Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

MK.DASAR SURVEY DAN


PEMETAAN
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK
BANGUNAN - FT

Skor Nilai:

CRITICAL BOOK REVIEW


DASAR SURVEY DAN PEMETAAN

( Drs. Sorgang Siagian, M.Pd. )

NAMA MAHASISWA : ISAK FERNANDES SIRINGORINGO

NIM : 5203311009

DOSEN PENGAMPU : Drs. Sorgang Siagian M,Pd.

MATA KULIAH : DASAR SURVEY DAN PEMETAAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
EXCECUTIVE SUMMARY
Makalah ini berisikan kritik dan perbandingan buku yang biasa disebut dengan
Critical Book Report (CBR). Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah “DASAR SURVEY DAN PEMETAAN”. Adapun buku yang dibahas dalam Critical Book
Report (CBR) kali ini yaitu membahas buku yang berjudul “DASAR-DASAR PENGUKURAN
TANAH (SURVEYING)” karya Russel C. Brinker,Paul R. Wolf dan Djoko Walijatun
dibandingkan dengan buku yang berjudul “MODUL LABORATORIUM UKUR TANAH 2” karya
Ir. Charles H L Sulangi , MMT

Dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui kajian apa saja yang
dibahas, kajian, konsep, serta perbedaan yang terdapat didalam kedua buku tersebut dalam
mata kuliah “Dasar Survey dan Pemetaan”.

Selain itu, didalam makalah ini pembaca juga akan menemukan kelebihan dan
kekurangan dari kedua buku yang dibahas. Jadi makalah ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa untuk dijadikan sebagai referensi dalam kegiatan pembelajaran
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar Survey
dan Pemetaan ini yang berjudul “Critical Book Report”. Saya berterima kasih kepada Bapak
dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.

Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 2 Desember 2021

Isak Fernandes Siringo-Ringo

DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY ................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 4

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................................................................. 4

1.2 Tujuan Penulisan CBR ............................................................................................................................. 5

1.3 Manfaat CBR ............................................................................................................................................. 5

1.4 Identitas Buku ........................................................................................................................................ 5

BAB II ................................................................................................................................................... 6

RINGKASAN ISI BUKU ....................................................................................................................... 6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan
buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR Dasar Survey dan Pemetaan ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang Dasar Survey dan Pemetaan.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


1. Untuk penyelesaian tugas mata kuliah Dasar Survey dan Pemetaan
2. Untuk melatih dan menambah diri dalam mengkritik sebuah buku
3. Untuk meningkatkan cara dalam mengkritik sebuah buku
4. Untuk menguatkan membaca kekurangan dan kelebihan buku tersebut

1.3 Manfaat CBR


1. Bagi reviewer untuk melatih diri dalam berfikir kritis

2. Bagi penulis agar dapat menjadi acuan dalam karya-karya kedepannya

1.4 Identitas Buku

a. Buku 1 (Utama)
1. Judul : Dasar – Dasar Pengukuran Tanah (Surveying)
2. Edisi :7
3. Pengarang : Russel C. Brinker , Paul R. Wolf dan Djoko Walijatun

4. Penerbit : Erlangga
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2000

b. Buku 2 (Pembanding)
1. Judul : Modul Laboratorium Ukur Tanah 2
2. Pengarang : Ir. Charles H. L. Sulangi, MTT

3. Penerbit : Politeknik Negeri Medan


4. Kota Terbit : Manado
5. Tahun Terbit : 2018

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BUKU 1
BAB 13 Hitungan Poligon

1.1 Pengantar
Sudut – sudut atau arah – arah terukur sebuah polygon tertutup mudah diselidiki
sebelum meninggalkan lapangan. Pengukuran – pengukuran linier, jika di ukur dengan
pita walaupun di ulang, adalah sangat mungkin merupakan sumber galat dan harus juga
di cek. Walaupun hitungan – hitungan lebih panjang lebar daripada pengecekan
sudutsudut, dengan kalkulator saku masa kini dapat juga dikerjakan di lapangan untuk
menentukan sebelum meninggalkan apakah polygon telah memenuhi persyaratan
kesaksamaan. Jika ketentuan – ketentuan telah dipenuhi, kemudian polygon diratakan
dengan menciptakan “penutup” yang sempurna atau kepanggahan geometris di antara
sudut – sudut dan sisi – sisi, bila tidak, pengukuran lapangan harus di ulang sampai
memperoleh hasil – hasil yang cukup.
Penyelidikan kesaksamaan, dan di terima atau di tolaknya data lapangan adalah
sangat penting dalam pengukuran tanah. Perataan untuk kesalahan penutup geometrik
juga gawat ; misalnya pada pengukuran persil, undang – undang biasanya mengharuskan
bahwa penjelasan hak milik mengandung kecocokan geometrik yang tepat.

1.2 Mengoreksi Sudut – sudut

Sudut – sudut sebuah polygon tertutup dapat dengan mudah di ratakan menurut jumlah
geometrik yang benar dengan penerapan salah satu dari tiga metode :
1. Koreksi – koreksi sembarang pada satu sudut atau lebih.
2. Koreksi – koreksi yang lebih besar diberikan kepada sudut – sudut di mana ada
keadaan pengukuran yang lemah.
3. Sebuah koreksi rata – rata di tentukan dengan membagi seluruh kesalahan penutup
sudut dengan banyak sudut.

1.3 Hitungan Sudut Arah atau Azimut


Hitungan sudut arah dan azimuth harus dipakai sudut – sudut diratakan terhadap jumlah
geomterik yang benar kalau tidak maka sudut arah atau azimut garis pertama akan
berbeda dengan harga hasil hitungan memakai kesalahan penutup sudut ( di dapat
dengan penerapan sudut berurutan keliling polygon segi banyak tertutup).

1.4 Selisih Absis dan Ordinat


Penutup polygon di cek dengan menghitung selisih absis dan ordinat tiap garis
(jurusan). Selisih ordinat suatu jurusan adalah proyeksi orto grafiknya pada sumbu
pengukuran utara – selatan dan sama dengan panjang jurusan dikali kan cos sudut arah
atau azimutnya. Selisih ordinat di sebut juga jarak utara atau jarak selatan. Selisih absis
sebuah jurusan adalah proyeksi ortografiknya pada sumbu pengukuran timur – barat, dan
sama panjang dengan sudut jurusan dikalikan sin sudut arah atau azimutnya.
Selisih absis kadang – kadang disebut jarak timuratau arak barat.
Dalam bentuk persamaan selisih absis dan ordinat sebuah garis adalah
Selisih ordinat = L cos 𝛂
Selisih absis = L sin 𝛂 Dimana
:
L adalah panjang
𝛂 adalah sudut atau azimuth jurusan

Selisih absis dan ordinat tak lain adalah komponen – komponen X dan Y sebuah garis
dalam sistem kisi tegak lurus, kadang – kadang disebut ∆X dan ∆Y. Dalam hitungan
polygon jarak utara ∆Y dan jarak timur ∆X dianggap plus , ∆Y jarak selatan dan ∆X jarak
barat di anggap minus.
Azimuth yang dipakai dalam menghitung selisih absis dan ordinat berkisar 0 ° sampai
360°

1.5 Syarat – Syarat Penutup X dan Y


Dua syarat lain dapat ditegaskan dalam hitungan polygon yaitu
1. Jumlah aljabar seluruh ∆Y polygon segi banyak tertutup harus sama dengan nol [
atau selisih ∆Y antara titik control awal dan akhir untuk polygon tertutup ] 2. Hal
yang sama berlaku pada ∆X

1.6 Hitungan Selisih Absis dan Selisih Ordinat


Hitungan ∆Y dan ∆X , kesalahan penutup linier, dan kesakmaan untuk polygon segi
banyak tertutup akan di jelaskan dengan sebuah contoh. Sudut – sudut dalam contoh
Gambar 13 – 1 telah di pakai untuk menghitung untuk garis AB U26° 10’T dan dihitung
dengan prosedur yang dijelaskan. Perhatikanlah pada gambarnya bahwa semua sudut
arah ( yang memakan tempat lebih banyak ) diberu huruf tulisan di luar polygon dan
panjangnya masing – masing di dalam. Susunan ini dapat dibalik, tetapi harus ada
pengambilan keputusan yang panggah. Panah – panah menunjukkan arah sudut arah
yang benar untuk jurusan – jurusan dimana sudut arah terbaca dari kiri ke kanan tetapi
sebenarnya dari kanan ke kiri.

1.7 Metode – Metode Peralatan Poligon


Untuk sembarang polygon tertutup, kesalahan penutup linier harus diagihkan ke
seluruh polygon untuk menutup bentuknya. Ini juga di kerjakan walaupun kesalahan
penutup dapat di abaikan dalam penggambaran polygon pada skala peta. Lima metode
dasar untuk perataan polygon adalah
1. Metode sembarang
Metode ini tidak sejalan aturan atau persamaan tertentu
2. Aturan transit
Secara teoritis aturan transit lebih baik untuk pengukuran – pengukuran dimana
sudut – sudut di ukur dengan ketelitian lebih tinggi dari pada jarak – jarak misalnya
pengukuran takimetri, tetapi dalam praktek jarang dipakai karenaa di peroleh hasil –
hasil berbeda untuk tiap meridian yang mungkin. Koreksi – koreksi dikerjakan
dengan aturan sebagai berikut :

3. Aturan bowdich atau kompas


Aturan kompas atau bowdich sesuai dengan pengukuran – pengukuran dimana jarak
– jarak dan sudut – sudut diukur dengan kesaksamaan sama, merupakan aturan
paling umum dipakai dalam praktek.

4. Metode crandall
Dalam perataan polygon metode Crandall, mula – mula kesalahan penutup sudut
diagihkan sama besar pada semua sudut terukur

5. Metode kuadrat terkecil


Metode kuadrat terkecil, berdasarkan teori kementakan, serta serentak meratakan
pengukuran – pengukuran sudut dan linier untuk membuat agar jumlah kuadrat
residual menjadi minimum.

1.8 Koordinat Tegak Lurus


Koordinat X dan Y tegak lurus dari pada sembarang titik menetapkan posisinya terhadap
sepasang sumbu acuan yang di pilih secara sembarang saling tegak lurus satu sama lain.
Koordinat X adalah jarak tegak lurus dalam feet atau meter, dari titik ke sumbu Y.
Koordinat Y adalah jarak tegak lurus ke sumbu X. Walaupun sumbu –sumbu acuan
mempunyai kedudukan bebas, dalam pengukuran tanah biasanya di orientasikan
sehingga sumbu Y menunjuk utara – selatan, dengan utara sebagai arah Y positif. Sumbu
X terletak timur – barat dengan timur sebagai X positif. Jika diberikan koordinat tegak
lurus sejumlah titik, maka kedudukan nisbi titik – titik itu tertentu secara unik.

1.9 Jarak dan Sudut Arah dari ∆Y dan ∆X, atau Koordinat (Inversi)
Bila ∆Y dan ∆X sebuah garis diketahui, panjang dan sudut arahnya (atau azimutnya)
dengan mudah diperoleh dari hubungan – hubungan sebagai berikut :
Persamaan – persamaan dapat di tulis kembali untuk menyatakan ∆Y dan ∆X sebagai
selisih – selisih koordinat sebagai berikut :

1.10 Hitungan Koordinat pada Pengukuran Batas


Hitungan sudut arah dari koordinat dua titik yang di ketahui pada sebuah garis adalah
masalah umum dalam pengukuran batas. Jika panjang dan arah garis dari titik polygon
ke sudut – sudut sebidang tanah diketahui, koordinat titik – titik sudut dapat ditentukan,
serta panjang dan sudut arah semua arah semua bidang sisi dihitung.

1.11 Orientasi Poligon dengan Koordinat


Jika di ketahui koordinat sebuah stasiun polygon seperti A pada Gambar 13-2, dan
sebuah titik X yang kelihatan, arah garis AX dapat di hitung dan dipakai untuk
mengorientasikan transit atau teodolit di A.

1.12 Sistem – Sistem Koordinat Bidang Negara Bagian (State Plane Coordinate
Systems)
Dalam keadaan biasa, sistem koordinat tegak lurus dengan pengukuran tanah bidang
datar akan sangat terbatas luasnya karena adanya kelengkungan bumi.Tetapi, National
Geodetic Survey (NGS) mengembangkan sistem koordinat seluruh Negara bagian untuk
tiap Negara bagian di Amerika Selatan yang mempertahankan ketelitian 1 bagian dalam
10.000 atau lebih banyak, sementara menyesuaikan jarak – bumi – lengkung pada
panjangnya dalam kisi bidang datar.

1.13 Hitungan Poligon dengan Alat – Alat Elektronik


Kalkulator elektronik dan computer telah menjadi benda sehari – hari dalam hitungan
pengukuran dan khususnya berguna dalam hitungan polygon

1.14 Sumber – Sumber Galat Dalam Hitungan Poligon Beberapa


sumber galat dalam hitungan polygon adalah :
1. Perataan –perataan sudut ∆Y dan ∆Y yang tidak merupakan kerangkapan terjadinya
galat sebenarnya.
2. Pemberian koreksi – koreksi melebihi banyaknya angka di belakang koma dalam
pengukuran aslinya.

1.15 Kesalahan – Kesalahan Besar


Beberapa kesalahan yang lebih umum dalam hitungan polygon adalah :
1. Kelalaian meratakan sudut – sudut sebelum menghitung sudut –sudut arah.
2. Menerapkan perataan sudut pada arah yang salah dan lalai mengecek jumlah sudut
untuk jumlah geometric yang benar.
3. Saling tukar antara ∆Y dan ∆Y atau tanda – tandanya.
4. Menngacaukan tanda – tanda koordinat.

BUKU 2
BAB 1 Pengukuran Poligon

1.1 Tujuan Pengukuran Poligon


Pengukuran polygon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari
geometriknya.
Tinjauan dari bentuk fisiknya visualnya terdiri dari :
- Poligon terbuka biasanya digunakan untuk (secara geometris dan matematis), terdiri
atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau
terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik
pertama tidak sama dengan titk terakhir.

- Poligon tertutup
a. Garis – garis kembali ke titik awal jadi membentuk segi banyak
b. Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar
daripada ketelitian titik awal.

Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut – sudut dan jarak –jarak
tertentu,suatu pertimbangan yang sangat penting. Titik sudut yang pertama = titik
sudut yang terakhir. Poligon tertutup biasanya digunakan untuk : a. Pengukuran titik
kontur
b. Bangunan sipil terpusat
c. Waduk
d. Bendungan
e. Kampus
f. Pemukiman
g. Jembatan (karena disolar dari 1 tempat)
h. Kepemilikan tanah
i. Topografi kerangka

1.2 Peralatan yang digunakan dan prosedur pengukuran poligon


a. Peralatan yang digunakan
1. Pesawat theodolite (T. Reiterasi, T. Repetisi) + Rambu Ukur
2. Total station + prisma
3. Statif
4. Unting – unting
5. Patok
6. Jalon
7. Payung
8. Meter rol
9. Meja lapangan (meja dada)

b. Bahan yang digunakan


1. Formulir Ukur
2. Peta wilayah studi 3. Cat, Kuas dan benang
4. Alat tulis ddl.

c. Prosedur pemakaian alat pada pengukuran polygon

Cara mengatur dan sentering alat theodolite, adalah sebagai berikut :


1. Pasang statif alat kira – kira di atas titik polygon keraskan sekrup – sekrup statif
usahakan dasar alat statif sedatar mungkin untuk memudahkan mengatur nivo
mendatar
2. Pasang alat theodolite di atas statif, keraskan sekrup pengencang alat
3. Pasang unting – unting pada sekrup pengencang di bawah alat
4. Jika ujung – ujung belum tepat di atas paku aturlah dengan menggeser atau
menaik turunkan kaki alat dengan bantuan sekrup kaki sehingga unting – unting
tepat di atas paku kaki alat di injak kuat – kuat sehingga masuk ke dalam tanah.
5. Ketengahkan gelembung nivo kotak dengan bantuan ketiga sekrup penyetel
sekaligus

d. Prosedur pengukuran polygon


Pengukuran harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan – ketentuan yang di tetapkan
sebelumnya. Ketentuan – ketentuan pengukuran kerangka dasar horizontal adalah
sebagai berikut :
1. Jarak antara dua titik, sekurang – kurangnya di ukur 2 kali
2. Sudut mendatar, sekurang – kurangnya di ukur dua seri
3. Pengukuran astronomi (azimuth), sekurang – kurangnya di ukur 4 seri masing –
masing untuk pengukuran pagi dan sore hari

Prosedur pengukuran polygon kerangka dasar horizontal adalah sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan patok – patok yang telah ada yang digunakan pada pengukuran
sipat datar kerangka dasar vertical, didirikan alat theodolite pada titik (patok) awal
pengukuran. Pada pengukuran polygon, alat didirikan di atas patok, berbeda dengan
pengukuran sipat datar kerangka dasar vertical dengan alat yang berdiri di antara 2
buah titik (patok).
2. Target diletakkan di atas patok – patok yang mengapit tempat alat sipat datar berdiri.
Gelembung nivo tabung diketengahkan dengan cara memutar dua buah sekrup kaki
kiap ke arah dalam saja atau keluar saja serta memutar sekrup kaki kiap ke arah
kanan atau kiri. Teropong di arahkan ke target belakang dan di baca sudut
horizontalnya pada posisi biasa. Teropong kemudian di putar ke arah target muka di
baca pula sudut horizontalnya pada posisi biasa.
3. Teropong di ubah posisinya menjadi luar biasa dan di arahkan ke target muka serta
di baca sudut horizontalnya.
4. Alat theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan dilakukan hal yang sama
seperti pada patok sebelumnya. Pengukuran dilanjutkan sampai seluruh patok
didirikan alat theodolite.
5. Data diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara manual atau tabelaris dengan
menggunakan bantuan teknologi digital komputer. Pengolahan data polygon dapat
diselesaikan dengan metode Bowdich atau Transit. Pada metode Bowdich, bobot
koreksi abis dan ordinat di peroleh dari perbandingan jarak resultane dengan total
jarak pengukuran polygon, sedangkan pada metode Transit bbobot koreksi abis /
ordinat diperoleh jarak pada arah absis dibandingkan dengan total jarak pada arah
absis / ordinat.
6. Pengukuran polygon kerangka dasar horizontal selesai

e. Cara pembidikan titik sudut untuk daerah yang terbuka


1. Garis bidik diusahakan harus tepat mengincar pada titik polygon
2. Benang tengah harusnya tepat di atas titik polygon

Untuk daerah yang terhalang

Pada titik polygon yang terhalang di tempatkan :


1. Rambu ukur dengan garis tengah rambu ukur tepat di atas titik pusat polygon
2. Unting – unting yang ditahan oleh 3 buah Jalon
3. Garis bidik diarahkan pada garis tengah rambu ukur atau pada benang unting –
unting

Pada titik – titik polygon yang akan dibidik ditempatkan :

1. Unting – unting yang ditahan oleh 3 buah Jalon


2. Dapat pula paku, ujung pensil, sapu lidi yang lurus sebagai pembantu

Hasil yang diperoleh dari praktek pengukuran polygon dilapangan adalah


koordinat titik – titik yang di ukur sebagai titik – titik ikat untuk keperluan
penggambaran titik – titik detail dalam pemetaan

1.3 Pengolahan Data Poligon


Pengolahan data dapat dilakukan secara manual langsung dikerjakan pada formulir
ukuran atau secara tabelaris menggunakan lembar elektrolis (spreadsheet) di
komputer contohnya : adalah perangkat lunak Lotus atau Excell.
Rumus – rumus dasar pengolahan data di transfer dari penyajiannya secara analog
menjadi rumus – rumus terprogram dalam bentuk digital. Pengolahan data polygon
dikontrol terhadap sudut – sudut dalam atau luar polygon dan dikontrol terhadap
koordinat baik absis maupun ordinat. Pengolahan data polygon dimulai dengan
menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik – titik ikat polygon. Perhitungan
meliputi :
a. Mengoreksi hasil ukuran
b. Mereduksi hasil ukuran, misalnya mereduksi jarak miring menjadi jarak
mendatar dan lain – lain.
c. Menghitung azimuth pengamatan matahari
d. Menghitung koordinat dan ketinggian setiap titik

*Catatan :

1. Apabila Kerangka Dasar Horizontal akan dihitung pada proyeksi tertentu


misalnya Polyeder atau U.T.M, maka sebelumnya harus dilakukan hitungan reduksi
data ukuran ke dalam proyeksi peta yang bersangkutan.
2. Sesuai dengan bentuk jaringannya, hitungan koordinat atau ketinggian dapat
dilakukan dengan peralatan sederhana (bertingkat – tingkat) atau dengan perataan
kuadrat terkecil.

Dasar – dasar perhitungan pengukuran poligan adalah sebagai berikut :

Menghitung Sudut Jurusan Awal yang telah diketahui koordinatnya

1. Menghitung Sudut Jurusan Akhir yang telah diketahui koordinatnya (XC, YC) dan (XD,
YD), maka :

𝛂𝛂𝛂 = 𝛂𝛂𝛂 𝛂𝛂𝛂

2. Menghitung Koreksi Penutup Sudut melalui syarat penutup sudut dengan : 𝛂 adalah
sudut-sudut dalam/luar poligon hasil pengukuran dari lapangan dan n adalah jumlah
titik-titik poligon yang diukur sudut-sudutnya, maka αakhir – αawal = ∑ 𝛂 - (n – 2) .
180°+k𝛂 k𝛂 = α akhir - α awal -∑ 𝛂 + (n – 2). 180º
3. Menghitung Sudut-sudut Dalam / Luar Poligon yang telah dikoreksi terhadap
Kesalahan Penutup Sudut :
𝛂0k = 𝛂0 + ( k𝛂 / n) 𝛂1k
= 𝛂1 + (k𝛂 / n)*
...... ..... ..................
𝛂nk = 𝛂n + (k𝛂 / n)

* Menghitung Sudut-Sudut Jurusan antara titik-titik poligon.

Kontrol sudut polygon diawali terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk memperoleh
koreksi sudut polygon dengan cara mengontrol jumlah sudut polygon terhadap
pengurangan sudut akhir dengan sudut awal polygon.Koreksi sudut polygon yang diperoleh
kemudian dibagi secara merata tanpa bobot terhadap sudut – sudut polygon hasil
pengukuran dan pengamatan di lapangan.
Menghitung sudut – sudut jurusan antara titik – titik polygon : Sudut – sudut jurusan
titik polygon terhadap titik polygon berikut yang mengacu terhadap sudut awal polygon
dijumlahkan terhadap sudut polygon yang telah dikoreksi.

Untuk perhitungan awal dapat di hitung , yaitu :

❖ Jika putaran sudut – sudut tidak melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka : 𝛂
A1 = 𝛂 AB + 𝛂 0k
❖ Jika putaran sudut – sudut melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka : 𝛂 A1 =
𝛂 AB + 𝛂 0k - 360°

Untuk selanjutnya dapat dihitung , yaitu :


❖ Jika putaran sudut – sudut tidak melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka : 𝛂
12 = 𝛂 A1 + 180° + 𝛂 1k
❖ Jika putaran sudut – sudut melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka :
𝛂 12 = 𝛂 A1 + 180° + 𝛂 1k - 360°
𝛂 12 = 𝛂 A1 + 𝛂 1k - 180°

Mengoreksi absis dan ordinat melalui syarat absis dan ordinat , dengan d adalah jarak datar
/sejajar bidang nivo dan 𝛂 adalah sudut jurusan :

Anda mungkin juga menyukai