Anda di halaman 1dari 76

Critical Book Riview

Hak Kekayaan Intelektual


Dosen Pengampu: Parlaungan Gabriel Siahaan, S.H, M.Hum

Nama : Lidia Rumapea

NIM : 3212411016

Kelas : PPKn Reg 4B 2021

Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual

Dosen Pengampu : Parlaungan Gabriel Siahaan, S.H, M.Hum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat,
hidayah dan perlindunganNya yang di berikan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Critical Book Review dengan judul " Hak Kekayaan
Intelektual " untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Hak Kekayaan Intelektual.

Pada penulisan makalah ini dapat di sadari tentunya tidak terlepas dari
dukungan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penulisan
makalah ini dapat tersusun. meskipun penulisan masih banyak kekurangan di
dalamnya. Maka sepantasnya penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen pengampu Parlaungan
Gabriel Siahaan, S.H, M.Hum

Semoga resensi buku kritis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun
banyak kekurangannya. Akhir kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya
kepada para pembaca dan korektor jika ada kesalahan. Salah ketik, format dan
kesalahan lainnya yang kurang berkenan bagi pembaca atau korektor karena saya
masih belajar sampai saat ini. Untuk itu saya mohon kritik dan sarannya untuk maju
bersama.

Medan, 2023

Lidia Rumapea

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENGANTAR ........................................................................................................ 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan CBR .................................................................................. 1
1.3 Manfaat CBR ................................................................................................. 1
1.4 Identitas Buku yang Di review ...................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
RINGKASAN BUKU ............................................................................................. 4
2.1 Ringkasan Buku Utama 1 .............................................................................. 4
2.2 Ringkasan Buku Utama 2 ............................................................................ 35
2.3 Ringkasan Buku Pembanding ..................................................................... 53
BAB III ................................................................................................................. 67
KEUNGGULAN BUKU ...................................................................................... 67
3.1 Keterkaitan antar bab ................................................................................... 67
3.2. Kemuktahiran isi buku ............................................................................... 67
3.3. Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu ........................................ 67
BAB IV ................................................................................................................. 68
KELEMAHAN BUKU ......................................................................................... 68
4.1 Keterkaitan antar bab ................................................................................... 68
4.2. Kemuktahiran isi buku ............................................................................... 68
4.3. Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu ........................................ 68
BAB V................................................................................................................... 69
HASIL ANALISIS ................................................................................................ 69
BAB VI ................................................................................................................. 70
PENUTUP ............................................................................................................. 70
5.1 kesimpulan................................................................................................. 70
5.2 Saran ............................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

ii
BAB I

PENGANTAR

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critical Book Report merupakan salah satu instrument yang dapat mendukung
keberhasilan dalam proses pembelajaran di bangku perkuliahan. Indikator
keberhasilan Critical Book Report untuk mendukung keberhasilan dalam
pembelajaran itu dapat dilihat dari terciptanya kemampuan dari setiap
mahasiswa/mahasiswi untuk mengevaluasi penjelasan,interpretasi serta analisis
mengenai kelebihan maupun kelemahan baik dari jurnal maupun artikel lainnya
sehingga berdampak besar bagi pengembangan cara berpikir dari mahasiswa yang
pada akhirnya menambah pemahaman dan pengetahuan mahasiswa itu sendiri
terhadap kajian mata kuliah yang telah diambil. Dengan kata lain melalui Critical
Book Report mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang maupun
penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh setiap mahasiswa
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


Adapun tujuan dari penulisan CBR ini adalah:
1. Menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Hak Kekayaan Intelektual
2. Menambah pengetahuan pembaca mengenai satu materi
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa/mahasiswi dan menguatkan konsep
dari beberapa buku yang telah dibaca
1.3 Manfaat CBR
Manfaat penulisan Critical Book Report adalah terciptanya kemampuan dari
setiap mahsiswa/mahasiswi untuk mengevaluasi penjelasan, dan menganalisis
mengenai kelebihan ataupun kelemahan baik dari buku maupun artikel lainnya
sehingga berdampak besar bagi pengembangan cara berpikir mahasiswa/mahasiswi
yang pada akhirnya menambah pemahaman dan pengetahuan mahasiswa itu sendiri
terhadap kajian mata kuliah yang diambil. Dengan kata lain, melalui Critical Book

1
Report mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang maupun penulis
berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang mereka miliki.

1.4 Identitas Buku yang Di review


BUKU UTAMA 1:

Judul : Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual

Penulis : Dr. M. Citra Ramadhan, S.H.,M.H. Fitri Yanni Dewi


Siregar, S.H.,M.H. Bagus Firman Wibowo, S.H.,M.H.

Penerbit : Universitas Medan Area Press

Tahun Terbit : 2018

ISBN : 978-623-8183-11-1

Jumlah Halaman : III+ 153 Hal

Edisi :-

BUKU UTAMA 2

Judul : Hak Kekayaan Intelektual

Penulis : DAHRIS SIREGAR

Penerbit : PT INOVASI PRATAMA INTERNASIONAL

Tahun Terbit : 2022

ISBN : 978-623-88341-3-6

Jumlah Halaman : iv+51

Edisi : pertama

BUKU PEMBANDING

Judul : Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Konsep


Perlindungan Hukum Terhadap Produk Industri Kecil
Menengah

2
Penulis : Dr. Dora Kusumastuti.,SH.,MH Dr. Y.Djoko
Suseno.MSi Dr. Sutoyo.MPd

Penerbit : UNISRI PRESS Jl. Sumpah Pemuda 18 Joglo Kadipiro

Tahun Terbit : 2018

ISBN : 978-602-73158-4-6

Jumlah Halaman : iii+72

Edisi : pertama

3
BAB II

RINGKASAN BUKU

2.1 Ringkasan Buku Utama 1


BAB I PENGANTAR HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
Kekayaan Intelektual (KI) merupakan bagian dari hukum harta benda
(hukum kekayaan). Kekayaan Intelektual, khususnya yang berkaitan dengan
haknya, dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud
(intangible). Hak Kekakayaan Intelektual bersifat sangat abstrak dibandingkan
dengan hak atas benda bergerak pada umumnya, seperti hak kepemilikan atas tanah,
kendaraan, dan properti lainnya yang dapat dilihat dan berwujud. Menurut Parah
ahli yaitu David I Bainbridge, Intellectual Property atau Hak Kekayaan Intelektual
adalah hak atas kekayaan yang berasal dari karya intelektual manusia, yaitu hak
yang berasal dari hasil kreatif yaitu kemampuan daya piker manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk karya, yang bermanfaat serta berguna untuk
menunjang kehidupan sehari-hari. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual menurut
OK Saidin adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari kerja
otak manusia yaitu penalaran yang ada pada manusia dan hasil kerja tersebut berupa
benda Immateriil.1 Berkaitan dengan kemampuan manusia OK Saidin
mengemukakan bahwa tidak semua orang dapat dan mampu mempekerjakan
otaknya (nalar, ratio, intelektual) secara maksimal. Perlindungan hukum dalam hal
Hak Kekayaan Intelektual bersifat terpisah dengan Hak atas Kekayaan Intelektual
itu sendiri dengan hasil material yang menjadi bentuk jelmaan fisik dari Hak
tersebut. Hak atas Kekayaan Intelektual adalah merupakan Hak atas Kekayaan yang
tidak berwujud/intangible assets yaitu Hak atas kemampuan menggunakan otaknya
secara kreatif, beratio dan bernalar sehingga menghasilkan karya intelektual. Dalam
kerangka Hak Kekayaan Intelektual, yang mendapat perlindungan hukum (Hak
Eksklusif) adalah Hak-nya, sedangkan jelmaan dari Hak tersebut yang berupa
benda secara fisik atau benda berujud (benda materil). Dalam kerangka membangun
suatu sistem hukum Hak Kekayaan Intelektual nasional, serta dengan
diratifikasinya Konvensi tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia

4
(WTO) melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1994, dan juga untuk menunjang
keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Paris (Paris Convention for the Protection
of Industrial Property), The Hague Agreement (London Act) concerningthe
International Deposit of Industrial Designs, Provision of the Treaty on intellectual
Property in Respect of Integrated Circuit (Washington Treaty), maka Indonesia
wajib membentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan
Hak atas Kekayaan Intelektual, serta wajib mengharmoniskan sistem hukum
HKInya dengan standar-standar yang ditetapkan TRIPS Agreement.

Jenis Hak Kekayaan Intelektual Dalam TRIPS Agreement , khususnya


dalam Article 9-40 menggolongkan jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual
yangdilindungi meliputi : 1. Hak Cipta (Copyrights) 2. Merek (Trademarks) 3.
Indikasi Geografis (Geographical Indications) 4. Desain Industri (Industrial
Design) 5. Paten 6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay-Out Designs
(topographies) of Integrated Circuits). 7. Informasi yang Dirahasiakan
(Undisclosed Information) atau yang dikenal dengan istilah Rahasia Dagang/Trade
Secret 8. Pengendalian Praktik-praktik Persaingan Curang dalam Perjanjian
Lisensi. Perlindungan hukum terhadap karya-karya intelektual manusia sangat
penting karena masyarakat Barat serta masyarakat industri maju yang mempelopori
perkembangan sistem hukum HKI inisangat concern menyikapi perlindungan
hukumnya, mengingat karya-karya yang masuk dalam lingkup HKI baik berupa
karya seni, sastra, penemuan tehnologi, desain, merekdan karya HKI lainnya adalah
merupakan hasil kreativitas intelektual manusia yang lahir dari proses yang sangat
panjang, dengan pengorbanan berat, baik dari segi waktu, tenaga dan biaya.
Perlindungan hukum terhadap HKI dalam konteks .TRIPs Agreement, Annex 1C
dari World Trade Organization (WTO) secara tegas mengatur bahwa seluruh negara
anggota wajib mentaati dan melaksanakan standar-standar universal TRIPs secara
full compliance dalam melindungi HKI. Melalui UndangUndang No. 7 Tahun
1994, Indonesia telah resmi meratfikasi WTO termasuk didalamnya TRIPs
Agreement. Dalam perspektif The Vienna Convention on the Law of Treaties 1969
bahwa keberadaan suatu Traktat (Treaty) menimbulkan akibat hukum berupa
kewajiban dari negara anggota untuk mengharmonisasikan dan menyesuaikan

5
hukum nasionalnya sesuai dengan kaedah-kaedah hukum yang disepakati dalam
Treaty yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, konsekuensinya Indonesia
wajib mentaati standard-standard internasional yang telah disepakati dalam WTO,
asas Pacta Sun Servanda wajib ditegakkan. Indonesia diberikan tenggang waktu
sampai tanggal 1 Januari tahun 2000 untuk memenuhi kewajibannya terhadap
TRIPs Agreement.11 Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO wajib
mentaati perjanjian TRIPs, dengan cara mengatur perlindungan terhadap HKI dan
mengharmonisasikan aturannya sesuai standard TRIPs Agreement, serta
melaksanakan penegakan hukum di bidang HKI. Dalam rangka harmonisasi
hukum, Indonesia saat sekarang ini telah memiliki pengaturan mengenai HKI dalam
berbagai Undang-Undang di bidang HKI, baik yang berbasis system perlindungan
otomatis untuk Hak Cipta maupun untuk Merek, Paten dan Desain Industri berbasis
perlindungannya melalui proses pendaftaran (first to file system).

BAB II KETENTUAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

Secara internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali terjadi pada


tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang,
dan desain. Pada tahun 1886 terdapat perjanjian Berne Convention untuk masalah
hak cipta (copyright). Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang
standarisasi, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur
mendapatkan hak kekayaan intelektual. Hasil dari kedua konvensi tersebut adalah
dibentuknya biro administratif yang bernama The United International Bureau for
The Protection of Inttellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World
Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO merupakan organisasi
internasional di bawah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus
menangani masalah HKI. Peraturan lainnya yang terkait dengan HKI secara
internasional adalah hasil dari perundingan di Uruguay yang disebut sebagai
Putaran Uruguay (Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung pada tahun
1986 – 1994 membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang kemudian membentuk organisasi
perdagangan dunia atau World Trade Organisation (WTO). Selain pembentukan

6
WTO, kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay adalah persetujuan
tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan
intelektual atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPs). Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah
meratifikasi persetujuan WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994.13 Peraturan
perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia, secara historis telah ada sejak
zaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun
1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU
Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih
bernama Netherlands East– Indies telah menjadi anggota Paris Convention For the
Protection of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid Convention dari
tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne Convention for the Protection
of Literary and Artistic Works sejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang
yaitu tahun 1942, semua peraturan perundangundangan di bidang HKI tersebut
tetap berlaku. Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD
1945, seluruh peraturan Perundang–undangan peninggalan kolonial Belanda tetap
berlaku selama tidak bertentangan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek
peninggalan Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten
karena dianggap bertentangan dengan Pemerintah Indonesia. Sebagaimana
ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda permohonan paten dapat diajukan
di Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas
permohonan paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di
Belanda.14 Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang
paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur
tentang pengajuan sementara permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman
Menteri Kehakiman No. J.G. 1/2/17, yang mengatur tentang pengajuan sementara
permintaan paten luar negeri. Undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI
disahkan pada tanggal 11 Oktober 1961, yaitu UU No. 21 tahun 1961 tentang Merek

7
Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk mengganti UU Merek
kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang–undang Indonesia
pertama di bidang HKI mulai berlaku tanggal 11 Nopember 1961. Penetapan UU
Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang–barang
tiruan/bajakan. Pada tanggal 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris
[Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision
1967)] berdasarkan Keputusan Presiden No.24 tahun 1979. Tiga tahun kemudian,
pada tahun 1997 Pemerintah Indonesia merevisi perangkat peraturan perundang–
undangan di bidang HKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982 UU,
Paten 1989 dan UU Merek 1992. Di penghujung tahun 2000, disahkan empat UU
baru di bidang HKI, yaitu UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No.
31 tahun 2000 tentang Desain Industri, UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, dan UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.17 Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundangan–
undangan di bidang HKI dengan Persetujuan TRIPs, pada tahun 2001 Pemerintah
Indonesia mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun
2001 tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait.
Pada pertengahan tahun 2002, disahkan UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak
diundangkannya.

BAB III HAK CIPTA

UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta
adalah hak yang mengatur karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan diberikan pada ide, prosedur,
metode atau konsep yang telah dituangkan dalam wujud tetap. Untuk mendapatkan
perlindungan melalui Hak Cipta, tidak ada keharusan untuk mendaftarkan.
Pendaftaran hanya semata-mata untuk keperluan pembuktian belaka. Dengan
demikian, begitu suatu ciptaan berwujud, maka secara otomatis Hak Cipta melekat
pada ciptaan tersebut. Biasanya publikasi dilakukan dengan mencantumkan tanda
Hak Cipta. Karya-karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan Hak

8
Cipta adalah karya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya-karya
tersebut baru mendapat perlindungan hukum apabila telah diwujudkan sebagai
ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi (expression work) yang sudah dapat
dilihat, dibaca, didengarkan, dan sebagainya. Hukum hak cipta tidak melindungi
ciptaan yang masih berupa ide (idea) semata. Ide dasar sistem hak cipta adalah
untuk melindungi wujud hasil karya manusia yang lahir karena kemampuan
Intelektualnya. Perlindungan hukum ini hanya berlaku pada ciptaan yang telah
mewujud secara khas sehingga dapat dilihat, didengar, maupun dibaca. Dengan
gambaran seperti itu menunjukan bahwa Hak Cipta mempunyai syarat substantif,
yaitu meliputi tiga elemen, yakni originalitas, kreativitas, dan fikasi. Suatu karya
dapat dikatakan memiliki unsur originalitas dan dan merupakan bentuk kreativitas
jika merupakan hasil kreasi sendiri walaupun bias saja terinspirasi dari karya orang
lain. Dalam UU Hak Cipta, selain mengatur perlindungan karya cipta yang bersifat
individual, juga mengatur perlindungan atas karya yang lahir secara komunal.
Berdasarkan Pasal 38 UUNo. 28 Tahun 2014 diatur tentang Ekspresi Budaya
Tradisional dan Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui. Pasal 38
Ayat (1) mengatur bahwa Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
negara. Secara lebih rinci yang dimaksud dengan ekspresi budaya tradisional diatur
dalam Penjelasan UUNo. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pencipta dan
kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum Hak Cipta. Yang
dimaksud harus mempunyai kualifikasi tertentu agar hasil karyanya dapat
dilindungi. Seorang pencipta harus mempunyai Identitas dan status untuk
menentukan kepemilikan hak. Pada dasarnya sesorang mempunyai sebuah karya
tertentu adalah seorang pemilik Hak Cipta. Pencipta dalah seorang atau beberapa
orang secara bersama-sama yang dari inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan dalam bentuk khas dan bersifat pribadi. Orang yang meciptakan sesuatu
bentuk ciptaan tertentu dianggap dialah yang memiliki hak cipta tersebut, kecuali
ditentukan lain. Dalam konteks hukum, yang dianggap sebagai pencipta adalah
yang diumumkan dalam resmi. Ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta. Juga mengatur Hak Negara untuk memanfaatkan atau

9
mewajibkan pihak tertentu memperbanyak Ciptaan berhak cipta demi kepentingan
umum atau kepentingan nasional,26 ataupun melarang penyebaran Ciptaan "yang
apabila diumumkan dapat merendahkan nilai-nilai keagamaan, menimbulkan
masalah kesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap
pertahanan keamanan negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang
berlaku dalam masyarakat, dan ketertiban umum".

Hak Ekonomi dapat juga diberi Istilah dengan financial right adalah yang
dimiliki oleh seorang Pencipta untuk mendapatkan keuntungan ciptaannya. Hak
Ekonomi ini pada setiap Undang-Undang Hak Cipta selalu berbeda, baik
terminologinya, jenis hak yang diliputinya maupun ruang lingkup dari tiap jenis
dari hak ekonomi tersebut. Hak-hak ekonomi seperti di atas merupakan suatu
kesatuan hak yang terdiri atas unsur-unsur hak yang dapat dipisahkan (a boundle of
right), seluruh hak yang terbit dari akibat penciptaan itu tadi merupakan hak
Pencipta yang dapat dialihkan secara ekonomis. Meskipun satu kesatuan hak, dalam
hal pengalihannya dapat dipecah (disability) karena hak tersebut dapat terpisah dari
pokoknya sehingga dalam perjanjian pengalihan Hak Cipta ini biasa diperjanjikan
hak tertentu saja.

BAB IV PATEN

Paten (patent)” adalah kata dalam bahasa latin yang berarti terselubung.
Sedangkan lawan dari kata laten adalah “paten (patent)” yang berarti terbuka. Arti
kata terbuka di dalam paten adalah berkaitan dengan invensi yang dimintakan
paten. Semua rahasia yang berkaitan dengan invensi tersebut harus diuraikan dalam
sebuah dokumen yang disebut spesifikasi paten yang dilampirkan bersamaan
dengan permohonan paten. Pada tahap pengumuman, informasi mengenai invensi
yang diajukan paten tersebut, diumumkan kepada publik dengan cara
menempatkannya pada Berita Resmi Paten dan pada sarana khusus yang disediakan
oleh Dirjen. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 14 tahun 2001, Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

10
melaksanakannya. Dalam hal ini yang berhak memperoleh Paten adalah si inventor
itu sendiri, atau pihak lainnya yang menerima lebih lanjut hak inventor yang
bersangkutan. Misalnya diperolehnya hak dkarena proses pewarisan, hibah, wasiat,
atau perjanjian-perjanjian tertulis, ataupun karena melalui proses Lisensi. Hak yang
diperoleh melalui paten adalah hak khusus untuk menggunakan invensi yang telah
dilindungi paten serta melarang pihak lain melaksanakan invensi tersebut tanpa
persetujuan dari pemegang paten. Oleh karena itu, pemegang paten harus
mengawasi haknya agar tidak dilanggar oleh pihak lain.

Mengenai subyek Paten Pasal 10 Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001


menyebutkan: 1) Yang berhak memperoleh paten adalah penemu (Inventor) atau
yang menerima lebih lanjut hak penemu yang berhak memperoleh Paten atas
penemuan yang bersangkutan. Penerimaan lebih lanjut hak penemu tersebut dapat
terjadi karena pewarisan, penghibahan, pewasiatan, atau perjanjian. 2) Jika suatu
invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama hak atas invensi
tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan.44
Dalam Pasal Undang-Undang No. 14 tahun 2001 disebutkan: “kecuali terbukti lain,
yang dianggap sebagai inventor adalah seorang atau beberapa orang untuk pertama
kali dinyatakan sebagai inventor dalam permohonan. Mengenai hak dan kewajiban
pemegang paten Pasal 16 UU No. 14 Tahun 2001. Hak eksklusif demikian
penjelasan pasal 16 ayat (1) artinya hak yang hanya diberikan kepada pemegang
paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri komersial atau
memberikan hak lebih lanjut untuk itu kepada orang lain. Dengan demikian, orang
lain dilarang melaksanakan paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten.
Paten mempunyai objek terhadap temuan atau invensi (uitvinding) atau juga disebut
dengan invention dalam bidang teknologi yang secara praktis dapat dipergunakan
dalam bidang perindustrian. Pengertian industri disini bukan saja terhadap industri
tertentu akan tetapi dalam arti seluas-luasnya termasuk didalamnya hasil
perkembangan teknologi dalam industri bidang pertanian, industri bidang teknologi
peternakan, dan bahkan industri dalam bidang teknologi pendidikan.

11
Perlindungan hukum atas Paten diperoleh melalui sistem pendaftaran, yaitu
dalam hal ini dianut Sistem Konstitutif, atau juga yang dikenal dengan sebutan first
to file system. Menurut Sistem Konstitutif, Hak atas Paten diberikan atas dasar
pendaftaran yaitu proses pendaftaran dengan melalui tahapan permohonan oleh
inventor dan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Dalam Sistem ini titik beratnya adalah pada proses pendaftaran melalui tahapan
permohonan dan pemeriksaan. Sistem ini dikenal pula dengan sebutan Sistem Ujian
(Examination System). Pengajuan permohonan pendaftaran Paten harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan yaitu: persyaratan
formal/administrasi dan substantif, yang nantinya juga melahirkan dua tahap
pemeriksaan yaitu pemeriksaan formal/administrasi dan pemeriksaan substantif.
Persyaratan substantif pertama, Suatu penemuan dapat diberikan paten apabila
merupakan hasil penemuan baru dalam bidang teknologi, dengan kata lain harus
merupakan hal yang baru (New), penemuan itu merupakan penemuan baru yang
memiliki kebaruan atau Novelty, syarat kebaruan atau novelty ini merupakan syarat
mutlak. Persyaratan substantif yang kedua adalah persyaratan langkah inventif
(inventifve steps). Suatu penemuan dikatakan mengandung langkah inventif, jika
penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang teknik
merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Persyaratan terakhir adalah
dapat diterapkan dalam industry (industrial applicability). Ada dua sistem
pendaftaran paten yang dikenal di dunia yaitu sistem registrasi dan sistem ujian.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten menggunakan sistem
pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi syaratsyarat administratif.
Pemilihan sistem pemeriksaan ditunda ini dilakukan karena beberapa
pertimbangan, tetapi yang terpenting adalah, “Sistem ini mengikutsertakan
masyarakat dalam proses pemeriksaan paten. Dapat dikatakan bahwa sistem ini
lebih demokratis. Sistem ini juga melonggarkan tekanan berupa beban pemeriksaan
yang sangat besar pada Kantor Paten”.Dalam praktik permintaan paten di Indonesia
secara kuantitatif dapat dijelaskan bahwa permintaan paten hanya sedikit yang
berasal dari dalam negeri, selainnya jumlah terbesar berasal dari luar negeri. Ini

12
menunjukkan bahwa kemampuan orang Indonesia untuk menghasilkan penemuan
baru yang dapat memperoleh hak paten belum memperlihatkan angka yang
menggembirakan. Dalam keadaan seperti ini, untuk menunjang dan mempercepat
laju industrialisasi, perjanjian lisensi sangat penting artinya. Masuknya paten dan
lahirnya berbagai perjanjian lisensi merupakan konsekuensi logis dari
diundangkannya undang-undang paten, lebih dari itu, hal ini merupakan bagian dari
globalisasi perekonomian dunia. Negara Indonesia yang berambisi menjadi negara
industri sudah seharusnya melakukan perjanjian lisensi ini semaksimal mungkin.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten perjanjian lisensi ini
diatur dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 73.

BAB IV MEREK

Hak Merek dalam ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual merupakan


bagian dari sebuah hak Milik Industri. Konvensi yang mengatur perihal Merek
adalah Konvensi Paris. Merek adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang
diproduksi suatu perusahaan. Pada mulanya Merek hanya diakui untuk barang,
sedangkan pengakuan untuk Merek Jasa barulah diakui Konvensi Paris pada
perubahan di Lisabon 1958. Di Inggris pun Merek Jasa baru bisa didaftarkan dan
mempunyai konsekuensi yang sama dengan Merek Barang setelah adanya
ketentuan yang baru diberlakukan pada Oktober 1986, yaitu undang-undang hasil
revisi pada Tahun 1984 atas Undang-Undang Trade Marks 1938. Mengenai Merek
Jasa tersebut di Indonesia barulah dicantumkan pada Undang-Undang Nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek. Pencantuman pengertian Merek sekarang ini pada
dasarnya banyak kesamaannya di antara negara peserta Uni Paris. Hal ini
disebabkan mereka mengacu pada ketentuan Konvensi Paris tersebut. Hal ini
disebabkan mereka mengacu pada ketentuan Konvensi Paris tersebut. WIPO
sebagai organisasi inter. Merek secara nasional sekarang ini di Indonesia diatur
melalui UndangUndang No. 15 Tahun 2001, sedangkan secara Internasional diatur
dalam berbagai Konvensi seperti : Paris Convention, Madrid Agreement, dan
TRIPs Agreement. Menurut pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 15 tahun 2001
tentang Merek menentukan bahwa Merek adalah : tanda yang berupa gambar,

13
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. Hal tersebut sesuai denga yang diatur dalam Article
15 TRIPs, menetapkan merek adalah setiap tanda atau kombinasi dari tanda yang
memiliki kemampuan untuk membedakan barang atau jasa dari satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya harus dapat dinyatakan sebagai merek.57 Jenis Merek
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Merek Dagang b. Merek Jasa. Merek hanya
dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan pemiliknya atau kuasanya.
Dalam pendaftaran Merek, saat ini dikenal dua macam sistem pendaftaran, yaitu: a.
Sistem deklaratif (passief stelsel) dan b. Sistem konstitutif (aktif) atau atributif.

Menurut ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001


tentang Merek, Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu
10 tahun sejak tanggal penerimaan pendaftaran Merek yang bersangkutan, Jangka
waktu perlindungan selama 10 tahun tersebut sesuai dengan jangka waktu yang
diatur WIPO dalam Model Hukum Merek dan Persaingan Tidak Jujur (Model Law
on Mark) sebagaimana tercantum pada Pasal 16. Atas permohonan Pemilik Merek,
jangka waktu perlindungan ini dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu
yang sama. Dalam hal perpanjangan ini biasanya tidak dilakukan lagi penelitian
(examination) atas Merek tersebut, juga tidak dimungkinkan adanya bantahan.
Prosedur permohonan perpanjangan waktu dilakukan secara tertulis oleh pemilik
atau kuasanya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dan sekurangkurangnya
6 bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi Merek terdaftar
tersebut. Permohonan perpanjangan waktu ini dapat diterima, tetapi dapat juga
ditolak. Merek sebagai hak milik dapat dialihtangankan, baik melalui pewarisan,
hibah, wasiat, maupun dengan cara perjanjian dalam bentuk akta notaris atau sebab-
sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang. Pengalihan Hak Merek dapat
dilakukan, baik kepada perorangan maupun kepada badan hukum. Segala bentuk
pengalihan ini wajib didaftarkan untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek.
Pengalihan hak mempunyai kekuatan terhadap pihak ketiga hanya jika telah tercatat
dalam Daftar Umum Merek.

14
BAB VI RAHASIA DAGANG

Implikasi globalisasi ekonomi terhadap hukum tidak dapat dihindari karena


globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, secara substansi
berbagai undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melampaui batas-
batas negara (cross-border). Isu di bidang Hak Kekayaan Intelektual merupakan isu
yang sangat penting karena berkaitan dengan perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara khusunya terkait dengan Rahasia dagang.
Rahasia Dagang dikenal juga dengan sebutan Undisclosed Information
(WTO/TRIPs) atau Confidential Information (Inggris), atau Trade
Secret(Amerika), dan Indonesia menyebutnya Rahasia Dagang, yang merupakan
alih bahasa dari Trade Secret. Adanya penamaan yang berbeda ini tidak
membedakan pemahaman yang terkandung di dalamnya. Rahasia Dagang adalah
informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.68 Rahasia dagang sebagai bagian dari
sistem Hak Kekayaan Intelektual patut diberi perlindungan sebagaimana obyek
HKI lainnya. Perlindungan rahasia dagang diatur dalam Undang-Undang No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang berkembang mengikuti
industrialisasi dan budaya yang bersifat kompetitif dan individualistik. Rahasia
dagang pada masyarakat barat dianggap sebagai “private rights” karena rahasia
yang dihasilkan dari intelektualitas manusia yang telah berkorban mengunakan
pikiran, tenaga, dan biaya yang tinggi. Sebaliknya budaya timur menganggap
rahasia dagang sebagai “public rights” yang merupakan milik bersama. Perbedaan
ini tidak mendukung perlindungan terhadap rahasia dagang pada umumnya.
Rahasia Dagang adalah hak terhadap sebuah informasi penting milik pemegang hak
rahasia dagang yang diakui dan timbul berdasarkan UndangUndang Rahasia
Dagang. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan informasi rahasia dagang
adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Konsep perlindungan hak rahasia

15
dagang sebagaimana hak kekayaan intelektual lainnya adalah melindungi hak milik
dari tindakan orang lain yang mempergunakannya tanpa hak. Sebagaimana kita
ketahui bahwa rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui secara umum
atau diketahui secara terbatas oleh pihak-pihak tertentu tentang hal-hal yang
menyangkut dagang. Informasi dagang ini perlu diproteksi kerahasiaannya karena:
a. secara moral memberikan penghargaan kepada pihak yang menemukan; b. secara
materi memberikan insentif. Adapun persyaratan informasi tersebut
diklasifikasikan bersifat rahasia dan memiliki nilai ekonomi, kriterianya
sebagaimana ditentukan pada Pasal 3 ayat (2), (3), dan (4), yaitu sebagai berikut:
(2) Informasi dianggap bersifat rahasia apabita informasi tersebut hanya diketahui
oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara mum oleh masyarakat. (3) Informasi
dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut dapat
digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau
dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi, (4) Informasi dianggap dijaga
kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut. Perlindungan rahasia dagang
diberikan apabila suatu informasi dianggap bersifat rahasia. Rahasia artinya suatu
informasi yang tidak diketahui secara umum. Informasi dianggap dijaga
kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah - langkah yang layak dan patut. Layak dan patut adalah semua
langkah yang memuat ukuran kewajaran, kelayakan dan kepatutan yang harus
dilakukan. Misalnya dalam suatu perusahaan ada prosedur baku cara penyimpanan
arsip-arsip yang dirahasiakan. Adanya perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani
oleh karyawan ketika awal penerimaan pegawai atau pekerja yang berkerja di
lingkungan rahasia itu dioperasionalkan sehingga rahasia itu benar-benar
terlindungi. Subyek Rahasia dagang adalah pemilik rahasia dagang. Pemilik rahasia
dagang memiliki hak untuk: 1) Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang
dimilikinya; 2) Memberi lisensi kepada pihak lain atau melarang pihak lain untuk
menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada
pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial. Obyek ruang lingkup
rahasia dagang menurut undang-undang No. 30 Tahun 2000 Pasal 2 meliputi

16
metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau informasi lain di
bidang tekhnologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui
oleh masyarakat umum. Perlindungan rahasia dagang berdasarkan perjanjian telah
dicantumkan secara eksplisit dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d UU Rahasia Dagang,
yang menyatakan bahwa perlindungan rahasia dagang lahir antara lain berdasarkan
perjanjian tertulis.

BAB VII DESAIN INDUSTRI

Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau


komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk 3 (tiga) dimensi atau 2 (dua) dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola 3 (tiga) dimensi atau 2 (dua) dimensi serta dapat
dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau
kerajinan tangan.76 Dari pengertian seperti itu maka produk atau barangnya
merupakan gabungan kreativitas dan teknikal dalam proses perancangan produk
industri dengan tujuan untuk dapat dipakai oleh manusia atau pengguna serta
sebagai hasil produksi dari satu sistem manufaktur.77 Pengertian seperti yang
diuraikan diatas dapat dibandingkan dengan pengertian yang diberikan oleh United
Nations Industrial Development Organization mengenai Desain Industri, yaitu
“sebagai suatu kegiatan yang luas dalam inovasi teknologi dan bergerak meliputi
proses pengembangan produk dengan mempertimbangkan fungsi, kegunaan, proses
produksi, dan teknologi, pemasaran, serta perbaikan manfaat dan estetika produk
industri”. Sedangkan International Council Society if Industrial Design (ICSID)
mendefinisikan “Desain Industri sebagai suatu aktivitas kreatif untuk mewujudkan
sifat-sifat bentuk suatu objek. Dalam hal ini termasuk karakteristik dan hubungan
dari struktur atau sistem yang harmonis dari sudut pandang produsen dan
konsumen. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang No 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri bahwa desian industri memiliki hak eksekutif yang
diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Dapat

17
disimpulkan bahwa hak atas Desain Industri adalah hak khusus pemilik desain
terdaftar yang diperoleh dari negara. Dengan kata lain, berarti diperolehnya hak
kepemilikan atas Desain Industri adalah sebagai konsekuensi telah didaftarkannya
Desain Industri tersebut pada kantor Desain, dalam hal ini adalah Direktorat
Jenderal HKI. Setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri telah terjadi proses pendaftaran desain industri yang
dilakukan melalui Kantor Pendaftaran Desain Industri di Ditjen HKI. Konsekuensi
yuridis yang ditimbulkan adalah diberikannya hak desain industri oleh negara
kepada pihak yang mendaftarkan desain industri, selanjutnya perlindungan akan
diberikan hanya terhadap desain industri yang didaftarkan.81 Hak atas desain
industri diberikan oleh negara yang tentu saja negara tidak akan memberikan begitu
saja tanpa ada pihak yang meminta. Hak tersebut harus dilakukan dengan cara dan
prosedur tertentu. Permohonan juga dapat dilakukan dengan Hak Prioritas yang
diatur dalam Pasal 16 dan Pasal 17 UU Desain Industri tahun 2000. Hak Prioritas
merupakan salah satu prinsip dalam Konvensi Paris. Hak Prioritas adalah hak
Pemohon untuk mengajukan Permohonan Prioritas yang berasal dari negara yang
tergabung dalam Konvensi Paris untuk memperoleh pengakuan dari negara tujuan
(yang juga anggota Konvensi Paris) seolah-olah pengajuan dilakukan pada tanggal
pengajuan yang pertama kali. Adapun pembatalan pendaftaran desain industri dapat
dilakukan dengan dua cara, antara lain; Pertama atas dasar permintaan pemegang
hak desain industri yang dilakukan atas dasar permintaan tertulis yang diajukan oleh
pemegang Hak Desain Industri kepada Direktorat Jenderal. Pembatalan hak desain
industri sebagaimana dimaksud tidak dapat dilakukan apabila penerima lisensi hak
desain industri yang tercatat dalam daftar umum desain industri yang tercatat dalam
daftar umum desain industri tidak memberikan persetujuan secara tertulis, yang
dilampirkan pada permohonan pembatalan pendaftaran tersebut.

Standar kebaruan desain industri bervariasi antara negara satu dengan


negara lainnya, mulai dari kebaruan yang universal (universal newness) dalam
kondisi bahwa belum terungkap (disclosed) dan diantisipasi dimanapun di seluruh
dunia, sampai dengan kebaruan yang lingkupnya hanya nasional. Sesuai dengan
pengaturan dalam Pasal 25 Ayat (1) Persetujuan TRIPs/WTO, dinyatakan bahwa

18
suatu perlindungan desain industri dapat diberikan apabila baru atau orisinil.
Dengan melihat Pasal 25 Ayat (1) Persetujuan TRIPs/WTO ini ada dua kriteria agar
desain industri dapat diberikan perlindungan yakni kebaruan (newness) atau
orisinalitas (originality). Dapat dikatakan baru atau orisinil berdasarkan Persetujuan
TRIPs/WTO harus benar-benar berbeda, bukan merupakan gabungan dari kreasi-
kreasi desain industri yang sudah ada sebelumnya. Adapun penilaian kebaruan
desain industri menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang desain
industri, dimana definisi desain industri dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2000 secara singkat dan mendasar dapat didefinisikan sebagai
kreasi desain baik dua dimensi dan/atau tiga dimensi yang dapat memberikan kesan
estetis yang diterapkan pada produk. Kreasi desain yang dimaksud dalam hal ini
adalah bentuk dan konfigurasi untuk kreasi tiga dimensi, dan komposisi garis dan
komposisi warna untuk kreasi dua dimensi dan/atau gabungan daripadanya. Kreasi
tersebut harus diterapkan sebagai daya tarik dari kesan estetis yang ditimbulkannya
dan suatu desain dapat diberikan hak apabila mengandung unsur kebaruan.
Penilaian kebaruan desain industri pada proses pendaftaran dilakukan apabila
dalam masa pengumuman permohonan desain industri terdapat pihak yang
mengajukan keberatan terhadap permohonan yang sedang diajukan. Pengajuan
keberatan ini harus dilakukan dalam kurun waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
tanggal dimulainya pengumuman permohonan dengan membayar biaya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Desain Industri termasuk juga bagian dari Hak
Kekayaan Intelektual (HKI). Pengaturan mengkhusus kepada desain industri
terdapat pada UndangUndang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.87
Mengenai pelanggaran memakai desain orang lain yang sudah terdaftar untuk
barang dan jasa yang sejenis, diancam dengan hukuman pidana dan denda
pembayaran sejumlah uang yang telah ditentukan. Undang-Undang Desain Industri
Tahun 2000 yang selanjutnya disingkat dengan UUDI, menyebutkan tidak semua
desain industri dapat dilindungi secara hukum. Desain industri yang baru saja yang
oleh negara dapat diberikan kepada pendesain. Desain industri yang mendapat
perlindungan diberikan untuk desain industri yang baru. Desain industri dianggap
baru apabila pada tanggal penerimaan desain industri tersebut tidak sama dengan

19
pengungkapan yang telah ada sebelumnya.88 Perlindungan desain industri secara
tegas diatur dalam Pasal 2, 3, 4, dan 5 Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri menyatakan “bahwa hak desain industri diberikan untuk desain industri
yang baru. Desain industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain
industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya”,
sebagaimana ternyata dalam Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang No 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri. Lebih jauh Pasal 5 Ayat (3) Undang-Undang No 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
pengungkapan sebelumnya tersebut adalah pengungkapan Desain industri yang
sebelum: a. Tanggal penerimaan; atau b. Tanggal prioritas apabila permohonan
diajukan dengan hak prioritas; c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia
atau diluar Indonesia. Perlindungan terhadap hak desain industri baik perlindungan
hak ekonomi maupun hak moral apabila diberikan secara memadai akan
mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatkan kreasi pendesain yang pada
akhirnya akan memberikan kontribusi ekonomi yang besar, baik untuk pendesain
maupun untuk negara.

BAB VIII DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak yang berkenaan dengan


kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia.Kemampuan
tersebut dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen aktif,
yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di
dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi
elektronik.Sesuai Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 32 Tahun 2000 Tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah
kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua
interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut

20
dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.89 Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu (DTLST) sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual
diatur dengan Undang-Undang. UU 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu diperlukan sebab Indonesia telah meratifikasi Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari
elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling
berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Pasal 6 UU Desain Tata Leak
Sirkuit Terpadu mengatur desain tata letak sirkuit terpadu yang dibuat dalam
hubungan dinas, pesanan, dan hubungan kerja. Jika desain itu dibuat dalam
hubungan dinas, maka dinas di mana ia bekerja menjadi pemegang hak desain
tersebut, kecuali diperjanjikan sebaliknya. Ketentuan ini juga berlaku juga terhadap
desain yang dibuat orang berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan
dinas. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan atas dasar Permohonan. 1.
Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat Jenderal
dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2.
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh Pemohon
atau Kuasanya. 3. Permohonan harus memuat: a. tanggal, bulan, dan tahun surat
Permohonan; b. nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan Pendesain; c. nama,
alamat lengkap, dan kewarganegaraan Pemohon; d. nama dan alamat lengkap
Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; dan e. tanggal pertama kali
dieksploitasi secara komersial apabila sudah pernah dieksploitasi sebelum
Permohonan diajukan. 4. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dilampiri dengan: a. salinan gambar atau foto serta uraian dari Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimohonkan pendaftarannya; b. surat kuasa khusus, dalam
hal Permohonan diajukan melalui Kuasa; c. surat pernyataan bahwa Desain Tata

21
Letak Sirkuit Terpadu yang dimohonkan pendaftarannya adalah miliknya; d. surat
keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf e. 5. Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari
satu Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon
dengan dilampiri persetujuan tertulis dari para Pemohon lain. 6. Dalam hal
Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan harus disertai pernyataan
yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa Pemohon berhak atas Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu yang bersangkutan. 7. Ketentuan tentang tata cara
Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Setiap Permohonan
hanya dapat diajukan untuk satu Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.94 Pemohon
yang bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, harus
mengajukan Permohonan melalui Kuasa. Pemohon sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus menyatakan dan memilih domisili hukumnya di Indonesia.
Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan Sirkuit Terpadu berlangsung
sangat cepat. Oleh karena itu, jangka waktu perlindungan Hak atas Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu hanya diberikan untuk masa 10 (sepuluh) tahun, yang
dihitung sejak Tanggal Penerimaan atau sejak tanggal Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu tersebut pertama kali dieksploitasi secara komersial dan tidak dapat
diperpanjang.96 Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
diberikan kepada Pemegang Hak sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi
secara komersial di mana pun, atau sejak Tanggal Penerimaan. Hak DTLST tidak
dapat diberikan jika bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan. Ketentuan ini berlaku untuk
semua jenis KI karena bertujuan untuk memberikan perlindungan juga bagi
kepentingan umum, sehingga fungsi KI menyeimbangkan antara kepentingan
pribadi (pemegang hak) dengan kepentingan umum (publik) sesuai dengan prinsip
sosial (the social argument).99 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu terdaftar dapat
dibatalkan oleh Direktorat Jenderal atas permintaan tertulis yang diajukan oleh
Pemegang Hak. Pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak dapat
dilakukan apabila penerima Lisensi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
tercatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak memberikan

22
persetujuan secara tertulis, yang dilampirkan pada permintaan pembatalan
pendaftaran tersebut. Keputusan pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada: a. Pemegang
Hak; b. penerima Lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan dalam Daftar
Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; c. pihak yang mengajukan pembatalan
dengan menyebutkan bahwa Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah
diberikan dinyatakan tidak berlaku lagi terhitung sejak tanggal keputusan
pembatalan. Keputusan pembatalan pendaftaran dicatatkan dalam Daftar Umum
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu. Adapun terhadap gugatan pembatalan pendaftaran
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
kepada Pengadilan Niaga. Putusan Pengadilan Niaga tentang pembatalan
pendaftaran Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu disampaikan kepada Direktorat
Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan diucapkan.

BAB IX PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

Varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies
yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji,
dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat
membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurangkurangnya satu sifat
yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Varietas
tanaman yang baru harus mendapatkan perlindungan secara hukum, hal ini
bertujuan agar para pemulia ataupun para pemegang hak pemulia dapat terus
bekerja menghasilkan varietas tanaman yang digunakan sebagai bibit unggul yang
bermanfaat dalam dunia pertanian tanpa harus khawatir hasil temuannya akan
disalahgunakan orang yang tidak berhak. PVT masuk ke dalam ranah HKI yang
memberikan landasan hukum bagi pemegang hak PVT (pemulia) untuk memiliki
hak monopoli terbatas terhadap penggunaan varietas baru yang dirakitnya. Sebagai
salah satu negara yang menghargai pentingnya HKI, Indonesia telah menerbitkan
Undang-Undang No. 29 tahun 2000 tentang PVT yang menjadi dasar pelaksanaan
PVT di Indonesia. Dalam UU No. 29 diamanatkan pelayanan PVT dilakukan oleh

23
Kantor PVT yang bertanggung jawab langsung pada Menteri Pertanian. Kantor
PVT saat ini bernama Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan
Pertanian (PVTPP) yang telah memberikan layanan efektif PVT sejak 2004 hingga
sekarang. Dalam sistem PVT, pemulia atau pemegang hak PVT bertindak sebagai
subyek pemegang hak PVT, sedangkan obyek perlindungan diberikan kepada
varietas yang dimohonkan. Definisi varietas dalam UU No. 29 tahun 2000 adalah
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk
tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies
yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila
diperbanyak tidak mengalami perubahan. Namun tidak semua varietas dapat diberi
perlindungan hak PVT, sebagaimana tercermin dari definisi PVT, sehingga PVT
hanya dapat diberikan kepada varietas yang dihasilkan oleh pemulia melalui
kegiatan pemuliaan tanaman. Dengan demikian, varietas yang ditemukan oleh
seseorang di hutan atau di pekarangan yang menghasilkan bunga indah sematamata
karena mutasi alami tidak dapat diberikan perlindungan hak PVT. Dalam hal ini
tidak terdapat unsur kekayaan intelektual pemulia dalam pembentukan varietas
tersebut. Sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI), PVT relatif baru
dalam sejarah hak kebendaan immateril yang diberikan negara. Di Amerika Serikat,
meskipun tidak disebut secara khusus dalam peraturan negara, varietas baru sudah
dilindungi sejak 1930, bersamaan dengan terbitnya The United State Patent Act
1930. Di Eropa, undang-undang yang berkaitan dengan PVT dan hasilnya dimulai
sejak abad ke-16. Pada 1961, beberapa negara dalam konvensi internasional telah
menyetujui PVT. Persetujuan internasional itu termuat dalam International
Convention for the Protection of Varieties of Plants, yang dikenal dengan UPOV.
UPOV merupakan akronim dari Union Internationale Pour La Protection Des
Obtentions Vegetable. Di Indonesia PVT dimulai sejak 1990 dengan diterbitkannya
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Kemudian pada tahun 1992 terbit lagi Undang-Undang No. 2
tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman, disusul oleh Undang-Undang No.
16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan dan Tanaman. Semua peraturan

24
perundang-undangan tersebut hanya mengatur secara parsial tentang PVT. Baru
pada 2000, melalui UndangUndang No. 29 tahun 2000, Indonesia memiliki undang-
undang yang sudah lebih rinci mengatur tentang PVT. Perkembangan pemuliaan
tanaman berjalan beriringan dengan revolusi hijau, yang menghendaki
keseragaman dan ketergantungan yang tinggi pada benih yang diproduksi oleh
industri perbenihan.

Sesuai penjelasan UU Nomor 29 tahun 2000 Pasal 2 ayat (1), yang


dimaksud dengan varietas dari spesies tanaman yang dapat diberi hak PVT adalah
semua jenis tanaman. Jenis tanaman tersebut baik berbiak secara generatif maupun
secara vegetatif. Kecuali bakteri, bakteroid, mikroplasma, virus, viroid, dan
bakteriofag. Varietas yang akan diberi hak PVT merupakan varietas yang
penggunaannya tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, norma agama, kesehatan, dan kelestarian
lingkungan hidup. Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang
diberikan kepada pemulia dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri
varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan
hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.109 Dengan demikian
perlindungan diberikan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia
tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. PVT ini merupakan jawaban dari
alternatif perlindungan terhadap tanaman yang diberikan oleh TRIPs. Hak yang
diperoleh pemegang PVT adalah hak untuk menggunakan dan memberikan
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan varietas
berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Ketentuan ini
berlaku juga untuk varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang
dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak
dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang
diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi. Hak yang
diperoleh pemegang PVT adalah hak untuk menggunakan dan memberikan
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan varietas
berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Hak PVT berakhir
karena: a. berakhirnya jangka waktu; b. pembatalan; c. pencabutan. Berakhirnya

25
Jangka Waktu Hak Perlindungan Varietas Tanaman karena perlindungan sementara
yang diberikan sejak diserahkannya pengajuan permohonan secara lengkap sampai
diterbitkan Sertifkat PVT. Selama jangka waktu perlindungan sementara tersebut,
pemohon mendapatkan perlindungan atas penggunaan vadetas. Kemudian Kantor
PVT mencatat berakhirnya hak PVT dalam Daftar Umum PVT dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi PVT. Pembatalan hak PVT dilakukan oleh
Kantor PVT. Hak PVT dibatalkan apabila setelah hak diberikan ternyata: a. syarat-
syarat kebaruan dan/atau keunikan dan tidak dipenuhi pada saat pemberian hak
PVT; b. syarat-syarat keseragaman dan/atau stabilitas dan/atau tidak dipenuhi pada
saat pemberian hak PVT; c. hak PVT telah diberikan kepada pihak yang tidak
berhak.

BAB X PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA


TRADISIONAL

Semakin meningkatnya pemahaman masyarakat diharapkan dapat mening-


katkan kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) yang semanya in akan mendorong perkembangan usaha, perdagangan dan
industri baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Dalam setiap produk
yang memperoleh perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, akan memiliki daya
saing yang lebih baik dibandingkan dengan yang tapa perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Salah satu kendala untuk dapat memberikan perlindungan
tersebut adalah dari masyarakat Indonesia sendiri yang di satu sis mash meng-
anggap HKI merupakan “public right”yang mempunyai fungi sosial, bukan sebagai
hak privat yang membutuhkan perlindungan, karena mash banyak masyarakat yang
tidak merasa keberatan apabila produk mereka ditiru oleh pihak lain. Kasus
semacam in dapat dijumpai di Bali, masyarakat Bali tidak berkeberatan dengan
adanya tindak peniruan tersebut, tetapi justru sebaliknya mereka merasa bangga
karena dengan ditirunya produk hasil karya mereka, terdapat suatu anggapan bahwa
produk tersebut memang betul-betuk menarik dan hebat. Sikap budaya masyarakat
Indonesia yang belum memahami HKI secara sepenuhnya dan tidak didukung oleh
kesadaran hukum yang memadai seringkali menyalahartikan bahwa perlindungan

26
HKI tidak sejalan dengan budaya setempat. Pengertian Pengetahuan Tradisional
(Traditional Knowledge) menurut WIPO (World Intellectual Property
Organization) ialah cwiptaan-ciptaan yang didasarkan pada karya sastra tradisional,
seni atau ilmu pengetahuan, pertunjukan-pertunjukan, invensi-invensi, penemuan-
penemuan ilmiah, desain, merek, nama-nama dan simbol, informasi yang bersifat
rahasia dan semua inovasi lainnya berbasis pada tradisi.115 Pengertian tersebut
mendefenisikan pengetahuan tradisional mencakup 2 (dua) hal, yaitu : 1.
Pengetahuan, yaitu mengacu pada sesuatu hal tertentu yang diketahui dan bukan
semata-mata hanya suatu bentuk ekspresi; 2. Tradisional, yaitu bahwa pengetahuan
in terkait dengan budaya tertentu. Dikecualikan dari definisi pengetahuan
tradisional adalah hal-hal yang tidak dihasilkan dari kegiatan intelektual di bidang
industri, ilmu pengetahuan, sastra atau seni seperti sisa-sisa peninggalan manusia,
bahasa, dan lain-lain. Pengetahuan tradisional diartikan sebagai pengetahuan yang
dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat, atau suku
bangsa tertentu yang bersifat turun-temurun dan terus berkembang sesuai dengan
perubahan lingkungan. Pengertian in digunakan dalam Study of the Problem of
Discrimination Against Indigenous Populations, yang dipersiapkan oleh United
Nations Sub-Commission on Prevention of Discrimination and Protection of
Minorities. Perlindungan traditional knowledge melalui hukum Hak Kekayaan
Intelektual dimaksudkan untuk melindungi hak hasil penciptaan inteletual dengan
tujuan sebagai berikut: 1) Mendorong penciptaan karya-karya intelektual baru; 2)
Adanya keterbukaan karya-karya intelektual baru; 3) Memfasilitasi ketertiban pasar
melalui penghapusan kebingungan dan tindakan unfair competition; 4) Melindungi
ketertutupan informasi dari pengguna yang tidak beritikad baik. Undang-Undang
No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan (UUPK) mengatur tentang
pengetahuan tradisional. Dalam UUPK, pengetahuan tradisional merupakan salah
satu objek pemajuan kebudayaan. Objek pemajuan kebudayaan meliputi:a) tradisi
lisan; b) manuskrip; c) adat istiadat; d) ritus; e) pengetahuan tradisional; f) teknologi
tradisional; g) seni; h) bahasa; i) permainan rakyat; dan j) olahraga tradisional.
Objek pemajuan kebudayaan yang diatur dalam UUPK membuat lingkup
pengetahuan tradisional menjadi sangat sempit. Hal ini disebabkan tradisi lisan,

27
manuskrip, adat istiadat, ritus, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat
yang merupakan ekspresi budaya tradisional justeru dibedakan dengan pengetahuan
tradisional. Berdasarkan Penjelasan Pasal 5 UUPK, lingkup pengetahuan
tradisional antara lain kerajinan, busana, metode penyehatan, jamu, makanan dan
minuman tradisional, serta pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan
semesta. Pengertian Ekspresi Budaya Keanekaragaman suku, bahasa, adat dan
kepercayaan yang ada di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
kaya akan budaya tradisional. Kekayaan budaya tersebut menyimpan potensi
ekonomi yang sangat besar sehingga dapat mendukung proses pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. Tidak mengherankan bahwa nilai tersebut telah
menyebabkan pihak asing berulangkali memanfaatkan tanpa izin dan/atau
mengakui budaya tradisional di Indonesia sebagai milik mereka. Pengetahuan
tradisional merupakan pengetahuan yang dikembangkan pada masa lalu tetapi
masih terus akan dikembangkan. Sebagian besar dari pengetahuan tradisional
merupakan hasil alam yang digunakan secara turuntemurun yang dikumpulkan dan
dipublikasikan. Pengetahuan tradisional tidak statis melainkan berkembang dan
beradaptasi sesuai dengan perubahan keadaan. Beberapa sistem pengetahuan
tradisional terkodifikasi tetapi banyak pula yang tidak terkodifikasi sehingga
pemegang pengetahuan tradisional harus menerima bahwa pengetahuan tradisional
perlu menyesuaikan dengan suatu pengakuan atau sistem pengetahuan
terdokumentasi sehingga menjadi layak untuk perlindungan hukum. WIPO
mendefinisikan pemilik atau pemegang pengetahuan tradisional adalah semua
orang yang menciptakan, mengembangkan dan mempraktikkan pengetahuan
tradisional dalam aturan dan konsep tradisional. Masyarakat asli, penduduk dan
negara adalah pemilik pengetahuan tradisional. Adanya perbedaan konsep
kepemilikan dalam pengetahuan tradisional dengan sistem HKI pada umumnya
memberikan konsekuensi tersendiri yakni bahwa pengetahuan tradisional harus
dijaga dan dipelihara oleh setiap generasi secara turun-temurun dengan tujuan
untuk memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Sedangkan
konsep perlindungan milik dalam konteks HKI adalah bahwa perlindungan pada
dasarnya berarti pengecualian penggunaan tanpa ijin oleh orang lain pihak ketiga.

28
Karakteristik pengetahuan tradisional yang komunal, konkret, tunai, dan terbuka
bertolak belakang dengan konsep HKI. Pengetahuan tradisional bersifat kolektif
dan sering dianggap sebagai hak milik keseluruhan masyarakat adat, dan tidak
menjadi milik dari orang perseorangan di dalam masyarakat adat tersebut.
Pengetahuan tradisional tidak dapat dipisahkan dari masyarakat asli. Subjek
Pengetahuan Tradisional adalah pemegang Hak Pengetahuan Tradisional, dalam
hal ini adalah masyarakat tradisional yang memelihara dan mengembangkan
Pengetahuan Tradisional dan ekspresi budaya tradisional secara tradisional dan
komunal. Menyampaikan pengetahuan tersebut dari generasi ke generasi sebagai
pemilik hak Pengetahuan Tradisional atau pihak yang menerima hak tersebut dari
pemilik hak Pengetahuan tradisional. Terdapat dua mekanisme yang dapat
dilakukan dalam upaya memberikan perlindungan terhadap traditional knowledge,
yakni perlindungan dalam bentuk hukum seperti hukum hak kekayaan intelektual
(HKI), peraturan-peraturan yang mengatur masalah sumber genetik khususnya
pengetahuan tradisonal, kontrak, hukum adat dan upaya non-hukum meliputi code
of conduct yang diadopsi melalui internasional, pemerintah dan organisasi non
pemerintah, masyarakat profesional dan sektor swasta serta perlindungan melalui
kompilasi penemuan, pendaftaran dan database dari traditional knowledge.
Perlindungan ekpresi budaya tradisional diatur dalam Pasal 38 UUHC. Berdasarkan
Penjelasan Pasal 38 Ayat (1) UUHC, Ekspresi budaya tradisional mencakup salah
satu atau kombinasi bentuk ekspresi. Hak cipta atas ekspresi budaya tradisional
dipegang oleh negara. Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara
ekspresi budaya tradisional. Penggunaan ekspresi budaya tradisional harus
memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya. Ketentuan
mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara atas ekspresi budaya tradisional
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hanya saja sampai saat ini belum ada
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang hak cipta yang dipegang oleh negara.
Perlindungan ekspresi budaya tradisional akan lebih tepat jika tidak diatur di bawah
lingkup undang-undang hak cipta. Pengaturan ekspresi budaya tradisional sebagai
bagian dari pengetahuan tradisional sebaiknya tidak dipisahkan dengan pengaturan
pengetahuan tradisional lainnya. Pengaturan pengetahuan tradisional dalam satu

29
undangundang yang khusus akan lebih memberikan perlindungan yang memadai
terhadap pengetahuan tradisional.

BAB XI SUMBER DAYA GENETIK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati dan sumber


daya genetik yang tinggi (megabiodiversity) setelah Brazil. Tingginya
kenanekaragaman hayati plasma nutfah yang dimiliki Indonesia disebabkan
bentang alam yang luas dengan penyebaran dan kondisi wilayah geografis
bervariasi. Potensi sumber daya genetik yang besar tersebut telah menjadikan
Indonesia menjadi salah satu tujuan bioprospeksi bahkan biopiracy dari
negaranegara lain yang justru malah merugikan negara Indonesia baik secara
hukum maupun ekonomi. Terdapat dua upaya untuk melindungi sumber daya
genetika, pengetahuan tradisional dan ekspresi folklore berbasis hukum, baik itu
melalui HKI maupun bukan. Dengan menggunakan HKI berarti bahwa
perlindungan ditujukan dengan mengoptimalkan rezim-rezim HKI yang ada.
Sedangkan kemungkinan lain adalah membentuk suatu rezim yang baru sama sekali
(sui generis) yang dapat menampung semua kebutuhan perlindungan atasnya,
seperti akses ke sumber daya genetika dan benefit sharing. Jika terakhir yang
dipilih, keberadaan peraturan baru hendaknya berlangsung secara harmonis dengan
peraturan yang telah ada sebelumnya. Genetika berasal dari Bahasa Latin genos
yang berarti suku bangsa atau asal usul. Dengan demikian, genetika berarti ilmu
yang mempelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) yang diwariskan kepada
anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Menurut sumber
lainnya, genetic berasal dari Bahasa Yunani genno yang berarti melahirkan. Dengan
demikian, genetika adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme. Sumber
daya genetika adalah semua bahan genetika/atau informasi genetika dari tumbuhan,
binatang, jasad renik atau asal lain termasuk turunannya yang mengandung unit-
unit fungsional pewarisan sifat (hereditas) yang memiliki nilai nyata yang
umumnya telah dikembangkan atau dikomersialisasikan dan nilai potensial. 125
Sumber daya genetika bersifat strategis karena mempunyai manfaat antara lain

30
perannya, baik sebagai bahan baku pemuliaan tanaman dan hewan ternak, untuk
mencukupi kebutuhan manusia akan pangan dan pakan, maupun sebagai bahan
baku untuk industri produk alami (natural products), obat-obatan,
ornamental/estetika, bioremidasi dan lain-lain. Keanekaragaman genetik
sesungguhnya merupakan hal yang kompleks, heterogen dan dinamis;
keanekaragaman tersebut terwujud oleh adanya interaksi antara lingkungan secara
fisik, sistem biologis dan populasi, serta pengaruh manusia dan lingkungan sosial.
Untuk melakukan konservasi diperlukan kebijakan yang tepat sehingga dapat
menguntungkan semua pihak. Dalam KTT Puncak (Earth Summit) yang
diselenggarakan pada tahun 1992 di Rio de Jeneiro, salah satu hasil KTT tersebut
adalah Convention on Biological Diversity (CBD). Dalam konvensi CBD ini
ditetapkan adanya mekanisme benefit sharing atas akses yang dilakukan pihak lain
atas SDG disuatu Negara dengan berlandaskan mutually agreed term. Rujukan
utama pengaturan SDG Indonesia, tentu saja konstitusi negara yaitu UUD 1945.
Sebagai bagian dari sumber daya alam, maka ketentuan di dalam Pasal 33 ayat 3
UUD 1945 menjadi rujukan pengaturan SDG di Indonesia yang berbunyi: ”Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ketentuan
dalam UUD 1945 tersebut maka pengelolaan sumberdaya alam harus berorientasi
kepada konservasi sumber daya alam (natural resource oriented) untuk menjamin
kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam, dengan menggunakan
pendekatan yang komprehensif dan terpadu.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengesahan Protokol


Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan
yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya dalam Konvensi
Keanekaragaman Hayati. Protokol Nagoya adalah instrumen internasional yang
bertujuan untuk mengatur pembagian yang adil dan merata terhadap pemanfaatan
sumber daya genetik. Termasuk di dalamnya konservasi keragaman hayati dan
transfer teknologi, serta perlindungan traditional knowledge yang dimiliki oleh
masyarakat adat (indigenous and local communities). Bahwa dasar pengaturan
Protokol Nagoya telah diratifikasi oleh Indonesia dengan tujuan untuk menjamin

31
kedaulatan Negara, mengatur konservasi pemanfaatan berkelanjutan, dan
pembagian keuntungan yang adil dan seimbang. Pada tahun 2016 diberlakukan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten. Undang-Undang ini
menggantikan Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Undang-Undang
ini memperkuat perlindungan Sumber Daya Genetik. Hal ini tersirat dalam Pasal 9
Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 bahwa paten tidak diberikan terhadap invensi
yang berkaitan dengan mahluk hidup, kecuali jasad renik, proses biologis yang
esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau
proses mikrobiologis. Penemuan terhadap sumber daya genetik bukan merupakan
invensi yang dapat diberi paten. Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah
dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem
pengetahuan yang telah berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah
menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang
dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan
obat-obatan. Konsep kekayaan intelektual ini pada prinsipnya bertujuan untuk
memungkinkan individu-individu memanfaatkan produk-produk hasil
intelektualita mereka dan hak ini diberikan sebagai imbalan atas kreativitas serta
memacu inovasi dan invensi Namun seiring dengan semakin besarnya tuntutan
akan aspek lingkungan dan keberlanjutan atas SDG tersebut, berkembang suatu
pendekatan prinsip sovereign right. Prinsip ini muncul menjembatani seed war yang
terjadi antara Negara Utara – Selatan dalam International Undertaking 1989.
Konsep national sovereignity merefleksikan idealisme bahwa country of origin
memiliki kepemilikan secara hukum atas SDG tanaman yang ditemukan di
wilayahnya, dan karenanya dapat mengontrol pengambilan dan penggunaannya.
Indikasi Geografis telah memberikan pengaruh bagi perkembangan hukum HKI di
Indonesia dan telah diakui secara Internasional sejak tahun 1994, seiring
disepakatinya Agreement Establishing The World Trade Organization (WTO).
Faktor Geografis suatu daerah atau wilayah tertentu dari suatu negara dan/atau
daerah merupakan unsur penentu dalam membentuk kualitas, reputasi atau
karateristik tertentu dari suatu barang atau produk yang akan memperoleh
perlindungan Indikasi Geografis. Indikasi geografis perlu mendapat perlindungan

32
hukum, tidak hanya karena bernilai ekonomis tetapi juga bernilai budaya,
kebanggaan daerah dan negara. Alasan lainnya adalah: Pertama, indikasi geografis
merupakan tanda pengenal atas barang yang berasal dari wilayah tertentu atau nama
dari barang yang dihasilkan dari suatu wilayah tertentu dan secara tegas tidak bisa
dipergunakan untuk produk sejenis yang dihasilkan dari wilayah lain. Kedua,
indikasi geografis merupakan indikator kualitas, indikasi geografis
menginformasikan kepada konsumen bahwa barang tersebut dihasilkan dari suatu
lokasi tertentu dimana pengaruh alam sekitar menghasilkan kualitas barang dengan
karakteristik tertentu yang terus dipertahankan reputasinya. Ketiga, indikasi
geografis merupakan strategi bisnis dimana indikasi geografis memberikan nilai
tambah komersial terhadap produk karena keoriginalitasnya dan limitasi produk
yang tidak bisa diproduksi daerah lain. Keempat, berdasarkan perjanjian TRIPs
indikasi geografis ditetapkan sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual yang hak
kepemilikannya dapat dipertahankan dari segala tindakan melawan hukum dan
persaingan curang. Perlindungan hukum terhadap berbagai macam produk yang
mencirikan indikasi geografis di Indonesia harus bisa menjawab tantangan global
(perdagangan bertaraf internasional) yakni dengan memberikan aturan hukum yang
memadai sehingga dapat memberikan kepastian hukum terhadap produk asli
Indonesia di luar negeri. Pasalnya perlindungan terhadap produk indikasi
geografisnya Indonesia masih jauh dari harapan meskipun Indonesia sudah
meratifikasi berbagai perjanjian Internasional seperti Persetujuan TRIPs melalui
Keppres No. 7 Tahun 1994 dan The Paris Conevntion for the Protection of
Industrial Property 1883 (Konvensi Paris 1883). Perlindungan terhadap indikasi
geografis mendapat perhatian dunia internasional, sehingga berbagai macam
perjanjian internasional mengatur hal tersebut. Perlindungan hukum internasional
indikasi geografis dapat kita temukan pada Paris Convention for the Protection of
Industrial Property tahun 1983 dan Madrid Agreement tahun 1891. Kedua
perjanjian tersebut menyebutkan "Indication of Source as an indication referring to
a country or a place in that country, as being the country or place of origin of a
product. Pemilik indikasi geografis yang mendapat perlindungan hukum atas
barang dan/atau produknya berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 adalah Pemegang

33
sertifikat (MPIG) dan Pemakai (PURN) terdaftar. Sehingga ketika ada pihak yang
berada di kawasan indikasi geografis terdaftar memproduksi barang yang sama
dengan barang indikasi geografis itu, kalau ia tidak mendaftarkan diri sebagai
pemakai maka tidak mendapatkan perlindungan hukum, bahkan jika ia
mengatasnamakan produknya dengan nama indikasi geografis terdaftar itu, maka
tindakannya dianggap melanggar hukum. Terlebih jika hal itu dilakukan oleh pihak
di luar kawasan geografis tersebut. MPIG sebagai pemegang hak indikasi geografis
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga terhadap pelanggar dalam bentuk
permintaan ganti rugi atau kompensasi dan penghentian penggunaan dan
pemusnahan label indikasi geografis yang digunakan secara ilegal.136 Ancaman
hukuman bagi produsen dan pedagang produk yang secara ilegal menggunakan
tanda indikasi geografis berdasarkan Pasal 101 UU No. 20 tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua miliar
rupiah).

Kepemilikan indikasi geografis merupakan kepemilikan sempurna, akan


tetapi perlindungannya secara undang-undang adalah bergantung kepada reputasi,
kualitas, dan karakteristik yang melekat padanya. Dalam Pasal 61 UU No. 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dijelaskan bahwa “indikasi geografis
dilindungi selama terjaganya reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi
dasar diberikannya pelindungan indikasi geografis pada suatu barang.” Sehingga
ketika suatu barang dan/atau produk indikasi geografis reputasi, kualitas, dan
karakteristiknya berubah, maka perlindungan hukum terhadapnya dihapus.
Perlindungan hukum terhadap Indikasi Geografis memiliki karakter kepemilikan
yang komunal atau kolektif. Karakter kepemilikan yang komunal artinya menjadi
milik bersama masyarakat yang mencakup dalam wilayah Indikasi Geografis
terdaftar. Setelah mendaftarkan produk yang memiliki potensi Indikasi Geografis
dan memperoleh perlindungan hukum melalui Indikasi geografis masyarakat
tersebut memiliki hak eksklusif untuk mengedarkan dan memperdagangkan
produknya sehingga masyarakat daerah lain dilarang untuk menggunakannya pada
produk mereka. Secara normatif aturan indikasi geografis sudah cukup baik.

34
Persoalannya adalah sampai saat ini belum banyak indikasi geografis yang terdaftar
di Indonesia, apalagi di luar negeri. Perlindungan hukum internasional Indikasi
Geografis yang terbaru dapat kita temukan pada Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPs) yang ditandatangani pada Putaran Uruguay
General Agreement On Tarifs and Trade tahun 1994. TRIPs memberikan definisi
Indikasi Geografis sebagai tanda yang mengidentifikasikan suatu wilayah negara
anggota, atau kawasan atau daerah didalam wilayah tersebut sebagai asal barang,
di mana reputasi, kualitas dan karakteristik barang yang bersangkutan sangat
ditentukan oleh faktor geografis. Dengan demikian, asal suatu barang tertentu yang
melekat dengan reputasi, karakteristik dan kualitas suatu barang yang dikaitkan
dengan wilayah tertentu dilindungi secara yuridis.

2.2 Ringkasan Buku Utama 2


Hak Kekayaan Intelektual sangat abstrak dibandingkan dengan hak milik
bergerak pada umumnya, seperti hak milik atas tanah, kendaraan,dan harta benda
berwujud dan berwujud lainnya. keberadaan hak atas kekayaan intelektual sebagai
hak atas benda immaterial atau benda tidak berwujud. Keterikatan hak milik timbul
dari kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu karya berdasarkan hasil kerja
otak/intelektualnya, hasil karya intelektual tersebut kemudian menumbuhkan
konsep kepemilikan suatu benda tidak berwujud berupa hak atas kekayaan
intelektual. Jadi dalam konteks HKI, hak milik yang dilindungi sebagai hak atas
benda tidak berwujud adalah hak atas kekayaan intelektual yang melahirkan benda
benda berwujud. Jadi hak miliknya bukan atas benda kebendaan yang ada sebagai
bentuk hak atas kekayaan intelektual, karena kebendaan atau benda fisik itu adalah
milik pembeli benda tersebut. Misalnya, seseorang karena kemampuan
intelektualnya yang tinggi dan kreatif mampu melahirkan karya berhak cipta berupa
buku. Sehubungan dengan kemampuan untuk menghasilkan karya intelektual
berupa buku, maka kepada penulis atau pencipta akan lahir hak atas kekayaan
intelektual (adanya hak milik atas benda immaterial yaitu hak atas kekayaan
intelektual atas karya buku tersebut), dan bukan atas hasil kebendaan, bentuk fisik
berupa buku, tetapi hak cipta yang melekat pada buku tersebut yang melahirkan hak
imateriil atau hak milik tidak berwujud. Dalam hal ini, HKI memiliki ciri khusus

35
yaitu: hak terlampir ke intelektual Properti sering melakukan bukan berdiri sendiri,
sering terjadi tumpang tindih antara satu jenis HKI dengan yang lain. Misalnya,
dokumen yang dilindungi oleh hak cipta dan rahasia dagang, penemuan di itu
bidang dari industri itu memperoleh paten serta desain industri hak. Indonesia
sebagai salah satu negara anggota WTO, telah mengadopsi Perjanjian TRIPs-WTO
dalam undang-undang sebagai berikut:

1. Hak Cipta (UU Nomor 6 Tahun 1982 jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1987 jo. UU No. 12 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
jo UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014)
2. Paten (UU Nomor 6 Tahun 1989 jo. UU No. 14 Tahun 1997 jo. Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2001)
3. Merek Dagang (UU Nomor 19 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
4. Varietas Tanaman (UU Nomor 29 Tahun 2000)

Pinsip HKI, HKI merupakan salah satu bidang yang dapat memberikan manfaat
dalam pembangunan ekonomi suatu negara, oleh karena itu untuk dapat
mengoptimalkan fungsi HKI dalam pertumbuhan ekonomi salah satu caranya
adalah dengan memberikan perlindungan terhadap HKI. Dasar pemikiran untuk
memberikan perlindungan hukum terhadap ciptaan individu didasarkan pada aliran
hukum alam, Grotius atau Hugo de Groot menempatkan 4 (empat).

Prinsip-prinsip dasar yang menjadi pilar-pilar hukum alam sebagai berikut:

1. Prinsip saya dan Anda. Harta milik orang lain harus dijaga, demikian pula jika
barang yang dipinjam itu mendatangkan keuntungan, untuk itu harus diberi
imbalan. 2. Prinsip kesetiaan pada janji. 3. Asas ganti rugi, yaitu apabila kerugian
tersebut disebabkan oleh orang lain kesalahan. 4. Prinsip perlunya hukuman bagi
pelanggaran hukum alam dan lainnya hukum.

Semakin tinggi tingkat hubungan kepemilikan yang sah dan semakin


menjamin bagi setiap manusia penguasaan dan kenikmatan eksklusif atas benda
atau ciptaan dengan bantuan negara. Ilustrasi ini menunjukkan bahwa perlindungan

36
hukum adalah untuk kepentingan pemilik pribadi dan kelompok yang menjadi
subjek hukum. Menurut undang-undang Hak Cipta, ruang lingkup hak yang
dimiliki Pencipta/Pemegang Hak Cipta atas ciptaan Hak Cipta adalah sebagai
berikut: Pencipta atau Pemegang Hak Cipta berhak mengumumkan dan
memperbanyak ciptaannya yang dengan sendirinya dilindungi undang- undang, dan
berhak memberikan izin atau melarang orang lain tanpa persetujuannya untuk
mengumumkan, memperbanyak, dan menyewakan ciptaannya untuk tujuan
komersial. Konsep perlindungan otomatis didasarkan pada Konvensi Berne. Salah
satu prinsip Konvensi Burne (Berne Convention) Page | 6 adalah Perlindungan
Otomatis. Menurut konsep perlindungan ini, hak cipta dapat didaftarkan atau tidak.
Pendaftaran Ciptaan dan Produk Hak Terkait diatur dalam Pasal 64 sampai dengan
Pasal 79 UU 28 Tahun 2014. Pasal 64 ayat (2) UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta mengatur bahwa pencatatan suatu ciptaan bukanlah suatu kewajiban, jadi.
berdasarkan ketentuan tersebut, pencatatan Hak Cipta adalah tidak mutlak.

Perkembangan Peraturan HKI di Indonesia , Indonesia dulu tetap


menggunakan undang-undang pemerintah kolonial Belanda Auteurswet 1912,
sampai dengan UUHC Nasional pertama diundangkan pada tahun 1982.
Berdasarkan undang-undang ini, perlindungan untuk pencipta dulu
dipertimbangkan tidak memadai dibandingkan terhadap hukum hak cipta di luar
negeri. UUHC 1982 kemudian direvisi pada tahun 1987 dan skala perlindungan
diperluas. Perubahan mendasar yang terjadi di dia adalah itu keabsahan Titik dari
hak cipta perlindungan seumur hidup dan 50 tahun setelahnya kematian. Dalam
UUHC yang baru ada hal penting yang ditegaskan dan dipisahkan kedudukan hak
cipta di satu sisi dan hak terkait di sisi lain dalam rangka perlindungan karya
intelektual. Selain itu juga memuat ketentuan baru mengenai: basis data merupakan
salah satu ciptaan yang dilindungi, penggunaan perangkat apapun baik melalui
kabel maupun nirkabel termasuk media internet, untuk pemutaran produk cakram
optik melalui media audio, media audiovisual dan sarana telekomunikasi,
penyelesaian sengketa melalui pengadilan niaga, arbitrase, alternatif penyelesaian
sengketa, putusan pengadilan sementara untuk mencegah kerugian yang lebih besar
bagi pemegang hak, batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan

37
terkait hak, keduanya di komersial Page | 8 pengadilan dan di mahkamah agung,
pengaturan untuk hak informasi manajemen elektronik dan fasilitas kontrol
teknologi, pengaturan mekanisme pengawasan dan perlindungan produk
menggunakan teknologi produksi fasilitas, dan yang lain.

Fungsi dan Sifat Hak Cipta ,Undang-undang hak cipta bertujuan untuk
melindungi hak cipta pencipta yang dapat terdiri dari pengarang, seniman, musisi,
dramawan, pematung, pemrogram komputer dan sebagainya. Hak-hak pencipta ini
perlu dilindungi dari tindakan orang-orang yang tanpa izin menerbitkan atau
memperbanyak karya berhak cipta pencipta. Pada dasarnya, hak cipta adalah
semacam kepemilikan pribadi atas suatu ciptaan berupa perwujudan gagasan
pencipta dalam bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Sifat hak cipta dapat
ditemukan dalam Pasal 3 ayat (2) UUHC, bahwa hak cipta dapat dialihkan baik
seluruhnya maupun sebagian. Pengalihan hak cipta di sini dapat karena hibah,
warisan, wasiat, perjanjian tertulis atau alasan lain yang dibenarkan oleh undang-
undang. Ciri lain dari hak cipta adalah itu dia tidak bisa menjadi disita, jatuh tempo
ke itu alam ciptaan bersifat pribadi dan menyatu dengan ciptaannya pencipta.

Jangka Waktu Kepemilikan Hak Cipta dan Perlindungan Hak Di Indonesia,


jika melihat UUHC 1982, jangka waktunya bisa diperpanjang hingga 50 tahun,
dalam UUHC 19/2002 jangka waktu kepemilikan hak cipta adalah hingga 50 tahun.
Dengan jangka waktu yang relatif lama, keseimbangan antara kepentingan individu
dan masyarakat dikenal dengan konsep hak milik untuk berfungsi secara sosial.
UUHC Indonesia memang menekankan hak individu. Berkaitan dengan
perlindungan, UUHC 2002 juga memperjelas ketentuan mengenai jangka waktu
perlindungan hukum bagi ciptaan yang hak ciptanya dipegang atau dilaksanakan
oleh negara. Pasal 31 UUHC menyatakan bahwa Hak Cipta atas Ciptaan yang
dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan Pasal 10 ayat (2) berlaku
untuk selama-lamanya dan berlaku untuk seumur hidup dan 75 tahun setelah
kematian, sejak ia mulai hidup. Sedangkan untuk ciptaan yang hak ciptanya
dilaksanakan oleh Negara karena penciptanya tidak diketahui dan ciptaan tersebut
belum diterbitkan, mendapat perlindungan selama 75 tahun terhitung sejak ciptaan

38
tersebut diketahui hak ciptanya. Selanjutnya UUHC menyatakan bahwa jangka
waktu perlindungan hak pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
berlaku tanpa batas. Dan Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) berlaku selama hak cipta
atas ciptaan yang bersangkutan, kecuali pencantuman dan perubahan nama dan
nama samaran dari Ciptaan yang bersangkutan. Jangka waktu perlindungan atau
masa berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait diatur melalui Pasal 57 sampai dengan
Pasal 63 UU No. 28 Tahun 2014. Setiap jenis Hak Cipta memiliki perbedaan
mengenai masa berlakunya. Misalnya, karya cipta berupa buku, lagu atau musik
berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (1) berlaku seumur hidup pencipta dan
berlangsung sampai dengan 70 tahun setelah pencipta meninggal. Sedangkan untuk
jenis karya fotografi, masa perlindungannya hanya 50 tahun sejak ciptaan pertama
kali diumumkan untuk karya berhak cipta tersebut. Dengan melihat ketentuan
Undang-Undang Hak Cipta secara lebih rinci, maka akan terlihat bahwa setiap
ciptaan memiliki masa perlindungan yang berbeda-beda.

Perkembangan perdagangan sekarang, identifikasi sangat berpengaruh pada


sebuah produk dari barang dan jasa, jadi itu orang dengan mudah mengenali sebuah
produk dari barang dan jasa di itu jenis yang sama dengan merek yang berbeda.
Merek juga berguna bagi konsumen yang membeli barang dengan merek tertentu.
Sebagai tambahan, merek di itu dunia dari iklan dan pemasaran sangat penting
dalam menjaga citra, kualitas atau reputasi suatu produk atau jasa. Nomor 15 dari
2001 tentang Tanda mendefinisikan tanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1), yaitu tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna. atau
sebuah kombinasi dari ini elemen yang memiliki ciri pembeda. dan digunakan
dalam dunia perdagangan barang dan jasa. Di sisi produsen, merek digunakan untuk
menjamin nilai produk, terutama mengenai kualitas, kemudahan penggunaan atau
hal-hal lain yang umumnya berkaitan dengan teknologi. Sedangkan bagi pedagang,
merek digunakan untuk promosi barang dagangan guna mencari dan memperluas
pasar. Dari sisi konsumen, merek dibutuhkan untuk menentukan pilihan barang
yang akan dibeli dibeli. Jenis merek dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a.
merek dagang, b. merek jasa Merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau badan hukum untuk

39
membedakannya dengan barang lain. Sedangkan merek jasa adalah tanda
digunakan pada jasa diperdagangkan oleh seseorang atau hukum kesatuan ke
membedakan mereka dari jasa lainnya. Menurut pasal 1 angka 1 UU no. 15 Tahun
2001 tentang Merek menyebutkan bahwa Merek adalah: suatu tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang mempunyai daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang. atau layanan. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Pasal
15 TRIPs, Penetapan Merek adalah setiap tanda atau kombinasi tanda yang
mempunyai kemampuan untuk membedakan barang atau jasa suatu perusahaan
dengan perusahaan lain yang harus dinyatakan sebagai suatu merek. Menurut
ketentuan Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2001 Merek meliputi Merek Dagang dan
Merek Jasa. Pendaftar berhak atas Merek apabila telah memenuhi persyaratan
pendaftaran baik secara administratif maupun substantif dan pendaftaran
permohonannya disetujui setelah melalui proses pemeriksaan, baik pemeriksaan
administratif maupun substantif serta tidak ada keberatan dari pihak lain. Pendaftar
Merek yang permohonannya disetujui oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual akan memperoleh Sertifikat Merek sebagai bukti pendaftaran Merek.
Dengan mendaftarkan merek, akan ada perlindungan hukum terhadap pelanggaran
merek. Pemilik merek dagang bisa mengajukan sebuah sipil gugatan untuk
kompensasi dan penghentian penggunaan yang dilanggar tanda. Kompensasi bisa
menjadi di itu membentuk dari bahan, yaitu kerugian nyata berpengalaman dan
tidak penting, yaitu kompensasi untuk itu menggunakan dari tanda tanpa izin jadi
itu itu pemilik menderita moral kerugian.

Bidang perlindungan Merek dan Indikasi Geografis penting untuk dikaji


karena dalam perkembangannya ternyata Indonesia berpotensi memiliki hak
kekayaan intelektual di bidang Merek, baik berupa Merek Dagang maupun Merek
Jasa. Merek tersebut saat ini sudah banyak digunakan atau dimiliki oleh para
pengusaha yang tergabung dalam UKM, namun tidak semua pelaku usaha UKM
memahami tata cara pendaftaran merek sehingga mereknya terlindungi. Demikian
pula di bidang Indikasi Geografis, Indonesia termasuk di Bali berpotensi untuk
menghasilkan karya-karya terkait Kekayaan Intelektual (HAKI) di bidang Indikasi

40
Geografis. Merek Dagang dan Indikasi Geografis merupakan bagian dari rezim
Kekayaan Intelektual (HAKI), terutama yang termasuk dalam kelompok hak
industri, sistem perlindungannya menggunakan First to File System atau melalui
sistem registrasi. Perkembangan hukum merek di Indonesia saat ini merupakan
hasil dari harmonisasi hukum terhadap ketentuan-ketentuan dalam TRIPs
Agreement. Berdasarkan Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001, merek pada
hakekatnya adalah tanda. Namun, agar merek tersebut dapat diterima sebagai
merek, ia harus memiliki daya pembeda. Yang dimaksud dengan memiliki daya
pembeda adalah memiliki kemampuan untuk dijadikan tanda yang dapat
membedakan hasil suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Tanda yang
digunakan sebagai ciri pembeda tidak selalu dapat diterima sebagai merek. Suatu
tanda yang terlalu sederhana tidak dapat dijadikan Merek, misalnya tanda yang
terlalu sederhana seperti gambar “sepotong garis” atau tanda yang terlalu rumit
seperti gambar “benang kusut”. Sistem perlindungan merek di Indonesia menganut
First to File System, yang merupakan sistem registrasi pertama.Sistem ini
mengharuskan pemilik Merek harus mendaftarkan Mereknya ke Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di Jakarta. Berdasarkan sistem ini ditentukan
bahwa pendaftar pertama mendapatkan perlindungan hukum. Merek untuk
sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa(Pasal 43 ayat (1) UU No. 15 Tahun
2001). 15 tahun 2001.

Berdasarkan UU no. 15 Tahun 2001, syarat dan tata cara pendaftaran merek
diatur dalam Pasal 7 sampai dengan 10 UU Merek. Pasal 7 (1) menyatakan bahwa
Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat
Jenderal dengan menyebutkan: a. tanggal, bulan, dan tahun; b. nama lengkap,
kewarganegaraan, dan alamat Pemohon; c. nama dan alamat lengkap Penerima
Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa; d. warna jika merek yang
dimohonkan pendaftarannya menggunakan 72 unsur warna; e. nama negara dan
tanggal permohonan pertama Merek dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas. 39 Pasal 7(2) menegaskan bahwa permohonan pendaftaran Merek harus
ditandatangani oleh pemohon atau miliknya. proxy-nya. Setelah memenuhi
persyaratan administrasi, langkah selanjutnya merupakan pemeriksaan substantif.

41
Jika selama pemeriksaan substantif ternyata Merek telah lulus pendaftaran,
permohonan dapat disetujui untuk didaftarkan, kemudian dengan persetujuan
Direktur Jenderal Permohonan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Salah satu
substansi penting dalam pendaftaran Merek adalah penjabaran tentang Etiket
Merek. Terkait dengan Etiket Merek, dijelaskan secara rinci mengenai jenis- jenis
warna jika Merek menggunakan unsur warna, atau menjelaskan arti dan makna
huruf jika pendaftaran menggunakan huruf sebagai ciri pembeda. Demikian juga
jika menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf latin dan/atau angka
yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke
dalam bahasa Indonesia. Secara eksplisit prinsip pemberian sistem First to File
secara eksklusif hak dapat dilihat melalui ketentuan Pasal 3UU no. 15 Tahun 2001.
Hak atas Merek dalam Pasal 3 UU No. 15 Tahun 2001 dinyatakan sebagai berikut:
“Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
pemilikMerek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan Merek itu sendiri atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya.” Pemilik merek yang telah mendaftarkan mereknya
dan telah disetujui oleh Direktur Jenderal HKI akan memiliki serangkaian hak,
antara lain: 1) Hak untuk menggunakan atau mengizinkan orang lain untuk
menggunakan Merek; 2) Hak untuk melarang orang lain menggunakan merek
tersebut; 3) Hak untuk mengalihkan dan/atau hak lisensimerek.

Setelah Indonesia merdeka dan berdaulat, ketentuan ini bisa Tidak lebih
lama menjadi terapan, sejak itu paten aplikasi prosesnya harus dilakukan di
Belanda. Sebaliknya, pemerintah pada Agustus 12, 1953, melalui itu Menteri dari
Keadilan dikabarkan Pengumuman Nomor J.S5/4114 Negara Surat kabar dari 1953
Nomor 69 tentang Aplikasi Sementara untuk Registrasi. Berlakunya Paten, mulai
pada tanggal 1 Agustus 1991. Setelah berlaku beberapa lama, maka Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1989 direvisi untuk pertama kalinya dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1989. Pengertian paten juga dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 1
angka 2 UUP tahun 2001 yang menyatakan: Paten adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada penemu atas invensinya di bidang teknologi, yang

42
untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Di
Indonesia, paten diatur dalam UU no. 14 Tahun 2001, dan secara internasional dasar
hukum penetapan Paten adalah: Paris Convention, Patent Cooperation Treaty
(PCT), European Patent Convention (EPC), dan TRIPs Agreement. Menurut pasal
1 UU no. 14 Tahun 2001, Paten bersifat eksklusif hak yang diberikan oleh Negara
kepada Penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk jangka
waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya ataumemberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Di dalam dalam hal yang berhak
memperoleh Paten adalah penemunya sendiri, atau pihak lain yang selanjutnya
menerima hak penemu yang bersangkutan. Misalnya perolehan hak karena proses
pewarisan, hibah, wasiat, atau perjanjiantertulis, atau karena melalui suatu proses.

Menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) UU No. 14 Tahun 2001, Invensi yang
dapat dipatenkan hanyalah Invensi yang baru dan mengandung langkah-langkah
inventif serta dapat diterapkan di industri. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa objek paten adalah suatu invensi/invensi di bidang teknologi
baru, mengandung langkah-langkah inventif, dan dapat diterapkan di dunia industri.
Persyaratan formal meliputi kelengkapan administrasi dan bidang fisik, seperti;
tanggal, bulan dan tahun permohonan paten, nama lengkap dan kewarganegaraan
penemu/penemu, alamat lengkap, judul invensi, klaim yang dibuat terkandung
dalam invensi, uraian tertulis invensi, gambar, dan abstrak invensi. Pemeriksaan
kelengkapan persyaratan formal terlebih dahulu harus dilakukan sebelum
memasuki tahap pemeriksaan substantif. Pemeriksaan kedua yaitu mengenai
substansinya meliputi pemeriksaan atas; kebaruan suatu invensi, ada tidaknya
langkah inventif, dan dapat atau tidaknya invensi tersebut diterapkan dalam
industri. Syarat substantif pertama, Suatu Invensi dapat diberikan Paten apabila
merupakan hasil dari suatu Invensi baru di bidang teknologi, dengan kata lain harus
merupakan suatu hal yang baru (New), Invensi tersebut merupakan Invensi baru
yang mempunyai kebaruan atau kebaruan.kkeebbaaruruaann, atau kebaruan ini
merupakan syarat mutlak. Persyaratan substantif kedua adalah persyaratan untuk
langkah-langkah inventif. Suatu invensi dikatakan mengandung langkah inventif,

43
jika invensi bagi seseorang yang memiliki keahlian tertentu di bidang teknik
merupakan sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Syarat terakhir adalah
dapat diterapkan di industri (industrial applicability). Suatu invensi untuk dapat
dipatenkan harus dapat diterapkan untuk tujuan praktis, artinya invensi tersebut
tidak dapat murni teoritis, tetapi harus dapat diimplementasikan dalam praktik.
Persyaratan perlindungan Paten sederhana lebih mudah, hanya melihat unsur
kebaruan dan manfaat inovasi produk, sedangkan langkah inventif tidak diperlukan
Paten (Paten Biasa) terdiri dari Paten Produk dan Paten Proses.

a. C.1. Kebaruan Dalam menentukan suatu invensi adalah baru, menurut Pasal
3 UUP 2001 suatu invensi dianggap baru penemuan hanya jika invensi yang
diajukan patennya tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan
sebelumnya, yaitu: penemuan memiliki tidak pernah pernah diumumkan di
Indonesia atau luar Indonesia dalam bentuk tertulis atau lisan atau melalui
alat peraga.
b. C.2. Inventif Sebuah penemuan adalah dikatakan ke berisi sebuah inventif
melangkah jika itu penemuan adalah sesuatu itu tidak bisa menjadi
diprediksi sebelumnya untuk seseorang siapa memiliki yakin keahlian di itu
bidang dari rekayasa. UUP 2001 tidak menemukan rumusan definisi model
utilitas, hanya memberikan batasan pada ruang lingkup model utilitas. Ini
adalah menyatakan di Artikel 6 dari itu 2001 UUP yang menyatakan itu
setiap dalam bentuk penemuan.

Sesuai dengan namanya Paten Sederhana, merupakan produk dengan bnetuk


mekanik yang sederhana. Seperti biasa dalam sistem paten, invensi yang dapat
diberikan perlindungan paten meliputi produk, proses, metode pelaksanaan proses
dan alat untuk melaksanakan proses. Persyaratan baru masih harus dipenuhi
meskipun langkah-langkah inventif tidak harus dipenuhi tetapi juga paten
sederhana masih harus diterapkan di bidang industri. Paten Sederhana tidak dapat
diperpanjang dan hanya berlaku untuk satu klaim. Hal ini tentunya berbeda dengan
Paten Biasa yang dapat diajukan untuk beberapa klaim. Dikenal beberapa istilah
untuk paten sederhana.

44
Dalam kerangka GATT, beberapa perubahan penting dilakukan dalam Undang-
Undang Paten AS terkait dengan jangka waktu perlindungan Paten, yaitu: 1. Paten
berlaku selama 20 tahun, bukan jangka waktu sebelumnya 17 bertahun-tahun. 2.
Jangka waktu paten mulai berjalan sejak tanggal permohonan paten diajukan alih-
alih ketika paten dikeluarkan, seperti sebelumnya. Di Indonesia, menurut ketentuan
Pasal 8 Paten Undang-undang, jangka waktu perlindungan Paten adalah 20 (dua
puluh) tahun terhitung sejak diterimanya dan jangka waktu tersebut tidak dapat
diperpanjang. Sederhana adalah 10 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Berkenaan
dengan perlindungan hukum atas paten asing, menurut Konvensi Paris yang
menganutprinsip perlakuan nasional, maka orang asing yang menjadi warga negara
anggota Paris Union diberikan perlakuan yang sama seperti warga negaranya
sendiri.

Penyelesaian Sengketa Paten Dalam hal Pemegang Paten atau Penerima Lisensi
menderita kerugian akibat penggunaan Paten milik orang lain tanpa hak, Pemegang
Paten dan Penerima Lisensi yang sah dapat menuntut dan menuntut ganti rugi
kepada pelanggar melalui Pengadilan Niaga. Tuntutan ganti rugi dapat
diajukanterhadap siapa saja yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual dan disewakan atau diserahkan suatu
produk yang diberi Paten, atau menggunakan suatu proses produksi yang diberikan
hak paten untuk membuat barang dan perbuatan lainnya. Tuntutan ganti rugi hanya
dapat diterima apabila produk atau proses tersebut terbukti dibuat dengan
menggunakan suatu Invensi yang telah diberikan Paten. Proses pembuktian dalam
sengketa paten menganut sistem pembuktian terbalik (Pasal 119 ayat (1) dan ayat
(2) UU Paten. Untuk mencegah pelanggaran Paten lebih lanjut, Pengadilan Niaga
dapat menerbitkan Surat Perintah atas permintaan pihak yang Patennya dilanggar.
Tindakan perintah dilakukan untuk: o Mencegah berlanjutnya pelanggaran paten,
khususnya mencegah masuknya barang-barang yang diduga melanggar paten ke
dalamjalur perdagangan termasuk importasi; o Menyimpan barang bukti yang
berkaitan dengan pelanggaran paten dan hak yang terkait dengan paten agar tidak

45
hilang barang bukti selain melalui Pengadilan Niaga, Penyelesaian sengketa paten
juga dapat dilakukan melalui Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Beberapa masalah HKI terkait internet di era digital antara lain masalah terkait
nama domain, masalah tanggung jawab ISP (Internet Service Provider). Selain itu,
terdapat beberapa masalah teknis dalam pembuatan situs yang berpotensi
melanggar hak cipta, yaitu deep linking, framing, dan sebaris. ISP biasanya
menyediakan layanan web hosting. Oleh karena itu, ISP berisiko dituntut oleh
pemilik hak cipta yang merasa haknya telah dilanggar. Pasalnya, ada pelanggan
yang memposting materi yang melanggar hak cipta pada situs yang dihosting di
server ISP. Tidak ada niat dari pihak ISP untuk melanggar hak cipta. Namun, jika
ada semacam penafian dengan pelanggan, jelas bahwa ISP telah memperkirakan
kemungkinan bahwa konten situs yang dihosting di servernya melanggar hak cipta.
pemilik karya berhak cipta yang sangat sering dibajak mungkin bagus alternatif.
Misalnya Microsoft yang memiliki sistem sendiri untuk memindai materi/konten di
internet yang melanggar hak cipta perangkat lunaknya. Jika ditemukan pelanggaran
hak cipta, biasanya Microsoft akan meminta pihak di mana perangkat lunak bajakan
tersebut diposting untuk mengambil tindakan dengan menghentikan layanan dan
menghapus materi tersebut. UUHC memberikan perlindungan nama domain untuk
kedua kategori tersebut, yaitu seumur hidup pencipta nama domain ditambah 75
tahun setelah pencipta meninggal. Jika nama domain dibuat oleh 2 orang atau lebih,
maka hak cipta berlaku seumur hidup pencipta yang berumur paling lama dan
berlaku sampai dengan 75 tahun setelah pencipta berumur paling lama. UUHC
memberikan sanksi pidana antara lain pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 100.000.000,- bagi siapa saja yang dengan sengaja dan
tanpa hak menerbitkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin
untuk itu. Pendaftaran nama domain ke Kantor Hak Cipta pada Kementerian
Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia untuk memperoleh hak cipta
memang bukan merupakan suatu kewajiban, namun, sangat disarankan untuk
mendaftarkan nama domain karena Surat Pendaftaran Penciptaan dari Kantor Hak
Cipta dapat digunakan sebagai bukti awal di pengadilan jika di kemudian hari
timbul sengketa terhadap nama domain tersebut.

46
Untuk mendapatkan hak atas merek, pemilik nama domain harus Kirimkan
sebuah meminta untuk merek dagang Registrasi ke Kantor Merek pada
Kementerian Hukum dan Peraturan Republik Indonesia. Permohonan pendaftaran
merek dapat ditolak apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik orang lain
yang sebelumnya telah didaftarkan untuk barang sejenis dan atau jasa. Nama
domain sebagai merek terdaftar akan mendapat perlindungan hukum untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun dan berlaku surut sejak tanggal diterimanya pendaftaran
merek yang bersangkutan. Atas permintaan pemilik merek, jangka waktu
perlindungan merek terdaftar dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu
yang sama. UU Merek memberikan sanksi pidana, antara lain pidana penjara paling
lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- bagi setiap orang yang
dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama untuk seluruhnya
sebagai merek terdaftar milik orang lain atau badan hukum lain untuk barang dan
atau jasa sejenis atau tidak sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan. D. E-
Commerce Perspektif Hukum Perdata Sistem common law ini memandang kontrak
sebagai hasil proses negosiasi, bukan hasil kesepakatan yang sebenarnya lahir dari
dua pihak secara utuh. Jadi ada ketentuan baku yang mengatur kontrak ini dalam
sistem common law. Perihal keabsahan kontrak elektronik menurut KUH Perdata
harus ditinjau satu persatu sesuai dengan 4 syarat sahnya kontrak sebagaimana
diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Kontrak elektronik harus memenuhi syarat-
syarat subjektif, yang merupakan kesepakatan dari itu Para Pihak ke melakukan
atau bukan ke melakukan sesuatu ke memenuhi sebuah tujuan. Berdasarkan
ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak ada masalah dengan media
yang digunakan dalam transaksi, atau dengan kata lain Pasal 1320 KUHPerdata
tidak mempersyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam transaksi.
Oleh karena itu, dapat dilakukan secara langsung atau elektronik. Akan tetapi suatu
perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1320 KUH Perdata Kode.

Pengertian rahasia dagang sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 ayat 1


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) adalah

47
informasi yang belum diketahui masyarakat di bidang teknologi dan bisnis yang
bernilai ekonomis karena bermanfaat dalam kegiatan usaha dan dirahasiakan oleh
pemilik rahasia dagang. Kemudian ruang lingkup rahasia dagang meliputi cara
produksi, cara pengolahan, cara penjualan atau informasi lainnya di bidang
teknologi dan bisnis yang mempunyai nilai ekonomis dan tidak diketahui oleh
masyarakat. Perlindungan yang diberikan terhadap rahasia dagang, apabila
informasi tersebut bersifat rahasia, artinya belum diketahui oleh masyarakat dan
memiliki nilai ekonomis yaitu dapat mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi
orang lain dalam melakukan kegiatan usaha yang sama atau dapat merugikan
perusahaan. Dasar hukum pengaturan Rahasia Dagang di Indonesia adalah UU No.
30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Ruang lingkup/objek Rahasia Dagang
adalah cara produksi, pengolahan cara, cara penjualan, atau informasi lain di bidang
teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai ekonomis dan belum diketahui oleh
masyarakat umum. Dalam ketentuan mengenai rahasia dagang, benda yang
dilindungi adalah informasi di bidang teknologi atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomis dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Area perlindungan meliputi
metode produksi, metode pemrosesan, metode penjualan, atau informasi di bidang
teknologi atau bisnis lainnya.

Pengalihan hak rahasia dagang melalui pewarisan terjadi demi hukum


sebagai akibat meninggalnya pemiliknya, sehingga secara sah mengalihkan segala
hak dan kewajiban rahasia dagang kepada ahli waris. Sedangkan pengalihan
melalui hibah dan wasiat tidak terjadi karena undang-undang, tetapi harus
dilakukan melalui perbuatan hukum tertentu sehingga hak atas rahasia dagang
menurut undang-undang berpindah atau berpindah secara sah kepada penerima
hibah atau wasiat. Pemindahan rahasia dagang juga dapat dilakukan melalui
perjanjian tertulis atau alasan lain seperti putusan pengadilan tentang kepailitan.
Pengalihan hak rahasia dagang harus disertai dengan dokumen pengalihan tetapi
rahasia dagang tersebut tetap tidak diungkapkan dalam dokumen tersebut. Berbeda
dengan perjanjian pengalihan hak, lisensi hanya memberikan hak terbatas dan untuk
jangka waktu tertentu. Berdasarkan pertimbangan sifatnya yang bersifat rahasia,
maka pelaksanaan perijinan dikirim oleh tenaga ahli untuk membantu secara teknis

48
pelaksanaan proyek. Pemegang hak rahasia dagang berhak untuk dapat
melaksanakannya sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga lain kecuali
diperjanjikan lain. Hal ini untuk mempertegas asas eksklusivitas, yaitu hanya
diberikan secara khusus kepada orang-orang tertentu dan secara non-eksklusif
pemberian suatu lisensi tidak secara khusus sehingga dapat juga memberikan lisensi
lain. Hak atas Rahasia Dagang dapat dialihkan dan dialihkan dari pemilik Rahasia
Dagang kepada pihak lain melalui proses pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertulis, dan alasan-alasan lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan. Selain dapat dipindahtangankan dan dialihkan, Rahasia Dagang juga
dapat Dilisensikan kepada pihak lain melalui proses Perjanjian Lisensi. Untuk
menimbulkan akibat hukum bagi pihak ketiga, Perjanjian Lisensi harus didaftarkan
pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dalam hal pelanggaran
Rahasia Dagang (tanpa hak untuk menggunakanitu), pemilik atau penerima lisensi
dapat mengajukan gugatan perdata untuk ganti rugi (pasal 11 RUU Rahasia
Dagang). Selain itu juga terdapat sanksi pidana yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal
16 diberikan paling lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah). Sanksi tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
pelanggaran Rahasia Dagang. Perjanjian Kerahasiaan sering digunakan untuk
menghentikan karyawan dari mengungkapkan rahasia dagang selama dan setelah
pekerjaan atau hubungan mereka dengan bisnis Anda. Seperti kelompok Hak
Kekayaan Intelektual lainnya, Rahasia Dagang juga memiliki batas waktu
perlindungan, namun jangka waktu perlindungannya tidak sama dengan yang diatur
dalam kelompok Hak Kekayaan Intelektual lainnya, yang ditentukan secara
kuantitatif dalam beberapa tahun. Namun untuk Rahasia Dagang, jangka waktu
perlindungan diberikan selama pemilik rahasia menganggap temuan informasi
tersebut masih memiliki nilai ekonomis dan selama kerahasiaannya tetap terjaga.
Jika kerahasiaannya telah diungkapkan, maka pada saat itu masa perlindungan akan
berakhir.

Istilah varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sebuah


kelompok dari tanaman dari sebuah Tipe atau jenis dicirikan oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe

49
atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
setidaknya satu sifat yang menentukan dan kapan diperbanyak tidak mengubah.
Pengertian ragam secara umum pada dasarnya sama dengan pengertian ragam
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
tanaman penanaman sistem, dengan itu tambahan dari penjelasan tentang sifat
genotipe atau genotip kombinasi sebagai salah satu elemen karakter dasar untuk
membedakan satu tanaman variasi dari lain. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
menyatakan: “Varietas tumbuhan adalah sekelompok tumbuhan dari suatu jenis
atau spesies yang dicirikan oleh bentuk tumbuhan, pertumbuhan tumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan ekspresi ciri-ciri genotipe atau kombinasi genotipe yang
dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama paling sedikit satu
mendefinisikan karakteristik. dan ketika direproduksi tidak ada perubahan”.
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah perlindungan yang bersifat sui
generis atau varietas tanaman yang tidak dapat dimasukkan dalam sistem Paten
karena merupakan makhluk hidup. Permohonan pendaftaran varietas tanaman
diajukan ke kantor PVT dengan memenuhi persyaratan dan pembayaran tertentu.
Setelah mengajukan permohonan hak PVT, kantor PVT akan memeriksa
kelengkapan persyaratan administrasi dan pemeriksaan substantif, namun
sebelumnya kantor PVT membuat pengumuman yang dimaksudkan agar
masyarakat mengetahui tentang permohonan hak PVT. Pemeriksaan substantif atas
permohonan hak PVT adalah telah membawa keluar penutup itu alam dari
kebaruan, keunikan, keseragaman dan stabilitas dari tanaman varietas. PVT penguji
adalah pejabat yang berdasarkan keahliannya diangkat oleh menteri pertanian.
Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan PVT laporan itu itu PVT memenuhi itu
persyaratan ditentukan oleh UUPVT, akan diberitahukan kepada pemohon hak
PVT, selambat-lambatnya 24 bulan setelah permohonan diterima. diserahkan.
Jangka waktu perlindungan PVT diberikan 20 tahun untuk tanaman tahunan dan 25
tahun untuk tanaman tahunan.

Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman, UndangUndang Nomor


29 Tahun 2000, invensi berupa proses/cara untuk menghasilkan varietas tanaman

50
baru dapat dilindungi secara bersamaan dalam dua skema perlindungan, baik
melalui paten dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. . serta
melalui sistem Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dengan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, sepanjang
persyaratan masing-masing perlindungan terpenuhi. Ini berarti bahwa pilihan
perlindungan tergantung pada sifat invensi dan keinginan penemu atau pemilik
invensi. Pembatalan perlindungan hak PVT dilakukan oleh Kantor Perlindungan
Varietas Tanaman Kementerian Pertanian apabila persyaratan kebaruan, keunikan,
keseragaman, dan/atau stabilitas tidak terpenuhi, atau hak PVT telah diberikan
kepada pihak lain. Pencabutan hak PVT dilakukan apabila pemegang hak PVT
tidak memenuhikewajibannya dan membayar iuran tahunan.

Desain industri merupakan bagian dari HKI yang juga diatur dalam
perjanjian TRIPs yang juga menggunakan istilah desain industri. Pasal 25
Perjanjian TRIPs mengatur tentang persyaratan perlindungan desain industri yang
hanya desain industri asli. Suatu desain industri dapat dikatakan bukan barang baru
jika tidak berbeda dengan desain lain atau gabungan dari beberapa desain yang
sudah dikenal. Selain itu, setiap negara anggota WTO diberikan hak dan dapat
menentukan sendiri bahwa perlindungan desain industri yang diberikan tidak
meliputi desain yang penggunaannya berkaitan dengan aspek teknis atau
fungsional, tetapi juga wajib menjamin persyaratan untuk memperoleh
perlindungan desain tekstil. , terutama dalam hal biaya, inspeksi dan pengumuman
tidak menghalangi kesempatan untuk memperoleh perlindungan. Perlindungan
hukum yang diberikan kepada hak desain industri ini juga dimaksudkan untuk
merangsang aktivitas kreatif para desainer untuk terus menerus menciptakan
desaindesain baru. Begitu pula dengan UU nomor 31 tahun 2000 tentang desain
industri. Pembentukan undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi desain industri sehingga dapat mempercepat
pembangunan industri nasional dan sekaligus mendorong kreasi dan inovasi di
bidang desain industri.

51
Pada prinsipnya, permohonan hak desain industri diajukan oleh perancang
dengan membayar biaya permohonan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain
mengirimkan desainernya sendiri, bisa juga diajukan oleh kuasa hukumnya, yaitu
konsultan kekayaan intelektual. Mengenai pemohon yang berdomisili di luar
negeri, pemohon harus mengajukan permohonan melalui kuasa. Untuk itu pemohon
harus menyatakan dan memilih domosoli di Indonesia. Apabila permohonan
diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemohon, maka permohonan
ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan melampirkan persetujuan tertulis
dari pemohon lainnya.

Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain


Tata Letak Sirkuit Terpadu menggunakan istilah Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
(DTLST). Indonesia memberlakukan Undang-Undang tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 untuk memenuhi
persyaratan minimum yang terkandung dalam Perjanjian TRIPs yang
mengharuskan setiap negara anggota WTO yang telah meratifikasi perjanjian
tersebut untuk membuat peraturan sendiri tentang desain tata letak sirkuit terpadu.
Pengertian sirkuit terpadu menurut Pasal 1 poin 1 UndangUndang Nomor 32 Tahun
2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST) mengacu pada Perjanjian
Washington (IPIC Treaty). Dalam Perjanjian Washington disebutkan bahwa sirkuit
terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya
terdapat berbagai unsur, dan paling sedikit salah satu dari unsur tersebut merupakan
unsur aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan dan membentuk. secara
terpadu dalam satu materi. semikonduktor dimaksudkan untuk menghasilkan
fungsielektronik. Sistem Perlindungan Hak DTLST Permohonan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu diajukan ke Direktorat Jenderal Hak Milik Intelektual dengan
mengisi formulir aplikasi yang memuat:

• tanggal, bulan dan tahun aplikasi;


• nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan perancang;
• nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon;
• nama, dan alamat lengkap otoritas saat aplikasi diajukan melalui otoritas;

52
• tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial jika telah
dieksploitasisebelum permohonan diajukan;
• Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya, dan dilampirkan
dengan: a. salinan gambar atau foto serta deskripsi desain pendaftaran
diminta; b. surat kuasa khusus, jika permohonan diajukan melalui
kekuasaan; c. pernyataan bahwa desain yang diminta pendaftaran adalah
miliknya; d. surat pernyataan yang menjelaskan tanggal sebagaimana
dimaksud; e. dalam hal permohonan diajukan secara Bersama-sama oleh
lebih dari satu pemohon, permohonan ditandatangani oleh salah satu
pemohon disertai persetujuan tertulis dari pemohon lainnya; dalam hal
permohonan diajukan oleh bukan perancang, aplikasi harus disertai dengan
pernyataan lengkap dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas
desain yang bersangkutan; f. membayar biaya aplikasi

2.3 Ringkasan Buku Pembanding


Bab 1

Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual sering disingkat menjadi HKI
atau HaKI. Yang terdiri dari 3 kata kunci; Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Dalam
istilah asing disebut IPR (Intellektual Property Right) yang berarti kekayaan atau
sesuatu yang dimiliki, dijual belikan. Hak Milik Intelektual, Hak Kekayaan
Intelektual, (Intellektuele Eigendomsrecht) merupakan kekayaan atas segala hasil
produksi, kecerdasan daya pikir seperti tehnologi, pengetahuan, seni,sastra, dan
lain- lain yang berguna bagi manusia. Garis Besar Haluan Negara tahun 1998
menyatakan dengan istilah hak milik intelektual. Dalam Propernas ( Program
Pembangunan Nasional ) disebut dengan istilah hak atas kekayaan intelektual.
Milik memiliki makna yang lebih khusus dari pada “kekayaan’, karena kekayaan
maknanya bersifat lebih luas. Ahmad Ramli lebih memilih mengunakan istilah
“Hak atas Kepemilikan Intelektual”. HaKI adalah Hak atas kepemilikan terhadap
karya – karya yang timbul atau lahir karena adanyakemampuan intelektualitas
manusia dalam bidang IP dan Tehnologi melalui daya cipta, rasa dan karsa dalam

53
karyanya,dan memiliki nilai moral,praktis dan okonomis ( Bambang Kesowo). HKI
dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Hak cipta( copy right)

2.Hak Kekayaan Industri; a.Patent b. Desain Industri c. merk d. Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu e. Rahasia Dagang f. Perlindungan Varietas Tanaman

Sejak Indonesia meratifikasi Agreement Establishing The World Trade


Organization (WTO) beserta lampiran-lampirannya: Annex 1A, B, C: 2, 3, dan 4,
perlindungan HaKI secara internasional semakin ketat dan penegakan hukumnya
dapat dilaksanakan melalui suatu badan yang bernaung di dalam system
WTO.Pengaturan Internasional HaKI adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari system pengaturan HaKI Indonesia,standart HaKI Internasional telah menjadi
sumber bagi hukum HaKI Indonesia. Peran serta Indonesia secara langsungdi dalam
kerja sama hukum HaKI Internasional dimulai sejak tahun 1950.Pada saat
perundingan putaran Uruguay yang slah satu komponennya adalah TRIPs.
Perjanjian TRIPs baru- baru ini telah banyak menarik perhatian sacara politis
maupun akademis, dikarenakan karena sifat terobosannya dan sifat standartnya
yang luas untuk diimplementasikan dalam system HaKI nasional, serta
pengabungan hukum HaKI ke dalam aturan- aturan yang didasarkan pada
perdangangan yang dibentuk WTO. Adalah penting untuk menelaah TRIPs sebagai
sesuatu dalam prespektifnya dan bukan menelaah TRIPs sebagai sesuatu yng
berdiri sendiri. Keikut sertaan Indonesia dengan system Internasional adalah labih
luas daripada hanya menjadi perjanjian TRIPs dan WTO, dan TRIPs terus berlanjut
dan berhubungan dan hubungan perkembangan Internasional yang terpisah dari
WTO.(Linsley:2004:45) Pemerintah Negara maju seringkali menyatakan bahwa
suatu sistem HaKI yang kuat akan menguntungkan Negara- Negara berkembang
dengan alas an yaitu akan masuknya Investasi asing ke dalam suatu Negara dan
dengan adanya Kekeyaan Intelektual akan merangsang Negara berkembang untuk
menemukan tehnologi dan kreativitasnya.Lain lagi dari sedut pandang Negara
berkembang, banyak negara berkembang berangapan bahwa manfaat
pembarharuan hukum HaKI yang mereka lakukan justru hanya akan dinikmati oleh

54
negara- negara pengekspor kekayaan intelektual. Negara berkembang biasanya
hanya berperan sebagai konsumen, bukan produsen kekayaan intelektual, sehingga
mereka harus melindungi secara ketat.Perusahaan- perusahaan di negara maju telah
menghasilkan banyak kekayaan intelektual yang bernilai jual sangat tinggi di pasar
global, seperti obat, piranti lunak computer, film, music, dan masih banyak lagi.
Word Trade Organization pada awalnya dipahami sebagai sarana untuk
mempromosikan sirkulasi yang bebas dari barang dan jasa, hal ini awalnya adalah
kesepakatan mengharuskan pemasok pemerintah dipilih pada dasar prosedur tender
terbuka yang diterapkan di non-diskriminatif manner. Hal ini membutuhkan
transparansi,kompetisi, perlakuan yang sama, dan keputusan beralasan pada
penghargaan dari contract. Prinsip-prinsip ini juga berlaku di negara-negara di
mana pemberian kontrak, ditujukan pemerintah untuk mengejar tujuan spesifik .

Pembentukan WTO ini sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan


Agremeent Establishing Word Trade Organization bertujuan untuk meningkatkan
standar kehidupan, menjamin tersedianya kesempatan dan pertumbuhan secara adil
dan mantap dari volume pendapatan dan permintaan yang nyata, serta memperluas
produksi dan perdagangan dalam barang-barang dan jasa-jasa. Dikatakan pula
sesuai dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development),
perlu memanfaatkan secara optimal sumber-sumber daya di dunia, melindungi dan
melestarikan lingkungan dan meningkatkan upaya-upaya dalam melakukannya
melalui cara-cara yang konsisten dengan kebutuhan dan kepentingan masing-
masing sesuai dengan tingkat pembangunan ekonominya. Untuk itu perlu adanya
upaya positif yang dirancang untuk menjamin negara-negara berkembang
(developing countries) dan khususnya negara-negara yang paling terbelakang (least
developed) diantara mereka, dapat mengamankan peranannya dalam pertumbuhan
perdagangan internasional sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pembangunan
ekonomi mereka dengan cara mengadakan pengaturan yang paling menguntungkan
dan timbal balik (reciprocal and mutually advatangeous), yang diarahkan untuk
menurunkan tarif bea masuk sebesar-besarnya dan mengurangi hambatan-
hambatan perdagangan serta penghapusan perlakuan diskriminasi di dalam hukum
perdagangan internasional. Pengaturan ini pula yang nantinya diharapkan akan

55
dapat membentuk suatu sistem perdagangan yang terpadu, lebih bergairah dan
bertahan lama, yang meliputi Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan,
hasil-hasil dari upaya liberalisme perdagangan (trade liberalization) sebelumnya
dan semua hasil Uruguay Round dari perundingan perdagangan multilateral
(multilateral trade negotiation).

Sejak Indonesia meratifikasi Agreement Establishing The World Trade


Organization (WTO) beserta lampiran-lampirannya: Annex 1A, B, C: 2, 3, dan 4,
perlindungan HaKI secara internasional semakin ketat dan penegakan hukumnya
dapat dilaksanakan melalui suatu badan yang bernaung di dalam system
WTO.Pengaturan Internasional HaKI adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari system pengaturan HaKI Indonesia,standart HaKI Internasional telah menjadi
sumber bagi hukum HaKI Indonesia. Peran serta Indonesia secara langsung di
dalam kerja sama hukum HaKI Internasional dimulai sejak tahun 1950.Pada saat
perundingan putaran Uruguay yang slah satu komponennya adalah TRIPs.
Perjanjian TRIPs baru- baru ini telah banyak menarik perhatian sacara politis
maupun akademis, dikarenakan karena sifat terobosannya dan sifat standartnya
yang luas untuk diimplementasikan dalam system HaKI nasional, serta
pengabungan hukum HaKI ke dalam aturanaturan yang didasarkan pada
perdangangan yang dibentuk WTO. Adalah penting untuk menelaah TRIPs sebagai
sesuatu dalam prespektifnya dan bukan menelaah TRIPs sebagai sesuatu yng
berdiri sendiri. Keikutsertaan Indonesia dengan sistem Internasional adalah labih
luas daripada hanya menjadi perjanjian TRIPs dan WTO, dan TRIPs terus berlanjut
dan berhubungan dan hubungan perkembangan Internasional yang terpisah dari
WTO. Pemerintah Negara maju seringkali menyatakan bahwa suatu system HaKI
yang kuat akan menguntungkan Negara- Negara berkembang dengan alas an yaitu
akan masuknya Investasi asing ke dalam suatu Negara dan dengan adanya
Kekeyaan Intelektual akan merangsang Negara berkembang untuk menemukan
tehnologi dan kreativitasnya.Lain lagi dari sedut pandang Negara berkembang,
banyak negara berkembang berangapan bahwa manfaat pembarharuan hukum
HaKI yang mereka lakukan justru hanya akan dinikmati oleh negara- negara
pengekspor kekayaan intelektual. Negara berkembang biasanya hanya berperan

56
sebagai konsumen, bukan produsen kekayaan intelektual, sehingga mereka harus
melindungi secara ketat.Perusahaanperusahaan di negara maju telah menghasilkan
banyak kekayaan intelektual yang bernilai jual sangat tinggi di pasar global, seperti
obat, piranti lunak computer, film, music, dan masih banyak lagi.

Bab 2

Hak cipta diatur dalam UUHC no 19 tahun 2002, dimana hak- hak yang
tercakup dalam hak cipta adalah;1). Hak Eksklusif bahwa hanya pemegang hak
cipta tersebut yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut. Orang lain dilarang
melaksanakan hak cipta tanpa persetujuan pemegang hak cipta. Membuat salinan,
mengimpor/ mengeksport atau menciptakan karya turunan, menampilkan/
memamerkan ciptaaan di depan umum, menjual atau mengalihkan hak ekslusif
tersebut kepada pihak lain 2).Hak Ekonomi dan Hak Moral; Hak Ekonomi adalah
hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas suatu ciptaan dan Hak Moral adalah
hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku.

Hak Cipta berbeda dengan Hak Kekayaan Industri, karena Hak Cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk
mencegah orang lain yang melakukannya. Hak yang mengatur hak cipta mencakup
ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan umum, konsep, fakta, gaya yang
terwujud atau terwakili dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh hak cipta dalam
tokoh kartun mickey tikus melarang pihak lain menyebarkan salinan kartun tersebut
dan melarang meniru tikus tersebut. Di Indonesia sendiri, pada awalnya hak cipta
diatur dalam Auteurswet 1912 Stb. No. 600, yang merupakan peninggalan Hindia
Belanda. Baru pada tahun 1982 Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan
sendiri di bidang hak cipta yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982. Undang-
undang ini tidak dapat bertahan lama, Undang-undang No.6 Tahun 1982
diperbaharui dengan Undangundang No. 7 Tahun 1987 dan diperbaharui lagi
dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1997 dan perbaharuan terakhir yang berlaku
sampai saat ini adalah Undang-undang No.19 Tahun 2002. Perjalanan perubahan
Undang-undang No. 7 Tahun 1987 menjadi Undangundang No. 12 Tahun 1987
ditengahi oleh ratifikasi GATT 1994/WTO. Dengan kata lain bahwa ketika

57
Indonesia meratifikasi GATT 1994/WTO ke dalam Undang-undang No. 7 Tahun
1994, Undang-undang No. 7 Tahun 1987 harus dirubah agar ketentuan-
ketentuannya sesuai dengan konvensi internasional tersebut, yang dalam salah satu
dari kesepakatan tersebut memuat persetujuan TRIPs

Cara memperoleh hak cipta Tahapan pendaftaran hak cipta:

1. Pembayaran permohonan hak cipta atas karya sebesar Rp.75.000,- melalui


transfer ke no rekening BNI 19718067 a/n DITJEN HAKI.
2. Legalisir foto copy KTP dua lembar
3. Bila anda menggunakan nama samaran dalam karya anda sertakan surat
pernyataan bahwa Anda menggunakan nama samaran dan cantumkan juga
nama asli anda sesuai KTP
4. Bila anda mencantumkan foto dalam karya anda sertakan surat pernyataan
bahwa Anda
5. Kunjungi situs www.DGIP.GO.ID klik hak cipta dan print out formulir
pendaftaran lalu isi lengkap formulir (diketik)
6. Print out karya anda sebanyak dua kali ( jilid buku) dan simpan karya juga
data diri anda dalam bentuk cd sebanyak dua buah cd
7. Kirimkan persyaratan dibawah ini kepada : DITJEN HAKI (Untuk Direktur
Hak Cipta) Jl. Daan Mogot KM 24 Tanggerang 15119 Banten Catatan : Hak
cipta secara resmi baru bisa dikeluarkan setelah 9 bulan semenjak
pendaftaran

Bab 3

Pengertian Merek dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang


Merk 2001, yaitu tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dengan
demikian Merek merupakan suatu tanda pengenal dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa yang sejenis dan sekaligus merupakan jaminan mutunya bila
dibandingkan dengan produk barang atau jasa sejenis yang dibuat pihak lain. Merk

58
ada dua macam yaitu merk dagang dan merk jasa. Merek berfungsi sebagai
pembeda dari produk barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan
hukum dengan produk barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan
hukum lain. Barang atau jasa yang di buat seseorang atau badan hukum tersebut
merupakan barang atau jasa sejenis. Merek juga dapat berfungsi merangsang
pertumbuhan industry dan perdagangan yang sehat dan mengutungkan semua
pihak. Diakui Commercial Advisory Foundation in Indonesia (CAFI) bahwa
masalah paten dan trademark di Indonesia memegang peranan yang penting di
dalam ekonomi Indonesia. Dalam Pasal 2 UUM 2001 dinyatakan bahwa merek
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini meliputi Merek dagang dan Merek
Jasa. Dari Pasal 2 ini, dapat di simpulkan bahwa pembentuk undang-undang
membedakan merek itu menjadi 2 macam, yaitu : 1.Merek dagang; Pengertian
Merek Dagang dirumuskan dalam pasal 1 angka 2 UUM 2001, yaitu merek yang di
gunakan pada barang yang di perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-brang
sejenis lainnya. 2.Merek Jasa dirumuskan dalam pasal 1 angka 3 UUM 2001,yaitu
merek yang digunakan pada jasa yang di perdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Sementara itu, sesuai dengan judul Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1961, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961
membedakan merek atas : 1. Merek perusahaan; 2. Merek perniagaan.

Ada dua macam system (stelsel)pendaftran merek,yaitu system konstitutif


(atributif dan system deklaratif. Dalam system konstitutif ,hak atas merek diperoleh
melalui pendaftaran ,artinya hak eksklusif atas sesuatu merek diberikan karena
adanya pendaftran.dengan ungkapan lain,pada system konstitutif pendaftaran
merek merupakan hal yang mutlak dilakukan.merek yang tidak didaftara,otomatais
tidk akan mendapat perlindungan hokum. Dengan system konstitutif ini yang
berhak atas suatu merek adalah pihak yang telah mendaftarkan
mereknya.pendaftran itu merupakan suatu hak atas merek tersebut,[pihak yang
mendaftarkan dialah satu-satunya yang berhak atas suatu merek dan pihak ketiga
harus menghormati haknya pendaftar sebagai hak mutlak. Sedangkan pada system

59
deklaratif,pendaftran merek tidak merupakan keharusan,jadi tidak ada wajib daftar
merek. Pendaftran hanya untuk pembuktian,bahwa pendaftaran merek adalah
pemakai pertama dari merek yang bersangkutan. Pada system deklaratif orang yang
berhak atas merek bukanlah orang yang secara formal saja terdaftar mereknya,tetapi
haruslah orang-orang yang sungguh-sungguh menggunkan atau memakia merek
tersebut.

Bab 4

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang mengatur tentang Patent


memberikan definisi pengertian hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi selama waktu
tertentu. Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya
di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakannya (Pasal 1 Undang-undang Paten). Paten hanya diberikan negara
kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi.
Yang dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di
bidang teknologi yang berupa , proses, hasil produksi, penyempurnaan dan
pengembangan proses, penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi. Syarat
memperoleh hak patent adalah; Penemuan tersebut merupakan penemuan baru,
Penemuan tersebut diproduksi dalam skala massal atau industrial, dan Penemuan
tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya (non obvious). Yang
menjadi obyek hak paten ialah : Temuan (invention) yang secara praktis dapat
dipergunakan dalam bidang perindustrian. Penemuan diberikan Paten oleh negara
apabila telah melewati suatu proses pengajuan permintaan paten pada Kantor Paten
(Departemen Kehakiman Republik Indonesia di Jakarta). Penemuan yang tidak
dapat dipatenkan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Paten, yaitu :

a. Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman dan


penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, dan kesusilaan.

60
b. Penemuan tentang metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan hewan, tetapi tidak
menjangkau produk apapun yang digunakan atau berkaitan dengan metode
tersebut
c. Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan
matematika.

Bab 5

Desain industri menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau


komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungannya, yang berbentuk
3 atau 2 dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat dipakai untuk menghasilkan
produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Sebuah karya desain
dianggap sebagaikekayaan intelektual karena merupakan hasil buah pikiran dan
kreatifitas dari pendesainnya, sehingga dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah
melalui Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri. Kriteria desain
industri adalah baru dan tidak melanggar agama, peraturan perundangan, susila, dan
ketertiban umum. Jangka waktu perlindungan untuk desain industri adalah 10 tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen
Hak Kekayaan Intelektual.

Pengaturan tentang Desain Industri dikenal pada abad ke-18 terutama di


Inggris karena adanya Revolusi Industri. Desain Industri awalnya berkembang pada
sektor tekstil dan kerajinan tangan yang dibuat secara massal. UU pertama yang
mengatur mengenai Desain Industri adalah "The designing and printing of linens,
cotton, calicoes and muslin act" sekitar tahun 1787. Pada saat ini Desain Industri
hanya dalam bentuk 2 Dimensi. Sedangkan Desain Industri dalam bentuk 3 (tiga)
Dimensi mulai diatur melalui Sculpture Copyright Act 1798 pengaturannya masih
sederhana hanya meliputi model manusia dan binatang. Lalu pada tanggal 20 Maret
1883 The Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Paris
Convention). Amanat pada pasal 5 Paris Convention menyatakan bahwa Desain
Industri harus dilindungi di semua negara anggota Paris Convention. Syarat-Syarat
Perlindungan Desain Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang

61
baru, Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain
industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya,
meskipun terdapat kemiripan. Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud
adalah pengungkapan desain industri yang sebelum ; 1) Tanggal penerimaan,
2)Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas.3)Telah
diumumkan atau digunakan di Indonesia atau luar Indonesia. Suatu Desain Industri
tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sebelum tanggal penerimaannya.

Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eklusif untuk melaksanakan


Hak Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau
mengedarkan barang yang diberi hak desain industry. Subjek dari Hak Desain
Industri; Yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang
menerima hak tersebut dari pendesain. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa
orang secara bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka secara bersama,
kecuali jika diperjanjikan lain. Jika suatu desain Industri dibuat dalam hubungan
dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, atau yang dibuat orang
lain berdasarkan pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk
dan/atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain
antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan
desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.

Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri tersebut harus
disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat dalam daftar
umum desain industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri yang tidak
dicatatkan dalam daftar umum desain industri tidak berakibat hukum pada pihak
ketiga. Pengalihan hak desain industri tersebut akan diumumkan dalam berita resmi
desain industri. Pada dasarnya bentuk dan isi perjanjian lisensi ditentukan sendiri

62
oleh para pihak berdasarkan kesepakatan bersama, namun tidak boleh memuat
ketentuan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi perekonomian
Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat.

Bab 6

Undang- Undang No 29 Tahun 2000 tentang PVT ini diharapkan dapat


member landasan hokum yang kuat bagi upaya untuk mendorong terciptanya
varietas yang unggul dan baru dalam industry pengembangan pembenihan.PVT
merupakan bagian dari HKI pada umumnya atau patent pada khususnya. Jangka
waktu perlindungan PVT di Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu; jangka waktu 20
tahun untukbtanaman semusim, dan 25 tahun untuk tanaman tahunan. Sama seperti
cabang- cabang HKI yang lain pendaftaran adalah seauatu hal yang bersifat mutlak
dalam UU PVT. Bedanya dengan cabang yang lain adalah proses permohonan
pendaftaran tidak dilakukan di kantor HKI melainkan dikantor Perlindunmgan
Varietas Tanaman Departeman Pertanian.

Tidak semua varietas tanaman mendapatkan perlindungan hokum, hanya


tanaman yang memenuhi persyaratan UUPVT yang mendapatkan perlindungan
hokum. Menurut UUPVT ini yang menjadi objek dari PVP adalah varietas tanaman
melalui kegiataan pemuliaan tanaman. Adapun yang dimaksud sebagai varietas
adalah sekelompok tanaman dari suatu spesies yang ditandai oelh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun,bunnga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotype
atau kombinasi genotype yang dapat membedakanbdari jenis spesies yang sama
oleh sekurang- kurannya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan. Diatur dalam pasal 5 UUPVT adalah Pemulia Tanaman
yaitu orang / mereka yang telah melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian dan
pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan varietas baru dan
mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. Disamping itu mereka
yang menerima PVT dari pemulia juga dianggap sebagai pemegang hak PVT yang
merupakan subjek PVT.Penerimaan hak PVT dari Pemulia tersebut dapat melalui

63
pewarisan,hibah, wasiat, perjanjian yang dibenarkan oleh Undang- Undang. Sama
halnya dengan HKI yang lain karena hak PVT merupakan hak kusus, individual,
dan manungal dengan pemulianya, hak moralnya tetap saja melakat pada
pemulianya , walaupun telah dialihkan atau beralih kepada pihak lain.

Bab 8

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,
yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari
elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk
menghasilkan fungsi elektronik. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan
peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu
Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan
pembuatan Sirkuit Terpadu. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hal
eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas
hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

Subjek dari hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; Yang berhak memperoleh Hak
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah Pendesain atau yang menerima hak
tersebut dari Pendesain. Dalam hal Pendesaian terdiri atas beberapa orang secara
bersama, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan kepada mereka secara
bersama/kecuali jika diperjanjikan lain. Dasar Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan atas dasar permohonan.
Hak pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, memiliki hak eksklusif
untuk melaksanakan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang dimilikinya dan
untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat
seluruh atau sebagian Desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu. Dikecualikan dari ketentuan yang dimaksud adalah pemakaian Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang

64
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.

Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan


kepada Pemegang Hak sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi secara
komersial dimana pun atau sejak Tanggal Penerimaan. Dalam hal Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu telah dieksploitasi secara komersial, Permohonan harus
diajukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pertama kali
dieksploitasi. Perlindungan diberikan selama 10 (sepuluh) tahun.Tanggal mulai
berlakunya jangka waktu perlindungan dicatat dalam Daftar Umum Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.

Bab 9

Selama ini metode penyelesaian sengketa internasional dalam garis


besarnya dikelompokkan menjadi 2 yaitu;1) Menggunakan paradigma nonlitigasi,
secara diplomatik, meliputu negotiaton,inquari, dan concilliation, 2)Menggunakan
paradigma litigasi,secara hukum, yang meliputi arbritation dan judical settlement.
Penyelesaian sengketa HaKI yang berdomili Internasional bisa dilihat pada aturan
yang dikeluarkan oleh WIPO dan WTO. Ada dua cara yang harus dipenuhi agar
sengketa HaKI bisa diselesaikan mekanisme mediasi, yaitu:1)Membuat perjanjian
sengketa HaKI sebelum sengketa terjadi pada WAC, dengan menggunakan
ketentuan WIPO Mediation Rules , 2)Membuat perjanjian penyerahan sengketa
setelah terjadi sengketa pada WAC, dengan menggunakan ketentuan WIPO
Mediation Rules. Dalam rangka untuk mengantisipasi munculnya sengketa sebagai
konsekuensi diberlakukanya perlindungan hukum HaKI di wilayah Indonesia
peraturan perundang-undangan telah menyediakan beberapa lembaga yang bisa
dimanfaatkan untuk menyelesaikansengketa.Pemanfaatan lembaga tersebut
ditentukan berdasarkan jenis sengketa HaKI yang dialami oleh para pihak yang
terlambat. Dalam aturan normatif, sengketa HaKI dapat digolongkan tiga kategori,
yaitu: Sengketa administratif; Sengketa perdata; dan Sengketa pidana. Dalam
rangka untuk mengantisipasi munculnya sengketa sebagai konsekuensi

65
diberlakukanya perlindungan hukum HaKI di wilayah Indonesia peraturan
perundang-undangan telah menyediakan beberapa lembaga yang bisa dimanfaatkan
untuk menyelesaikan sengketa.Pemanfaatan lembaga tersebut ditentukan
berdasarkan jenis sengketa HaKI yang dialami oleh para pihak yang terlambat.
Dalam aturan normatif, sengketa HaKI dapat digolongkan tiga kategori, yaitu:

1) Sengketa administratif

2) Sengketa perdata; dan

3) Sengketa pidana. Berdasar tipe sengketa tersebut, aturan normatif telah


menetapkan Lembaga-lembaga yang bisa diakses uintuk menyelesaikan sengketa.

66
BAB III

KEUNGGULAN BUKU
3.1 Keterkaitan antar bab
Setelah pembaca meriview ketiga buku mengenai hak kekayaan intelektual bab
dengan bab lain yang terdapat dalam ketiga buku ini saling berkaitan. Awal bab
dimulai dengan penjelasan tentang pengantar Hak kekayaan intelektual dilanjutkan
dengan ketentuan hukum hak kekayaan intelektual dan dilanjutkan dengan Ruang
lingkup Kekayaan Intelektual. Secara keseluruhan antara bab dengan bab lainnya
saling berkaitan dan pembahasannya berurutan.

3.2. Kemuktahiran isi buku


Pada Buku ini, setiap babnya dijelaskan secara rinci. Didalam buku ini juga
terdapat banyak pembahasan mengenaiHak kekayaan Intelektual. Isi dari buku ini
sangat bagus dikarenakan buku ini menyajikan materi yang mendalam dan mudah
dipahami para pembaca. Pembahasan yang dituliskan dalam buku tersebut
mengupas secara mendalam mengenai Hukum Keluarga.

3.3. Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu


Ketiga buku ini memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga tidak dapat
dipungkiri lagi, ketiga buku yang saling memiliki kaitan dengan bidang ilmu lain
sehingga ketiga buku tidak perlu dikritik karena didalam ketiga buku tersebut
sudah menjelaskan secara keseluruhan mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

67
BAB IV

KELEMAHAN BUKU

4.1 Keterkaitan antar bab


Ketiga buku ini tidak terlalu banyak terdapat kekurangan, karena seluruh
bab saling berkaitan satu sama lain

4.2. Kemuktahiran isi buku


Pada isi buku-buku sudah baik. Hanya saja tidak disertakan rangkuman pada
setiap babnya yang dapat memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
Banyaknya materi dan bab pada buku ini dapat membuat pembaca bosan.

4.3. Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu


Ketiga buku ini memiliki keterkaitan yang sangat erat sehingga tidak dapat
dipungkiri lagi, ketiga buku yang saling memiliki kaitan dengan bidang ilmu lain
sehingga ketiga buku tidak perlu dikritik karena didalam ketiga buku tersebut
sudah menjelaskan secara keseluruhan mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

68
BAB V

HASIL ANALISIS

Berdasarkan resume kedua buku tersebut, penulis sebagai mahasiswa dapat


memperoleh ilmu tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keseluruhan ketentuan
yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan Hak Kekayaan
Intelektual, seperti tinjauan umum Hak Kekayaan Intelektual, tinjauan terhadap
pengaturan Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta dan hak-hak lainnya, Hak Merek,
Hak Paten, Perlindungan Hak Paten dalam perspektif Islam dan peran umat Islam
dalam bidang IPTEK, Rahasia Dagang, Perlindungan Varietas Tanaman, Desaian
Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Desaian Industri. HaKI adalah Hak atas
kepemilikan terhadap karya – karya yang timbul atau lahir karena
adanyakemampuan intelektualitas manusia dalam bidang IP dan Tehnologi melalui
daya cipta, rasa dan karsa dalam karyanya,dan memiliki nilai moral,praktis dan
okonomis HKI dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Hak cipta (copy right)


2. Hak Kekayaan Industri; a.Patent b. Desain Industri c. merk d. Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu e. Rahasia Dagang f. Perlindungan Varietas Tanaman

69
BAB VI

PENUTUP

5.1 kesimpulan
Kekayaan Intelektual (KI) merupakan bagian dari hukum harta benda
(hukum kekayaan). Kekayaan Intelektual, khususnya yang berkaitan dengan
haknya, dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud
(intangible). Hak Kekakayaan Intelektual bersifat sangat abstrak dibandingkan
dengan hak atas benda bergerak pada umumnya, seperti hak kepemilikan atas tanah,
kendaraan, dan properti lainnya yang dapat dilihat dan berwujud. Menurut Parah
ahli yaitu David I Bainbridge, Intellectual Property atau Hak Kekayaan Intelektual
adalah hak atas kekayaan yang berasal dari karya intelektual manusia, yaitu hak
yang berasal dari hasil kreatif yaitu kemampuan daya piker manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk karya, yang bermanfaat serta berguna untuk
menunjang kehidupan sehari-hari. Hak atas Kekayaan Intelektual adalah
merupakan Hak atas Kekayaan yang tidak berwujud/intangible assets yaitu Hak
atas kemampuan menggunakan otaknya secara kreatif, beratio dan bernalar
sehingga menghasilkan karya intelektual. Dalam kerangka Hak Kekayaan
Intelektual, yang mendapat perlindungan hukum (Hak Eksklusif) adalah Hak-nya,
sedangkan jelmaan dari Hak tersebut yang berupa benda secara fisik atau benda
berujud (benda materil).

Dalam kerangka membangun suatu sistem hukum Hak Kekayaan


Intelektual nasional, serta dengan diratifikasinya Konvensi tentang Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1994,
dan juga untuk menunjang keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Paris (Paris
Convention for the Protection of Industrial Property), The Hague Agreement
(London Act) concerningthe International Deposit of Industrial Designs, Provision
of the Treaty on intellectual Property in Respect of Integrated Circuit (Washington
Treaty), maka Indonesia wajib membentuk peraturan perundang-undangan yang
mengatur perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual, serta wajib

70
mengharmoniskan sistem hukum HKInya dengan standar-standar yang ditetapkan
TRIPS Agreement.

5.2 Saran
Saran untuk pembaca, Secara keseluruhan isi yang terdapat dalam buku ini sangat
layak untuk dijadikan buku pegangan bagi mahasiswa atau pembaca karna selain
informasi yang disajikan lengkap penggunaan bentuk kalimat yang tidak rumit juga
memudahkan pembaca memahami maksud kalimat dalam buku tersebut.

Saran untuk penulis, Ketiga buku ini sangat bagus, akan tetapi penulis harus lebih
memperhatikan penggunaan kata baku dalam penulisan dan alangkah lebih baiknya
penulis menggunakan kertas yang lebih bermutu sehingga dapat meningkatkan
kualitas karyanya

71
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Dora Kusumastuti, S. D. (2018). Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektrual


Konsep Perlindungan Hukum terhadap Produk industri kecil menengah .
Joglo kadipiro: Unisri press.

Dr.M.Citra Ramadhan, S. F. (2018). Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual. Medan


: Universitas Medan Area Press.

Siregar, D. (2022). Hak Kekayaan Intelektual. PT inovasi Pratama Internasional.

72
73

Anda mungkin juga menyukai