Anda di halaman 1dari 17

CBR PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA

Dosen Pengampu :
M. Ridha Syafii, S.Pi.,M.Sc
M. Taufiq Rahmadi, S.Pd.,M.Sc

Disusun Oleh :

Nama : Tika Fridawati S


Nim : 3191131021
Kelas : Geografi C 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
dan rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah critical book report ini dengan
tepat waktu. Dan juga tidak lupa saya berterima kasih  kepada dosen pengampu mata
kuliah Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

Saya berharap makalah critical book report ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan dan pengetahuan kita. Penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan jauh dari apa
yang saya harapkan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan di masa yang mendatang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah critical book report ini dapat berguna bagi banyak khalayak
yang membacanya. sekiranya laporan ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
lain yang membacanya. sebelumnya saya memohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan di hati para pembaca.

Medan, Maret 2021

Penulis,

Tika Fridawati S

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I Identitas Buku........................................................................................................3

Informasi Blibiografi Buku............................................................................................3

BAB II Pendahuluan..........................................................................................................4

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR...............................................................................4

B. Tujuan Penulisan CBR...........................................................................................4

C. Metode Penulisan CBR..........................................................................................5

D. Manfaat Penulisan CBR.........................................................................................5

BAB III Ringkasan Buku..................................................................................................6

BAB IV Analisis Kelebihan Dan Kekurangan Buku......................................................13

BAB V Penutup...............................................................................................................15

A. Kesimpulan...........................................................................................................15

B. Saran.....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB I
Identitas Buku

Informasi Blibiografi Buku


I. Buku Utama
Judul buku : Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Penulis buku : Firman Farid M, S.Pi,M.Sc.
Penerbit : UTM Press
Tahun terbit : 2015
Urutan cetakan : Kesatu (1)
Tebal buku : xiii + 173 Halaman
ISBN : 978-602-7996-90-2

II. Buku Pembanding


Judul buku : Penginderaan Jauh
Penulis buku : Bambang Syaeful Hadi
Penerbit : UYN Press
Tahun terbit : 2019
Urutan cetakan : Kesatu (1)
Tebal buku : xii + 226 Halaman
ISBN : 978-602-498-046-7

3
BAB II
Pendahuluan

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Dalam Critical Book Review ini mahasiswa di tuntut untuk mengkritis sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat di pahami
oleh mahasiswa yang melakukan crtical book report ini, termasuk di dalamnya
mengerti akan kelemahan dan keunggulan kedua buku yang di kritisi. Dalam hal ini
saya mengkritik beberapa buku. Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book
Review ini mahasiswa di tuntut dalam meringkas, menganalisa dan membandingkan
serta memberikan kritik berupa kelebihan dan kelemahan pada suatu buku
berdasarkan fakta yang ada dalam buku tersebut, sehingga dengan begitu membuat
mahasiswa senantiasa berfikir logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal baru
yang terdapat pada keduan buku tersebut.

Penugasan Critical Book Review ini juga merupakan pembiasaan agar


mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi terbiasa
serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut. Pembuatan tugas Crital
Book Review ini juga melatih, menambah, serta menguatkan betapa pentingnya
mengkritikalisasi suatu buku berdasarkan data yang faktual sehingga dengan begitu
terciptalah mahasiswa yang berkarakter logis serta analis sehingga dengan
bertambahnya era yang semakin maju.

B. Tujuan Penulisan CBR


Tujuan pembuatan CBR ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah penginderaan jauh dan interpretasi citra yang diampuh oleh dosen Bapak M.
Ridha Syafii, S.Pi.,M.Sc. dan Bapak M. Taupiq Rahmadi, S.Pd.,M.Sc. Yaitu
membandingkan dua buku Penginderaan jauh dengan pengarang yang berbeda,
mengetahui kekurangan dan kelebihan buku, serta untuk menambah wawasan dan
pengalaman mahasiswa itu sendiri dalam mengkritisi buku.

4
C. Metode Penulisan CBR
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan critical book review ini adalah
metode deskriptif guna memahami apa saja materi yang terdapat dalam buku.
Sehingga penulis akan mendapatkan gambaran tentang kelemahan dan kelebihan
kedua buku tersebut. Dan dapat memberikan masukan pada pembaca untuk
dijadikan buku pedoman atau buku refrensi.

D. Manfaat Penulisan CBR


Adapun manfaat penulisan critical book review ini adalah untuk memahami
karakteristik dari penginderaan jauh dan interpretasi citra serta menambah wawasan
dan pengalaman mahasiswa dalam mengkritisi suatu buku.

5
BAB III
Ringkasan Isi Buku

Buku Utama
Bab I Pendahuluan
Pengertian penginderaan jauh adalah ilmu dan seni yang dipergunakan untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek atau fenomena dengan alat, tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah atau fenomena tersebut. Alat yang dimaksud adalah alat
pengindera atau sensor yang dipasang pada wahana, biasanya berupa balon udara,
pesawat terbang, pesawat ulang alik, atau satelit.

Komponen dasar dalam sistem penginderaan jauh adalah sumber energi, atmosfer,
interaksi yang unik antara tenaga dengan benda dimuka bumi, sensor, sistem
pengolahan data yang tepat waktu dan berbagai penggunaan data.

Bab II Sistem Pengolahan Citra Digital


Danoedoro (1996) menjelaskan bahwa resolusi spasial adalah ukuran terkecil
obyek yang dapat dideteksi oleh sistem pencitraan. Semakin kecil ukuran obyek terkecil
yang terdeteksi, semakin tinggi resolusi citra tersebut. Sebaliknya semakin besar ukuran
obyek terkecil yang terdeteksi maka semakin rendah resolusi citra yang dihasilkan. Citra
ASTER 15 meter mempunyai resolusi lebih tinggi dari citra Landsat 30 meter.
Sedangkan citra ALOS 10 meter mempunyai resolusi lebih tinggi dari citra ASTER 10
meter.

Resolusi spektral adalah kemampuan suatu sistem optikelektronik untuk


membedakan informasi obyek berdasarkan pantulan atau pancaran spektralnya. Dapat
dikatakan bahwa semakin banyak jumlah salurannya, maka semakin tinggi
kemungkinannya dalam mengenali obyek berdasarkan respons spektralnya. Dengan
kata lain, semakin banyak jumlah salurannya, semakin tinggi resolusi spektralnya
(Danoedoro, 2012). Lansat ETM + mempunyai resolusi spektral 8 band (dengan saluran
pankromatik dan thermal), sedangkan Landsat generasi terbaru (LDCM) mempuntai
resolusi spektral 11 band.

6
Danoedoro (2012) menjelaskan bahwa resolusi radiometrik adalah kemampuan
sensor dalam mencatat respon spektral obyek. Respon spektral dalam satuan mW cm 2
sr 14m 1 datang mencapai sensor dengan intensitas yaug bergariasi. Selisih respon yang
paling lemah dapat dibedakan sensor yang peka. Kemampuan sensor secara langsung
dikaitkan dengan kemampuan koding (digital coding), yang mampu mengubah
intensitas pantulan atau pancaran spektral menjadi angka digital. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bit. Sistem koding 4 bit diartikan sebagai mengubah intensitas
pantulan atau pancaran menjadi 24 = 16 tingkat, yang paling lemah diberi kode 0, dan
yang paling kuat diberi kode 15. Bagi sensor 8 bit, sinyal dengan julat intensitas
pantulan 2 8 = 256 tingkat kecerahan, dimana 0 adalah untuk sinyal terlemah yang
nampak hitam pada citra, dan 255 untuk sinyal terkuat yang nampak putih pada citra.
Kemampuan Koding satelit sumberdaya dari waktu ke waktu berbedabeda. Landsat
ETM+ mempunyai resolusi radiometri 8 bit sedangkan landsat generasi baru (LDCM)
mempunyai resolusi radiometri 12 bit.

Resolusi temporal adalah kemampuan suatu sistem satelit untuk merekam ulang
daerah yang sama. Satuan resolusi temporal adalah jam atau hari. Satelit Landsat MSS
dan TM setiap 18 hari sekali untuk generasi 1, dan 16 hari sekali untuk generasi 2.
Satelit SPOT resolusi temporarnya 26 hari sekali pada sistem operasi normal, tapi dapat
beberapa hari berturutturut dengan mekanisme perekaman menyamping (Brachet, 1984
dalam Danoedoro, 2012). Satelit IKONOS mempunyai resolusi temporar 3 hari. Satelit
Quickbird resolusi temporarnya 13,5 hari. Satelit MOS milik Jepang resolusi
temporarnya 17 hari. Satelit Radarsat milik kanada yang merupakan satelit
menggunakan gelombang mikro resolusi temporarnya 6 hari.

Bab III Restorasi Citra


Danoedoro (2012) menjelaskan kualitas citra dipengaruhi oleh kualitas sensor,
posisi wahana saat perekaman, kondisi topografi daerah yang diliput, dan kondisi
atmosfir saat perekaman. Kualitas citra bila sangat rendah sangat berpengaruh terhadap
kualitas hasil restorasi. Beberapa parameter kualitas citra yang sering digunakan para
praktisi : (a) tutupan awan atau kabut, (b) korelasi antar saluran, (c) kesalahan geometri,
dan (d) kesalahan radiometeri.

7
Bab IV Klasifikasi Multispektral Untuk Citra Satelit
Klasifikasi multispectral merupakan salah satu pengolahan citra satelit yang
banyak digunakan dalam aplikasinya. Hasil utama klasifikasi multispectral yang banyak
dimanfaatkan adalah peta tutupan lahan atau penggunaan lahan yang sering
dimanfaatkan untuk analisis lanjutan untuk pemodelan system informasi geografis.
Algoritma klasifikasi multispektral pada prinsipnya adalah menandai tiap jenis obyek
hingga terlihat berbeda satu dari dengan lainnya berdasarkan ciriciri nilai spektralnya
pada setiap saluran dan kemudian diterjemahkan kenampakan gisual menjadi parameter
statistik yang di proses oleh komputer dan dieksekusi.

Klasifikasi multispektral dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a) klasifikasi


terselia/terkontrol (supervised classification) dan b) klasifikasi tak terselia/tak terkontrol
(unsupervised classification). Klasifikasi terselia/terkontrol (supervised classification)
meliputi sekumpulan algoritma yang didasari pemasukan sampel obyek (berupa nilai
spektral) oleh operator. Sampel dengan lokasi geografis kelompok piksel disebut
dengan daerah contoh (training area). Algoritma klasifikasi terselia adalah : a)
Algoritma jarak minimum terhadap rerata (minimum distance to mean algorithm), b)
Algoritma parallelepiped (box classification), c) Algoritma kemiripan maksimum
(maximum likelihood algorithm) dan d) Algoritma tetangga terdekat (maximum
likelihood algorithm).

Bab V Transformasi Khusus


Selain penajaman citra, masih ada transformasi lain yang sering digunakan untuk
menghasilkan informasi baru. Transformasi ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
: (a) transformasi yang dapat mempertajam informasi tertentu, namun sekaligus
menghilangkan atau menekan informasi yang lain; dan (b) transformasi yang
'meringkas' informasi dengan cara mengurangi dimensionalitas data. Berbeda halnya
dengan berbagai algoritma penajaman, transformasi khusus ini lebih banyak beroperasi
pada domain spektral. Ciri lainnya ialah bahwa dalam banyak kasus, transformasi ini
melibatkan beberapa saluran spektral sekaligus. Dasar utama pengembangan

8
transformasitransformasi ini adalah fearure space. Pada feature space, dapat terlihat
kecendemngan pengelompokan nilai spektral, yang mengindikasikan adanya
pengelompokan obyek, terpisah satu sama lain, ataupun membentuk fenomena tertentu.

Bab VI Sistem Termal


Peralatan penginderaan jauh sensitif pada panjang gelombang inframerah termal
dan dapat digunakan untuk merekam beberapa bagian dari energi dan mengukur
temperatur radiasi dari objek pada permukaan bumi. Temperatur radiasi dari objek dapat
digunakan untuk membedakan satu objek dengan objek lain, serta menentukan
karateristik dari objek. Temperatur radiasi dari objek dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu emisigitas, temperatur kinetik, karakteristik termal, dan nilai pemanasan (Curran,
1985).

9
Buku Pembanding
Suatu bidang pengetahuan dapat dinyatakan sebagai ilmu jika memiliki landasan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Penginderaan jauh menurut beberapa ahli
memiliki landasan tersebut, sehingga penginderaan jauh merupakan ilmu. Untuk
memperoleh gambaran singkat tentang suatu bidang kajian termasuk ilmu, teknik, atau
seni dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, ternyata ada beragam definisi
yang berbeda secara mendasar. Perbedaan tersebut terutama pada pernyataan bahwa
penginderaan jauh sebagai ilmu, sementara yang lain menyatakannya sebagai teknik.

Dari definisi-definisi tentang penginderaan jauh, dapat diklasifikasikan bahwa


penginderaan jauh merupakan ilmu, teknik, dan seni. Bahkan ada yang mengatakannya
sebagai sains multidisiplin. Dalam terapan penginderaan jauh untuk berbagai bidang
ilmu, para ilmuwan yang memiliki latar belakang ilmu yang berbeda tersebut
mendefinisikan penginderaan jauh sesuai dengan bidang terapannya. Perdebatan tentang
kedudukan penginderaan jauh, pendapat yang masih dipegang adalah memosisikan
penginderaan jauh sebagai ilmu, seni, dan teknik. Hal ini karena penginderaan jauh
memiliki ketiga sifat tersebut.

Perkembangan suatu disiplin ilmu dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebuah


disiplin ilmu yang manfaatnya terasa langsung oleh masyarakat cenderung memperoleh
dukungan, baik dari kalangan penentu kebijakan maupun dari masyarakat. Munculnya
berbagai penemuan baru dalam suatu disiplin ilmu tidak lepas dari dukungan tersebut.
Penemuan-penemuan baru yang dipublikasikan melalui berbagai forum ilmiah akan
bermakna ketika ada tindak lanjut dari ilmuwan untuk mengimplementasikan
penemuannya, sambutan dari masyarakat pengguna, dan praktisi yang menjembatani
antara masyarakat ilmiah dengan masyarakat pada umumnya. Semua elemen tersebut
secara bersama-sama membentuk perubahan struktural, menyatu dalam komunitas
disiplin sebagai jenis sistem komunikasi baru dalam sains. Setelah itu disiplin berfungsi
sebagai unit formasi struktur dalam sistem sosial sains, dalam sistem pendidikan tinggi,
sebagai domain subjek untuk mengajar dan belajar di sekolah, dan akhirnya, sebagai
penunjukan peran pekerjaan dan profesional. Kegiatan penelitian dan interaksi timbal

10
balik yang berkesinambungan dari para pegiat suatu disiplin ilmu menjadi faktor yang
paling penting dalam dinamika sains modern.

Penginderaan jauh dalam kedudukannya baik sebagai ilmu maupun teknik telah
banyak digunakan oleh berbagai kepentingan, baik untuk keperluan praktis maupun
untuk tujuan pengemabangan disiplin ilmu lain. Sebagai sebuah teknologi,
penginderaan jauh memiliki banyak kelebihan sehingga teknologi yang semula
dimonopoli oleh militer kemudian dapat dilepas ke sipil untuk keperluan pembangunan
dan kemanusiaan. Secara teknis dan ekonomis pemanfaatan citra penginderaan jauh
untuk keperluan survei dan pemetaan aspek-aspek fisik permukaan bumi secara
langsung dan aspek-aspek non-fisik secara tidak langsung berdasarkan hasil evaluasi di
beberapa negara dianggap lebih efisien, hemat, dengan keakuratan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Terdapat beberapa alasan penggunaan penginderaan jauh

1. Pekerjaan menjadi lebih cepat


2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah
3. Hemat tenaga

Objek yang diindera adalah permukaan bumi dan atau ruang angkasa. Permukaan
bumi yang dimaksud dapat berupa perkotaan atau perdesaan, hutan, dan
tutupan/penggunaan lahan lainnya sesuai dengan keperluan. Bagian-bagian permukaan
bumi tersebut direkam oleh sensor penginderaan jauh melalui detektor yang terpasang
pada sensor sebagai satu sistem dan hasil rekamannya disebut citra (image) dalam
bentuk cetak (hardcopy) maupun digital yang tersimpan dalam Computer Compatible
Tape (CCT) atau pita magnetik yang dapat dibaca dengan komputer. Citra yang
dihasilkan oleh sensor kamera manual (sistem fotografi) berupa citra analog yang
disebut foto udara. Sementara citra yang dihasilkan dengan sensor digital (kamera
digital) dan sensor digital lainnya (biasanya digunakan oleh sistem penginderaan jauh
non-fotografis) hasilnya berupa citra digital.

Penginderaan jauh merupakan suatu sistem, artinya penginderaan jauh terbangun


oleh beberapa komponen yang saling mendukung. Komponen tersebut meliputi sumber
tenaga, atmosfir, interaksi tenaga dengan benda di permukaan bumi, sensor, sistem

11
pengolahan data, dan berbagai pengguna data (Sutanto, 1994; Lilesand, Kiefer, dan
Chipman, 2007). Menurut Tindal (2006) komponen sistem penginderaan jauh terdiri
atas sumber energi, radiasi (melalui atmosfir), interaksi (tenaga dan objek), sensor
perekam, transmisi, resepsi, dan pemrosesan, interpretasi dan analisis (operator), dan
aplikasi. Suatu sistem dapat bekerja secara optimal jika masing-masing komponen
penyusunnya bekerja sama secara serasi dan seimbang. Komponen sistem penginderaan
jauh secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 komponen, yakni alami, teknologi dan
manusia.

12
BAB IV
Analisis Kelebihan Dan Kekurangan Buku

Penggunaan Bahasa Dan Gaya Bahasa

Buku pertama yang berjudul Penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan
karangan Firman Farid M, S.Pi,M.Sc. dan buku kedua yang berjudul Penginderaan jauh
karangan Bambang Syaeful Hadi memiliki struktur bahasa yang digunakan sesuai
dengan ketentuan dan kaidah Bahasa Indonesia, terlihat dengan jelas dari penggunaan
kata baku dan tidak terdapatnya kata tidak baku dalam penyajian materi. Penulisan
kata/kalimat/istilah yang berbahasa asing juga ditandai dengan dimiringkan atau
ditebalkan penulisannya, istilah-istilah ilmiah jug disertai dengan arti atau
penjelasannya. Penulisan rumus selalu diberikan tanda/ciri tertentu, dengan penulisan
rumus didalam “kotak” sehingga sangat memudahkan pembaca. Penggunaan dan
penempatan setiap kalimat sangat teratur dan sesuai dengan kaidah kebahasaan
Indonesia Serta pemilihan kata yang tepat sehingga membangun kalimat padu dengan
menyajikan makna yang lugas.

Tujuan Penulisan Buku

Buku pertama yang berjudul Penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan
karangan Firman Farid M, S.Pi,M.Sc. memiliki tujuan sebagai buku refernsi atau
pedoman untuk banyak khalayak pembaca.

Buku kedua yang berjudul Penginderaan jauh karangan Bambang Syaeful Hadi
sebagai sumber referensi tentang penginderaan jauh secara umum.

Isi Buku Secara Umum

Pada buku pertama yang berjudul Penginderaan jauh (remote sensing) yang
merupakan karangan Firman Farid M, S.Pi,M.Sc. menyajikan materi terkait
penginderaan jauh (remote sensing) dengan lengkap dan mendetail bahkan dapat
dipahami dengan mudah oleh para pembaca.

13
Sedangkan pada buku kedua yang berjudul Penginderaan jauh karangan Bambang
Syaeful Hadi menyajikan informasi yang diawali dengan pengertian penginderaan jauh
hingga bagaimana penginderaan jauh itu bekerja.

 Kelebihan Buku Utama : Penjelasan pada setiap bab buku ini lebih rinci
sehingga memudahkan pembaca dalam memahami tujuan dari penulisan di
setiap bab. Bahasanya mudah untuk dipahami secara umum. Buku ini juga
menyertakan pendapat ahli dalam setiap pembahasannya membuat isinya lebih
terpercaya. Cover dari bukunya juga membuat orang – orang tertarik untuk
membaca lebih jauh lagi. 

 Kekurangan Buku Utama :  Beberapa kata – kata yang tidak baku atau tidak
sesuai ejaan bahasa Indonesia, sumber dari buku juga tidak terlalu banyak, ada
kata yang tidak dimengerti secara umum dan tidak terindeks, Beberapa kalimat
tidak berhubungan dengan isi, pada buku ini juga tidak terdapat gambar
penjelasan untuk menjelaskan materi lebih detail.

 Kelebihan Buku Pembanding : Penjelasannya sesuai dengan daftar isi yang


tertera membuat pembaca dapat lebih memahami materi di setiap lembarnya.
Bahasa bukunya mudah dipahami karena menggunakan bahasa umum yang
sering didengar. Penjelasannya terperinci dan jelas. Memberi informasi sesuai
judul yang tertera. Isi tulisannya berdasarkan survei yang telah terpercaya. 

 Kekurangan Buku Pembanding : materi tentang penginderaan jauh dan


sistemnya pada buku ini sudah cukup bagus tetapi kurang penjelasan yang lebih
mendetail. Banyak kalimat yang ambigu untuk dipahami. Ada beberapa kata –
kata yang sulit dimengeri dan tidak terindeks. Banyak pembahasan yang
seharusnya tidak diikutsertakan dalam bab – bab tertentu. Ada beberapa istilah
asing yang tidak dijelaskan secara detail dan mendalam. 

14
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan

Dengan memperbandingkan kedua buku mengenai Penginderaan Jauh menurut


penulis yang merupakan mahasiswi Pendidikan Geografi di Universitas Negeri Medan,
buku pertama yang berjudul Penginderaan jauh (remote sensing) yang merupakan
karangan Firman Farid M, S.Pi,M.Sc. dan buku kedua yang berjudul Penginderaan jauh
karangan Bambang Syaeful Hadi merupakan sumber literasi yang cukup relevan
terhadap mata kuliah Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Dimana, dalam mata
kuliah tersebut akan lebih membahas mengenai pengertian penginderaan jauh, sistem
penginderaan jauh, hingga bagaimana cara kerja penginderaan jauh (remote sensing).

Pada dasarnya setiap buku memiliki kelebihan maupun kekurangannya masing-


masing. Tergantung pada para pembaca bagaimana cara menyikapi dalam mengkaji
setiap materi yang disampaikan.

B. Saran
Semoga dengan adanya program atau tugas CBR ini dapat membuat Mahasiswa
berfikir kritis dan aktif dalam mempelajari pengetahuan serta menambah minat dalam
membaca buku – buku, khususnya buku pengetahuan. Diharapkan agar siswa pandai
dalam mencari informasi dan menelaah serta membandingkan berbagai buku yang
ditemui.

15
DAFTAR PUSTAKA

Farid Firman. 2015. Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Malaysia: UTM Press

Hadi Bambang Syaeful. 2019. Penginderaan Jauh. Depok: UNY Press

16

Anda mungkin juga menyukai