MODUL - II
URAIAN MATERI
A. FAKTORIAL
Kaidah pencacahan (caunting slots) adalah suatu kaidah yang digunakan untuk
menentukan atau menghitung berapa banyak cara yang terjadi dari suatu peristiwa.
Banyak cara yang bisa digunakan antara lain : Aturan pengisian tempan, Faktorial,
Permutasi dan Kombinasi.
Defenisi
Faktorial bilangan asli n adalah perkalian semua bilangan asli yang kurang atau sama
dengan n. Faktorial dilambangkan dengan tanda (!). Jadi jika n!, maka dibaca “n
faktorial”.
n !=1× 2× … × ( n−2 ) ×(n−1)× n
Berikut ini adalah faktorial 1 sampai dengan faktorial 10.
1 !=1
2 !=1 ×2=2
3 !=1× 2× 3=6
4 !=1 ×2 ×3 × 4=24
5 !=1× 2× 3× 4 × 5=120
6 !=1× 2× 3 ×4 ×5 ×6=720
7 !=1× 2× 3 ×4 ×5 ×6 ×7=5040
8 !=1× 2× 3 ×4 ×5 ×6 ×7 × 8=40320
9 !=1× 2× 3 ×4 ×5 ×6 ×7 × 8 ×9=362880
10 !=1× 2× 3× 4 × 5× 6 ×7 × 8 ×9 ×10=3628800
Catatan : Hasil dari faktorial 0 adalah 1 (0! =1).
Faktorial biasa digunakan untuk menghitung banyaknya susunan yang dapat dibentuk
dari sekumpulan benda tanpa memperhatikan urutannya.
Contoh Soal
1. Empat buah lukisan A, B, C, dan D akan dipajang berurutan pada sebuah dinding
pameran. Berapakah jumlah susunan yang dapat dibenruk dari keempat lukisan tersebut?
Penyelesaian :
Karena jumlah lukisan yang akan dibentuk susunannya adalah 4 maka jumlah susunan
yang bisa dibentuk adalah 4!.
4 !=1 ×2 ×3 × 4
¿ 24
Jadi jumlah susunan yang dapat dibentuk adalah 24 susunan. Ke-24 susunan tersebut
adalah ABCD, ABDC, ACBD, ADBC, ADCB, BACD, BADC, BCAD, BCDA, BDAC,
BDCA, CABD, CADB, CBAD, CBDA, CDBA, DABC, DABC, DACB, DBAC, DBCA,
DCAB, DCBA.
15! 15!
=
2! ( 15−2 ) ! 2 ! 13 !
1 ×2 ×3 ×… .. ×15
¿
(1 ×2 )(1× 2×3 × … ×13)
14 ×15
¿
1× 2
= 105
B. PERMUTASI
Definisi
Suatu permutasi r unsure, yang diambil dari n unsur yang berlainan, ialah penempataan r
unsure itu dalam satu urutan (r ≤ n)
Dalil 1
n!
nPr = (n)(n-1)(n-2)…..(n-r+1) ¿
( n−r ) !
Bukti
Kita buktikan untuk n= 4 dan pandanglah 4 unsur a, b, c, dan d. Ambillah untuk r = 2.
Untuk tempat pertama ada 4 pilihan, a, b, c, dan d dan untuk tempat kedua ada 3 pilihan, karena
satu unsure sudah ditempatkan pada tempat pertama. Karena setiap pilihan untuk tempat pertama
dapat digabungkan dengan setiap pilihan untuk tempat kedua, banyaknya permutasi 4 unsur
4.3 .2.1 4!
diambil 2 ialah 4P2 =4.3 = 12. Untuk 4.3 dapat di tulis sebagai , maka 4P2 = =12
2.1 2!
Dalil 2 : Jika suatu operasi terdiri atas k langkah dan setiap langkahnya dapat dilakukan
sebanyak n cara, maka keseluruhan operasi itu dapat dilakukan sebanyak n1n2... nk cara.
Dalil 3 : Jumlah permutasi dari n objek yang berbeda adalah n!
Contoh :
Ali pergi ke suatu showroom mobil untuk membeli sebuah mobil sedan baru.
Sesampainya di tempat tujuan, ia mendapatkan 6 macam mobil (Corolla, Accord,
Civic, Mitsubishi, Dihatsu, dan Suzuki) masing-masing dengan 4 warna pilihan
dan 3 macam model interior. Berapa banyak alternatif mobil baru yang dapat
dipilih?
Penyelesaian :
Jumlah alternatif mobil baru yang dapat dipilih
¿ n 1∙ n 2 ∙n 3
= 6 × 4 ×3
= 72 pilihan
Seorang Dosen memiliki 5 buah buku yang akan disusun di atas rak bukunya .
Berapa kemungkinan susunan yang mungkin terjadi?
Penyelesaian :
Jumlah kemungkinan susunan buku
= 5!
= 5 × 4 ×3 ×2 ×1
= 120
Diagram 1
4 3
Ambillah sekarang 4 unsur.Untuk tempat pertama dapat diambil a, b, c, atau d, jadi ada 4
pilihan. Untuk tempat kedua dapat di ambil hanya 3 pilihan ,karena satu unsure sudah terpakai.
Untuk tempat ketiga hanya satu pilihan, karena tinggal satu unsure. Karena setiap pilihan untuk
tempat pertama dapat digabungkan dengan setiap pilihan untuk tempat ketiga, dan seterusnya,
maka 4P4 =4.3.2.1 =4!
4 3 2 1
Diagram 2
Perhatian:
1. Cara bukti diatas dapat digunakan untuk n unsure diambil r.
2. Rumus untuk nPn juga dapat dijabarkan dari rumus nPr dengan mengisi r = n dengan
n!
mendefenisikan 0!, yaitu nPn = n ! .
0!
C. PERMUTASI SIKLIS
Permutasi siklis adalah permutasi yang disusun melingkar. Misalnya A, B, dan C
disusun melingkar.
Jika kita pandang urutan itu searah jarum jam maka susunan ABC, CAB, dan BCA
adalah sama. Sehingga banyaknya permutasi siklis dari 3 objek adalah 3!/3 = (3 × 2!)/3 =
2! = 2. Jadi, akan dihasilkan 2 susunan yang berbeda secara siklis dari huruf-huruf A, B,
dan C, yaitu ABC dan ACB.
Andaikan sekarang kita mempunyai 4 objek yang akan disusun secara siklis.
Contoh Soal
Dalam sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang ibu, dan 3 orang anaknya
makan bersama dan mengelilingi sebuah meja makan. Berapa banyaknya cara yang berlainan
saat mereka dapat duduk, jika:
1. Banyaknya anggota keluarga adalah 5 orang (seorang ayah, seorang ibu, dan 3 orang
anak). Sehingga, banyaknya cara yang berlainan saat mereka duduk berpindah-pindah tempat
adalah (5 – 1)! = 4! = 24 cara.
2. Perhatikan gambar berikut.
Ayah dan ibu selalu berdampingan, sehingga pasangan ini dapat kita anggap satu.
Sehingga terdapat 4 objek yang akan disusun secara siklis. Akan tetapi pasangan ayah
dan ibu dapat disusun kembali menjadi 2P2 cara. Sehingga banyaknya susunan agar ayah
dan ibu selalu berdekatan adalah (4 – 1)! × 2P2 = 3! × 2! = 12 cara.
D. KOMBINASI
Pandangalah 3 unsur a,b, dan c,. Sekarang kita ambil dua unsur dan kali ini tidak
mengindahkan urutanya ; jadi, ab sama dengan ba, ac, dan cb ialah 3 kombinasi 3 unsur diambil
2.
Defenisi
Suatu kombinasi r unsure yang diambil dari n unsur yang berlainan, ialah suatu pilihan
dari r unsur tanpa memperlihatkan urutanya ((r ≤ n)
Banyaknya kombinasi 3 unsur yang diambil 2 dinyatakan dengan :
3 ; jadi 3 C 2= 3 =3.
Simbol 3C2 atau ()2 ()2
Jika dari 3 unsur diatas diambil satu unsure saja, akan
ada 3 kombinasi, yaitu: a, b, dan c, jadi 3C1 = 3.
Pandanglah sekarang 4 unsur a, b, c, dan d. Jika diambil satu unsur, maka ada 4
kombinasi, yaitu: a, b, c, dan d; jadi, 4C2 = 6. Jika diambil 3 unsur,terdapat kombinasi abc, abd,
acd, dan bcd,; Jadi ,4C3 = 4. Jika diambil semua, hanya ada satu kombinasi abcd, jadi, 4C4 = 1.
Dalil 1.3.2
nPr n!
nCr= n =
r() r !
= −1
r ( n−r ) !
Contoh 1.3.
3! 6
3 C 2= = =3
2‼! 2
3!
3 C 2= =1
3!0!
4! 24
4 C 2= = =6
2 ! 2! 2.2
4! 24
4 C 3= = =4
3 ! 1! 6
5! 120
5 C 2= = =10
3 ! 2! 6.1
Bukti
n!
Banyaknya permutasi n unsure diambil r = nPr =
( n−1 ) !
Di sini urutan di pandang .dari , unsure dapat di buat r! permutasi, sedangkan permutasi ini
n nPr = n !
hanya merupakan satu kombinasi. Jadi nCr= =
r () r ! ( n−r ) r !
Dalil
2. Kita hendak mengirimkan surat per pos dan biayanya Rp.60.-. Kantor pos memberikan 4
perangko yang berlainan, yaitu: satu perangko Rp.5.-(a)
Satu Rp. 10,- (b) satu Rp.20,- dan satu Rp.25,-(d) dengan beberapa permutasi kita dapat
menempelkan 4 perangko ini pada surat kita.
Jawab : Banyaknya permutasi 4 unsur diambil 4, ialah 4P4=4!=24. Salah satu permutasi ialah
urutan abcd.
3. Ada 4 orang bernama A, B, C, dan D. Hendak dipilih 2 orang, ada berapa pilihan?
Jawab :
Banyaknya pilihan sama dengan banyaknya kombinasi 4 orang diambil 2 orang, ialah
Jawab :
a. Ada 8 orang dan akan diambil 3, jadi (83 )= 38! 5! ! =56 cara.
4 4!
b. Dua pria dapat dipilih dari 4 orang suami, jadi ( )= =6 dan seorang wanita dapat
2 2 ! 2!
4 4!
dipilih dari 4 orang istri, jadi ( )= =6, sehingga ada 6x4=24 cara untuk memilih
1 1! 3 !
panitia juga persoalannya demikian.
E. BINOMIAL
Kita mengingat kembali pengertian kombinasi dari sejumlah r objek yang diambil dari n objek.
Banyaknya kombinasi dari r objek yang diambil dari n objek (r ≤ n) adalah :
Contoh :
1. Misalkan, ada 5 objek, yaitu a, b, c, d dan e. Apabila dari 5 objek ini diambil 3 objek
maka banyaknya cara pengambilan 3 objek tersebut adalah
Sepuluh cara pengambilan itu adalah abc, abd, abe, acd, ace, ade, bcd, bce, bde, dan cde.
2. Misalkan, ada tiga kotak yang masing-masing berisi satu bola merah dan satu bola putih.
Dari tiap-tiap kotak diambil satu bola sehingga terambil tiga bola. Banyaknya cara
pengambilan 3 bola tersebut, agar terambil bola merah semua ada (33 )=1 cara.
Banyaknya cara pengambilan 3 bola tersebut, agar terambil dua bola merah ada (32 )=3
cara. Banyaknya cara pengambilan 3 bola itu, agar terambil satu bola merah ada(31 )=3
3
cara. Banyaknya cara pengambilan 3 bola itu, agar tak terambil bola merah ada ( )=1
0
cara.
Contoh terakhir ini akan digunakan untuk menyatakan suku banyak yang merupakan
penjabaran dari (m + p )3. Perpangkatan ini dapat dinyatakan sebagai perkalian berulang
dengan 3 faktor sama, yaitu: (m+p)(m+p)
(m+p)=mmm+mmp+mpm+pmm+ppm+pmp+mpp+ppp
Setiap suku dari ruas kanan kesamaan ini terdiri dari 3 faktor dan masing-masing faktor
berturut-turut diambil dari faktor pertama, faktor kedua dan faktor ketiga dari ruas pertama.
Pada kesamaan terakhir itu jika suku-suku sejenisnya dijumlahkan maka akan diperoleh ;
Koefisien-koefisien suku-suku dari ruas kanan dari kesamaan terakhir ini dapat dinyatakan
dengan kombinasi-kombinasi banyaknya m dalam tiap sukunya sehingga kesamaan itu dapat
ditulis sebagai berikut.
Dengan argumentasi yang mirip dengan ilustrasi di atas, kita dapat menuliskan kesamaan-
kesamaan berikut ini.
Jadi,
Teorema 1.1
Jika r ≤ n maka .
Teorema ini sering disebut sifat simetrik dari koefisien binomial. Sifat ini membantu kita
untuk menghitung lebih mudah nilai suatu kombinasi.
Contoh :
Teorema 1.2
Teorema 1.5
Suatu perkumpulan terdiri dan 15 orang. Akan dibentuk suatu pengurus dari perkumpulan
tersebut yang terdiri 5 orang dan 2 orang di antaranya sebagai pengurus inti. Maka,
banyaknya pilihan pengurus itu adalah:
Pemilihan tersebut dapat pula dilakukan dengan memilih 2 orang pengurus inti dan 15 orang
dan selanjutnya untuk melengkapi pengurus itu dipilih 3 orang dan 13 orang (yang 2 orang
telah terpilih sebagai pengurus inti). Maka, banyaknya pilihan pengurus ini adalah:
Teorema 1.6
Koefisien-koefisien binomial pada teorema binomial di atas dapat kita susun secara rekursif,
seperti tampak pada Gambar 1.1, dan sering disebut segitiga Pascal sebagai berikut:
Bilangan-bilangan pada segitiga Pascal tersebut dapat dibangun tanpa proses rekursif dengan
notasi kombinatorik seperti tampak pada Gambar dibawah ini ;
Perhatikan anak panah 5 pada Gambar diatas dan Gambar dibawah ini. Anak panah 5 itu
menunjukkan bahwa ;
Teorema 1.7
F. PELUANG KEJADIAN
a) Ruang sampel dan kejadian
Himpunan S dari semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan yang diberikan disebut
ruang sampel (contoh). Suatu hasil yang khusus, yaitu suatu elemen dalam S, disebut suatu
titik sampel. Suatu kejadian A adalah suatu himpunan bagian dari ruang sampel S. Kejadian
{a} yang terdiri atas suatu titik sampel tunggal a S disebut suatu kejadian yang elementer
(sederhana). Himpunan kosong Φ dan ruang sampel S sendiri merupakan kejadian-kejadian,
Φ kadang-kadang disebut sebagai kejadian yang tidak mungkin terjadi dan S merupakan
kejadian yang pasti terjadi.
1. Ruang sampel: S.
3. Titik sampel dengan huruf-huruf kecil, seperti a, b, …, y, z atau dengan: a1, a2, …x1, x2,
…, x n ….
Contoh :
Percobaan: Melambungkan sebuah dadu satu kali dan dilihat banyaknya mata dadu yang
tampak/muncul (yaitu yang di atas). Dari percobaan dapat diidentifikasikan yang dimaksud
dengan ruang sampel, titik sampel dan kejadian yaitu:
Ruang sampel: Dadu mempunyai 6 sisi, dan masing-masing sisi bermata satu, dua, tiga,
empat, lima dan enam. Himpunan semua hasil yang mungkin dari lambungan tersebut
adalah: 1, 2, 3, 4, 5, 6 . Jadi ruang sampelnya: S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Titik sampel: Titik sampel merupakan suatu elemen dari ruang sampel S. elemen-elemen dari
S adalah: 1, 2, 3, 4, 5, 6. Jadi, titik sampelnya: 1 atau 2 atau 3 atau 4 atau 5 atau 6.
Kejadian:
Kejadian yang sederhana adalah kejadian yang terdiri atas satu titik sampel.
Defenisi 1.1 :
Misalkan suatu ruang sampel S mempunyai elemen yang banyaknya berhingga, yaitu n(S) = N,
dan tiap-tiap elemen dari S mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi. Misalkan pula A
adalah suatu kejadian (himpunan bagian dari S), yang mempunyai elemen sebanyak n(A). Maka
peluang bahwa kejadian A akan terjadi [P(A)], didefenisikan sebagai :
Defenisi 1.2
Dua peristiwa A dan B yang tidak mempunyai elemen yang berserikat, yaitu: A B =
dinamakan dua peristiwa yang saling asing (atau “disjoint”).
Contoh :
Jika dua buah dadu dilambungkan satu kali, dan dilihat pasangan mata dadu yang
muncul/tampak. A = kejadian bahwa jumlah mata dadu yang muncul 8. B = kejadian bahwa
jumlah mata dadu yang muncul kurang dari 5. Maka:
Jadi, kejadian A dan B saling asing/disjoint.
Defenisi 1.3
Misal S adalah ruang sampel dan A adalah sebarang kejadian dalam S. Maka P disebut fungsi
peluang pada ruang sampel S apabila dipenuhi aksioma-aksioma berikut.
(Aksioma 1.3). Jika A dan B dua kejadian yang saling asing maka: P(A B) = P(A) + P(B)
(Aksioma 1.4). Jika A1, A2, …, merupakan deretan kejadian yang saling asing
Defenisi 1.4
Misalkan S merupakan ruang sampel, S = {a1, a2, … , an}; dan misalkan pula bahwa p1, p2, … ,
pn adalah bilangan-bilangan tidak negatif yang jumlahnya sama dengan 1, atau p1 + p2 + … +
pn = 1. Untuk kejadian A, peluangnya didefinisikan sebagai P(A) = jumlah semua p1 yang
berkaitan dengan hasil a1, dengan a1 di dalam A.
Contoh :
G. FREKUENSI HARAPAN
Frekuensi harapan kejadian A adalah nilai peluang kejadian A dikali banyak percobaan (n)
F(A) = P(A) x n
Contoh :
Tiga buah logam berisi gambar (H) dan angka (1) dilempar bersama-sama sebanyak 80 kali.
tentukanlah harapan munculnya ketiga-tiganya angka ?
Jawab :
Soal seperti ini pertama hitung dahulu jumlah seluruh nilai kejadian, seluruh kejadian kita
lambangkan dengan S, maka :
S = {HHH, HH1, H1H, 1HH, 11H, 1H1, H11, HHH}
n(S) = 8
Muncul tiga-tiganya 1 hanyala satu yaitu {111}. maka :
1 = {111}
n(A) = 1
Dan banyaknya percobaan yaitu sebanyak 80 kali maka :
n = 80
Maka :
Fh = P(A) x n
Fh = ( n(A)/n(S) ) x n
Fh = (1/8) x 80
Fh = 10
Maka harapan munculnya tiga-tiganya angka sebanyak 10 kali.
Untuk dua kejadian sembarang A dan B pada ruang sampel S, berlaku rumus:
P (A ∪ B) = P (A) + P (B) – P (A ∩ B)
Contoh :
Dari 45 siswa pada suatu kelas, diketahui 28 siswa suka Matematika, 22 siswa suka bahasa
Inggris, dan 10 siswa suka kedua-duanya. Jika seorang siswa dipilih secara acak, tentukan
peluang siswa yang terpilih adalah yang menyukai Matematika atau bahasa Inggris!
n(S) = 45
n(S) = 45
P (M ∪ B) = P (M) + P (B) – P (M ∩ B)
Contoh:
Sebuah dadu dilempar sekali, tentukan peluang munculnya mata dadu lebih dari dua.
Jawab:
Sehingga Ac = { mata dadu kurang dari atau sama dengan 2 } = {1, 2}, n(Ac) = 2
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu bermata 6, berapakah peluang mendapatkan dadu mata 1 atau 3 ?
Jawab:
A = {1}, B = {3}
n(A) = 1, n(B) = 1
DAFTAR PUSTAKA
Al Jupri,S.Pd.,M.Sc. 2010. Teori Peluang. Universitas Pendidikan Indonesia.
Peluang ( Kaidah pencacahan, faktorial, permutasi dan kombinasi). Ica Math. Universitas
Muhammadyah Purwokerto.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/198205102005011-
AL_JUPRI/Teori_Peluang_Al_Jupri.pdf (diakses pada 26 februari 2021).