Anda di halaman 1dari 16

KONDUKTOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan titik ekivalen dari titrasi dengan cara mengukur daya hantar
listrik suatu larutan elektrolit.
- Mengetahui hubungan antara penambahan pentiter terhadap daya hantar
listrik secara konduktometri.

II. TEORI
Bahan-bahan yang dapat mengalirkan arus listrik disebut konduktometer. Ada dua
jenis konduktor yaitu :
a. Konduktor elektronik
Disini tidak terjadi pemindahan materi pada waktu arus dilewatkan. Arus
disebakan adanya muatan negatif hanya dalam satu arah.
Contoh : kawat, kawat logam.
b. Konduktor elektrolik
Disini arus mengalir disertai dengan perpindahan materi. Muatan negatif dan
muatan positif bergerak dalam arah yang berlawanan.
Contoh : lelehan garam larutan asam, basa dan garam dalam air.

Berdasarkan kenyataan bahwa berbagai ion-ion berbeda banyak, titrasi dapat


dilakukan dengan pengukuran hantaran.
Titrasi konduktometri adalah suatu titrasi fisikokimia yang mana titrasi ini
dilakukan apabila kita menemukan kesulitan dalam menentukan titik ekivalen dengan
titrasi biasa, karena adanya halangan antara lain :
- larutan sampel sudah berwarna
- larutan sampel keruh
- perubahan warna pada titik ekivalen tidak jelas.
Prinsip kerja konduktometri :
1. Kecepatan ion H+ jauh lebih besar dari pada ion-ion positif lainnya.
2. Kecepatan OH- jauh lebih besar dari pada ion-ion lainnya.

Grafik titrasi konduktometri :


A. Titrasi asam kuat oleh basa kuat.
Setiap x grek MOH yang ditambahkan akan mengikat x grek ion H + yang ada
dalam larutan, sehingga ion H+ yang cepat akan diganti oleh ion M+ yang lambat.
Atau nilai akan berkurang terus sampai tercapai suatu titik ekivalen. Pada saat itu
hanya ada larutan elektrolit MA.
Bentuk kurva titrasinya :

A C

L
B

Volume pentiter

B. Titrasi asam lemah oleh basa kuat.


Banyak ion H+ pada mulanya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ion H + pada
gambar diatas, sebab asam lemah tidak dapat terdisosiasi sempurna. Disamping
itu dengan penambahan basa kuat terbentuk garam dari basa kuat, yang dengan
kelebihan asam lemah (yang belum dititrasi) akan membentuk suatu sistem buffer,
sehingga setiap kontribusi K yang besar dari ion H+ akan ditahan oleh sistem
buffer (diperkecil karena adanya ion senama).
C

L
A B Volume pentiter
C. Titrasi asam kuat oleh basa lemah.
Dari A ke B terjadi penurunan hantaran. Hal ini disebabkan karena penggantian
ion H+ yang cepat oleh M+ yang lambat. Dari B ke C dengan penambahan basa
lemah berlebihan ke dalam larutan garamnya dengan basa kuat akan terbentuk,
sehingga tidak terjadi penambahan hantaran-hantaran oleh ion OH- secara tajam.
A

B C
Volume pentiter

D. Titrasi asam lemah oleh basa lemah.


Dari A ke B hantaran akan turun, sebab terionisasi akan lemah ditahan oleh sistem
buffer yang ada. Garam yang terbentuk akan semakin banyak. Maka jumlah ion-
ion dalam larutan akan bertambah sehingga hantaran akan naik dari B ke C.
sedangkan pada daerah C ke D terjadi penambahan hantaran yang tidak begitu
besar sebab dalam larutan terdapat basa lemah berlebihan dengan yang kecil.
Bentuk kurvanya :

D
C
L A

B
Volume pentiter
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan :
- Seperangkat alat konduktometer - Natrium hidroksida, NaOH
- Buret - Asam klorida, KCl
- Labu ukur - Asam asetat, CH3COOH
- Gelas piala - Aquadest
- Pipet gondok
- Batang Pengaduk

3.2 Cara kerja


3.2.1 Pengukuran Daya Hantar Listrik
a. Pasang dengan peralatan konduktometer dan celupkan sistem sistem elektroda ini
pada larutan aquadest.
b. Hidupkan alat dengan memutar tombol function dari posisi off ke line. Biarkan
alat stabil selama lebih kurang 5 menit.
c. Minimumkan tombol sensitifity, amati indicator alat, atur range selektor sampai
didapatkan posisi paling jarak terjauh pada bayangan sistem indikatornya.
d. Sensitifity dimaksimumkan lalu atur tombol drive sedemikian rupa sampai
didapat posisi maksimum pengamatan bayangan pada sistem indikator.
e. Baca dan catat nilai skala yang ditunjukkan. Nilai DHL merupakan nilai skala di
kalikan dengan nilai factor pada range yang terpilih.
f. Siapkan dengan memipet 5 mL larutan HCl 0,1 N, masukkan kedalam beker
gelas, tambahkan aquadest sampai volumenya menjadi 50 mL.
g. Celupkan elektroda dan lakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan tahapan
penambahan pentiter tiap 0,5 mL sampai didapatkan kenaikan nilai DHL, dalam
hal ini dibutuhkan minimal 5 data kenaikan sebelum titrasi dihentikan.
h. Daya hantar terkoreksi didapat dengan memasukkan faktor pengenceran pada tiap
tahapan titrasi yakni :
DHLterkoreksi = DHLterbaca x Vo + v
Vo
i. Buat kurva titasi antara DHL terkoreksi vs volume pentiter. Didapatkan dua pola
garis perobahan DHL sebelum dan sesudah titik eqivalensi dimana garis ini akan
berpotongan pada satu titik, titik inilah merupakan titik eqivalensi titras kita.
j. Lakukan hal yang sama dengan larutan asam asetat 5 mL dan selanjutnya larutan
tugas Cx yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

F. Daniel. R. A Alberty. PHYSICAL CHEMISTRY, 4 th ed John Willey Sons. New York.


Page 191 – 211.

Risda Salim. DASAR-DASAR TITRASI ASAM BASA SECARA


KONDUKTOMETRIS. Unand. Padang. 1984. Hal 6 – 18.

Theresia Sita Kusuma, Dra. ELEKTROKIMIA. FMIPA. Unand. Padang. 1984. Hal
11– 12.
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM CARA PEMISAHAN ELEKTROANALISA
KONDUKTOMETRIS

Oleh:

NAMA : DERISA PRIAINI


NO.BP : 06 132 009
HARI / TGL PRAKTIKUM : RABU / 10 DESEMBER 2004
KELOMPOK :V
REKAN KERJA : RENNY HANDAYANI (06 132 010)
SHINTA YULIA (06 132 011)
KURNIA RAHMI (06 132 024)
SUCI WARDHANI (06 132 042)
ASISTEN : M.AZIZ SETIAWAN

LABORATORIUM INSTRUMEN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2008
IV. DATA DAN PERHITUNGAN
- HCl 0,1 = 5 mL

- As. Asetat = 5 mL

- Vo = 50 mL

- pentiter yang dipakai adalah NaOH


- Menghitung daya hantar digunakan rumus :
DHLterkoreksi = DHLterbaca x Vo + v
Vo
 Untuk HCl 0,1 N
DHLterkoreksi = 1,1 x 104 x 50 mL + 0 mL
50 mL
= 1,1 x 104
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
ML NaOH DHLterbaca ( x 104 ) DHLterkoreksi ( x 104 )
0,5 1,05 1,061
1,0 1,00 1,02
1,5 0,95 0,98
2,0 0,93 0,97
2,5 0,90 0,95
3,0 0,89 0,94
3,5 0,85 0,90
4,0 0,80 0,86
4,5 0,70 0,76
5,0 0,61 0,67
5,5 0,50 0,56
6,0 0,51 0,57
6,5 0,51 0,58
7,0 0,53 0,60
7,5 0,53 0,61
8,0 0,55 0,64
8,5 0,60 0,70
9,0 0,65 0,77
9,5 0,70 0,83
10,0 0,90 1,08

 Untuk asam asetat


ML NaOH DHLterbaca ( x 104 ) DHLterkoreksi ( x 104 )
0,0 0,35 0,35
0,5 0,38 0,38
1,0 0,41 0,42
1,5 0,45 0,46
2,0 0,50 0,52
2,5 0,53 0,56
3,0 0,56 0,59
3,5 0,59 0,63
4,0 0,60 0,65
4,5 0,67 0,73
5,0 0,70 0,77
5,5 0,72 0,79
6,0 0,76 0,85
6,5 0,79 0,89
7,0 0,69 0,77
7,5 0,65 0,75
8,0 0,86 0,99
8,5 1,1 1,29
9,0 1,12 1,32
9,5 1,14 1,36
10,0 1,15 1,38

 Untuk sampel

mL NaOH DHLterbaca ( x 104 ) DHLterkoreksi ( x 104 )


0,0 0,35 0,35
0,5 0,35 0,35
1,0 0,35 0,36
1,5 0,34 0,35
2,0 0,33 0,34
2,5 0,32 0,34
3,0 0,22 0,23
3,5 0,21 0,22
4,0 0,20 0,21
4,5 0,39 0,43
5,0 0,40 0,44
5,5 0,40 0,44
6,0 0,40 0,45
6,5 0,41 0,46
7,0 0,43 0,49
7,5 0,45 0,52
8,0 0,48 0,56
8,5 0,50 0,58
9,0 0,51 0,60
9,5 0,65 0,77
10,0 0,70 0,84

Pada grafik didapatkan titik ekivalen, dimana yang dipakai adalah standart HCl.
Titik ekivalen pada penambahan NaOH 5,5 mL, maka konsentrasi HCl dapat dicari :
V1 x N1 = V2 x N2
5 mL x 0,1 N = 50 mL x N2
N2 = 0,01 N

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami melakukan percobaan ini yaitu “konduktometri” dimana
larutan yang digunakan adalah HCl 0,1 N 5 mL yang dilarutkan dengan aquadest dalam
labu ukur 50 mL. Kemudian elektroda dicelupkan kedalam larutan tersebut. Dan larutan
HCl tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 dengan tahap penambahan pentiter tiap 0,5 mL
sampai dengan 10 mL. Titik ekivalen terjadi pada penambahan pentiter sebanyak 7,0 mL.
Yang ditandai dengan naiknya nilai DHL yang terbaca.

Hal yang sama juga kami lakukan pada Asam asetat 5 mL dalam labu ukur 50 mL,
dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Sedangkan sampel yang diberikan oleh asisten menurut
kami adalah asam lemah. Karena dapat dilihat dari kurva yang didapat sama dengan
kurva titrasi antara asam lemah dengan basa kuat.

Pada percobaan ini terdapat berbagai kendala, diantaranya :


- NaOH yang dipakai tidak standar, seharusnya NaOH itu distandarisasi terlebih
dahulu dengan larutan standart primer seperti asam oksalat.
- Alat yang digunakan tidak stabil sehingga terjadi kesalahan pada waktu
pengamatan.
- Sulitnya melihat posisi bayangan yang maksimum pada sistem indikator.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
- Titrasi konduktometri ini didasarkan pada pengukuran hantaran
yang terjadi dari suatu larutan.
- Prinsip kerja dari konduktometri adalah kecepatan ion H+ jauh
lebih besar dari ion positif lainnya dan kecepatan ion OH- jauh
lebih besar dari ion negatif lainnya.
- Titik ekivalen terukur dalam bentuk hantaran.
- Konsentrasi larutan standar = 0,01 N
b. Saran
Untuk mendapatkan mengukuran daya hantar yang lebih akurat dan
hasil yang memuaskan maka disarankan agar :
1. Pahami cara kerja dan prinsip kerja
2. Set K nya harus bernilai 0,97
3. Teliti dalam pembacaan skala

3.2 SKEMA KERJA

Hidupkan alat

Celupkan elektroda pada aquadest

Set K sampai nilainya 0,97

Atur range sampai 20 MOHS

Untuk mengukur daya hantar pindahkan posisi ke

kond

Larutan sampel (HCl 0,1 N 5 ml + H2O sampai V=50 ml)

Titrasi dengan NaOH 0,1 N


Lakukan hal yang sama,ganti larutan dengan asam asetat 5

ml

Lakukan dengan cara yang sama untuk larutan sampel

Hitung hantaran listriknya dengan rumus :

DHL terkoreksi = DHL terbaca x Vo + V

Vo

V. PEMBAHASAN

Konduktometris adalah suatu metoda analisis yang berdasarkan


kepada pengukuran daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sepasang
elektroda inert yang mempunyai luas penampang (A) dan jarak tertentu (d).
Adapun prinsip dari percobaan praktkum ini adalah kecepatan ion H + jauh
lebih besar dari ion positif lainnya dan kecepatan ion OH- jauh lebih besar
dari ion negatif lainnya.
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan ini yaitu
“konduktometri” dimana larutan yang digunakan adalah HCl 0,1 N 5 mL
yang dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 50 mL. Kemudian
elektroda dicelupkan kedalam larutan tersebut. Dan larutan HCl tersebut
dititrasi dengan NaOH 0,1 dengan tahap penambahan pentiter tiap 0,5 mL
sampai dengan 10 mL.Hal yang sama juga dilakukan pada asam asetat 5 ml
dalam labu ukur dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan titik
ekivalen dari titrasi dengan cara mengukur daya hantar listrik suatu larutan
elaktrolit.
Pada percobaan ini terdapat berbagai kendala, diantaranya :
- NaOH yang dipakai tidak standar, seharusnya NaOH itu
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standart primer
seperti asam oksalat.
- Alat yang digunakan tidak stabil sehingga terjadi kesalahan pada
waktu pengamatan.
.

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM CARA PEMISAHAN ELEKTROANALISA
KONDUKTOMETRIS

Oleh:

NAMA : DERISA PRIAINI


NO.BP : 06 132 009
HARI / TGL PRAKTIKUM : RABU / 10 DESEMBER 2008
KELOMPOK :V
REKAN KERJA : RENNY HANDAYANI (06 132 010)
SHINTA YULIA (06 132 011)
KURNIA RAHMI (06 132 024)
SUCI WARDHANI (06 132 042)
ASISTEN : M.AZIZ SETIAWAN
LABORATORIUM INSTRUMEN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2008

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan :
- Seperangkat alat konduktometer

- Natrium hidroksida,

- Buret

- Asam klorida, KCl

- Labu ukur

- Asam asetat, CH3COOH

- Gelas piala

- Aquadest

- Pipet gondok

- Batang Pengaduk
3.2 Skema Kerja
Hidupkan alat

Celupkan elektroda pada aquadest

Set K sampai nilainya 0,97

Atur range sampai 20 MOHS

Untuk mengukur daya hantar pindahkan posisi ke

kond

Larutan sampel (HCl 0,1 N 5 ml + H2O sampai V=50 ml

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

Lakukan hal yang sama,ganti larutan dengan asam asetat 5

ml

Lakukan dengan cara yang sama untuk larutan sampel

Hitung hantaran listriknya dengan rumus :

DHL terkoreksi = DHL terbaca x Vo + V

Vo

Anda mungkin juga menyukai