Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REPORT

CRITICAL BOOK REPORT


“DASAR SURVEY DAN PEMETAAN” MK. DASAR SURVEY DAN
PEMETAAN
( Ir. Indra Sinaga, M.Surv.Sc.1992

dan SKOR NILAI :

Dr.Ir. Suyono Sosrodarsono.1997 )

NAMA : Muhammad Akbar

NIM : (5193111006)

DOSEN PENGAMPU : Drs. Sorgang Siagian.,M.Pd

Drs. Jintar Tampubolon.,M.Pd.

Ir. Dody Sibuean., MT.

MATA KULIAH : Dasar Survey dan Pemetaan

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. karena
dengan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini
tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan tugas ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
Dasar Survey dan Pemetaan, yang menjadi salah satu komponen penilaian dan
dapat dijadikan pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah Dasar
Survey dan Pemetaan, serta dengan harapan untuk memotivasi Saya dan para
pembaca, sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas ini
tidak akan selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, Saya mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) Drs. Sorgang Siagian.,M.Pd., Drs. Jintar Tampubolon, M.Pd. dan Ir. Dody
Sibuean,M.T selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Survey dan
Pemetaan yang telah membimbing.
(2) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral
dalam penyelesaian tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan tugas yang akan datang. Harapan Saya semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat memenuhi harapan berbagai pihak.

Medan, Oktober 2019

Penulis

Muhammad Akbar

Dasar Survey dan Pemetaan


Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................1
C. Manfaat...................................................................................1
D. Identitas Buku.........................................................................2
1.1.Buku Utama......................................................................2
1.2.Buku Pembanding.............................................................2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Kilasan Tentang Buku Utama.................................................3


B. Kilasan Tentang Buku Pembanding ......................................8
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku.........................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................12
B. Saran.....................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................13

Dasar Survey dan Pemetaan


Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun latar belakang penulis dalam meringkas isi buku serta
membandingkan buku Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi
dengan buku Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan ini ialah untuk
pemenuhan tugas dari mata kuliah saya yaitu Dasar Survey dan Pemetaan,
serta sebagai acuan penambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana
cara mengkritik atau meringkas serta membandingkan isi sebuah buku.

B. Tujuan Penulisan
Critical Book Report ini adalah sebagai penyelesaian tugas mata
kuliah Data Survey dan Pemetaan, untuk memberikan gambaran kepada
pembaca mengenai identitas buku dan ringkasan isi buku secara umum, serta
menganalisis kelebihan dan kekurangan buku, untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai pembelajaran, konsep dasar penilaian, instrumen
penilaian, penyusunan instrumen, dan kriteria tes yang baik. Tujuan lain dari
penulisan Critical Book Report yaitu untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam memandang suatu permasalahan dari sudut pandang yang
berbeda dan untuk menguatkan pemahaman mahasiswa atas apa yang sudah
diperolehnya.

C. Manfaat Mengulas serta Membandingkan Buku


Manfaat dari Critical Book Report ini yaitu dapat menambah
pengetahuan mahasiswa mengenai evaluasi pembelajaran, dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merumuskan suatu materi
yang berhubungan dengan Data Survey dan Pemetaan yang telah
dibandingkan dengan beberapa sumber, dan untuk melatih mahasiswa agar
lebih tanggap dalam menilai isi buku yang telah dibacanya. Serta
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam melakukan proses
pembelajaran di dunia pendidikan dengan menggunakan sumber daya secara
efektif dan efisien.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 1
D. IDENTITAS BUKU

1.1 Buku Utama

1. Judul Buku : Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan konstruksi

2. Ketebalan Buku : 304 Halaman


3. Pengarang : Ir.Indra Sinaga, M.Surv.Sc.
4. Penerbit : Pustaka Sinar Harapan
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 1992
7. ISBN : 979-416-196-9

1.2 Buku Pembanding

1. Judul buku : Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan


2. Ketebalan Buku : 312 Halaman
3. Pengarang : Dr.Ir suyono Sosrodarsono
4. Penerbit : PT Pradnya Paramita
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 1997
7. ISBN : 979-408-281-3

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. KILASAN TENTANG BUKU UTAMA


Dalam buku utama yang ditulis oleh Ir,Indra Sinaga,M.Surv.Sc. terdiri dari
12 bab tapi hanya 7 bab yang saya kilas dalam buku utama ini yang berkaitan
dengan dasar-dasar pemetaan dan teknik pengukuran tanah antara lain sebagai
berikut :

1, BAB I Pendahuluan
Dalam bagian pertama ini telah ditunjukkan dasar-dasar pengetahuan yang
diperlukan untuk dapat memahami pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Untuk
maksud tersebut secara berturut-turut diuraikan sejarah pemetaan serta bentuk
rupa bumi yang membantu para pembaca memperluas wawasan mengenai tujuan
penulisan buku ini. Dengan dasar tersebut selanjutnya bab kedua berisikan ruang
lingkup pemetaan yang akan meliputi, seluruh acara pemetaan yang diperlukan
baik dari sudut pengambilan, pengolahan, maupun penyajian data. Segala sesuatu
yang berkaitan dengan pengukuran dan pemetaaan serta interaksi yang terjadi
diantaranya akan dibicarakan baik dalam segi peralatan, manusia maupun fisik
bumi.
Pandangan yang menyeluruh tersebut selanjutnya mengantar pembaca
dalam membicarakan dasar-dasar pengukuran yang diperlukan dengan diawali
oleh beberapa notasi dan definisi yang selalu digunakan pada bagian-bagian dan
bab-bab selanjutnya.
Bagian ini diakhiri oleh bab ke-4 yang menyinggung konsep pemetaan
lengkap dengan teknik penggambaran yang diperlukan.

2. BAB II RUANG LINGKUP PEMETAAN


Dalam penjelasan mengenai ruang lingkup pemetaan dijelaskan bahwa
proses pembuatan sebuah peta mengalami tiga tahapan besar, yaitu pengambilan,
pengolahan dan penyajian data. Masing-masing tahapan ini masih membutuhkan
berapa urutan penelitian agar, didapatkan hasil yang terbaik. Pada tahap pertama,
yaitu pengambilan data atau pengukuran data ketelitian hasil pengukutran
ditekankan pada juru ukur, peralatan yang dipakainya, serta alam yang
mempengaruhi hasil pengukuran tersebut. Ketiga subyek kesalahan ini masing-
masing mungkin mengidap kesalahan besar ( Gross error, Blunder ) atau salah
sistematis bahkan salah kebetulan ( Accindental Error ).

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 3
Pada tahap kedua, pemetaan berkaitan dengan kesalahan yang tak dapat
dielakkan, namun dapat dipilih sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Reduksi
pengukuran keatas referensi pengukuran ( geoid ) dan selanjutnya terpaksa
dialihkan keatas permukaan referensi hitungan ( bidang datar, bola ataupun
ellipsoid ) akan menghasilkan nilai-nilai baru yang terkoreksi. Semua data
tersebut selanjutnya memerlukan pengaturan agar didapatkan harga-harga yang
paling cocok ( plausible ), dan proses ini dilakukan dengan teknik perataan
( Adjustment of computation ). Pada akhir tahapan ini hitungan perataan akan
juga memberikan hasil analisis mengenai pengukuran yang dilakukan.
Tahapan ketiga yang terbagi dalam tiga bagian yang membahas
transformasi hasil hitungan yang masih diatas referensi hitungan keatas bidang
proyeksi yang dipilih. Beberapa jenis bidang proyeksi dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan, selanjutnya data-data tersebut sudah terletak dan
dapat digambarkan diatas lembar peta ( dua dimensi ). Hal ini juga berarti
penggambaran yang berkaitan dengan skala dan simbol yang berkaitan.

3. BAB III DASAR-DASAR PENGUKURAN TANAH


Sekalipun tidak terlalu banyak terminologi yang dipakai dalam bahasan
pemetaan ini, namun sebagaimana yang diuraikan diatas tetap dirasakan perlu
pembakuan berapa notasi dan definisi. Demikian pula pada bagian kedua dibahas
pengertian mengenai dasar-dasar hitungan koordinat yang langsung menggunakan
notasi yang telah ditetapkan tersebut.
Notasi dan definisi yang diberikan mengenai titik mencoba menggali
perbedaan dari beberapa sifat titik yang masing-masing memiliki nama tersendiri,
mereka adalah titik awal, ikat, detail, dan titik datum. Demikian pula dengan jarak
yang dapat dibedakan dengan jarak mendatar dan jarak miring. Selanjutnya
ditunjukkan pengertian luas. Demikian pula dengan sudut dapat diklasifikasikan
dalam bentuk perbedaan satuan pengukuran dan sudut dilihat dari sifatnya sendiri,
yaitu sebagai sudut mendatar ( horizontal ), sudut vertical serta sudut jurusan.
Definisi kelima adalah mengenai system koordianat yang umumnya dipakai
secara bergantian dalam pembahasan nantinya, yaitu sistem koordinat kartesis dan
polar. Juga dibahas secara sederhana pengertian masalah beda tinggi ditinjau dari
perbedaaan bidang ekupotensial. Pendefinisian yang terakhir adalah mengenai
skala peta yang berpengaruh pada ketelitian gambar serta perhitungan beda
kontur.
Pada bagian kedua diuraikan kaitan antara definisi yang dilakukan diatas
dengan pemakaiannya selanjutnya dalam sistem perhitungan posisi titik, yang
dikenal dengan nama hitungan koordinat. Ditunjukkan dua pasang rumus dasar,
yang selalu dipakai bergantian, yaitu sepasang transformasi dari hasil ukuran ke
posisi diatas peta, dan sepasang lainnya yang menyatakan transformasi dari posisi
peta kedata ukuran diatas permukaan tanah.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 4
4. BAB IV KONSEP DASAR PEMETAAN
Dari bahasan yang terdahulu, dapat dihayati hubungan yang terdapat di
antara titik didalam kerangka dasar pemetaan yang bersangkutan, baik dalam
kedudukan sebagai titik ikat yang merupaka wakil wilayah pemetaan ataupun
sebagai titik detail yang merupaka elemen gambar nantinya. Juga telah diketahui,
bahwa pada pengukuran yang dilakukan dengan ketat sekalipun, tetap hasilnya
akan mengidap kesalahan pengukuran. Hal ini juga jelas terurai pada bab kedua
mengenai kesalahan pengukuran. Sekalipun demikian perhitungan koordinat yang
dilakukan dengan menggunakan data yang masih mentah. Sebelum melakukan
hitungan koordinat ataupun ketinggian titik-titik ikat, maka salah penutup
pengukuran haruslah dipenuhi terlebih dahulu.
Kesalahan pada pengukuran sudut dikaitkan dengan pengukuran sudut
jurusan awal, akhir ataupun kontrol ( lihat bab ketujuh ), sedangkan kesalahan
pada pengukuran tinggi dianalisis perbedaan hasil pengukuran pergi dan pulang,
( lihat bab keenam ). Baik pada kerangka poligon yang sederhana, apalagi pada
kerangka triangulasi yang rumit, selalu dilakukan pengukuran sudut jurusan
kontrol dibeberapa titik ikat, disamping pengukuran sudut jurusan pada titik akhir.
Setiap pasangan pengukuran tersebut akan memberikan informasi yang berkaitan
dengan toleransi yang harus dipenuhi dalam menerima hasil pengukuran tersebut.
Semua data yang dihasilkan tersebut, selanjutmya digambarkan sesuai
dengan proyeksi, skala dan simbol yang diperlukan. Penggambaran titik ikat jelas
berbeda dengan titik detail karena sifat data yang dimilikinya, dimana data titik
ikat merupakan argumen sistem koordinat kartesisi ( x,y,h )dan data titik detai
merupakan argumen dari sistem koordinat geografis ( α,d,h ). Dengan demikian
penggambaran titik ikat dapat dilakukan langsung diatas dengan menggunakan
lembar kertas millimeter dengan mengambil sumbu-sumbunya sejajar dengan sisi
kertas. Sedangkan penggambaran titik detail terikat kepada titik ikat yang
bersangkutan dan digambar secara grafis berdasarkan data yang tersedia.

5. BAB V PENGUKURAN JARAK


Pada bagian pendahuluan telah disiratkan kaitan jarak dengan bergam titik
ujung dari jarak-jarak tersebut, yang masing-masing memiliki ketelitian tersendiri.
Hal ini sangat berkaitan dengan pengukurannya sendiri.
Dua buah alat ukur jarak yang paling umum dipakai, yaitu pita ukur dan
alat electronic distance measurement diuraikan lengkap dengan tata cara
pengukurannya sehingga diharapkan jelas terlihat perbedaanya. Berbagai teknik
pengukuran dengan menggunakan pita ukur dan alat EDM telah diuraikan pada
bagian selanjutnya, yaitu garis lurus yang mendatar dan tidak memiliki rintangan,
garis yang titik acuannya tidak saling terlihat, garis lurus dengan rintangan, teknik
membuat sudut tegak lurus, baik dengan bantuan pita ukur atau prisma.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 5
Pada bagian keempat diuraikan kesalahan pengukuran jarak baik yang
disebabkan pada pengukuran, maupun yang bersifat konstan dan demikian pula
yang disebabkan oleh juru ukur. Kesalahan ini sepatutnya diperhitungkan pada
hasil pengukuran agar didapatkan hasil hitungan yang terbaik.

6. BAB VI PENGUKURAN BEDA TINGGI SIPAT DATAR


Dari beberapa teknik pengukuran pengukuran beda tinggi, misalnya
dengan barometris atau trigonometris, maka teknik pengukuran sipat datar ini
adalah yang paling teliti dan sederhana pelaksaannya. Sekali pun pembentukan
bidang horizontal yang diperlukan mengandalkan garis gaya gravitasi, namun
untuk penggalan pengukuran ( slag ) yang cukup pendek dianggap perubahan
masa tidak terlalu berpengaruh. Oleh sebab itu perjumlahan hasil ukuran dari
penggal-penggal ukuran yang cukup pendek ( sesuai dengan jarak efektif alat ),
dapat ditoleransi untuk dinyatakan sebagai beda tinggi yang sahih, ( valid ) dan
terandalkan ( reliable ).
Semua jenis peralatan sesungguhnya merupakan pengembangan dari alat
dumpy yang sederhana, berkembang menjadi alat yang menggunakan sekrup
pengungkit dan berlanjut menjadi otomatik. Alat ukur terakhir memanfaatkan
bandul sebagai perantara yang selalu membuat garis bidik mendatar. ( sinaga,81 )
Dengan menggunakan peralatan tersebut hampir semua jenis pengukuran
dapat dilakukan, kecuali pengukuran sipat datar resiprokal yang memerlukan alat
tilting level, sebagai alat ukurnya. Sipat datar memanjang dan sipat datar
resiprokal bertindak memindahkan titik dari satu titik ke titik lainnya dan
pekerjaan berakhir dengan informasi yang bersifat data numerik. Lain halnya
dengan sipat datar luas, keduanya berakhir dengan informasi grafis.
Sebagaimana dimaklumi, maka semua jenis pengukuran akan mengindap
kesalahan, baik yang terjadi pada saat pengukuran, pengolahan data maupun
penggambaran. Demikian pula kesalahan tersebut dapat terjadi sebagai kesalahan
konstan, pengukuran dan oleh sebab keterbatasan kemampuan manusia

7. BAB VII PENGUKURAN SUDUT


Dalam pembahasan pada bab 7 ini telah ditunjukkan kaitan sudut dan jarak
yang akan membentuk kerangka dasar horizontal yang diperlukan untuk mengikat
titik detail. Demikian pula diperlukan koordinat titik awal sebagai basis
perhitungan, lengkap dengan sudut jurusan dari sisi awal kerangka dasar
horizontal tersebut.
Peralatan yang dipakai untuk pengukuran sudut tersebut adalah theodolite
yang memiliki lingkaran horizontal bagi pembacaan arah mendatar, dan lingkaran
vertikal bagi pembacaan sudut vertikal ataupun sudut zenith. Dengan sendirinya
alat ukur tersebut mungkin saja tidak dalam keadaan yang sempurna, sehingga
perlu pula diatur sumbu-sumbunya melalui pengaturan nivo serta sekrup koreksi

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 6
yang bersangkutan. Bagi pengukuran jarak dapat dilakukan dengan EDM atau alat
pita ukur yang tersedia.
Dalam tahap pengambilan data disinggung pula teknik pengukuran sudut
yang berlaku, seperti cara reiretasi ataupun repitisi lengkap dengan pengambilan
data sudut dalam kedudukan biasa ataupun luar biasa. Selanjutnya diuraikan
teknik pengukuran kerangka poligon, dan pengikatan baik secara ke muka
maupun cara kebelakang. Demikian pula teknik berhitung dengan cara Cassini
ataupun Collins. Demikian pula pada teknik pengukuran dan perhitungan
kerangka dasar poligon dilengkapi dengan salah penutup serta koreksi yang
diperlukan.
Bab ini dilengkapi dengan kesalahan pengukuran baik yang dilakukan oleh
alat ukur, seperti lingkaran yang tidak horizontal, salah graduasi pembagian dan
eksentrisitas pusat lingkaran, demikian juga kesalahan yang dilakukan oleh
pengukuran dan sebagai akibat dari gejala alam.

B. KILASAN TENTANG BUKU PEMBANDING

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 7
Dalam buku pembanding yang ditulis oleh Dr.Ir. Suyono Sosrodarsono
terdapat 8 Bab, tapi saya ringkas hanya 2 bab saja yang berkaitan mengenai
pengukuran tanah dan pengukuran untuk program teknik sipil antara lain
sebagai berikut:

1. BAB I UMUM
A. Geodesi dan Ukur-Tanah Datar
Sesuai dengan dimensi areal /persil yang akan diukur, maka pekerjaan
pengukuran pada umumnya dibedakan dalam 2 klasifikasi, sebagai berikut :
 Geodesi ( geodetic survey )
 Ukur Tanah datar ( plane survey )

Bola bumi pada hakekatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk
pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran
pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran diatas permukaan bumi dilakukan dengan
mempertimbangkan bentuk lengkung permukaan bumi dan proses perhitungannya
pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada
bidang datar. Pada pengukuran pensil yang tidak terlalu luas, lengkung permukaan
bumi dianggap tidak terbatas, sehingga dapat diterapkan metode pengukuran pada
bidang datar dan dengan demikian angka-angka / data-data hasil pembacaan
dilapangan dapat diproses dengan cara yang mudah. Jadi pengukuran yang
dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkung bumi disebut geodesi,
sedangkan pengukuran yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk
lengkung bumi disebut ukur-tanah datar.
B. Jaringan Trianggulasi dan Bench-Mark Nasional
1. Titik-titik kontrol
Pada pembuatan peta untuk cakupan areal yang luas atau untuk
mengetahui hubungan posisi antara dua buah titik yang berjauhan satu dengan
yang lainnya, diperlukan adanya titik kontrol dengan kerapatan yang memadai.
Demikian pelaksanaan ukuran seluruh areal tersebut dapat lebih dipermudah.
Hubungan antara masing-masing titik control diukur dengan ketelitian yang tinggi
dan titik-titik kontrol ini membentuk semacam jaringan yang disebut jaringan titik
kontrol primer atau disingkat dengan jaringan primer.
2.Peta–Peta Dasar
Titik kontrol menjaga suatu posisi pada permukaan bumi dan
berkaitan satu dengan lainnya, akan tetapi memberikan gambaran permukaan
bumi yang tidak kontinu dan tidak lengkap. Sedangkan peta akan memberikan

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 8
gambaran bentuk permukaan bumi yang lebih lengkap beserta semua benda-benda
penting yang terdapat diatasnya.
C. Pembuatan Peta-Peta untuk Rencana Pengembangan
Dalam rangka rencana pengembangan secara nasional suatu Negara,
terutama yang berhubungan dengan penggunaan areal-areal pertanahan, maka
diperlukan adanya pengetahuan yang mendalam pada tingkat ketelitian yang
memadai mengenai keadaan areal-areal pertanahan tersebut beserta segala
bangunan, maupun tumbuh-tumbuhan yang terdapat diatasnya. Dan untuk ini
diperlukan adanya peta yang seragam untuk seluruh wilayah suatu Negara.

2. BAB II PENGUKURAN UNTUK PROGRAM DAN


PERENCANAAN TEKNIK SIPIL
A. Pengukuran Route
1. Arti dan Jenis Pengukuran Route
Yang dimaksud dengan route umumnya adalah lintasan-lintasan seperti
misalnya jalan raya dan jalan rel kereta api, banguna-bangunan linier seperti
sungai, saluran irigasi, dan saluran pembuang, termasuk lintasan jalur transmisi
udara, dll. Pengukuran yang digunakan untuk penyelidikan, perencanaan dan
pelaksanaan konstruksi bangunan-bangunan linier dinamakan pengukuran route.
Dalam bab ini diterangkan pengukuran route untuk konstruksi jalan.
Urutan jenis pengukuran untuk konstruksi jalan ditunjukkan dalam
Gbr.8.1. sesuai Gbr.8.1, pengukuran pendahuluan terdiri dari :
 Pengukuran Jaring-jaring
 Sipat datar-profil
 Sipat datar- potongan melintang
 Pengkuran Topografi
Hal tersebut dibutuhkan untuk membuat rencana pelaksanaan, estimasi
kasaran biaya konstruksi dan lain-lain.
B. Pengukuran Sungai
Pengukuran sungai merupakan pengukuran umtuk membuat peta-peta
planimetris, profil dan potongan-potongan melintang sungai yang dipergunakan
untuk perencanaan dan pekerjaan sungai seperti misalnya pemindahan alur sungai,
perbaikan alur sungai dan lain-lain.
Pengukuran sungai meliputi Triangulasi, pengukuran jarring-jaring, sipat
datar, pengukuran meja lapangan, sounding, pengukuran debit, pengukuran untuk
penempatan patok-patok kilometer, plotting bentuk-bentuk sungai, dan
pengukuran tinggi muka air sungai, potongan-potongan, kemiringan, debit dan

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 9
lain-lain. Sebagai tambahan, untuk membuat peta-peta planimetris sering
digunakan fotogrametri.
Cakupan pengukuran sungai biasanya adalah seluruh daerah alur sungai
termasuk bantarannya dan ditambah ±300 dari tanggul kearah luar. Apabila pada
sungai tidak terdapat tanggul cakupannya adalah sejauh 100m kearah luar dari
tebing sungai.
C. Pengukuran Pantai
Pengukuran Pantai adalah pengukuran untuk mengetahui kedalaman air
didaerah pantai dan untuk membuat peta bathymetric yang dibutuhkan untuk
berbagai kebutuhan dalam perencanaan.
Untuk mengukur kedalaman air tersebut biasanya digunakan kapal survai
dan echo sounder. Posisi kapal pada waktu pengukuran dan tinggi muka air harus
ditentukan sebagai referensi guna memperoleh hasil-hasil pengukuran dalam
pembuatan peta bathymetric
D. Pengukuran Luas
Luas adalah jumlah areal yang terproyeksi pada bidang horizontal dan
dikelilingi oleh garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran luas secara kasaran dapat
diklasifikasikan menjadi pekerjaan studio dan pekrjaan lapangan. Suatu luas dapat
dihitung dengan mengukur kertas hasil penggambaran dengan garis-garis batas
yang diukur di lapangan atau dapat juga diketahui dengan perhitungan koordinat
titik-titik potong garis batas. Untuk mengukur luas terdapat berbagai macam
instrument dan akhir-akhir ini dikembangkan metode dimanaa koordinat-
koordinat dari titik potong batas dari gambar dimasukkan dengan menggunakan
plotter X-Y untuk menghitung luas dengan mini computer. Metode pengukuran
luas ada dua macam:
 Diukur pada gambar situasi
 Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung
diperoleh dari pengukuran dilapangan

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 10
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

1. Kelebihan Isi Buku


Buku utama memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan dengan buku
pembanding yang hanya sedikit memiliki kelebihannya. Dimana buku utama
memiliki isi yang lengkap dan jelas mengenai pembahasan materi tentang
Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi, serta penjelasan mengenai
isinya sangat masuk akal, sangat jelas, dan mudah dipahami serta
menggunakan bahasa yang tidak terbelit-belit, serta isi dari buku ini juga
dilengkapi dengan soal-soal atau latihan sekaligus ringkasan pada setiap
babnya, dan yang terakhir diliat dari segi covernya juga sangat menarik dan
bagus sekali, sehingga para pembaca yang lain tertarik untuk ingin segera
membaca membaca buku ini, sedangkan pada buku pembanding hanya
memiliki sedikit kelebihan yaitu isi dari bukunya yang merupakan materi
pengaplikasian mengenai pengukuran dan pemetaan pekerjaan konstruksi
dan isinya lumayan cukup jelas.

2. Kekurangan Isi Buku


Buku pembanding memiliki banyak kekurangan bila dibandingkan dengan
buku utama yang sama sekali memiliki sedikit kekurangan. Dimana buku
pembanding mengenai pembahasannya yaitu tentang Pengukuran Topografi
dan Teknik Pemetaan masih sedikit sekali pembahasannya yang dibahas di
dalam isi buku ini, yang dibahas hanyalah pengaplikasiannya saja dalam
bidang Pengukuran yang lain, seperti dasar-dasar pengukuran pada peta,
pembuatan peta, dan pengukuran terhadap route, sungai, pantai, dan luas.
Masih kurang untuk bisa menjelaskan materi dasar survey dan pemetaan,
serta pembaca harus dituntut bisa menjelaskan kembali materi yang telah
dibacanya, dari segi kata- kata yang digunakannya didalam isi buku kurang
jelas, lebih banyak menjelaskan dengan menggunakan gambar, grafik dan
symbol sehingga membuat para pembaca menjadi bingung, dan yang
terakhir diliat dari segi penyusunan isi bukunya sedikit kurang menarik si
pembaca lain untuk membaca buku ini, sedangkan buku utama hanya
memiliki kekurangan hanya satu ialah kurangnya penjelasan pada bagian
gambarnya.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 11
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Dapat saya ambil sebuah kesimpulan dari tugas saya ini dalam
mengkritik atau mengulas serta membandingkan kedua buku ini adalah bahwa
dalam materi ini mengenai Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan konstruksi
dijelaskan secara lengkap mengenai dasar-dasar pengukuran antara lain yaitu
meliputi penjelasan mengenai pengukuran tanah, ruang lingkup dari pemetaan,
penjelasan mengenai dasar-dasar pengukuran tanah, konsep dasar pemetaan
pengukuran jarak, pengukuran beda tinggi sipat datar dan terakhir prngukuran
sudut yang sudah sangat jelas menjelaskan tugas dari matakuliah saya yaitu dasar
survey dan pemetaan, sedangkan pada buku kedua itu hanya pengaplikasian
pengukuran saja yang digunakan untuk pengukuran pada bidang lainnya

B. Saran

Untuk buku pembanding saya menyarankan agar materi yang dibahas


memiliki lebih banyak penjelasan mengenai pengukuran tanah bukan hanya saja
pengaplikasiannya dan juga jangan terlalu banyak menampilkan gambar, grafik
atupun simbol-simbol karena bisa membuat bingung para pembaca lainnya ketika
ingin membaca buku ini.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 12
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga,Indra.1992. Pengukuran dan Pemetaan Pekerja Konstruksi. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Sosrodarsono,Suyono.1997. Pengukuran Topografi Dan Teknik


Pemetaan.Jakarta: PT. Pranadya Paramita.

Dasar Survey dan Pemetaan


Page 13

Anda mungkin juga menyukai