksida (Al(OH)3);
sabun mandi mengandung natrium hidroksida (NaOH); sabun
mandi bayi mengandung kalium hidroksida(KOH); deodorant
mengandung aluminium hidroksida (Al(OH)3) dan pembersih
lantai mengandung ammonium hidroksida (NH4OH).
 Adapun sifat-sifat basa diantaranya yaitu:
 Terasa licin jika terkena kulit (tidak untuk dicoba di kulit, berbahaya)
 Dapat menghantarkan arus listrik (basa kuat)
 Apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksil (OH–)
 Dapat menetralkan asam

 Jenis Larutan Basa


 Dapat mengubah lakmus merah menjadi biru
 Jika saat basa dilarutkan dan hampir seluruh ion (OH–) dilepaskan
maka basa itu disebut basa kuat. Contoh basa kuat, diantaranya sepeti
natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (KOH), barium
hidroksida(Ba(OH)2).
 Namun, jika hanya sebagian kecil OH- yang dilepaskan maka basa itu
disebut basa lemah. Contoh basa lemah, diantaranya seperti ammonium
hidroksida (NH4(OH) dan aluminium hidroksida (Al(OH)3).
 Kekuatan Asam dan Basa

Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh derajat ionisasi (α)-nya,


banyak sedikitnya ion H+ dan OH− yang dilepaskan. Asam dan basa
dalam air akan mengalami reaksi peruraian menjadi ion yang
merupakan reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, kekuatan asam dan
basa dapat dinyatakan oleh tetapan kesetimbangannya yaitu, tetapan
ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).

Sebagai contoh dalam air HCl hampir terurai sempurna menjadi ion
H+ dan ion Cl−, sedangkan HF hanya terurai sebagian menjadi ion H+
dan ion F−. Oleh karenanya, HCl disebut sebagai asam kuat dan HF
disebut sebagai asam lemah. Demikian juga, dalam air NaOH hampir
terurai sempurna menjadi ion Na+ dan ion OH−, sedangkan NH3
hanya terurai sebagian menjadi ion NH4+ dan ion OH−. NaOH
disebut sebagai basa kuat dan NH3 disebut sebagai basa lemah.
Tetapan ionisasi asam (Ka)

Secara umum, reaksi kesetimbangan larutan asam HA dalam air dapat ditulis sebagai berikut.
HA(aq) ⇌ H+(aq) + A−(aq)
Tetapan ionisasi asam Ka dapat dirumuskan seperti berikut.
K_a = \frac{[H^+][A^-]}{[HA]}

 asam kuat (contoh:

HCl, HBr, HI, HNO3, HClO4, H2SO4)


Dalam air, hampir seluruh asam kuat terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasi α ≈ 1.
Dengan demikian, nilai Ka dari asam kuat sangat besar. Untuk nilai Ka yang sangat besar, maka
dapat dianggap bahwa asam terurai sempurna menjadi ion-ionnya dan konsentrasi ion H+ dapat
dihitung dari konsentrasi asam ([HA]setimbang ≈ [HA]awal = Ma) dan valensi asamnya. Valensi
asam adalah jumlah ion H+ yang dihasilkan per molekul asam.
[H^+] = valensi_a \times M_a
asam lemah (contoh: HF, HCN, HNO2, CH3COOH, H2CO3)
Dalam air, hanya sebagian asam lemah terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat ionisasinya 0
< α < 1. Jika konsentrasi awal larutan asam lemah HA dinyatakan sebagai Ma, maka:
 Tetapan ionisasi basa (Kb)
Secara umum, reaksi kesetimbangan larutan basa LOH dalam air dapat ditulis
sebagai berikut.

Tetapan ionisasi basa Kb dapat dirumuskan seperti berikut.


K_b = \frac{[L^+][OH^-]}{[LOH]}
basa kuat (contoh: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2)
Dalam air, hampir seluruh basa kuat terurai menjadi ion-ionnya, sehingga derajat
ionisasi α ≈ 1. Dengan demikian, nilai Kb dari basa kuat sangat besar. Untuk nilai
Kb yang sangat besar, maka dapat dianggap bahwa basa terurai sempurna menjadi
ion-ionnya dan konsentrasi ion OH− dapat dihitung dari konsentrasi basa
([LOH]setimbang ≈ [LOH]awal = Mb) dan valensi basanya. Valensi basa adalah
jumlah ion OH− yang dihasilkan per unit rumus basa.
pH (Derajat Keasaman)

Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion


H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin asam
larutan tersebut. Pada tahun 1909, Søren P. L. Sørensen mengusulkan
suatu konsep pH yang menyatakan derajat keasaman larutan sebagai
fungsi konsentrasi ion H+ dalam larutan. Fungsi pH dinyatakannya
sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan.
pH = – log [H^+]
Konsep pH ini memudahkan dalam menyatakan konsentrasi ion H+
dan perubahannya yang kadangkala sangatlah kecil. Misalnya,
konsentrasi ion H+ dalam larutan asam cuka 0,1 M adalah sekitar
0,001 M dan konsentrasi ion H+ dalam akuades adalah sekitar 1 ×
10−7 M
Jika dinyatakan dengan pH, maka pH larutan asam cuka
0,1 M tersebut adalah 3 dan pH akuades tersebut adalah 7.
Dari kedua contoh tersebut, terlihat dari konsentrasi ion
H+ bahwa larutan asam cuka 0,1 M ([H+] = 0,001 M = 1
× 10−3 M) lebih asam dibanding akuades ([H+] = 1 ×
10−7 M). Namun, pH larutan asam cuka 0,1 M (pH = 3)
lebih kecil dibanding akuades (pH = 7). Jadi, semakin
asam larutan, maka semakin kecil nilai pH-nya. Begitu
pula sebaliknya, semakin basa larutan, maka semakin
besar nilai pH-nya.

Anda mungkin juga menyukai