Skor Nilai:
NIM : 5203311009
Dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui kajian apa saja yang
dibahas, kajian, konsep, serta perbedaan yang terdapat didalam kedua buku tersebut dalam
mata kuliah “Dasar Survey dan Pemetaan”.
Selain itu, didalam makalah ini pembaca juga akan menemukan kelebihan dan
kekurangan dari kedua buku yang dibahas. Jadi makalah ini sangat bermanfaat bagi
mahasiswa untuk dijadikan sebagai referensi dalam kegiatan pembelajaran
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar Survey
dan Pemetaan ini yang berjudul “Critical Book Report”. Saya berterima kasih kepada Bapak
dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY ................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
a. Buku 1 (Utama)
1. Judul : Dasar – Dasar Pengukuran Tanah (Surveying)
2. Edisi :7
3. Pengarang : Russel C. Brinker , Paul R. Wolf dan Djoko Walijatun
4. Penerbit : Erlangga
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2000
b. Buku 2 (Pembanding)
1. Judul : Modul Laboratorium Ukur Tanah 2
2. Pengarang : Ir. Charles H. L. Sulangi, MTT
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BUKU 1
BAB 13 Hitungan Poligon
1.1 Pengantar
Sudut – sudut atau arah – arah terukur sebuah polygon tertutup mudah diselidiki
sebelum meninggalkan lapangan. Pengukuran – pengukuran linier, jika di ukur dengan
pita walaupun di ulang, adalah sangat mungkin merupakan sumber galat dan harus juga
di cek. Walaupun hitungan – hitungan lebih panjang lebar daripada pengecekan
sudutsudut, dengan kalkulator saku masa kini dapat juga dikerjakan di lapangan untuk
menentukan sebelum meninggalkan apakah polygon telah memenuhi persyaratan
kesaksamaan. Jika ketentuan – ketentuan telah dipenuhi, kemudian polygon diratakan
dengan menciptakan “penutup” yang sempurna atau kepanggahan geometris di antara
sudut – sudut dan sisi – sisi, bila tidak, pengukuran lapangan harus di ulang sampai
memperoleh hasil – hasil yang cukup.
Penyelidikan kesaksamaan, dan di terima atau di tolaknya data lapangan adalah
sangat penting dalam pengukuran tanah. Perataan untuk kesalahan penutup geometrik
juga gawat ; misalnya pada pengukuran persil, undang – undang biasanya mengharuskan
bahwa penjelasan hak milik mengandung kecocokan geometrik yang tepat.
Sudut – sudut sebuah polygon tertutup dapat dengan mudah di ratakan menurut jumlah
geometrik yang benar dengan penerapan salah satu dari tiga metode :
1. Koreksi – koreksi sembarang pada satu sudut atau lebih.
2. Koreksi – koreksi yang lebih besar diberikan kepada sudut – sudut di mana ada
keadaan pengukuran yang lemah.
3. Sebuah koreksi rata – rata di tentukan dengan membagi seluruh kesalahan penutup
sudut dengan banyak sudut.
Selisih absis dan ordinat tak lain adalah komponen – komponen X dan Y sebuah garis
dalam sistem kisi tegak lurus, kadang – kadang disebut ∆X dan ∆Y. Dalam hitungan
polygon jarak utara ∆Y dan jarak timur ∆X dianggap plus , ∆Y jarak selatan dan ∆X jarak
barat di anggap minus.
Azimuth yang dipakai dalam menghitung selisih absis dan ordinat berkisar 0 ° sampai
360°
4. Metode crandall
Dalam perataan polygon metode Crandall, mula – mula kesalahan penutup sudut
diagihkan sama besar pada semua sudut terukur
1.9 Jarak dan Sudut Arah dari ∆Y dan ∆X, atau Koordinat (Inversi)
Bila ∆Y dan ∆X sebuah garis diketahui, panjang dan sudut arahnya (atau azimutnya)
dengan mudah diperoleh dari hubungan – hubungan sebagai berikut :
Persamaan – persamaan dapat di tulis kembali untuk menyatakan ∆Y dan ∆X sebagai
selisih – selisih koordinat sebagai berikut :
1.12 Sistem – Sistem Koordinat Bidang Negara Bagian (State Plane Coordinate
Systems)
Dalam keadaan biasa, sistem koordinat tegak lurus dengan pengukuran tanah bidang
datar akan sangat terbatas luasnya karena adanya kelengkungan bumi.Tetapi, National
Geodetic Survey (NGS) mengembangkan sistem koordinat seluruh Negara bagian untuk
tiap Negara bagian di Amerika Selatan yang mempertahankan ketelitian 1 bagian dalam
10.000 atau lebih banyak, sementara menyesuaikan jarak – bumi – lengkung pada
panjangnya dalam kisi bidang datar.
BUKU 2
BAB 1 Pengukuran Poligon
- Poligon tertutup
a. Garis – garis kembali ke titik awal jadi membentuk segi banyak
b. Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar
daripada ketelitian titik awal.
Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut – sudut dan jarak –jarak
tertentu,suatu pertimbangan yang sangat penting. Titik sudut yang pertama = titik
sudut yang terakhir. Poligon tertutup biasanya digunakan untuk : a. Pengukuran titik
kontur
b. Bangunan sipil terpusat
c. Waduk
d. Bendungan
e. Kampus
f. Pemukiman
g. Jembatan (karena disolar dari 1 tempat)
h. Kepemilikan tanah
i. Topografi kerangka
1. Dengan menggunakan patok – patok yang telah ada yang digunakan pada pengukuran
sipat datar kerangka dasar vertical, didirikan alat theodolite pada titik (patok) awal
pengukuran. Pada pengukuran polygon, alat didirikan di atas patok, berbeda dengan
pengukuran sipat datar kerangka dasar vertical dengan alat yang berdiri di antara 2
buah titik (patok).
2. Target diletakkan di atas patok – patok yang mengapit tempat alat sipat datar berdiri.
Gelembung nivo tabung diketengahkan dengan cara memutar dua buah sekrup kaki
kiap ke arah dalam saja atau keluar saja serta memutar sekrup kaki kiap ke arah
kanan atau kiri. Teropong di arahkan ke target belakang dan di baca sudut
horizontalnya pada posisi biasa. Teropong kemudian di putar ke arah target muka di
baca pula sudut horizontalnya pada posisi biasa.
3. Teropong di ubah posisinya menjadi luar biasa dan di arahkan ke target muka serta
di baca sudut horizontalnya.
4. Alat theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan dilakukan hal yang sama
seperti pada patok sebelumnya. Pengukuran dilanjutkan sampai seluruh patok
didirikan alat theodolite.
5. Data diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara manual atau tabelaris dengan
menggunakan bantuan teknologi digital komputer. Pengolahan data polygon dapat
diselesaikan dengan metode Bowdich atau Transit. Pada metode Bowdich, bobot
koreksi abis dan ordinat di peroleh dari perbandingan jarak resultane dengan total
jarak pengukuran polygon, sedangkan pada metode Transit bbobot koreksi abis /
ordinat diperoleh jarak pada arah absis dibandingkan dengan total jarak pada arah
absis / ordinat.
6. Pengukuran polygon kerangka dasar horizontal selesai
*Catatan :
1. Menghitung Sudut Jurusan Akhir yang telah diketahui koordinatnya (XC, YC) dan (XD,
YD), maka :
2. Menghitung Koreksi Penutup Sudut melalui syarat penutup sudut dengan : 𝛂 adalah
sudut-sudut dalam/luar poligon hasil pengukuran dari lapangan dan n adalah jumlah
titik-titik poligon yang diukur sudut-sudutnya, maka αakhir – αawal = ∑ 𝛂 - (n – 2) .
180°+k𝛂 k𝛂 = α akhir - α awal -∑ 𝛂 + (n – 2). 180º
3. Menghitung Sudut-sudut Dalam / Luar Poligon yang telah dikoreksi terhadap
Kesalahan Penutup Sudut :
𝛂0k = 𝛂0 + ( k𝛂 / n) 𝛂1k
= 𝛂1 + (k𝛂 / n)*
...... ..... ..................
𝛂nk = 𝛂n + (k𝛂 / n)
Kontrol sudut polygon diawali terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk memperoleh
koreksi sudut polygon dengan cara mengontrol jumlah sudut polygon terhadap
pengurangan sudut akhir dengan sudut awal polygon.Koreksi sudut polygon yang diperoleh
kemudian dibagi secara merata tanpa bobot terhadap sudut – sudut polygon hasil
pengukuran dan pengamatan di lapangan.
Menghitung sudut – sudut jurusan antara titik – titik polygon : Sudut – sudut jurusan
titik polygon terhadap titik polygon berikut yang mengacu terhadap sudut awal polygon
dijumlahkan terhadap sudut polygon yang telah dikoreksi.
❖ Jika putaran sudut – sudut tidak melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka : 𝛂
A1 = 𝛂 AB + 𝛂 0k
❖ Jika putaran sudut – sudut melebihi 1 putaran atau sudut 360° , maka : 𝛂 A1 =
𝛂 AB + 𝛂 0k - 360°
Mengoreksi absis dan ordinat melalui syarat absis dan ordinat , dengan d adalah jarak datar
/sejajar bidang nivo dan 𝛂 adalah sudut jurusan :