Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. Pengideraan Jauh


PRODI S1 PTB FT UNIMED

Skor Nilai:

CRITICAL BOOK REVIEW

Nama : Ainun Fadilah

NIM : 5191111002

Kelas : PTB-B’19

Dosen Pengampu : Ir. Hamidun Batubara, MT.

Dody Taufik Sibuea,ST,.MT

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah nya, saya dapat menyelesaikan CBR ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada dosen pengampu yang
telah memberikan tugas CBR ini kepada saya.

Saya sangat berharap CBR ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam CBR ini terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan CBR yang telah
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga CBR sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri saya sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
CBR ini di waktu yang akan datang.

Medan, 20 November 2020

Ainun Fadilah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Pntingnya CBR ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN BUKU ........................................................................................ 3

A. Ringkasan Buku Utama ............................................................................................ 3


B. Ringkasan Buku Pembanding ................................................................................... 12

BAB III KEUNGGULAN ISI BUKU ............................................................................ 16

A. Keterkaitan Antara Bab ............................................................................................. 16


B. Kemutakhiran Isi Buku ............................................................................................. 16

BAB IV KELEMAHAN BUKU .................................................................................... 17

C. Keterkaitan Antara Bab ............................................................................................. 17


A. Kemutakhiran Isi Buku .............................................................................................. 17

BAB VI PENUTUP ....................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lilesand dan Keifer, 1990)
Tujuan dari penginderaan jauh adalah untuk menyadap data dan informasi dari citra foto dan
nonfoto dari berbagai objek di permukaan bumi yang direkam atau digambarkan oleh alat
pengindera buatan (sensor).

B. Pentingnya CBR
Tujuan penulisan critical book review ini adalah untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan serta ringkasan dari buku yang di review, terkadang kita hanya memilih satu
buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa
dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih buku referensidan sebagai pemenuhan tugas saya dalam mata kuliah
Pengideraan Jauh. Untuk melengkapi tugas yang diberikan saya mencoba mereview buku
dengan identitas sebagai berikut:

1. Identitas Buku Utama


Nama : Pengideraan Jauh
Penulis : Daud Yusuf, M. Si. , Ahmad Syamsu Rijal, S. Md.
Penerbit : Universitas Negeri Gorontalo
ISBN :-
Tahun : 2001
Kota : Gorontalo

1
2. Identitas Buku Pembanding
Nama : Pengideraan Jauh dan Interprestasi Citra
Penulis : Ir. Nur Hidayat Dipl. Ing, Prof. Seodijono Sastro Atmodji, M.Si
Penerbit : Universitas Negeri Semarang
ISBN : 978-979-175420-0
Tahun : 2007
Kota : Semarang

C. Tujuan
Journal review ini bertujuan untuk:
1. Mengulas isi buku yang akan direview.
2. Mencari dan mengetahui informasi pengideraan jauh yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada buku.

D. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang penerapan teori pembelajran dalam proses
belajar mengajar di sekolah.

2
BAB II

RINGKASAN BUKU

A. Ringkasan Isi Buku Utama


BAB I PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Pengideraan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lilesand dan Keifer, 1990)
Tujuan dari penginderaan jauh adalah untuk menyadap data dan informasi dari citra foto dan
nonfoto dari berbagai objek di permukaan bumi yang direkam atau digambarkan oleh alat
pengindera buatan (sensor).

Dasardasar interpretasi penginderaan jauh merupakan pengetahuan dasar yang harus


dikuasai sebelum mempelajari dan melakukan interpretasi foto maupun nonfoto dalam bidang
apapun. Penginderaan jauh merupakan aktifitas untuk dapat mengidentifikasi, dan
menganalisis objek atau kenampakan dengan menggunakan sensor pada posisi pengamatan
daerah kajian (Avery, 1985).

2. Elemen-elemen pengideraan jauh

Proses analisis data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat interpretasi
dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktorial, dan atau komputer untuk
menganalisis data sensor numerik. Data rujukan tentang sumberdaya alam yang dipelajari,
seperti peta tanah, data statistik tanaman, atau uji lapangan, digunakan untuk analisis data.
Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk peta, tabel, atau laporan. Akhirnya informasi
tersebut diperuntukkan bagi para pengguna yang dimanfaatkan untuk proses pengambilan
keputusan (Lilesand dan Keifer,1990).

3
3. Keunggulan pengideraan jauh disbanding teristerial

Penggunaan penginderaan jauh meningkat selama lima dasawarsa terakhir ini, hal
ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

a. Citra penginderaan jauh menggambarkan objek, daerah, dan gejala


dipermukaan bumi.
b. Citra foto udara yang bertampalan dapat dilihat secara tiga dimensional
dengan menggunakan stereoskop. Kenampakan ini sangat menguntungkan
dalam berbagai hal
c. Objek dapat dikenali antara lain berdasarkan beda suhu, yakni yang direkam
pada citra inframerah termal. Kota yang tidak nampak pada malam hari,
dengan perekaman menggunakan spektrum termal dapat diwujudkan dalam
bentuk citra yang cukup jelas.
d. Pemetaan atau penelitian secara teresterial pada daerah rawa, hutan, dan
pegunungan akan sangat sulit sekali pelaksanaannya dan memerlukan biaya
yang relatif tinggi. Dalam keadaan cuaca yang memungkinkan, daerah
tersebut data direkam dengan cepat.
e. Penginderaan jauh merupakan satu-satunya cara pemetaan daerah bencana.
Misalnya, pemetaan daerah banjir, daerah bencana gempa bumi, letusan
gunung api, longsor, tsunami dan sebagainya.
f. Citra satelit mempunyai periode ulang yang pendek. Misalnya Landsat
periodik selama 16 hari sekali. NOAA dua hari sekali, dan citra-citra
lainnya. Dengan demikian citra merupakan alat yang baik sekali untuk
memantau perubahan yang terjadi secara cepat, seperti tindakan pembakaran
hutan, perubahan penggunaan lahan, pemekaran fisik kota, perubahan
kualitas lingkungan, perubahan lahan garapan, dan lain sebagainya.

BAB II KOMPONEN DALAM SISTEM PENGIDERAAN JAUH

1. Sumber Tenaga

Sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan pada sistem penginderaan
jauh sangat penting keberadaannnya jauh. Tenaga tersebut mengenai objek dipermukan bumi
yang kemudian dipantulkan ke sensor, ia dapat juga berupa tenaga dari objek yang
dipancarkan ke sensor. Tenaga matahari yang mencapai ke permukaan bumi dipengaruhi oleh

4
banyak hal, antara lain waktu, (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang
diterima pada siang hari akan berbeda dengan jumlah tenaga yang diterima pada malam hari
dan pagi hari.

Kedudukan matahari terhadap tempat dipermukaan bumi berubah sesuai dengan


perubahan musim. Disamping itu jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak di
permukaan bumi.

2. Interaksi Tenaga Dalam Atmosfer

Interaksi tenaga dari objek ke sensor senantiasa melewati media atmosfer, dan di
dalam atmosfer banyak terjadi interaksi- interaksi atmosfer, antara lain:

a. Hamburan

Hamburan Hamburan Rayleigh merupakan salah satu penyebab utama adanya kabut
tipis pada citra. Secara visual, kabut tersebut mengurangi kejelasan atau kontras suatu citra.
Pada fotografi berwarna, kabut ini nampak kelabu kebiruan pada citra, terutama bila dipotret
dari ketinggian yang tinggi.

b. Serapan

Serapan Berkebalikan dengan hamburan, serapan atmosfer menyebabkan


kehilangan efektif tenaga ke pembentuk atmosfer. Biasanya ini meliputi tenaga pada panjang
gelombang tertentu. Penyebab radiasi matahari yang paling efisien dalam hal ini ialah uap air,
karbon dioksida (CO2), dan ozon.

3. Perolehan dan Interpretasi

Dalam penginderaan jauh istilah foto diperuntukan secara ekslusif bagi yang
dideteksi dan direkam pada film. Istilah genetik citra digunakan untuk tiap peragaan piktorial
tiap gambar. Jadi rekaman piktorial suatu pengujian termal (suatu alat penginderaan
elektronik) akan disebut citra termal, bukan foto termal, karena film bukan mekanisme
deteksi asli untuk citra tersebut. Istilah citra berkaitan dengan tiap produk piktorial, seluruh
foto termasuk citra, akan tetapi tidak semua citra berupa foto.

5
BAB III ANALSIS DATA DALAM PENGIDERAAN JAUH

1. Analisis data pengideraan jauh secara manual

Pada analisis penginderaan jauh secara manual, cara perolehan datanya yakni
dengan melakukan rekaman/ pemotretan objek di muka bumi dengan menggunakan kamera
dan media yang digunakan film, sehingga hasil perekaman atau pemotretan yang diperoleh
berupa foto udara. Kemudian dari hasil perekaman dalam bentuk foto udara ini dilakukan
analisis dengan cara interpretasi foto udara secara visual.

Dalam interpretasi foto udara dilakukan dengan mendasarkan teknik interpretasi


foto udara yang mendasarkan delapan unsur interpretasi, yakni: Rona atau Warna, Bentuk,
Ukuran, Tekstur, Pola, Bayangan, Situs, Asosiasi.

Ada dua metode pengkajian menurut Estes (1975), yakni:

a. Fishing expedition, dalam hal ini interpreter mengkaji semua kenampakan


sehingga sering dihasilkan data yang lebih banyak dari yang diperlukan.
b. logical search, disini interpreter hanya mengkaji objek secara selektif dimana
data yang diperlukan tergambar, metode ini lebih efisien dari fishing expedition.

2. Analisis data pengideraan jauh secara digital

Informasi yang ditangkap oleh sensor untuk analisis data digital dalam bentuk
angka. Satuan terkecil dilapangan yang mempunyai satuan nilai tertentu disebut picture
element atau sering disebut pixel. Pada citra Landsat misalnya, besarnya pixel adalah 79 m x
79 m. Pixel mempunyai nilai refleksi tertentu, perbedaan nilai tiap pixel inilah yang
digunakan untuk mengenali tiap objek. Nilai refleksi ini seperti nomor regristrasi pixel,
sedangkan nilai karakteristik objek merupakan nilai perbandingan antara pantulan dan tenaga
yang jatuh pada objek dalam bentuk presentase. Tingkat refleksi ini dapat dibedakan dari
bilangan 0 hingga 127, nilai 0 untuk objek yang gelap dan 127 untuk objek yang benar-benar
cerah.

Hasil akhir dari pemrosesan data harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Untuk
mencapai hal tersebut maka hasil pemrosesan dapat dituangkan dalam bentuk: peta, grafik,
tabel dan informasi digital.

6
BAB IV CITRA PENGIDERAAN JAUH RESOLUSI RENDAH, MENENGAH DAN
TINGGI

1. Citra resolusi rendah

Citra bersolusi rendah adalah citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial 30 m
hingga > 1000 m. Sedangkan citra-citra dari satelit NOAA AVHRR, Terra MODIS dan Aqua
MODIS dikelompokkan ke citra bersolusi rendah.

2. Citra resolusi menengah

Citra bersolusi menengah (sedang) adalah citra-citra satelit yang memiliki resolusi
spasial 4 – 30 m. Citra-citra dari satelit ASTER, LANDSAT 7 dan CBERS-2 dikelompokkan
pada citra bersolusi menengah.

3. Citra resolusi tinggi

Citra bersolusi tinggi adalah citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial 0,4 – 4
m. Sebagai contoh, citra-citra dari satelit GeoEye-1, WorldView-2, WorldView-1,
QuickBird, IKONOS, FORMOSAT-2, and SPOT5 adalah citra bersolusi tinggi.

BAB V JENIS-JENIS FOTO UDARA

1. Foto ultraviolet

Jumlah tenaga elektromagnetik yang dipancarkaan dari matahari terhambat pada


atmosfer. Dari keseluruhan tenaga matahari yang sampai kepermuaan bumi, spektrum
ultraviolet hanya berkisar 10% saja, lainnya yakni sebesar 50% berupa spektrum tampak dan
40% lainnya terpencar pada berbagai jendela atmosfer. Spektrum ultraviolet mengalami
hamburan paling besar bila dibandingkan dengan spektrum tampak dan spektrum inframerah.

2. Foto ortokromatik

Jumlah tenaga elektromagnetik yang dipancarkaan dari matahari terhambat pada


atmosfer. Dari keseluruhan tenaga matahari yang sampai kepermuaan bumi, spektrum
ultraviolet hanya berkisar 10% saja, lainnya yakni sebesar 50% berupa spektrum tampak dan
40% lainnya terpencar pada berbagai jendela atmosfer. Spektrum ultraviolet mengalami
hamburan paling besar bila dibandingkan dengan spektrum tampak dan spektrum inframerah.

7
3. Foto pankromatik hitam putih

Foto pankromatik hitam putih adalah foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum tampak dengan panjang gelombang antara 0,4 µm – 0,7 µm.

4. Foto pankromatik berwarna

Manusia hanya mampu membedakan 200 tingkat warna (rona) pada suatu objek
ataupun gambar hitam dan putih. UNTUK mengamati objek ataupun gambaran berwarna,
maka mata kita dapat membedakan sekitar 20.000 warna, sehingga perbandingannya 1:100.
Disinilah letak keunggulan foto pankromatik berwarna, sebagai akibatnya maka informasi
yang dapat disadap dari foto pankromatik berwarna juga lebih banyak bila dibandingkan
dengan pankromatik hitam putih. Hal ini disebabkan gambaran yang nampak lebih mirip
objek aslinya, sehingga pengenalannya juga lebih mudah.

5. Foto inframerah hitam putih

Pada dasarnya foto inframerah dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah


dekat hingga pannjang gelombang 0,9 µm – 1,2 µm.

6. Foto inframerah berwarna

Foto inframerah berwarna dibuat dengan hingga panjang gelombang 0,9 µm. foto
inframerah berwarna sering disebut juga sebagai foto berwarna semu, sebab warna yang
terekam dari objek warnanya tidak seperti objek aslinya.

7. Foto multispectral

Foto multispektral merupakan keluaran penginderaan jauh multispektral. Menurut


Rehder (dalam Patterson dan Rehder, 1985) penginderaan jauh multispektral ialah
penginderaan jauh dengan menggunakan lebih dari satu spektrum yang penginderaannya
dilakukan pada saat yang sama dan dari tempat serta ketinggian yang sama. Sensornya berupa
kamera multi lensa atau kamera tunggal berlensa jamak.

8
8. Foto lain

Pada butir ini akan dikemukakan tiga jenis foto, yakni: foto strip, foto panoramik,
dan foto satelit.

a. Foto Strip Foto Strip Foto ini dibuat dengan pesawat udara yang terbang rendah
dengan kecepatan terbang yang tinggi, hal ini dimaksudkan untuk pengumpulan
informasi secara cepat bagi kepentingan militer.
b. Foto panoramik Foto panoramik Foto panoramik dibuat juga untuk kepentingan
militer. Pemotretannya dibuat dengan kamera yang senantiasa bergerak kearah
kiri atau kanan pesawat dan dalam posisi tegak lurus terhadap pesawat.
c. Foto satelit Foto satelit Pemotretan yang dilakukan dari satelit, antara lain dari
satelit Mercury, Gemini, Apollo, Cosmos, dan skylab, yakni sejak tahun 1957
hingga tahun 1970-an telah dihasilkan lebih dari satu juta foto satelit.

BAB VI DASAR-DASAR PENGLIHATAN STEREOSKOPIK

1. Pengertian penglihatan stereoskopik

Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat


menimbulkan kesan tiga dimensional bagi jenis citra tertentu, citra yang telah lama
dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara, FU dapat digunakan untuk
mengukur beda tinggi objek bila diketahui tinggi salah satu titik yang tergambar pada foto,
disamping itu juga dapat diukur kemiringan lerengnya. Disamping foto udara dari pasangan
citra radar atau citra lain yang bertampalan juga dapat menghasilkan kesan tiga dimensional
bila diamati dengan stereoskop.

2. Alat-alat pengamat stereoskopik

Alat pengamat stereokopik berupa streoskop yang dapat digunakan untuk


pengamatan tiga dimensional atas foto udara (citra) yang bertampalan. Alat ini merupakan
alat yang penting sekali dalam interpretasi citra, terutama bagi foto udara atau citra tertentu
lainya yang daripadanya dapat ditimbulkan perwujudan tiga dimensional pada dasarnya alat
ini terdiri dari lensa atau kombinasi antara lensa cermin dan prisma. La prade selanjutnya
membedakan streoskop atas 3 kategori yakni, : (1) stereoskop lensa , (2) stereoskop cermin
dan (3) stereoskop mikroskopik.

9
BAB VII KLASIFIKASI DALAM PENGIDERAAN JAUH

1. Pembuatan foto udara tegak

Foto udara tegak yang dibuat dengan kamera kerangka berlensa tunggal sejauh ini
merupakan jenis foto udara yang paling banyak digunakan pada berbagai terapan
penginderaan jauh. Namun kondisi foto udara yang benar-benar tegak masih jarang diperoleh
karena adanya rotasi kesudutan atau ‘kesedangan’ yang tidak dapat dihindarkan yakni yang
disebabkan oleh sifat kesudutan pesawat terbang pada saat pemotretan. Kesedangan ini yang
tidak dapat dihindari ini menyebabkan inklinasi kecil (1o-3o) sumbu optik kamera yang
tidakdi kehendaki atau menghasilkan foto udara sendeng (tilted photographs).

2. Skala foto udara

Metode yang paling cepat untuk menentukan skala foto udara adalah mengukur
jarak di foto dan di medan antara dua titik yang dikenal, cara ini mempersyaratkan kedua titik
tersebut harus dapat diidentifikasi pada foto udara dan pada peta. Skala (s) kemudian dihitung
sebagai perbandingan jarak dengan di foto (d) jarak di medan (D).

3. Liputan medan foto udara

Liputan medan suatu foto merupakan fungsi format kamera. Misal suatu citra yang
diperoleh dari kamera berformat 230 x 230 mm memiliki liputan medan ± 17,5 kali lebih
besar dari pada citra yang diperoleh dengan kemera berformat 55 x 55 mm. Berkaitan dengan
suatu format merupakan fungsi panjang fokus dan tinggi terbang diatas medan (H’).

BAB VIII PENGIDERAAN JAUH SISTEM TERMAL, GELOMBANG MIKRO, DAN


RADAR

1. Pengideraan jauh sistem termal

Pada pengienderaan jauh sistem termal untuk mengukur atau merekam suhu
pancaran berbagai benda digunakan sensor dua jendela atmosfer tersebut. Panas dapat
berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan melalaui tiga cara yakni: konduksi,
konveksi, dan radiasi.

10
a. Konduksi adalah perpindahan panas melalui interaksi antar molekul. Sebagai
contohnya adalah perpindahan panas yang terjadi bila kita merebus makanan.
Panasnya merambat dari atas kebawah sedikit demi sedikit melalui interaksi
molekul yang direbus tersebut.
b. Konvensi, ialah perpindahan panas yang terjadi atau terbawa oleh benda panas
yang terjadi atau oleh benda panas yang berpindah tempat.
c. Radiasi atau pancaran ialah perpindahan panas di dalam bentuk gelombang
elektromagnetik sebagai contohnya ialah panas matahari yang dipancarkan
kesegalah arah dan sebagian dari padanya mengarah serta mencapai permukaan
bumi berbeda konduksi dan konveksi, yang untuk perpindahan panasnya
memerlukan penghantar, perpindahan panas radiasi dapat berlangsung melalui
ruang hampa.

2. Pengideraan jauh sistem gelombang mikro

Penginderaan jauh sistem gelombang mikro, baik asasnya maupun sensornya sama
dengan penginderaan jauh sistem termal. Sensornya juga berupa radiometer dan penyiam.
Beda utamanya yakni pada panjang gelombang yang digunakan. Tenaga yang direkam sensor
gelombang mikro bukan hanya tenaga pancaran yang datang dari objek, melainkan juga dari:
(1) pancaran gas di atmosfer, (2) Pancaran gelombang oleh awan (3) pancaran dari
permukaan bawah, (4) pancaran tenaga dari permukaan yang dipengaruhi oleh sinar matahari,
(5) sinar dari angkasa luar, dan (6) pancaran oleh atmosfer.

3. Pengideraan jauh sistem radar

Penginderaan jauh sistem radar merupakan penginderaan jauh sistem aktif, tenaga
elektromagnetik yang digunakan terdapat pada sensor. Tenaga ini berupa pulsa bertenaga
tinggi yang dipancarkan dalam waktu sangat pendek yakni sekitar 10-6 detik. Pancarannya
ditujukan kearah tertentu. Bila pulsa radar mengenal objek, pulsa itu bisa dipantulkan
kembali sensor radar. Sensor ini mengukur dan mencatat waktu dari saat pemncaran hingga
kembali kesukur dan sensor, disamping mengukur dan mencatat intensitas tenaga balik pulsa
itu. Berdasarkan waktu perjalanan pulsa radar dapat di perhitungkan jarak objek, sedang
berdasarkan intensitas tenaga baliknya dapat ditaksir jenis objeknya. Intensitas atau kekuatan
pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor menentukan karakteristik spektral obyek pada
citra radar.

11
B. Ringkasan Isi Buku Pembanding
BAB I SEJARAH PENGIDERAAN JAUH

Teknik pengideraan jauh (inderaja) sebenarnya sudah lama di gunakan, yaitu setelah
di temukannya kamera. Percobaan pemotretan dari udara pernah di lakukan oleh seniman
foto asal Prancis bernama Gaspard Felix Toumachon atau lebih dikenal dengan panggilan
Felix Nadar (1858) memotret daerah Bievre, Prencis dari ketinggian 80m dengan bantuan
balon udara, hasil pemotretan ternyata dapat digunkan oleh ahli tata ruang kota untuk
pembutan peta penggunaan laham dan peta morfologi daerah bievre. Setelah eksperimen
tersebut berhasil maka pemotretan dengan menggunakan wahana balon semakin berkembang
di Amerika foto udara pertama kali dibuat oleh James Wallace Black tahun 1860, dengan
sebuah balon dengan ketinggian 365 meter di atas kota Boston.

Seiring dengan perkembangan IPTEK, teknologi inderaja semakin canggih dan


sensor yang digunakan semakin beragam seperti infrared, sonar dan lainnya. seiring dengan
berakhirnya perang dunia, fungsi inderaja bergeser dari asalnya untuk kepentingan ekspansi
militer kini lebih mengarah kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam
disiplin ilmu geografi, inderaja menjadi sebuah alat bantu yang dapat menyajikan gambaran
permukaan bumi dalam bentuk nyata.

Pengideraan jauh pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang utuh, namun jika
digunkan dalam membantu pekerjaan ilmu lain seperti geografi maka inderaja menjadi
sebuah teknik alat bantu dala memecahkan masalah yang berkaitan dengan fenomena geosfer.

BAB II KOMPONEN-KOMPONEN PENGIDERAAN JAUH

Pengideraan jauh sebagai suatu sistem tidak bisa terlepas dari beberapa bagian yang saling
terkait antara komponen yang satu dengan komponen lainnya.

Komponen-komponen pengideraan jauh meliputi hal berikut:


 Sumber tenaga
1. Pengideraan jauh sistem pasif

Pada pengideraan jauh sistem pasif, tenaga yang menghubungkan perekam dengan
objek di bumi dengan menggunakan tenaga lamiah yaitu mathari (dengan memanfaatkan
tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya bisa dilakukan pada siang hari dengan
kondisi cuaca cerah.

12
2. Pengideraan jauh sisten aktif

Pada pengideraan jauh sistem aktif, perekamannya dilakukan dengan tenaga buatan
(dengan tenaga pancaran), sehingga memungkinkan perekamannya dapat dilakukan pada
malam hari maupun siang hari dan segala cuaca.

 Atmosfer

Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau


sinar matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang). Tidak semua
spectrum elekromagnetik mampu menembus lapisan atmosfer, hanya sebagian kecil saja
yang mampu menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air, dan
gas. Hambatan atmosfer ini berupa serapan, pantulan, dan hamburan. Hamburan adalah
pantulan ke segala arah yang disebabkn oleh benda-benda yang permukaannya kasar dan
bentuknya tidak menentu, atau oleh benda-benda kecil lainnya yang berserakan.

 Interaksi antara Tenaga dan Objek


Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi menjadi 3 varian, yaitu:
1. Variasi spekral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah
dan gelap.
2. Variasi spasial, mendasarkan pada pola keruangannya, seperti bentuk, ukuran,
tinggi, serta panjang.
3. Veriasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.
 Sensor
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi dua sebagai berikut:
1. Sensor fotografik

Adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film sebgai detektornya
yang bekerja pada spertum tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk
foto udara.

2. Sensor elektronik

Sensor elektronik menggunkan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang
beroperasi pada spectrum yang lebih luas, yaitu dari sinar x sampai gelombang radio dengan
pita magnetic sebgai detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor elektrik ini adalah bentuk
citra.

13
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGIDERAAN JAUH

Secara sederhana berikut adalah berbagai kelemahan dalam sistem inderaja:

1. Pengideraan jauh harus dilakukan oleh seorang ahli dibidang ini karena tidak semua
orang dapat melakukannya.
2. Peralatan yang digunkan mahal karena wahana yang digunakan dapat berupa pesawat
fix wing, drone, atau satelit.
3. Tidak semua citra dapat didapatkan dengan mudah, beberapa citra digital bersifat
berbayar dan tidak dipublikasikan untuk umum (biasanya citra digital bersolusi
spasial tinggi).

Berikut adalah berbagai keunggulan dari pengideraan jauh:

1. Dapat menganalisis suatu wilayah yang luas dalam waktu singkat.


2. Menggambarkan kontur dari permukaan bumi secara akurat.
3. Foto udara yang bersifat dua dimensi dapat dilihat secara tiga dimensi dengan
menggunakan stereoskop.
4. Beberapa citra digital dapat di unduh secara gratis (misalnya landsat 8)
5. Mengukur berbagai diemensi hutan (misalnya diameter tajuk, biomassa, luar tutupan
lahan hutan, dll).
6. Mudahnya menginterpretasikan citra digital dengan menggunakan aplikasi computer,
seperti Erdas Imagine atau Envi.

14
BAB IV MANFAAT PENGIDERAAN JAUH DI BERBAGAI BIDANG

Berikut adalah beberapa manfaat pengideraan jauh di berbagai bidang:

1. Kehutanan
Secara lengkap berikut peran inderaja dalam bidang kehutanan:
a. Menhitung besarnya luasan tutupan lahan hutan
b. Menghitung besarnya laju deforestasi maupun reforestasi
c. Menghitung potensi suatu kawasan hutan produksi
d. Menghitung besarnya karbon stok yang ada di hutan
e. Menganalisi jenis tutupan lahan

2. Geodesi
Berikut adalah peran inderaja dalam bidang geodasi:
a. Analisi citra digital untuk berbagai keperluan perhitungan bumi
b. Pembuatan data kontur suatu wilayah
c. Perencanaan pembuatan bangunan
d. Fotogrametri

3. Hidrologi

Hidrologi sangat membutuhkan teknologi pengideraan jauh. Bencana alam


hidrometeorologis memerlukan analisis special yang melibatkan teknologi ini. Aplikasi
pemodelan hidrologi dalam skala DAS, SWAT pun secara tidak langsung membutukan
teknologi inderaja untuk membuata klasifikasi tutupan penggunaan lahan.

4. Perencanaan Wilayah
Bidang perncanaan wilayah membutuhkan inderaja untuk mengetahui informasi awal
mengenai wilayah yang kan direncanakan. Dalam bidang ini biasanya analisis
terhadap tutupan lahan sangat penting untuk menentukan perencanaan apa saja yang
cocok untuk suatu wilayah.

15
BAB III

KEUNGGULAN ISI BUKU

A. Keterkaitan Antar Bab


1. Buku Utama, pada buku utama penuyusn melihat antar sub-sub pemabahasan
saling berkaitan satu sama lain dan apa yang di jelaskan dalam buku sudah
lengkap karena ia membahasnya satu per satu tentang teori-teri belajar, sehingga
pemabaca lebih mudah untuk memahaminya.
2. Buku pembanding, pada buku pemabnding penyusun juga meihat antar sub-sub
pembahasan saling berkaitan satu sama lain dan apa yang dijelaskan dalam buku
sudah lengkap karena ia membahasnya satu per satu tentang teori-teri
belajar,sehingga pembaca dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.

B. Kemutakhiran isi Buku


1. Buku Utama, kemutakhiran pada buku utama ini tidak diragukan lagi dilihat dari
tahun terbitannya dan sumber-sumbernya, dan pemabahsan yang dipaparkan
oleh penulis sangat menyeluruh sehingga sangat mudah untuk di pahami si
pembaca.
2. Buku Pembanding, kemutakiran pada buku pembanding ini juga sama dengan
kemutakhiran buku utama.

16
BAB IV

KELEMAHAN PENELITIAN

A. Keterkaitan Antar Bab

Menurut penulis kelemahan antara bab pada buku utama dan buku pembanding
tidak ada lagi yang perlu di kritik dari kedua buku ini.

B. Kemutakhiran isi Buku

Pada buku pembanding masih ada beberapa yang perlu di jelaskan namun tidak
tijelaskan.

17
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedua buku ini bertujuan memberikan gambaran apa itu pengideraan jauh,
bagaimana cara penggunaannya serta dalam sector apa saja kita dapat menggunkan
pengideraan jauh tersebut.

B. Saran

Buku ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi para mahasiswa, dosen
maupun guru dalam mengembangkan pengideraan jauh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Daud yusuf dan Ahmad Syamsu. 2001. Pengideraan Jauh. Gorontalo: Universitas
Negeri Gorontalo.

Nur Hidayat dan Seodijono. 2007. Pengideraan Jauh dan Interpretasi Citra.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

19

Anda mungkin juga menyukai