Anda di halaman 1dari 9

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya

penyakit yang timbul karena bakteri maupun virus. Sabun merupakan salah satu

sarana untuk membersihkan diri dari kotoran, kuman, virus dan hal-hal lain yang

membuat tubuh menjadi kotor. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan

reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati

atau lemak hewani. Sabun dapat berwujud padat atau cair, namun sabun cair lebih

diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan sabun padat, karena

penggunaannya yang lebih praktis, lebih hemat, tidak terkontaminasi bakteri,

mudah dibawa dan mudah disimpan (Gusviputri dkk., 2013). Semakin

berkembangnya teknologi dan penggunaan sabun pada saat ini, bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan sabun pun semakin bervariasi. Penambahan bahan

alami yang aman bagi kesehatan pada sabun cair perlu dikembangkan. Hal ini

dimaksudkan untuk memberikan pengaruh positif atau fungsi tertentu terhadap

sabun cair yang dihasilkan. Fungsi tersebut antara lain memberikan kesan halus,

kesan lembut dan memiliki aktivitas antibakteri dan dapat mengharumkan badan

bila digunakan. Selain itu, dengan penambahan bahan alami tersebut diharapkan

dapat memperbaiki tekstur dan penampakan serta kandungan kimia sabun cair

(Putra dkk., 2019). Salah satu produk hasil pertanian yang memiliki fungsi

tersebut yaitu gel daun lidah buaya.

1
2

Lidah buaya memiliki banyak manfaat yakni sebagai sumber penghasil

bahan baku untuk aneka produk industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Lidah

buaya memiliki kandungan saponin yang mempunyai kemampuan untuk

membersihkan dan bersifat antiseptik. Selain itu, lidah buaya juga mengandung

accemanan yang berfungsi sebagai anti virus, anti bakteri dan anti jamur.

Accemanan juga dapat menghilangkan sel tumor dan meningkatkan daya tahan

tubuh. Dengan memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan pembuatan sabun, tidak

hanya mampu membunuh bakteri, tetapi juga dapat melembutkan kulit. Hal ini

disebabkan karena adanya lignin yang berguna untuk menjaga kelembaban kulit

serta menahan air di dalam kulit, sehingga tidak terjadi penguapan yang

berlebihan (Gusviputri et al., 2013).

1.2 Batasan Masalah

Untuk membunuh bakteri, beberapa sabun menambahkan zat aktif, seperti

triclosan, yang berfungsi sebagai antimikroba. Namun penggunaan triclosan

membawa dampak negatif bagi tubuh yaitu dapat mengganggu hormon untuk

pertumbuhan otak dan reproduksi. Triclosan juga dapat memicu terciptanya

superbug yaitu bakteri yang sudah mengalami banyak sekali perubahan (mutasi

sel), sehingga membuat bakteri tersebut tidak dapat lagi dibunuh oleh apapun

(Arwinda). Penggunaan triclosan yang terlalu sering dan berlebihan dapat

membunuh flora normal kulit yang sebenarnya merupakan salah satu

perlindungan kulit, misalnya terhadap infeksi jamur. Dilihat dari banyaknya

dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh triclosan, maka perlu dipikirkan
3

bahan alternatif lain yang dapat menggantikan triclosan sebagai antimikroba

(Gusviputri dkk., 2013). Salah satu bahan alami yang dapat menggantikan

triclosan adalah lidah buaya. Sehingga dilakukan praktikum pembuatan sabun cair

dari lidah buaya sebagai bahan alternatif triclosan.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari project praktikum ini adalah untuk dapat menghasilkan sebuah

produk jadi berupa sabun cair dengan bahan baku lidah buaya (aloevera) yang

dapat dipasarkan dan menggantikan bahan kimia triclosan dengan alternatif bahan

alami berupa lidah buaya dalam pembuatan sabun cair.

Manfaat dari project paktikum ini adalah meningkatkan nilai ekonomis

dari lidah buaya (aloevera) dengan mengolahnya menjadi sabun cair.


4
2.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun Cair

Sabun merupakan salah satu produk yang cukup penting dalam kehidupan

manusia dengan adanya kebutuhan manusia untuk membersihkan diri. Produk

sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di seluruh lapisan

masyarakat. Sabun dapat digunakan untuk mengobati penyakit, seperti mengobati

penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Dengan kata lain sabun

dapat digunakan sebagai obat yaitu dengan membersihkan tubuh sehingga

kemungkinan terserang penyakit akan berkurang. Berbagai jenis sabun yang

beredar di pasaran pun kini sangat bervariasi. Keberagaman sabun yang

dipasarkan terlihat pada warna, jenis, manfaat dan wangi yang ditawarkan. Salah

satu jenis sabun yang saat ini banyak diproduksi karena penggunaanya lebih

praktis dan bentuk yang menarik dibandingkan bentuk sabun lain adalah sabun

cair (Widyasanti & Zain, 2017).

Sabun cair adalah sediaan berbentuk cair yang ditujukan untuk

membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun yang ditambahkan

surfaktan, pengawet, penstabil busa, pewangi dan pewarna yang

diperbolehkan, dan dapat digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan

iritasi pada kulit (SNI, 1996). Sabun cair memiliki bentuk yang menarik

dan lebih praktis dibandingkan sabun dalam bentuk padatan. Sabun

5
6

antiseptik yang beredar di pasaran apabila sering digunakan dalam rentang

waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping dan iritasi kulit

(Sharma et al., 2016 dalam Sari & Ferdinan, 2017).

2.2 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas merupakan kadar asam lemak bebas yang

terkandung dalam lemak atau lemak yang telah terlepas dari

trigliseridanya. Asam lemak bebas ada dalam minyak karena hidrolisis

minyak yang disebabkan oleh adanya air dalam minyak atau karena saat

pengolahan minyak dan penyimpanannya (Ulfa et al., 2017).

Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati

dapat menjadi salah satu parameter penentu kualitas minyak tersebut.

Besarnya asam lemak bebas dalam minyak ditunjukan dengan nilai angka

asam. Angka asam yang tinggi mengindikasikan bahwa asam lemak bebas

yang ada di dalam minyak nabati juga tinggi sehingga kualitas minyak

justru semakin rendah (Winarno, 2004 dalam Sopianti et al., 2017).

2.3 Sodium Benzoat

Sodium benzoat atau dikenal dengan natrium benzoat

(C6H5COONa) merupakan garam atau ester dari asam benzoat secara

komersial yang dibuat dengan sintesis kimia. Sodium benzoat termasuk zat
7

pengawet organik yang berwarna putih, tanpa bau, bubuk kristal atau

serpihan. Sifat fisiknya adalah lebih larut dalam air dan juga dapat larut

alkohol [ CITATION Nur12 \l 1033 ].

Asam benzoat, sodium benzoat, asam para hidro benzoat dan

turunannya merupakan kristal putih yang dapat ditambahkan secara

langsung ke dalam makanan atau dilarutkan terlebih dahulu di dalam air,

oleh karena itu lebih sering digunakan dalam bentuk garamnya yaitu

sodium benzoat [ CITATION Pat13 \l 1033 ].

Sodium benzoat memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang dapat

menghambat pertumbuhan kapang dan khamir dengan cara

menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang [ CITATION Nur12 \l

1033 ]. Dalam industri makanan, sodium benzoat, kalium sorbet dan

natrium nitrit sering digunakan sebagai pengawet. Sodium benzoat adalah

pengawet yang banyak digunakan dalam industri makanan. Hal ini

digunakan sebagai agen antijamur, untuk pengawet margarin, jus dan

permen. Komisis Eropa membatasi untuk penggunaan asam benzoat dan

sodium benzoat dalam makanan adalah 0,015-0,5% [ CITATION Mai15 \l

1033 ]
DAFTAR PUSTAKA

Gusviputri, A., S, N. M. P., Aylianawati, & Indraswati, N. (2013). Pembuatan

Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Antiseptik Alami. Widya

Teknik, 12(1), 11–21.

Sari, R., & Ferdinan, A. (2017). Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari

Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. Pharmaceutical Sciences and Research,

4(3), 111–120. https://doi.org/10.7454/psr.v4i3.3763

Sopianti, D. S., Herlina, & Saputra, H. T. (2017). Penetapan Kadar Asam Lemak

Bebas Pada Minyak Goreng. Journal Katalisator, 2(2), 100–105.

https://doi.org/10.1021/j100341a009

Ulfa, A., Retnaningsih, A., & Aufa, R. (2017). Penetapan Kadar Asam Lemak

Bebas Pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Zaitun

Kemasan Secara Alkalimetri. Jurnal Analis Farmasi, 2(4), 242–250.

Widyasanti, A., & Zain, A. Y. R. S. (2017). Pembuatan Sabun Cair Berbasis

Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Penambahan Minyak Melati (Jasminum

Sambac) Sebagai Essential Oil. Jurnal Teknotan, 11(2), 1–10.

Dapus dari Sodium Benzoat

8
9

Maidah. (2015). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Natrium Benzoat, Boraks dan Formalin
dalam Berbagai Makanan Olahan yang Terdapat di Lingkungan Sekolah Daar
Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Nurhayati, Siadi, K., & Harjono. (2012). Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan Lama
Penyimpanan pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat. Indonesian Journal of
Chemical Science, 158-163.

Patong, & A, R. (2013). Analisis Kimia Pangan Cetakan Pertama. Makassar: Dua Satu
Press.

Anda mungkin juga menyukai