Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PAPER PEMETAAN LINGKUNGAN

INTERPRETASI CITRA PENGINDRAAN JAUH :

DASAR TEORI DAN APLIKASINYA

DISUSUN OLEH:

IBNU SUBAGIYO (19513045)

ORION RAZAK AUSY (19513046)

SEMESTER 4
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak nikmat
diantaranya nikmat sehat wal’afiat yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya. Serta
salam senantiasa terlimpah curah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan
iringan do’a semoga kita senantiasa menjadi hamba-Nya yang selalu bersyukur dan tetap
berada di jalan yang diridhoi Allah SWT.

Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pemetaan Lingkungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentulah banyak sekali kekurangan.
Dan tentunya tidak terlepas dari dukungan dan saran berbagai pihak yang telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala karunia dan nikmatnya.

2. Nabi Muhammad SAW sebagai sosok tauladan yang menjadi inspirasi.

3. Bapak Dr.-Ing. Ir. Widodo Brotowiyono, M.Sc. selaku dosen Pemetaan Lingkungan di
Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan dorongan serta
arahan dalam menyelesaikan makalah.

4. Rekan-rekan di kampus yang ikut berperan dan mendukung dalam pembuatan makalah ini
sehingga membuat makalah ini menjadi lebih baik.

Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi yang membacanya dan semoga segala bantuan serta pengorbanannya kepada penulis
selama ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 8 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I : Pendahuluan 4

1.1. Latar Belakang 4

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan 4

1.4. Manfaat 5

BAB II: Pembahasan 6

2.1.. Pengertian dan Tujuan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 6

2.2. Cara Interpretasi Citra Penginderaan Jauh secara Manual 6

2.3. Unsur-Unsur Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Aplikasinya 8

2.4. Konveregensi Bukti pada Interpretasi Citra Penginderaan Jauh 16

BAB III: Penutup 18

3.1. Kesimpulan 18

3.2. Saran 18
Daftar Pustaka19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Informasi tentang permukaan bumi yang semakin berkembang menyebabkan
kegiatan pemetaan di Indonesia semakin meningkat. Kegiatan pemetaan dapat dilakukan
dengan dua macam teknologi yaitu Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi
Geografi (SIG). Penginderaan jauh merupakan aktifitas penyadapan informasi tentang
obyek atau gejala di permukaan bumi tanpa melalui kontak langsung. Pada penginderaan
jauh menggunakan satelit akan menghasilkan data citra dan foto udara. Citra fotografik
adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan udara dengan menggunakan pesawat
terbang atau wahana terbang lainnya. Citra pada penelitian ini berguna sebagai data dasar
untuk mendapatkan data penggunaan lahan, dan data penggunaan lahan tersebut
digunakan untuk membuat peta perubahan penggunaan lahan.
Wahana penginderaan jauh beroperasi pada ketinggian tertentu dari paras bumi.
Oleh karena itu citra hasil perekaman wahana tersebut memperlihatkan kenampakan
objek di permukaan bumi dari bagian atasnya. Seperti misalnya kenampakan rumah pada
citra penginderaan jauh akan dominan terlihat pada bagian atapnya saja (terutama jika
sudut perekaman antara wahana dengan area perekaman bernilai kecil). Kemampuan
penafsiran yang tepat terhadap tampilan beragam objek dari bagian atas dengan
memperhatikan karakteristik objek tersebut, menjadi kunci penting dalam menghasilkan
informasi yang akurat dari citra penginderaan jauh, yang akan memberi manfaat terhadap
berbagai kepentingan kita.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dan tujuan dari interpretasi citra pengindraan jauh
2. Bagaimana cara menginterpretasikan citra secara manual
3. Apa saja unsur interpretasi citra penginderaan jauh dan aplikasinya
4. Apa itu konvergensi pada interpretasi citra penginderaan jauh

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan tujuan dari interpretasi citra penginderaan
jauh

4
2. Mengetahui cara menginterpretasi citra secara manual
3. Mengetahui unsur interpretasi citra penginderaan jauh dan aplikasinya
4. Memahami konvergensi interpretasi citra penginderaan jauh

1.4. MANFAAT
1. Meningkatnya pengetahuan tentang interpretasi citra penginderaan jauh
2. Meningkatnya kemampuan menginterpretasi citra penginderaan jauh

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Tujuan Interpretasi Citra Pengindraan Jauh


Menurut KBBI, secara bahasa interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat,
atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Secara singkat, Kamus Besar Bahasa
Indonesia juga mendefinisikan interpretasi sebagai tafsiran. Adapun citra menurut
KBBI adalah rupa, gambar, atau gambaran. Sehingga interpretasi citra
penginderaan jauh adalah  pemberian kesan, pendapat, atau tafsiran terhadap
beragam objek yang terdapat citra hasil perekaman sebuah wahana penginderaan
jauh.
Menurut John E. Estes dan David Simonett mendefinisikan interpretasi citra
penginderaan jauh sebagai perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar pada foto udara atau citra
tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya
mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu: deteksi, identifikasi, dan
analisis. Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan
digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam geografi, geologi,
lingkungan hidup, dan sebagainya.
Adapun tujuan dari interpretasi citra penginderaan jauh adalah untuk
mengidentifikasi suatu objek dan peran dari objek tersebut. Hal ini biasanya
mengacu kepada penggunaan didalam penginderaan jarak jauh (remote sensing).
Prinsip utama dalam interpretasi citra yaitu : lokasi, ukuran, bentuk, bayangan,
warna, tekstur, pola, ketinggian, dan situasi. Semua elemen tersebut digunakan
oleh pakar interpretasi citra yang dapat memperkirakan dengan cepat dan akurat.

2.2. Cara Interperetasi Citra Penginderaan Jauh Sccara Manual


Pengertian interpretasi manual adalah penafsiran secara visual beragam objek
yang terdapat pada citra penginderaan jauh, yang dilakukan manusia sebagai
interpreter. Kualitas hasil interpretasi secara manual sangat bergantung dari
kemampuan orang yang melakukan interpretasi. Pengalaman dalam melakukan
interpretasi beragam citra penginderaan jauh dengan tingkat akurasi dan validasi

6
yang tinggi, menjadi faktor penting dalam memperoleh hasil interpretasi yang
memuaskan. Selain itu, hasil interpretasi akan lebih baik lagi, jika seorang
interpreter dibekali data penunjang pada area yang hendak diinterpretasi seperti
data monografi, laporan penelitian, atau peta tematik hasil penafsiran yang telah
dilakukan sebelumnya beserta foto-foto yang memperlihatkan objek di area
tersebut.
Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang saat ini telah menghadirkan
foto udara dan citra satelit dengan resolusi spasial yang tinggi, membuat proses
interpretasi secara manual jauh lebih mudah dilakukan. Kenampakan objek yang
detail yang terlihat dari citra satelit resolusi sangat tinggi dan juga foto udara,
membuat interpreter tidak terlalu kesulitan memberikan penafsiran terhadap
beberapa objek, bahkan bagi mereka yang baru pertama kali melihat data tersebut.
Namun, untuk penyajian hasil interpretasi yang terutamanya berupa peta tematik,
proses interpretasi harus tetap dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman
melakukannya karena biasanya orang awam hanya dapat dengan tepat memberi
penafsiran terhadap objek-objek yang telah familiar dengan mereka, serta tidak
memiliki pengetahuan tentang standar klasifikasi tutupan atau penggunaan lahan
dari suatu badan tertentu.
Tahapan Interpretasi Manual
Terdapat 4 tahapan dalam melakukan interpretasi secara manual, yakni:
1). Deteksi: pengamatan atas terdapatnya objek yang terdapat pada citra
penginderaan jauh.
2). Identifikasi: upaya memberi penafsiran terhadap objek pada citra
penginderaan jauh yang dilihat dari unsur-unsur utama spasial, spektral, serta
kondisi temporalnya, seperti dilihat dari rona, warna, bentuk, pola, serta hal
lainnya.
3). Analisis dan Deduksi: pengambilan kesimpulan terhadap suatu objek yang
telah diidentifikasi pada citra penginderaan jauh.
4). Klasifikasi: pengelompokkan objek-objek pada citra penginderaan jauh
yang telah kita tafsirkan, dengan penyajian informasinya dapat dalam bentuk peta
tematik, tabel, atau grafik.
Pada tahapan akhir ini, untuk mengetahui tingkat akurasi dari hasil klasifikasi
objek yang terdapat pada citra penginderaan jauh, maka alangkah baiknya
dilakukan proses uji akurasi dengan melakukan pengecekan langsung ke lapangan.

7
Jika terdapat kesalahan penafsiran terhadap sebuah objek setelah dilakukan
pengecekan lapangan, maka dilakukan perbaikan serta reklasifikasi, serta
selanjutnya dilakukan uji validasi.

2.3. Unsur-Unsur Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan


Aplikasinya
Terdapat 9 unsur interpretasi yang dikelompokkan kedalam 4 tingkatan
piramida, yang disusun berdasarkan tingkat kesulitan dalam melakukan
interpretasi, seperti diperlihatkan gambar di bawah ini:

Penjelasan mengenai unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh yang


terdapat pada piramida, adalah sebagai berikut:
 Rona
Rona merupakan tingkat kecerahan atau tingkat kegelapan atau dapat juga
dikatakan sebagai tingkat gradasi keabuan suatu objek pada citra penginderaan
jauh. Penafsiran objek pada citra penginderaan jauh dengan menggunakan unsur
rona, dapat dilakukan pada citra berwarna hitam putih, seperti contohnya citra
pankromatik. Saat ini sendiri sudah sangat langka suatu wahana penginderaan
jauh menghasilkan citra dalam tampilan warna hitam putih.

8
Untuk lebih memahami mengapa sebuah citra yang dihasilkan oleh suatu
wahana penginderaan jauh berwarna hitam putih, maka kita harus mengetahui
cara sebuah citra diperoleh. Faktor waktu pengambilan data (pagi, siang, atau
sore), keadaan cuaca saat perekaman data (cerah atau berkabut), arah datangnya
matahari, serta beberapa faktor lainnya, merupakan faktor lain yang
mempengaruhi tampilan rona pada citra satelit.
 Warna
Warna merupakan wujud yang terlihat oleh mata pada spektrum
elektromagnetik tertentu. Sebagai contoh, suatu objek akan terlihat kuning oleh
mata, jika banyak menyerap gelombang biru, dan memantulkan gelombang hijau
dan merah. Penggunaan unsur warna dalam interpretasi citra penginderaan jauh
dapat dilakukan pada citra yang setidaknya memiliki 3
saluran/band (multispektral dan hiperspektral), sehingga dapat dilakukan
komposit saluran untuk menciptakan tampilan citra warna natural dan warna
semu.

9
Interpretasi menggunakan warna natural dapat digunakan terutamanya pada
data citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi. Dengan kenampakan objek yang
detail, serta warna yang sesuai dengan kenyataannya, seorang interpreter tidak
akan terlalu kesulitan untuk menafsirkan objek yang terdapat pada citra satelit
resolusi sangat tinggi dan tinggi (terutama yang sudah familiar dalam kehidupan
sehari-hari), seperti contohnya dapat dilihat gambar di bawah ini:
 Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek, contohnya seperti
persegi, memanjang, oval, serta bentuk lainnya. Bentuk juga terkait dengan
susunan atau struktur yang lebih rinci, misalnya gunung yang berbentuk kerucut,
gedung sekolah yang biasanya menyerupai bentuk huruf U atau L, serta bentuk
lainnya. Penggunaan unsur bentuk untuk intepretasi citra penginderaan jauh
sangat baik digunakan untuk citra dengan resolusi spasial sangat tinggi seperti
foto udara dan citra satelit dengan resolusi spasial di bawah 1 meter, sehingga
bentuk rinci masing-masing objek terlihat detail dan dapat ditafsir oleh seorang
interpreter.
Jika yang digunakan adalah citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial
menengah dan rendah, maka hanya objek berukuran besar yang dapat
diidentifikasi menggunakan unsur bentuk, seperti contoh di bawah ini:

10
Terlihat dari Citra Satelit Landsat 8, yang dapat terlihat jelas pada skala
1:50.000 adalah objek-objek berukuran besar, seperti contohnya bandara yang
dapat diketahui dari terdapatnya runway atau landasan pacu yang mempunyai
bentuk memanjang dengan bagian ujung-ujungnya tertutup. Selain itu, kita dapat
juga dapat memperkirakan terdapat sungai berukuran besar, yang dilihat dari
bentuknya yang berkelok-kelok. Kita juga dapat melihat sebuah bangunan
berukuran besar dengan bentuk yang teratur menyerupai kotak atau persegi dalam
wilayah yang cukup luas, yang dapat diperkirakan merupakan sebuah pabrik.
 Ukuran
Ukuran merupakan atribut objek yang dapat berupa jarak, luas, tinggi,
kemiringan lereng, dan volume. Ukuran dapat digunakan untuk membedakan
suatu objek sejenis, contohnya membedakan objek permukiman dengan bangunan
sekolah pada citra. Dari pembahasan unsur bentuk, kita mengetahui bahwa
terdapat keterkaitan antara unsur ukuran dengan bentuk. Hal ini karena ukuran
objek pada citra tergantung dengan tingkat resolusi spasial dan skala yang
digunakan, yang mempengaruhi kenampakan detail dari bentuk objek.
Berikut ini contoh penggunaan unsur ukuran dalam interpretasi citra
penginderaan jauh:

11
Melihat bentuk dan ukurannya, maka dapat diperkirakan bahwa objek yang
pertama merupakan permukiman penduduk, sedangkan yang objek yang kedua
merupakan sekolah atau kantor instansi pemerintahan. Untuk objek kedua,
penafsiran berupa bangunan sekolah atau kantor instansi pemerintah, berdasarkan
bangunan lain didekatnya yang juga berukuran besar yang menyerupai huruf U,
serta mengapit sebuah lahan terbuka yang diperkirakan merupakan sebuah
lapangan.
 Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra (Kiefer, 1979, dalam
Hadi 2018). Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampakan kecil, yang sering
dinyatakan dalam bentuk kasar, halus, ataupun belang-belang (Sutanto, 1986,
dalam Hadi 2018). Penggunaan unsur tekstur pada citra penginderaan jauh dengan
resolusi spasial sangat tinggi mungkin tidak terlalu sering digunakan, berhubung
dengan tampilan objek yang detail, kita dapat mengenali objek dari unsur
warna/rona, bentuk, dan ukuran, akan tetapi untuk citra dengan resolusi menengah
dan rendah, akan cukup membantu mengenali objek pada citra,

12
Citra satelit di atas merupakan data olahan Citra Satelit WorldView-2 warna
natural dengan resolusi spasial 0.5 meter. Terlihat dari citra satelit, laut yang
tenang mempunyai tekstur yang halus, semak belukar dengan tekstur sedang, dan
pepohonan dengan teksur yang kasar.
 Pola
Pola merupakan bentuk atau model yang memiliki keteraturan atau ciri khas
yang membuatnya dapat dikenali. Penggunaan unsur pola terutamanya digunakan
untuk mengidentifikasi objek buatan manusia, seperti contoh di bawah ini:

Citra satelit di atas merupakan data olahan Citra Satelit WorldView-2 warna
natural dengan resolusi spasial 0.5 meter. Terlihat dari citra satelit, kita dapat
mengenali kawasan perumahan yang dibangun secara terencana oleh pengembang
karena polanya yang terlihat cukup jelas. Mulai dari bentuk dan ukuran awal
rumah yang seragam, jumlah rumah per blok yang sama, arah hadap antar rumah
yang sama dan teratur, serta terdapat akses untuk kendaraan dengan ukuran lebar

13
seperti misalnya kendaraan roda empat, yang terlihat dari terdapatnya akses jalan
dengan lebar jalan rata-rata 5.3 meter dan panjang 90 meter, dimana dengan
ukuran jalan tersebut, rata-rata mobil pribadi dan kendaraan roda empat lainnya
dapat memasuki kawasan perumahan.
Berdekatan dengan kawasan perumahan, kita juga dapat melihat terdapat
kawasan permukiman penduduk. Berkebalikan dengan perumahan, seperti terlihat
dari citra satelit, kawasan permukiman mempunyai bentuk dan ukuran rumah
yang tidak seragam, arah hadap antar rumah yang sembarang, umumnya tidak
tersedia akses untuk kendaraan berukuran lebar seperti mobil.
Penggunaan unsur pola pada interpretasi citra penginderaan jauh juga dapat
digunakan untuk membedakan antara jalan raya dengan rel kereta api, atau
bentukan alami seperti pola aliran sungai.
 Bayangan
Bayangan merupakan sebuah objek dengan tampilan samar atau berwarna
hitam, yang merupakan efek dari objek yang terkena cahaya. Suatu bayangan
biasanya mempunyai bentuk yang menyerupai bentuk objek yang terkena cahaya
tersebut.  Keberadaan bayangan pada sebuah objek pada citra penginderaan jauh
sebenarnya memberikan kerugian, namun terkadang juga memberikan keuntungan
dalam proses interpretasi. Sebagai contoh, keberadaan bayangan awan akan
membuat berbagai objek yang terkena bayangan tersebut menjadi kurang jelas
untuk diidentifikasi, seperti terlihat pada contoh di bawah:

Terlihat dari citra satelit di atas, keberadaan bayangan membuat objek yang
terkena bayangan menjadi ikut berwarna hitam, dan menjadikannya lebih sulit

14
diidentifikasi. Namun walau begitu, keberadaan bayangan juga dapat membantu
dalam identifikasi sebuah objek pada citra penginderaan jauh.
Pada umumnya, satelit observasi bumi dengan sensor pasif mengambil
perekaman pada jam 10 pagi waktu setempat, sehingga bayangan objek berada
pada bagian barat objek. Dan kalau terdapat satelit atau wahana penginderaan jauh
lain yang melakukan perekaman misalnya pada sore hari, maka posisi bayangan
objek terletak di sebelah timur objek. Selain posisi matahari yang menentukan
letak bayangan objek, gerak semu matahari juga membuat letak bayangan
berbeda, walaupun waktu perekaman sama-sama dilakukan pada pagi atau sore
hari.
 Situs
Situs merupakan hubungan antar objek dalam satu lingkungan, yang dapat
menunjukkan objek disekitarnya atau letak suatu objek terhadap objek lain.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai situs, mari kita simak contoh di
bawah ini:

Pada citra satelit di atas, terdapat objek berbentuk seperti persegi atau persegi
panjang, berwarna gelap yang menandakan berisi air (pada beberapa objek airnya
terlihat berwarna terang, hal itu merupakan efek dari sun glint yang membuat
kenampakan kilap pada air). Kita dapat memperkirakan objek tersebut merupakan
sebuah tambak untuk hewan-hewan laut, karena lokasi objek tersebut dekat
dengan laut.
 Asosiasi
Asosiasi merupakan keterkaitan antara satu objek dengan objek lain, dimana
dengan terdapatnya sebuah objek menjadi petunjuk bagi keberadaan objek lain.

15
Contoh penggunaan unsur asosiasi dalam interpretasi citra penginderaan jauh
adalah sebagai berikut:

Dari citra satelit di atas, kita dapat melihat terdapat beberapa pesawat, yang
dapat kita ketahui dari bentuk dan ukurannya. Pesawat tersebut juga dapat kita
ketahui berada di darat, dilihat dari jatuhnya bayangan pesawat yang tidak jauh
dari badan pesawat. Terdapatnya objek pesawat, membuat kita secara langsung
mengaitkan dengan sebuah tempat yaitu bandara. Hal tersebut diperkuat dengan
keberadaan runway, serta sebuah bangunan berukuran besar yang dapat kita
perkirakan merupakan terminal bandara.

2.4. Konvergensi Bukti Pada Interpretasi Citra Penginderaan Jauh


Pada pembahasan mengenai unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh,
kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya akan sangat sulit
sekali melakukan penafsiran terhadap sebuah objek jika hanya menggunakan satu
atau sedikit unsur saja. Penggunaan unsur rona atau warna, akan selalu terkait
setidaknya dengan unsur bentuk dan ukuran. Begitu juga penggunaan unsur
bentuk, yang akan berhubungan dengan penggunaan unsur ukuran serta
keterkaitan berbagai unsur lainnya. Semakin banyak unsur yang digunakan dalam
interpretasi, maka penafsiran objek akan lebih akurat dibandingkan hanya
menggunakan sedikit unsur dalam melakukan interpretasi.
Dalam melakukan interpretasi, terkadang seorang interpreter menemukan
berbagai objek yang cukup meragukan. Misalnya karena kesamaan bentuk objek
tersebut dengan objek lainnya. Oleh karena itu dalam interpretasi citra
penginderaan jauh dikenal istilah konvergensi bukti. Konvergensi bukti
merupakan upaya penafsiran sebuah objek pada citra penginderaan jauh
menggunakan berbagai unsur, untuk mendapatkan bukti yang menguatkan,

16
sehingga diperoleh penafsiran objek yang lebih akurat. Untuk memahami
konvergensi bukti, berikut contoh penggunaannya pada interpretasi citra
penginderaan jauh:
Misalkan pada sebuah citra penginderaan jauh, kita melihat terdapat sebuah
objek dengan bentuk terlihat seperti sebuah bintang. Kita memperkirakan bahwa
bentuk tersebut merupakan tajuk sebuah pohon. Setelah mengetahui bahwa objek
tersebut merupakan tajuk sebuah pohon, maka kita dapat memasukkan pohon apa
saja yang mempunyai tajuk yang terlihat seperti bintang jika dilihat dari atas,
seperti misalnya pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, enau, dan sagu. Dari
penggunaan unsur pertama yaitu bentuk, kita mendapatkan 5 perkiraan objek.
Selanjutnya kita gunakan unsur yang lain, untuk semakin mengerucutkan
penafsiran kita terhadap objek tersebut. Pada tahap kedua, misalkan kita melihat
dari unsur polanya. Dari polanya misalnya terlihat bahwa objek tersebut tidak
mempunyai pola yang teratur. Seperti yang telah dibahas pada bagian unsur pola,
tanaman kelapa sawit mempunyai pola tanam yang teratur, sehingga kita dapat
mengeliminasi kelapa sawit, begitu juga dengan tanaman kelapa yang biasanya
ditanam secara teratur, maka tanaman kelapa pun ikut kita coret. Maka tinggal
tersisa 3 kemungkinan yaitu nipah, enau, dan sagu, yang ditanam secara tidak
teratur. Berikutnya kita gunakan unsur ukuran, dalam hal ini tinggi, untuk
mengeliminasi objek yang tidak sesuai. Kita gunakan tinggi sama atau lebih dari
10 meter, sebagai seleksi selanjutnya. Dari penggunaan unsur ukuran, maka yang
tidak masuk kriteria yaitu nipah, sehingga tinggal menyisakan dua kandidat yakni
enau dan sagu.
Berhubung tinggal dua kandidat saja, maka penggunaan unsur selanjutnya
merupakan unsur terakhir untuk menafsirkan objek tersebut. Unsur yang
digunakan pada tahapan terakhir ini adalah unsur situs. Seperti pada pembahasan
unsur situs, penggunaan unsur ini dilakukan dengan cara melihat
objek/lingkungan khas yang terkait dengan objek utama yang ingin ditafsirkan.
Lingkungan yang digunakan pada unsur situs pada contoh ini yaitu payau. Dari
dua pilihan yang tersisa yaitu enau dan sagu, maka sagu lah yang masuk dalam
kriteria tersebut, karena sagu sangat baik ditanam pada area dengan air payau
semisal muara sungai.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Interpretasi citra penginderaan jauh adalah  pemberian kesan,
pendapat, atau tafsiran terhadap beragam objek yang terdapat citra
hasil perekaman sebuah wahana penginderaan jauh untuk
mengidentifikasi suatu objek dan peran dari objek tersebut.
2. Terdapat empat tahapan dalam interpretasi citra secara manual,
yakni deteksi, identifikasi, analisis dan deduksi, serta klasifikasi.
3. Terdapat sembilan unsur interpretasi citra penginderaan jauh, yakni
rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan
asosiasi.
4. Konvergensi bukti merupakan upaya penafsiran sebuah objek pada
citra penginderaan jauh menggunakan berbagai unsur, untuk
mendapatkan bukti yang menguatkan, sehingga diperoleh
penafsiran objek yang lebih akurat.
3.2. Saran
Dalam penyusunan ini tentunya jauh dari kata sempurna.
Banyak kesalahan dan suatu yang terlewat dalam penyusunan makalah
ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar dapat lebih baik lagi kedepannya.

18
DAFTAR PUSATAKA:
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Hadi, A. P. 2018. Penginderaan Jauh untuk Pemanfaatan Sumber Daya
Alam. Yogyakarata: Deepublish.
Purwadhi, F. S. H., Sanjoto, T. B. Pengantar Interpretasi Citra
Penginderaan Jauh. Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN & Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang.

19

Anda mungkin juga menyukai