Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN MINI RISET

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL


GEOMETRI ANALITIK BIDANG PADA MATERI PERSAMAAN GARIS,
LINGKARAN, PARABOLA DAN ELIPS

Dosen Pengampu : Pardomuan N.J.M Sinambela, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

CHRISTIAN JAVIERI ANDIKA (4191111061)

FAUZIYYAH (4191111001)

TESA KIARA LUMBAN GAOL (4191111047)

SHOPIA BURJU SITUMORANG (4191111049)

RETNO ENJELITA HUTASOIT (4191111065)

PSPM A 2019

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TYME karena kasih dan
rahmatNya sehingga tugas makalah “Mini Riset” ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Terimakasih penulis hanturkan kepada Bapak Pardomuan N.J.M
Sinambela, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Geometri Analitik
yang telah sabar mendidik kami mahasiswa/i PSPM A 2019 dan telah
memberikan kepercayaan sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini memuat analisis kesalahan siswa dalam pengerjaan soal


geometri analitik bidang. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai topik ini.

Penulis menyadari bahwa didalam Makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
saran dan kritik yang membangun demi perbaikan Makalah yang telah disusun,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi pembaca. Akhir kata
penulis mengucapkan sekian dan terimakasih.

Medan, November 2020

Penulis

Mahasiswa

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..............................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................6
1.3 TUJUAN............................................................................................................6
BAB II................................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................7
2.1 Lingkaran.................................................................................................................7
2.2 Persamaan Garis Lurus...........................................................................................11
2.3 Parabola..................................................................................................................12
2.4 Elips.......................................................................................................................15
BAB III............................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.................................................................................................20
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................................20
3.2 Metode dan Pendekatan Penelitian.........................................................................20
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................................20
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian............................................20
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................................21
BAB IV............................................................................................................................22
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................22
BAB V.............................................................................................................................30
PENUTUP........................................................................................................................30
5.1 KESIMPULAN......................................................................................................30
5.2 LAMPIRAN...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................58

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Matematika adalah ilmu yang penting untuk dipelajari karena matematika
merupakan ilmu yang mempunyai ciri khas sebagai ilmu yang memiliki objek
abstrak, berpola pada pemikiran deduktif aksiomatik, dan juga berlandaskan
pada kebenaran. Dengan adanya ciri khas tersebut, matematika berguna dalam
menumbuh kembangkan kemampuan serta membentuk pribadi siswa.
Matematika sebagai ilmu dasar juga diperlukan untuk mencapai keberhasilan
yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu matematika diajarkan pada semua
jenjang sekolah, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Di samping itu
matematika juga merupakan ilmu yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cabang dari matematika adalah geometri. James (dalam Ruseffendi,
1990:2) mengatakan bahwa geometri adalah ilmu yang berhubungan dengan
bentuk dan besarnya (ukurannya) benda-benda. Sedangkan menurut
Ruseffendi (1990:2) geometri itu ialah suatu sistem aksiomatik dan kumpulan
generalisasi, model dan bukti tentang bentuk-bentuk benda bidang dan ruang.
Geometri merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran
matematika. Materi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
memahami persamaan bangun geometri pada bidang datar (garis dan irisan
kerucut) dalam bentuk persamaan vektor, kedudukan garis terhadap garis lain
dan kedudukan garis terhadap irisan kerucut. Sampai saat ini geometri masih
menjadi materi yang sulit, hal ini terlihat dari rendahnya nilai geometri
beberapa siswa.
Hasil belajar siswa yang tidak memenuhi harapan menunjukkan adanya
permasalahan. Sehingga dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal konsep geometri analitik materi

5
garis, lingkaran, elips dan parabola pada siswa Sekolah Menengah Atas/
SMA.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Kesalahan-kesalahan apakah yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran?
1.2.2 Tipe kesalahan apakah yang sering dilakukan oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran?
1.2.3 Apa yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran?
1.2.4 Sejauh mana tingkat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa


dalam menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran.
1.3.2 Menggolongkan tipe-tipe kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran
1.3.3 Menemukan apa penyebab terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran.
1.3.4 Mengukur tingkat kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal-soal materi garis dan lingkaran.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkaran
Lebih dari seribu tahun yang lalu, para ahli matematika
Bangsa Yunani biasa memandang garis singgung sebuah
lingkaran sebagai sebuah garis yang menyentuh lingkaran
hanya di satu titik. Descartes bahkan mempunyai argument
bahwa pasti ada dua titik potong ketika sebuah garis
memotong lingkaran. Jika hanya ada satu titik potong, maka
garis itu pastilah garis singgung lingkaran. Mereka hanya menenempatkan
lingkaran sebagai bangun yang stagnan.

Berlawanan dengan ide-ide tersebut, Issac Newton, orang Inggris yang


menemukan Hukum Universal Gravitasi, mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai garis singgung. Ia memandang garis singgung pada sebuah titik sebagai
limit posisi dari sebuah garis yang melalui titik itu dan titik lain yang bergerak
semakin dekat ke titik tadi. Dengan demikian, lingkaran menurut Newton
merupakan lintasan lengkung tertutup sederhana yang membolehkan gerakan dan
oleh karena itu lingkaran disebut bangun yang dinamis.

2.2 Definisi

Y
A (x1 , y1)
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-
r B(x2 , y2) titik yang berjarak sama (jari-jari lingkaran)
terhadap sebuah titik tertentu (pusat
r lingkaran) yang digambarkan pada bidang
P(a,b) kartesius.
r
P (a ,b) = Pusat Lingkaran

C (x3 , y3) r = jari-jari lingkaran

r = AP = BP = CP
7
O X

Dalam menentukan persamaan lingkaran, kita harus mengerti tentang formula


jarak. Berikut ini diberikan beberapa formula untuk menentukan jarak.

1. Jarak antara dua titik A(x1 , y1) dan B(x2 , y2), ditentukan oleh j =

√( x 2−x 1 )2+( y 2− y 1 )2
2. Jarak titik A(x1 , y1) terhadap garis lurus ax + by + c = 0 dirumuskan

ax 1 +by 1 + c
j=| |
2 2
√ a +b

2.3 Persamaan Lingkaran yang Berpusat di O ( 0,0 ) dan Berjari-jari r


Berdasarkan definisi lingkaran, maka akan
diperoleh persamaan lingkaran yang berjari–
jari r dan berpusat di titik pangkal O(0,0).
Y Titik A(x,y) pada Lingkaran. Jari-jari
A ( x, y )
lingkaran r = |OP| .
r
Dengan mengingat kembali rumus jarak
y
antara dua titik, maka akan diperoleh rumus
O x persamaan lingkaran:
X
|OP| = √( x−0 )2+( y−0 )2
r = √ x2+ y2
Jadi diperoleh bentuk umum persamaan
lingkaran dengan pusat O(0,0) dan berjari-
jari r adalah :

8
2 2 2
x + y =r

2.4 Persamaan Lingkaran yang Berpusat di P ( a, b ) dan Berjari-jari r

Titik A(x, y) pada lingkaran yang berpusat di P(a,b)


A(x,y)
Y dan jari-jari lingkaran r, sehingga |PA| = r. Dengan
r menggunakan rumus jarak antara dua titik, maka
akan diperoleh rumus persamaan lingkaran:
P(a, b)
√( x 2−x 1 )2+( y 2− y 1 )2=r
√( x−a )2+( y−b )2=r
( x−a )2 +( y −b )2=r 2
O
Merupakan persamaan baku lingkaran dengan pusat
P(a, b) dan jari-jari r.
2.5 Bentuk Umum Pers. Lingkaran
Persamaan lingkaran dengan pusat P(a, b) dan berjari-jari r mempunyai persamaan
2 2 2
baku ( x−a ) +( y −b ) =r , jika bentuk ini dijabarkan maka diperoleh :

( x−a )2 +( y −b )2=r 2

⇔ x2 – 2ax + a2 + y2 – 2by + b2 = r2

⇔ x2 + y2 – 2ax – 2by + a2 + b2 – r2 = 0, misalkan A = – 2a, B = – 2b dan C =


a2 + b2 – r2 maka diperoleh bentuk umum persamaan lingkaran :

x 2 + y 2 + Ax+ By +C=0

A 2 B 2
Dengan Pusat
A B
P − ,−
2 2 ( ) dan jar-jari √(
r= −
2) ( )
+−
2
−C

9
2.6 Persamaan Garis Singgung Lingkaran

1. Pers. Garis singgung lingkaran Melalui Titik pada Lingkaran


g
Garis g disebut garis singgung Lingkaran L di titik A(x1, y1).


Catatan :

P(a, b) A(x1, y1) 1. Titik A harus pada lingkaran L.

2. AP tegak lurus dengan garis singgung g.

Rumus Persamaan Garis Singgung Lingkaran di titik A(x1 , y1) :

Pers. Lingkaran Pers. Garis Singgung

x2 + y2 = r2 x1x + y1y = r2

(x – a)2 + (y – b)2 = r2 (x1 – a)(x – a) + (y1 – b)(y – b) = r2

A B
x2 + y2 + Ax + By + C = 0 x1x + y1y + 2 (x + x1) + 2 (y + y1)
+C=0

2. Pers. Garis singgung lingkaran Melalui suatu Titik di luar Lingkaran

Langkah-langkah menentukan PGS dari titik di


Q luar lingkaran :

P  
A(x1 , y1) 1. Menentukan persamaan garis kutub ( rumus
yang digunakan sama dengan rumus mencari
PGS lingk. diatas)

R 2. Menentukan titik singgung lingkaran (titik Q


dan R) dengan mensubtitusikan pers. Garis
kutub ke pers. Lingkaran.
3. Menentukan persamaan garis singgung di
10 titik singgung tersebut
Garis hubung QR disebut Garis kutub atau garis polar.

Garis hubung AQ dan AR disebut garis singgung lingkaran.

3. Pers. Garis singgung lingkaran dengan Gradien tertentu


PGS dengan
Pers. Lingkaran Pers. Garis Singgung
P(a, b) gradien m

x2 + y2 = R2 y=mx±r √ 1+m2
(x – a)2 + (y – b)2 = R2 y−b=m( x−a )±r √ 1+m2
x2 + y2 + Ax + By + C = 0 y−b=m( x−a )±r √ 1+m2

2.2 Persamaan Garis Lurus


1. Pengertian Persamaan Garis Lurus Perhatikan grafik dari fungsi f (x) 2x +1
dalam Koordinat Cartesius di bawah ini.

Sumbu mendatar disebut sumbu x dan sumbu tegak disebut sumbu f(x). Apabila
fungsi di atas dituliskan dalam bentuk y =2x + 1, maka sumbu tegak pada grafik

11
disebut sumbu y. Dengan demikian y = f(x). Karena grafik dari fungsi f (x) =2x
+1 atau y= 2x +1 berupa garis lurus, maka bentuk y = 2x +1 disebut persamaan
garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus dapat dinyatakan dalam dua
bentuk berikut ini. a. Bentuk eksplisit Bentuk umum persamaan garis lurus dapat
dituliskan sebagai y =mx + c , dengan x dan y variabel atau peubah, m dan c
konstanta. Bentuk persamaan tersebut dinamakan bentuk eksplisit. Dalam hal ini
m sering dinamakan koefisien arah atau gradien dari garis lurus. Sehingga untuk
garis yang persamaannya y =2x + 1 mempunyai gradien m = 2. b. Bentuk implisit.
Persamaan y =2x+ 1 dapat diubah ke bentuk lain yaitu 2x – y +1 = 0 . Sehingga
bentuk umum yang lain untuk persamaan garis lurus dapat dituliskan sebagai Ax
+ By + C= 0 , dengan x dan y peubah serta A, B, dan C konstanta. Bentuk
tersebut dinamakan bentuk implisit.

2.3 Parabola
Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang jaraknya terhadap titik tertentu
dan garis tertentu selalu sama. (karena e = 1)

Titik tersebut dinamakan fokus (F), dan garis tersebut dinamakan direktrik (d).
Terdapat dua macam bentuk parabola, yakni
1. Parabola horizontal
2. Parabola vertikal.

Secara lebih rinci, akan dijelaskan menjadi 4 bagian sebagai berikut. (Rangkuman
rumus ada dipaling bawah)

12
1. Parabola Horizontal dengan Puncak O(0, 0)

Parabola ini mempunyai bentuk Umum:


y2 = 4px,

dimana Koordinat titik fokusnya di F(p, 0)


persamaan direktrisnya x = –p
Sumbu simetrisya adalah sumbu-x
Panjang latus rectum LR = 4p
Dengan catatan:
Jika p > 0 maka kurva membuka ke kanan
Jika p < 0 kurva membuka ke kiri

2. Parabola Vertikal dengan Puncak O(0, 0)

Parabola ini mempunyai bentuk Umum:

13
x2 = 4py

dimana Koordinat titik fokusnya di F(0, p)


Persamaan direktrisnya y = –p
Sumbu simetrisya adalah sumbu-y
Panjang latus rectum LR = 4p
Catatan :
Jika p > 0 maka kurva membuka ke atas
Jika p < 0 kurva membuka ke bawah

3. Parabola Horizontal dengan Puncak M(a, b)

Bentuk Umum : (y – b)2 = 4p(x – a),

dimana Koordinat fokusnya di F(p+ a, b)

Persamaan direktrisnya x = –p + a

14
Persamaan sumbu simetrisya y = b

Panjang latus rectum LR = 4p

Dengan catatan :

Jika p > 0 maka kurva membuka ke kanan

Jika p < 0 kurva membuka ke kiri

4. Parabola Vertikal dengan Puncak M(a, b)

Parabola ini mempunyai bentuk Umum : (x – a)2 = 4p(y – b),

dimana Koordinat fokusnya di F(a, p + b)

Persamaan direktrisnya y = –p + b

Persamaan sumbu simetrisya x = a

Panjang latus rectum AB = 4p

Dengan cataran

Jika p > 0 maka kurva membuka ke atas

Jika p < 0 kurva membuka ke bawah

2.4 Elips
Ellips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya terhadap dua titik
tertentu selalu tetap.
Kedua titik tertentu itu dinamakan fokus.

15
Terdapat dua macam bentuk elips,
yakni
1. Ellips horizontal
2. Ellips vertical.

Secara lebih rinci akan dijelaskan menjadi empat bagian. (Rangkuman rumus
berada paling bawah sendiri)

1. Ellips Horizontal dengan Pusat O(0, 0)

Bentuk Umum:

Dimana a > b.

Unsur-unsurnya :
Koordinat titik puncaknya di A1(a, 0), A2(–a, 0), B1(0, b), dan B2(0, –b)

16
Panjang sumbu mayor = 2a dan Panjang sumbu minor = 2b
Titik fokus di F1(c, 0) dan F2(–c, 0) dimana c2 =  a2 – b2
Nilai eksentrisitasnya

Persamaan garis direktriks dirumuskan:

Panjang Latus rectum:

2. Ellips Vertikal dengan Pusat O(0, 0)

Bentuk Umum:

17
dimana a < b

Unsur-unsurnya:
Koordinat titik puncaknya di A1(a, 0), A2(–a, 0), B1(0, b), dan B2(0, –b)
Panjang sumbu mayor = 2b dan Panjang sumbu minor = 2a
Titik fokus di F1(0, c) dan F2(0, –c) dimana c2 =  b2 – a2
Nilai eksentrisitasnya

Persamaan garis direktriks dirumuskan:

Panjang Latus rectum:

3. Ellips Horizontal dengan Pusat M(p, q)

Bentuk Umum:

18
Dimana a > b.

Unsur-unsurnya :
Koordinat titik puncaknya di A1(a + p, q), A2(–a + p, q), B1(p, b + q), dan B2(p,
–b + q)
Panjang sumbu mayor = 2a dan Panjang sumbu minor = 2b
Titik fokus di F1(c + p, q) dan F2(–c + p, q) dimana c2 =  a2 – b2
Nilai eksentrisitasnya

Persamaan garis direktriks dirumuskan:

Panjang Latus rectum:

4. Ellips Vertikal dengan Pusat M(p, q)

Bentuk Umum:

19
dimana a < b

Unsur-unsurnya:
Koordinat titik puncaknya di A1(a + p, q), A2(–a + p, q), B1(p, b + q), dan B2(p,
–b + q)
Panjang sumbu mayor = 2b dan Panjang sumbu minor = 2a
Titik fokus di F1(p, c + q) dan F2(p, –c + q) dimana c2 =  b2 – a2
Nilai eksentrisitasnya

Persamaan garis direktriks dirumuskan:

Panjang Latus rectum:

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Mini Riset inidiadakan pada:

Hari/ Tanggal : Senin, 2 November 2020

Tempat : Online melalui media social (via Whatsapp)

3.2 Metode dan Pendekatan Penelitian

Mini riset ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu pendekatan ilmiah


terhadap pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini juga
menekankan pada penggunaan table, grafik, dan juga diagram yang sangat
memudahkan untuk dibaca. Pendekatan ini berangkat dari data. Pengambilan data
dilakukan dengan cara pemberian soal tes/kuis secara online yang dilakukan oleh
subjek penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2007) populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi


yang erdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah 10 siswa SMA.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi tersebut (Sugiyono,


2007), pada penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana semua populasi
dijadikan sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik yang digunakan pada miniriset ini ialah menggunakan teknik


tes/kuis. Tes/ kuis ini diberikan kepeda setiap 10 siswa SMA untuk melihat
seberapa besar penguasaan konsep siswa terhadap materi soal persamaan garis,
lingkaran, parabola, dan ellips. Tes/ kuis ini digunakan sebagai pengambilan data
nilai siswa untuk menganalisis tingkat kesukaran soal, reliabilitas soal, dan daya

21
pembeda. Dan juga menganalitis kesalahan subjek dalam menyelesaian soal
dilihat dari kategori kemampuan membaca, memahami, transformasi,
keterampilan, dan penulisan jawaban.

3.5 Prosedur Penelitian


Adapun langkah-langkah yang dilakukan saat di adakannya Mini Riset ini
adalah :

1. Menyiapkan instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian.


2. Mengirimkan soal tes/kuis via whatsapp
3. Memeriksa jawaban dari soal tes/kuis yang telah diberikan kepada 10
siswa SMA
4. Melakukan analisa terhadap hasil observasi

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

23
24
25
Rekapitulasi kategori kemampuan penyelesaian soal

Tahapan Kategori Jumlah subjek


Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Membaca Baik 10 9 10 6 8
Cukup 0 0 0 0 0
Kurang 0 0 0 0 0

Memahami Baik 7 9 10 4 8
Cukup 2 0 0 2 0
Kurang 1 0 0 0 0

Transformasi Baik 4 6 8 4 8
Cukup 3 1 1 1 0
Kurang 3 2 1 1 0

Keterampilan Baik 4 6 6 4 3
Cukup 4 1 3 0 5
Kurang 2 2 1 2 0

Penulisan Baik 4 6 5 4 3
Jawaban Cukup 2 1 3 0 5
Kurang 4 2 2 2 0

Tabel di atas, secara spesifik telah memberikan gambaran pada kategori


cukup dan kurang terdapat pada tahapan transformasi yakni kesalahan
transformasi yakni masih adanya subjek yang tidak dapat menentukan konsep
matematis, rumus, operasi, ataupun prosedur yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi dan keterampilan proses yakni kesalahan dalammenentukan
dan menerapkan prosedur atau langkah dalam menyelesaikan soal. Yang pada
akhirnya menghasilkan kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir. Rekapitulasi
kesalahan responden disajikan pada tabel dibawah ini ;

Tabel rekapitulasi kesalahan subjek ;

Tipe Nomor butir tes Total


kesalahan 1 2 3 4 5
Membaca 0 0 0 0 0 0
Memahami 1 0 0 0 0 1
Transformasi 3 2 1 1 0 7
Keterampilan 2 2 1 2 0 7
Menuliskan 4 2 2 2 0 10
Jawaban
TOTAL 10 6 4 5 0

26
Berdasarkan tabel tersebut, kesalahan yang paling umum terjadi adalah
kesalahan menuliskan jawaban dengan tepat hal ini, dapat dilihat dari angka pada
transformasi dan keterampilan memiliki angka yang sama yang sangat berakibat
pada penulisan jawaban di akhir. Dilihat dari tiap butir soal, pada nomor 1
terdapat 3 subjek melakukan kesalahan transformasi , nomor 2 terdapat 2subjek
melakukan kesalahan transformasi, dan pada nomor 3 terdapat 1subjek melakukan
kesalahan transformasi, nomor 4 terdapat 1 subjek yang melakukan kesalahan
transformasi dan nomor 5 tidak terdapat subjek yang melakukan kesalahan
transformasi Terdapat cukup banyak variasi kesalahan yang dilakukan subjek
serta tidak semua subjek mengerjakan tesnya karena ketika gagal dalam membaca
soal maka subjek melanjutkan pekerjaannya namun menghasilkan solusi yang
salah . Untuk analisis lebih lanjut, butir soal yang tidak dikerjakan subjek tidak
diikutkan dalam analisis karena kondisi tersebut tidak masuk dalam bagian
kesalahan.

Deeskripsi jenis kesalahan subjek dalam menyelesaikan soal cerita turunan


parsial disajikan sebagai berikut:

 Kesalahan Membaca
Dalam menyelesaikan soal yang diberikan, responden tidak mengalami
kendala. Terlihat dari mampunya responden menggunakan elemen yang
diketahui untuk mengerjakan soal.
responden memiliki tingkat kemampuan yang baik dalam membaca
sehingga dapat menemukan makna kata yang digunakan dalam soal.

 Kesalahan Memahami
Responden mengangap tidak penting untuk menuliskan ditketahui dan
ditanya yang ada pada soal, sehingga responden tidak memiliki
kemampuan memahami yang baik karena hanya menajikan cara
penyelesaian saja.Maka

27
Gambar 1 Gambar2
seolah olah seperti terjadinya komunikasi yang salah antara yang ditanya
soal dengan pola pemikiran responden disamping itu juga , ada beberapa
responden yang hanya menuliskan hal yang diketahu dari soal tetapi tidak
diawali dengan kata diketahui. Seperti :

Gambar 1 Gambar2

Pada gambar (1) dan (2) , responden menuliskan bahwa pada soal
diketahui titik pusat (0,0) dan nilai a dari titik puncak elips . menuliskan
diketahui seperti ini, jelas dapat mempermudah pemahaman terhadapa soal
namun sangat disayangkan responden tidak menuliskan ditanya yang
merupakan bantuan untuk memandu responden dalam menjawab soal.

 Kesalahan Transformasi
Keslahan transformasi oleh responden disini adalah kesalahan dalam
mengetahui operasi hitung yang digunakan. Seperti :

28
Dilihat dari (1), Responden menyelesaikan pemfaktoran dengan
memisalkan ditambah 9. Seharusnya dalam pengerjaanya responden tidak
perlu memisalkan penambahan 9 tetapi memahami bahwa nilai dari y 2- 6y
bernilai sama dengan (y-3)2 - 9 .
Namun berbeda pada gambar (2), responden sangat ceroboh dalam
melakukan operasi hitung sehingga tidak menyelesaikan soal dengan
tuntas, dimana responden tidak menyelesaikan perhitungan untuk
konstanta 9 , 1 dan – 16 sehingga tidak didapatkan jawaban yang valid.

 Kesalahan Proses (prosses skill error)


Adapun Kesalahan yang terjadi pada tahap ini adalah kesalahan dalam
menentukan dan menerapkan prosedur atau langkah langkah dalam
menyelesaikan soal sehingga hasil akhir yang diperoleh dapat bernilai
salah. Seperti jawaban responden berikut ini ;

Jelas terlihat pada gambar diatas, bahwa responden memahami dan dapat
menentukan rumus yang harus digunakan , namun dalam prosedur
pengerjaan nya responden tersebut tidak bisa menemukan gradient yang
harus dimasukan untuk mendapatkan persamaan garis.

 Kesalahan Menuliskan Jawaban (encoding error)


Melihat tabel dari rekapitulasi kesalahan subjek/responden , maka ada 10
responden yang melakukan kesalahan menuliskan jawaban yang
diakibatkan tidak cukup mampu dalam melakukan transformasi sehingga
kurang terampil dalam mengolah soal. 10 responden itu menyebar ke
dalam 5 soal yang telah dibuat oleh tim peneliti.

29
Berdasarkan deskripsi kesalahan yang telah dilakukan maka , ditemukan
sebuah hal yang tidak lazim di dunia responden yang dimana adalah seorang
siswa SMA yaitu kesalahan dalam pemodelan yang berkelanjutan sampai
kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir.

Kesalahan dalam pemodelan banyak disebabkan oleh kurangnya


keterampilan untuk mengaitkan berbagai konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Menurut Zulkarnaen (2018) Kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tugas pemodelan matematika menyebabkan jawaban yang salah. Kesalahan ini
disebabkan oleh kebingungan konsep dan prosedur, kelalaian kondisi formula dan
fakta yang diberikan; kurangnya pemahaman konsep, dan ketidakmampuan untuk
mengubah masalah; ada juga faktor psikologis, seperti kecemasan dan stress.
Kompleksitas kegiatan memodelkan dapat dipahami sebagai sebuah kesulitan
yang berujung kesalahan karena pemodelan menuntut secara kognitif beberapa
kompetensi yang terlibat, termasuk yang non-matematika, pengetahuan ekstra-
matematika, pengetahuan matematika itu sendiri dan, khususnya untuk terjemahan
ide-ide konseptual (Blum, 2015).

30
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah dianalisa maka dapat disimpulkan bahwa :

Dengan memeperhatikan angka tingkat kesukaran soal diperoleh :

 Soal no. 1 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,5 (sedang)


 Soal no. 2 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,4 (sedang)
 Soal no. 3 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,4 (sedang)
 Soal no. 4 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,4 (sedang)
 Soal no. 5 memiliki tingkat kesukaran sebesar 0,4 (sedang)

Dengan memeperhatikan daya beda soal diperoleh :

 Soal no.1 memiliki daya pembeda sebesar 1,00 (sangat baik)


 Soal no.2 memiliki daya pembeda sebesar -0,2 (jelek)
 Soal no.3 memiliki daya pembeda sebesar 0,4 (rendah)
 Soal no.4 memiliki daya pembeda sebesar 0,8 (baik)
 Soal no.5 memiliki daya pembeda sebesar 0,2 (cukup)

Dilihat dari kemampuan menyelesaikan soal diperoleh:

31
 Soal no.1 kemampuan dalam ( membaca 10 orang baik, memahami 7
orang baik, transformasi 4 orang baik, keterampilan 4 orang baik,
penulisan jawaban 4 orang baik)
 Soal no.2 kemampuan dalam ( membaca 9 orang baik, memahami 9
orang baik, transformasi 6 orang baik, keterampilan 6 orang baik,
penulisan jawaban 6 orang baik)
 Soal no.3 kemampuan dalam ( membaca 10 orang baik, memahami 10
orang baik, transformasi 8 orang baik, keterampilan 6 orang baik,
penulisan jawaban 5 orang baik)
 Soal no.4 kemampuan dalam ( membaca 6 orang baik, memahami 4
orang baik, transformasi 4 orang baik, keterampilan 4 orang baik,
penulisan jawaban 4 orang baik)
 Soal no.5 kemampuan dalam ( membaca 8 orang baik, memahami 8
orang baik, transformasi 8 orang baik, keterampilan 3 orang baik,
penulisan jawaban 3 orang baik)

32
5.2 LAMPIRAN

 Responden 1

33
 Responden 2

34
35
36
 Responden 3

37
38
39
 Responden 4

40
41
 Responden 5

42
43
44
45
 Responden 6

46
47
 Responden 7

48
49
50
 Responden 8

51
52
53
 Responden 9

54
 Responden 10

55
56
57
58
DAFTAR PUSTAKA

Moleong,L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyono, A. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT.


Rieneka Cipta

Dhoruri, Atmini., Markaban . (2011). PEMBELAJARAN PERSAMAAN GARIS


LURUS. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika.

https://www.materimatematika.com/2017/11/parabola_7.html (diakses pada 10


November 2020, pukul 16.55)

https://www.materimatematika.com/2017/11/elips.html (diakses pada 10


November 2020, pukul 17.00).

59

Anda mungkin juga menyukai