Anda di halaman 1dari 13

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

Tahun Ajaran 2010/2011


Kelompok Senin Pagi

ARGENTOMETRI

I. TUJUAN
1. Mempelajari dan memahami analisa volumetri yang berdasarkan pada titrasi
argentometri dengan metoda mohr dan volhard
2. Menentukan konsentrasi (kenormalan) larutan klorida dengan cara mohr dan
volhard.

II. TEORI
Titrasi argentometri adalah suatu analisa volumetri yang berdasarkan pengendapan
dengan AgNO3 sebagai larutan standard. Penentuan klor, brom dapat dilakukan
dengan mentitrasi halogenida tersebut dengan AgNO3 dengan menggunakan indikator
kalium kromat. Ion kromat akan bereaksi dengan in Ag+ bila seluruh Cl- telah
diendapkan secara kuantitatif oleh ion Ag+, sehingga titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya endapan merah dari Ag2CrO4.
Reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl
2Ag+ + CrO4- Ag2CrO4
Dalam reaksi pengendapan ini terjadi reaksi antara zat pentitar dan zat yang
dititar atau senyawa yang akan ditentukan hasilnya berupa endapan yang sukar larut
dalam air. Oleh karena itu kepekatan berupa endapan kurang lama terjadinya ptoses
titrasi. Sehingga dapat menimbulkan perubahan yang besar pada titik ekivalen dengan
bantuan indikator.
Syarat terjadinya titrasi argentometri :
a. Kesetimbangan berlangsung cukup tepat
b. Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stoikiometri dengan zat pentitar
c. Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut
d. Penentuan titik akhir titrasi harus sesuai.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

Ketentuan dalam melakukan titrasi yang berdasarkan pembentukan endapan ini


adalah biasanya tidak ada reaksi samping walaupun kadang – kadang komposisi
endapan tidak diketahui.

Titrasi argentometri ini terbatas penggunaannya, hal ini disebabkan oleh :

a. Tidak adanya indikator yang sesuai dalam titrasi larutan encer


b. Kepekatan reaksi terlalu lambat
c. Susunan endapan sering kali tidak diketahui karena adanya pengaruh
kompresibilitas.

Penentuan klor dan brom dapat dilakukan dengan mentitrasi halogenida tersebut
dengan AgNO3 dengan menggunakan indikator K2CrO4. Ion kromat akan beraksi
dengan ion Ag+ bila seluruh Cl- telah diendapkan secara kauntitatif.

Titrasi argentometri menggunakan 3 metoda, yaitu :


1. Argentometri metoda Mohr
Argentometri metoda mohr disebut juga dengan argentometri langsung karena
zat yang akan ditentukan langsung dititrasi dengan larutan AgNO3 dengan
menggunakan indikator kromat. Cara mohr ini hanya dapat dipakai dalam
suasana asam atau sedikit basa (pH 7 – 10,5) tidak dapat digunakan untuk
menentukan iodida dengan thiosianat, hanya untuk menetapkan kadar klorida
atau bromida.
Dalam metoda mohr, titik akhir titrasi dianggap tercapai bila reaksi telah
memperlihatkan endapan kemerah – merahan.
Cl- + Ag+ AgCl putih
2Ag+ + CrO4- AgCrO4 merah

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

Jika larutan terlalu basa, maka Ag+ akan mengendap sehingga perak hidroksida
berubah menjadi perak oksida.

Ag+ + 2OH- AgOH Ag2CO3 + H2O

Ada beberapa akibat dari titrasi secara Mohr :

a. Apabila pH larutan lebih kecil dari 7 pada penentuan dengan cara Mohr,
maka indikator K2CrO4 akan berubah sebagian menjadi Cr2O7-2, sehingga
konsentrasi kromat menjadi berkurang dan akibatnya Ag2CrO4 tidak dapat
diamati
b. Apabila pH larutan lebih besar dari 10, maka dapat diamati endapan AgOH
yang terurai menjadi Ag2O, sehingga pemakain titran semakin banyak.
c. Cara ini tidak dapat diterapkan untuk penentuan iodida karena kelarutan
Ag+ yang terbentuk akan lebih besar dari Ag2CrO4 sehingga titik akhir akan
jauh sebelum titik ekivalen.

2. Argentometri metoda Volhard

Cara volhard menggunakan reaksi tidak langsung, ion perak dititrasi dengan
larutan NH2SCN, sebagai indikator digunakan ion Fe(III),
Reaksi :

Ag+ + SCN- AgSCN

Kelebihan pentiter setelah titik ekivalen diamati dengan Fe+3. Ion Fe+3
membentuk senyawa kompleks berwarna merah.

Fe+3 + SCN- [Fe(SCN)]+2

Yang larut dan mewarnai larutan semula yang tidak bewarna. Karena titrannya
SCN- dan reaksinya berlangsun dengan Ag+, maka dengan cara Volhard, titrasi
langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ atau SCN-, sedang untuk

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

anion – anion lain harus ditempuh dengan cara titrasi kembali : pada larutan X-
ditambahkan Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah keseluruhannya. Lalu
dititrasi untuk menentukan kelebihan Ag+ tersebut.

Mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX :

Ag+ (berlebih) + X- AgX

Ag+ (kelebihan) + SCN- (titran) AgSCN

SCN- + AgX(S) X- + AgSCN

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga
titik akhirnya melemah (warna berkurang). Konsentrasi indikator dalam titrasi
Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan titrat
maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.

3. Argentometri metoda Fajarns

Merupakan titrasi penentuan ion halide dengan larutan standard AgNO3 dengan
menggunakan indikator absorbsi.
Indikator absorbsi adalah senyawa organik yang diabsorbsi dan dilepaskan dari
permukaan zat padat selam titrasi pengendapan.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
1. Pipet gondok : Untuk memipet larutan
2. Labu ukur : Untuk mengukur larutan
3. Kaca arloji : Untuk meletakkan KI
4. Indikator K2CrO4 5%
5. Indikator Fe+3

3.1.2 Bahan :
1. Larutan Standar thiosianat : Pencuci
2. AgNO3 0,1 N : Larutan standar sekunder
3. Indikator Fe+3 : Indikator
4. Indikator K2CrO4 : Indikator

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

3.2 Skema Kerja


A. Penentuan secara Mohr

Mengencerkan larutan klorida

Pipet 10 mL dalam erlenmeyer


Menambahkan indikator K2CrO4 5 %
Titrasi dengan AgNO3 0,1 N

Samapai warna kuning merah tidak hilang

Menghitung kenormalan larutan klorida

B. Penentuan Klorida Secara Volhard

Memipet 10 mL (duplo) dalam erlenmeyer

Tambahkan larutan 25 mL AgNO3


berlebih
Menyaring endapan dan cuci endapan dengan asam nitrat encer
Ag+ dan filtrate + air cucian ditampung
pada erlenmeyer
Menambahkan titrasi dengan larutan standar thiosianat

Perubahan warna dari warna kuning merah

Menghitung kenormalan larutan klorida

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

3.3 Skema Alat

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data dan Perhitungan
a. Penentuan Secara Mohr
VN(Cl-) = VN(AgNO3)
100ml x N(Cl-) = 8,35 ml x 0,01
N(Cl-) = 0,00835 N
Volume sampel
V1 N1 = V2 N2
V1 X 0,1N1 = 100ml x 0,00835
V1 = 8,35ml
% kesalahan = 8 – 8,35 x 100% = 4,375 %
8
b. Penentuan Secara Volhard
konsentrasi Cl-
N Cl- = [Ag+] mula-mula – [Ag+]sisa = [CNS-]mula-mula- [CNS-]sisa
V sampel V sampel
= 0,25 – 0,00835
10
= 0,0045 N
Volume Sampel : (Volume sebenarnya adalah 8 mL)
V1N1 = V2N2
V1 = 100 ml x 0,0045 N = 4,5 ml
0,1 N
% kesalahan = 8 - 4,5 x 100% = 43,75%
8

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah titrasi argentometri, yaitu suatu analisa volumetri yang
didasarkan pada reaksi pengendapan dengan AgNO3 sebagai larutan standar. Dalam
praktikum ini, larutan yang dianalisa atau larutan yang ditentukan kenormalannya
adalah khlorida. Untuk menentukan kenormalan larutan khlorida dipakai dua cara,
yaitu cara Mohr dan cara Volhard. Dimana kedua cara ini dibedakan atau
digolongkan berdasarkan jenis indikator dan titrant yang digunakan.
Yang pertama, yaitu dengan cara Mohr. Pada metoda ini digunakan K 2CrO4
sebagai indikator dan AgNO3 sebagai titrannya. Pada metoda Mohr ini, titrasi yang
digunakan merupakan titrasi langsung. Dimana larutan Cl yang telah diencerkan dan
ditambahkan indikator K2CrO4 dititrasi langsung dengan AgNO3, sehingga pada saat
mencapai titik akhir titrasi terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning merah /
orange.
Sedangkan pada cara Volhard, yang digunakan sebagai indikator adalah Fe+3
dan titrannya adalah KSCN, titrasinya merupakan titrasi kembali. Setelah ditambah
larutan baku AgNO3 berlebih, dan endapan yang terbentuk itulah yang dititrasi
dengan larutan standar tiosianat, sehingga pada saat mencapai titik akhir titrasi,
terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning-merah.
Untuk titrasi dengan cara Mohr, harus dilakukan pada keadaan PH antara 6 –
10. Karena ini akan berpengaruh terhadap hasil titrasi karena akan menimbulkan
endapan jika dilakukan pada PH < 7 atau > 10. Sedangkan untuk cara Volhard,
dilakukan titrasi pada PH yang cukup rendah atau dalam suasana asam agar Fe+3 tidak
terhidrolisa. Persen kesalahan yang didapat pada percobaan A sebesar 4,375 % dan
pada percobaan B sebesar 43,75 %.
Faktor - faktor kesalahan diantaranya yaitu :
1. Penambahan indikator yang mungkin agak berlebihan sehingga sulit dilakukan
penentuan titik akhir titrasi yang sesuai.
2. Dalam melakukan penyaringan endapan yang kurang sempurna, juga dalam
pencucian sehingga filtratnya yang akan dititrasi kurang sempurna.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari percobaan titrasi argentometri yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Konsentrasi Cl- yang didapat dengan metoda Mohr adalah 0,00835
2. Volume Cl- yang didapatkan dengan metoda Mohr adalah 8,35 ml
3. Volume Cl- sebenarnya adalah 8 ml
4. Konsentrasi Cl- yang didapatkan dengan metode volhrd adalah 0,0045
5. Volume Cl- yang didapatka dengan metoda volhard adalah 8 ml
6. Metode mohr merupakan titrasi langsung
7. Metode volhard merupakan titrasi tidak Lngsung
8. Prinsip titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan

5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, disarankan kepada praktikan
selanjutnya agar :
1. Teliti dalam mengamati titik akhir titrasi.
2. Teliti dan hati-hati dalam pengenceran dan melihat titik akhir titrasi.
3. Dalam penambahan indikator harus tepat dan teliti sehingga mudah dalam
mengamati titik akhir titrasi.
4. Lakukan penyaringan dan pencucian endapan yang terbentuk dengan
sempurna.
5. Beri label nama setiap zat yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemakaian zat.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apabila titrasi secara Mohr berlangsung pada pH larutan besar dari 7 maka
kromat akan berubah menjadi bikromat.
2CrO4-2 + 2H+ Cr2O7_2 + 2H2O
Apabila dilakukan pada pH besar dari 10 larutan akan bersifat alkalis dan akan
terbentuk peroksida
2Ag+ + OH- AgOH
2AgOH Ag2O + H2O
Titrasi Mohr tidak dapat dipakai untuk penentuan iodida karena akan terbentuk
endapan KI yang menyerap air kromat,selain itu akan terjadi reaksi oksidasi
reduksi antara ion kromat dan iodida.

2. Ksp AgCl = 10-10


Ksp Ag2CrO4 = 2 x 10-12
Ag2CrO4 baru akan mengendap setelah AgCl mengendap seluruhnya karena AgCl
mempunyai kelarutan yang lebih kecil dari pada AgCrO4
AgCl Ag+ + Cl-
Ksp = [Ag+][Cl-]
10-10 = S2
S = [Ag+] = [Cl-] = 10-5
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4_2

2 x 10-12 = (10-5)2 x S

S = [CrO4-2] = 2 x 10-2

3. Pada metoda volhard titrasi dilakukan dengan penambahan AgNO3 berlebih dan
terukur karena seluruh Cl dalam larutan mengendap menjadi AgCl sehingga akan
diketahui kelebihan Ag, kemudian dititrasi kembali dengan tiosulfat yang disebut
dengan titrasi kembali.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

4. Ksp AgCl = 10-10 kelarutannya 10-5


Ksp AgSCN = 10-12 kelarutannya 10-6
Ksp AgSCN kecil dari Ksp AgCl akan mengendap lebih dahulu. Oleh karena itu
endapan AgCl yang terbentuk disaring dan dicuci dengan asam nitrat encer
kemudian ditambahkan indikator Fe3+. Larutan tersebut kemudian dititrasi
kembali dengan tiosianat hingga berubah warna dari kuning- merah

5. Pada saat terbentuknya endapan, larutan berada dalam keadaan tepat jenuh (Qc =
ksp). Apabila endapan ini tetap dibiarkan didalam larutanya, maka sebagianya
akan melarut kembali sehingga dgan SCN- akan bertambah. Ini menyebabkan
kesalahan titrasi bertambah besar.

argentometri
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
Tahun Ajaran 2010/2011
Kelompok Senin Pagi

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan Underwood.1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga


Harjudi , W 1983. Kimia Analitik Dasar. Jakarta: gramedia
Khopkar,S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI
Vogel 1985 . Analisis Kimia Kuantitatif Makro dan Semimikro Jakarta : media
pustaka.

argentometri

Anda mungkin juga menyukai