Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum KI 2221

Cara Pemisahan dan Elektrometri


Percobaan 1
IDENTIFIKASI ASAM LEMAH DENGAN TITRASI
POTENSIOMETRI

Nama : Fahmi Ihza Alghiffary


NIM : 10516006
Kelompok :1
Tanggal Percobaan : 06 Februari 2018
Tanggal Pengumpulan: 13 Februari 2018
Asisten : Ganjar
Aviv

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
IDENTIFIKASI ASAM LEMAH DENGAN TITRASI POTENSIOMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan massa molekul relatif sampel asam lemah yang dititrasi.
2. Menentukan nilai Ka sampel asam lemah yang dititrasi.
3. Mengidentifikasi sampel asam lemah dengan data Mr dan Ka yang diperoleh.

II. Dasar Teori


Asam lemah merupakan asam yang terdisosiasi secara tidak sempurna di
dalam air. Sifat tersebut menghasilkan suatu kesetimbangan antara spesi asam
yang belum terdisosiasi dengan basa konjugatnya. Jika dititrasi dengan basa kuat,
larutan asam lemah akan membuat sistem buffer yang akan mengikuti persamaan
berikut:
𝑛 𝐻𝐴
𝑝𝐾𝑎 = 𝑝𝐻 + log
𝑛 𝐴−
Pada saat asam lemah mencapai kesetimbangan, konsentrasi HA dan A- akan
sama sehingga pKa = pH. Hal tersebut terjadi pada ½ volume titik ekivalen. Maka
jika diketahui titik ekivalen, dapat ditentukan massa molekul relatif dan nilai Ka
asam lemah tersebut.

III. Alat dan Bahan


Alat:
- Labu takar 250 mL - Elektroda gelas
- Pipet ukur 25 mL dan 50 mL - Elektroda pembanding
- Buret 10 mL - Batang pengaduk magnet
- pH meter - Peralatan kaca
Bahan:
- Larutan buffer pH 7 dan pH 4
- Sampel asam lemah
- Larutan NaOH 0.1 M
- Aqua DM
IV. Cara Kerja
Sampel asam lemah ditimbang sebanyak 0.3 gram dan dilarutkan di dalam gelas
kimia dengan sedikit air. Larutan lalu dipindahkan ke dalam labu takar berukuran
250 mL dan diencerkan sampai batas. Setelah larutan diperoleh, pH meter
dikalibrasi dengan cara mengukur pH larutan buffer pH 7 dan pH 4. Pengukuran
akan menghasilkan nilai slope. Larutan sampel asam lemah diambil sebanyak 50
mL ke dalam gelas kimia yang sesuai dan dimasukkan ke dalamnya batang
pengaduk magnet. Elektroda gelas dan pembanding juga dimasukkan agar
diperoleh pH larutan awal. Dimasukkan larutan NaOH 0.1 M ke dalam buret yang
dipasang di atas larutan sampel asam lemah. Pengukuran pH larutan dilakukan
setiap penambahan 0.5 mL larutan NaOH. Ketika mendekati titik ekivalen,
penambahan larutan NaOH dikurangi menjadi 0.1 mL. Data yang diperoleh dibuat
table dan kurvanya. Kurva yang dibuat berupa kurva pH terhadap volume, kurva
turunan pertama, dan kurva turunan keduanya.

V. Data Pengamatan

Massa sampel asam lemah = 0.3078 gram

MNaOH = 0.0981 M

Slope = 81.5

Tabel hasil titrasi:

VNaOH (mL) pH ΔpH ΔV V’ d(pH)/dV V" d2(pH)/d(V)2

0 1,55 0,01 0,5 0,25 0,02 0,5 0,12

0,5 1,56 0,04 0,5 0,75 0,08 1 0


1 1,6 0,04 0,5 1,25 0,08 1,5 0,2

1,5 1,64 0,09 0,5 1,75 0,18 2 -0,24

2 1,73 0,03 0,5 2,25 0,06 2,5 0,16

2,5 1,76 0,07 0,5 2,75 0,14 3 0,16

3 1,83 0,11 0,5 3,25 0,22 3,5 -0,24

3,5 1,94 0,05 0,5 3,75 0,1 4 1,04

4 1,99 0,31 0,5 4,25 0,62 4,5 -0,12

4,5 2,3 0,28 0,5 4,75 0,56 5 -0,2

5 2,58 0,23 0,5 5,25 0,46 5,5 -0,08

5,5 2,81 0,21 0,5 5,75 0,42 6 0,24

6 3,02 0,27 0,5 6,25 0,54 6,5 -0,48

6,5 3,29 0,15 0,5 6,75 0,3 7 0,2

7 3,44 0,2 0,5 7,25 0,4 7,5 0,4


7,5 3,64 0,3 0,5 7,75 0,6 8 1,16

8 3,94 0,59 0,5 8,25 1,18 8,425 3,54

8,5 4,53 0,59 0,2 8,6 2,95 8,7 14,75

8,7 5,12 1,18 0,2 8,8 5,9 8,9 50,75

8,9 6,3 3,21 0,2 9 16,05 9,175 -68,65

9,1 9,51 1,16 0,5 9,35 2,32 9,6 -2,52

9,6 10,67 0,53 0,5 9,85 1,06 10,1 -1,04

10,1 11,2 0,27 0,5 10,35 0,54 10,6 -0,4

10,6 11,47 0,17 0,5 10,85 0,34 11,1 -0,36

11,1 11,64 0,08 0,5 11,35 0,16 5,675 -0,32

11,6 11,72
Grafik Titrasi Potensiometri
15

10
pH

0
0 2 4 6 8 10 12 14

V NaOH (mL)

Gambar 1. Kurva pH terhadap V NaOH.

Grafik Turunan Pertama Titrasi


Potensiometri
20
d(pH)/d(V)

15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12

V’

Gambar 2. Kurva turunan pertama terhadap kurva pada gambar 1.

Grafik Turunan Kedua Titrasi Potensiometri


100
d^2(pH)/d(V)^2

50

0
0 2 4 6 8 10 12
-50

-100
V”

Gambar 3. Kurva turunan kedua terhadap kurva pada gambar 1.


VI. Perhitungan dan Pengolahan Data

-Dari data yang diperoleh pada kurva turunan pertama, diperoleh titik ekivalen terjadi
pada penambahan larutan NaOH sebanyak 8.9 mL, maka:
0.0981 mol
nNaOH = × 8.9 × 10−3 L = 8.7309 × 10−4 mol
1L

-Kurva titrasi menujukkan bahwa sampel asam lemah bersifat monoprotic sehingga
diperoleh reaksi dan perbandingan mol:
NaOH(aq) + HA(aq) → NaA(aq) + H2O(l)
nHA (dalam gelas kimia) = nNaOH
= 8.309 x 10-4 mol
nHA (yang dilarutkan) = nHA (dalam gelas kimia) x faktor aliquot
= 8.309 x 10-4 mol x 250 mL/50 mL
= 4.355 x 10-3 mol

-Diperoleh massa molekul relatif sampel asam lemah sebesar:


Mr (sampel) = 0.3078 gram / 4.355 x 10-3 mol
= 70.51 g/mol

-Volume pKa diketahui sebesar ½ volume ekivalen sehingga:


VpKa = ½ x 8.9 mL
= 4.45 mL

-Melihat data pada tabel, pada volume penambahan 4.45 mL, pH larutan kurang lebih
sebesar 2.3, sehingga Ka sampel asam lemah sebesar:
pKa = 2.3
Ka = - log pKa
= 10-2.3
= 5.012 x 10-3
VII. Pembahasan
Titrasi potensiometri merupakan metode analisis yang relatif cepat dan akurat
dibanding metode analisis yang lain seperti titrasi biasa. Pengukuran pH pada setiap
rentan penambahan titran akan membentuk suatu kurva. Kurva yang dibentuk dari
hasil titrasi akan menghasilkan titik ekivalen dengan membuat kurva turunan
pertama dan keduanya. Titik sebelum puncak pada kurva turunan pertama
menandakan volume di mana titik ekivalen terjadi. Dengan perhitungan yang
sederhana diperoleh pH lalu dapat ditentukan Ka asam lemah dan massa molekul
relatifnya,
Titrasi potensiometri menggunakan elektroda gelas yang bekerja dengan cara
mendeteksi perbedaan konsentrasi ion tertentu. Pada elektroda ini terdapat
membran kaca yang ketika dicelupkan ke suatu larutan akan menghasilkan difusi
pada membran kaca tersebut dan menghasilkan suatu beda potensial. Pada
percobaan ini elektroda yang digunakan adalah untuk mendeteksi konsentrasi ion
H+. Perbedaan potensiaal yang dihasilkan akan dideteksi oleh pH meter dan
memunculkan nilai pH yang akurat.
Pada percobaan ini diperoleh besar massa molekul relatif sebesar 70.51 g/mol
dan nilai Ka sebesar 5.012 x 10-3. Melihat nilai Mr yang diperoleh, terdapat
beberapa asam yang mendekati nilai Mr tersebut yakni, asam propiolat (70.05
g/mol) dan asam propionat (74.08 g/mol), namun keduanya tidak berfasa padatan
pada suhu ruangan dan Ka keduanya juga jauh dari yang diperoleh paa percobaan.
Jika berangkat dari nilai Ka yang diperoleh, terdapat asam arsen dengan Ka1
sebesar 5.0 x 10-3. Asam ini sudah tentu bukan sampel asam lemah yang dianalisis
karena kurva titrasi yang diperoleh menunjukkan asam lemah yang monoprotik,
sedangkan asam arsen merupakan asam yang triprotik. Asam glikolat di sisi lain
memiliki Mr sebesar 76 g/mol dan Ka sebesar 1.48 x 10-4, namun tanpa
diketahuinya sifat lain dari sampel yang dianalisis, tidak dapat disimpulkan bahwa
asam glikolat ini merupakan zat yang dicari.
Terdapat juga kemungkinan bahwa sampel asam lemah yang dianalisis
merupakan garam dari suatu asam diprotik. Jika berangkat agak jauh dari Mr dan
Ka yang diperoleh pada percobaan, terdapat natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan
Mr sebesar 84 g/mol dan Ka sebesar 4.8 x 10-11. Dari kedua nilai tersebut sudah
terlihat bahwa hasil percobaan sangat jauh dengan kedua nilai tersebut. Garam dari
asam lemah diprotic yang lain sudah memiliki nilai Mr dan Ka2 yang sangat
berbeda dengan hasil percobaan. Tanpa adanya informasi lain mengenai sifat kimia
sampel yang dianalisis, sangatlah sulit untuk dengan akurat menentukan senyawa
tersebut hanya dengan mengandalkan nilai Ka dan Mr.

VIII. Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan ini, diperoleh bahwa sampel asam lemah
yang dianalisis memiliki besar massa molekul relatif sebesar 70.51 g/mol dengan
Ka sebesar 5.012 x 10-3. Rumus molekul yang pasti mengenai sampel asam lemah
ini belum dapat diidentifikasi karena kurangnya informasi mengenai sifat kimia
sampel. Hal yang dapat diperoleh dari percobaan yang dilakukan adalah bahwa
sampel yang dianalisis merupakan asam lemah monoprotic ataupun garam
pertama dari asam lemah diprotik.

IX. Daftar Pustaka


Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., ‘Analytical Chemistry: An Introduction’,
6th edition, Sounders College Publishing, Philadelphia, 1994, p. 328-356.
Kennedy, J. H., ‘Analytical Chemistry: Principles’, 2nd edition, Sounders College
Publishing, New York, 1990.

Anda mungkin juga menyukai