Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2020/2021

Nama : Retno Enjelita Hutasoit


NIM : 4191111065
Kelas : PSPM A 19
Dosen Pengampu : Drs. Payerli Pasaribu, M.Si

1. Pada semester ganjil 2020/2021, sadara telah mengikuti perkuliahan Pendidikan


Kewarganegaraan dengan materi : Konsep dan Pengertian PKN, identitas
Nasional; Integrasi Nasional; Konstitusi Negara Republik Indonesia; serta
kewajiban dan Hak warga Negara dan Negara. Menurut anda apa urgensi materi
itu diberikan kepada mahasiswa yang sekaligus sebagai warga Negara Republik
Indonesia? Jelaskan
Jawab :

Menurut pendapat saya sebagai mahasiswa dan sebagai warga Negara


Republik Indonesia, pendidikan kewarganegaraan sudah diterapkan sejak masih
disekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pribadi saya selalu mengingat
bagaimana materi yang dimaksud dalam pendidikan ini, ada kalanya saya lupa
dan akan diingatakan lagi pada jenjang berikutnya, misalnya saat saya tamat SD
dan berjumpa jenjang SMP hal yang saya lupakan kembali diingatkan lagi melalui
pendidikan ini. Menjadi warga Negara, ada hak dan kewajiban yang harus
dilakukan dan dimiliki , ada aturan yang harus dipatuhi, ada ketentuan yang harus
diketahui, ada informasi bangsa dan Negara yang harus tanamkan dalam hati,
sehingga pentinglah bagi siapapun untuk mendapatkan pendidikan ini tak
terkecuali mahasiswa. Adapaun argensi Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi ini menurut saya adalah: (1) melahirkan warga negara yang
memiliki wawasan kebangsaan dan bernegara, serta nasionalisme yang tinggi; (2)
melahirkan warga negara yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai HAM
dan demokrasi, serta berpikir kritis terhadap permasalahannya; (3) melahirkan
warga negara yang mampu berpartisipasi dalam upaya menghentikan budaya
kekerasan, menyelesaikan konflik dalam masyarakat secara damai berdasarkan
nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai universal, dan menghormati supremasi hukum
(rule of law); (4)melahirkan warga negara yang mampu memberikan kontribusi
terhadap persoalan bangsa dan kebijakan publik; (5) melahirkan warga negara
yang memiliki pemahaman internasional mengenai ‘’Civil Society’’. Karena
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini
akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan
akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian
mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses
pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri.
Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.

2. Dewasa ini sebagian dari bangsa Indonesia, khususnya generasi muda melihat
dan menganggap kebudayaan asing (terlebih kebudayaan barat, asia timur dan
timur tengah) jauh lebih unggul dari kebudayaan Indonesia. Mereka tampaknya
amat bangga jika bisa berprilaku; memiliki dan menggunakan produk-produk
dari Negara-negara dari kawasan tersebut. Segala hal yang berbau luar negeri
membuat mereka terkesima. Seakan-akan yang berbau luar negeri itu bagus dan
kualitasnya lebih tinggi dari apa yang ada di Indonesia. Bahkan ironinya, segala
yang berbau Indonesia dianggap kolot, ketinggalan zaman, dan kurang bernilai.
Menurut anda sebagai mahasiswa dan warga Negara Republik Indonesia, dari
persfektif kewarganegaraan Menurut anda
a. Apakah sikap seperti itu beralasan ?
Jawab :
Menurut saya tergila gila dengan budaya asing dan meninggalkan
budaya sendiri adalah sesuatu yang sangat memalukan. Mendabakan identitas
orang lain dan merendahkan identitas sendiri adalah sesuatu tindakan yang
mempermalukan diri sendiri. Tetapi pendapat saya lain dengan “produk”.
Fakta dilapangan dalam hal teknologi, Indonesia jauh dari kata maju misalnya
smartphone, transportasi dan lainnya. Produk smartphone buatan Indonesia
kalah saing dengan buatan luar negeri. Untuk menjadi terkesima dengan
produk asing adalah hal yang wajar, tetapi seharusnya tidak merendahkan
produk sendiri. Dilihat dari kinerjanya, Indonesia masih dan tetap berusaha
mengejar ketertinggalannya. Seharusnya sikap yang seperti inilah yang harus
dimiliki warga Negara Indonesia .

b. Bolehkah sikap demikian diterima ?


Jawab :
Menurut saya, sikap seperti ini harus diubah. Sikap seperti ini
menunjukan bahwa kita Indonesia mengaku kalah dan pesimis dalam
kemajuan.

c. Apa yang harus diperbuat warga negara supaya dapat memandang dan
mengganggap Indonesia juga unggul dan bernilai.
Jawab:
Dilihat dari aspek budaya, Indonesia memiliki beragam budaya yang
diminati orang asing. Hanya dengan melestarikan dan tidak meninggalkan
budaya sendiri, saya rasa kebudayaan Indonesia akan terus diminati sampai
tahun tahun berikutnya. Dan untuk menerapkan hal ini, generasi penerus
seperti mahasiwa yang saya katakan di nomor satu, harus mengkolaborasikan
budaya dan teknologi dengan tidak menghilangkan unsure unsure kebudayaan
didalamnya. Karena pada zaman sekarang ini, sesuatu yang tidak berbau
teknologi akan terus dianggap kolot dan akhirnya ditinggalkan.

3. Bagi Negara Republik Indonesia, pasca proklamasi kemerdekaan membangun


integrasi menjadi tugas penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal itu,
pertama system pemerintahan colonial Belanda yang berlangsung hampir 350
tahun, kedua keberagaman etnik yang bersepakat bersatu menjadi satu bangsa.
Jelaskan kaitan kedua hal tersebut dengan pentingnya membangun integrasi
nasional.
Jawab :
Dalam Hal Kolonialisme Belanda
Menurut pendapat saya, dengan adanya pengalaman mengerikan tentang
penjajahan yang terjadi di Indonesia, Indonesia harus segera membangun
integrasi nasional. Karena dilihat dari kolonialisme Belanda, yang pada tahun
1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, tetapi masih saja Belanda
tidak ingin mnyerahkan kedaulatan Indonesia sampai harus melakukan berbagai
siding dan perjanjian, yaitu perundingan linggarjati, perjanjian Renvile dan
perjanjian Roem-Royen dan juga Konferensi Meja Bundar, upaya ini dilakukan
karena dunia Internasional sudah mengecam Belanda atas usaha kekerasannya
dalam meredam kemerdekaan Indonesia. Kolonial Belanda berperan besar dalam
terbentuknya beragam etnis di Nusantara ( yang pada waktu itu bisa dikenal
dengan kerajaan). Belajar dari pengalaman ini, Indonesia harus dan tetap
membangun dan memperkuat integrasi nasionalya. Karena, dilihat pada masa
sekarang, banyak upaya yang menyerupai klonial belanda ini. Contohnya Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) , Papua merdeka, dan banyak juga negara lain yang
berusaha mencampuri urusan internal dari indonesia seperti yang masih
diperbincngkan sekarang ini yaitu masalah HAM di Papua Barat yang dicap oleh
Vanuatu dan negara lainnya. Hal ini tidak boleh dianggap remeh atau dianggap
sebagai ancaman kecil, karena sudah berapa kali Negara lain berupaya untuk
mengambil wilayah Indonesia ini dengan alasan yang tidak masuk akal seperti
kesamaan ras, permasalahan HAM, dan lai sebagainya.

Dalam Hal Kebudayaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi adalah pembauran


sampai menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Adapun kata nasional berarti
bangsa.  integrasi nasional menggambarkan proses persatuan dari wilayah yang
mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain berupa budaya, etnis
hingga latar belakang ekonomi. Adanya perbedaan tersebut tentunya dianggap
sebagai rahmat. Namun, perbedaan juga bisa menjadi ancaman bagi
bangsa. Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan
multidimensional. Misalnya kasus penduduk pribumi dan minoritas kaum etnis
Tionghoa di Indonesia dalam masa pemerintahan Orde Baru cenderung
membedakan dua kelompok etnis, atau kaum minoritas. Jika untuk penduduk
pribumi pemerintah memberlakukan kebijakan penyatuan, dan untuk kaum
minoritas adalah kebijakan asimilasi. Dan kaum minoritas diharuskan untuk
meninggalkan identitas Tioghoanya dan digantikan dengan identitas “Pribumi”,
dan dilarang menggunakan bahasa mandarin, tetapi harus menggunakan bahasa
Indonesia, karena jika tidak menggunakan bahasa Indonesia, dianggap tidak
nasionalis. Masalah ini menimbulkan pertanyaan yang cukup mendasar : Apakah
memang nasionalisme harus ditunjukkan dengan cara – cara memendam unsur –
unsur cultural yang lahir secara alamiah, kodrati, dan bukan merupakan pilihan
bebas, seperti halnya memilih pekerjaan?. Sehingga dengan adanya permasalahan
ini pentingalah  integrasi nasional yang dimana upanyanya adalah untuk
membangun Kesatuan dan Persatuan Bangsa. Maka di butuhkan langkah –
langkah strategis antara lain, salah satunya dengan menghentikan klasifikasi
seperti mayoritas – minoritas, penduduk asli – pendatang, dan pribumi – non
pribumi. Sehingga akan terwujud persatuan dan kesatuan bangsa  tanpa
kehilangan indentitas kultur budaya masing – kelompok suku bangsa yang
beragam.

4. Anda telah mempelajari konstitusi dan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara
Republik Indonesia. Kemukakanlah dengan kalimat sendiri
a. Apa sebenarnya hakikat dari konstitusi itu
Jawab :

Pada hakikatnya konstitusi merupakan pembatasan atas kekuaasan


dalam Negara, dan itu berisi tiga hal pokok, yaitu adanya jaminan terhadap
hak asasi manusia dan warga negaranya, ditetapkan susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat fundamental, dan adanya pembagian dan
pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.

b. Apa pentingnya konstitusi bagi suatu negara, seperti halnya Negara Republik
Indonesia dengan adanya UUD 1945.
Jawab :

Negara yang baru merdeka akan lansung membuat konstitusinya,


karna Konstitusi ialah sebagai hukum dasar yang membentuk keseluruhan
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara . Konstitusi di Indonesia adalah
UUD 1945. Undang-Undang Dasar 1945 ialah hukum dasar yang tertulis.
Sebagai hukum, Undang-Undang Dasar 1945 berisi norma, aturan atau
ketentuan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sebagai hukum dasar, UUD
1945 merupakan sumber hukum. Jadi, semua perundang-undangan dan
peraturan-peraturan lainnya harus bersumber pada UUD 1945. Maka dari itu
konstitusi sangat penting salam suatu Negara karena termasuk hukum negara
yang sudah tertulis dalam Undang-undang.
c. Bagaimana tata urutan perundang-undangan Negara Republik Indonesia
menurut UU No.10 tahun 2004 dan UU No.11 tahun 2012.
Jawab :
Dalam UU. No. 10 Tahun 2004, tata urutan peraturan perundang-
undangan adalah sebagai berikut:
1. UUD 1945
2. UU atau Perpu
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah, meliputi: Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah
Kabupaten atau Kota, dan Peraturan Desa atau peraturan yang setingkat.

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka jenis dan hierarki Peraturan


Perundang-undangan sesuai urutan dari yang tertinggi adalah:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD
1945)
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat ( Tap MPR)
3. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang ( Perppu) Peraturan Pemerintah ( PP)
4. Peraturan Presiden ( Perpres)
5. Peraturan Daerah ( Perda)
6. Provinsi Peraturan Kabupaten atau Kota

d. Dengan membandingkan ketentuan tata urutan perundang-undangan pada UU


No.10 tahun 2004 dan UU No.11 tahun 2012, apa yang dapat anda
simpulkan?
Jawab :
Menurut saya, yang menjadi landasan perubahan UU No. 10 Tahun
2004 menjadi UU No. 12 Tahun 2011 dikarenakan Materi dari UU Nomor 10
tahun 2004 banyak yang menimbulkan kerancuan atau multi tafsir sehingga
tidak memberikan suatu kepastian hukum, teknik penulisan rumusan banyak
yang tidak konsisten, terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan
perkembangan atau kebutuhan hukum dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan. Landasan pengembalian TAP MPR dikarenakan TAP
MPR merupakan aturan yang tidak bisa dilupakan dalam ketatanegaraan
Indonesia, adanya penggarisan MPR yang masih boleh membuat aturan yang
hanya bersifat beschiking, masih diperlukan keputusan untuk mengatur
internal dari suatu lembaga seperti menetapkan dan mengubah UUD,
pelantikan presiden dan wakil presiden, dan pelantikan presiden dan wakil
presiden apabila terjadinya kesosongan serta masih adanya TAP MPR yang
masih diakui sebelum diatur lebih lanjut oleh UU. Pengembalian TAP MPR
ini tidak relavan karena tidak disertai penegasan oleh konstitusi Indoenesia
yaitu UUD.

5. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya
diterima atau dilakukan pihak tertentu. Kewajiban adalah beban untuk
memberikan atau membiarkan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan
oleh pihak tertentu. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh pengikut utilitarianisme,
ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Setiap kewajiban seseorang
berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Para utilitarianisme
berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang hak dalam arti
sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai
dengannya tidak pantas disebut hak. Hal ini sejalan dengan filsafat kebebasan
Mill (1996) yang menyatakan bahwa lahirnya Hak Azasi Manusia dilandasi dua
hal yang fundamental yaituhak persamaan dan hak kebebasan. Hak kebebasan
seseorang menurut Mill tidak boleh digunakan untuk memanipulasi hak orang
lain, demi kepentingannya sendiri. Kebebasan secara ontologis substansial
bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan sendiri, bukan pula perbuatan
bebas tanpa control, namun perbuatan bebas yang diarahkan menuju sikap positif,
tidak mengganggu dan merugikan orang lain

Atas dasar pemikiran yang dipaparkan di atas, menurut pendapat anda


a. Persoalan apa sajakah yang akan terjadi jika warga negara dan negara hanya
meekankan hak dan mengabaikan kewajiban.
Jawab :

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,


akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang.

Contoh :

Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.

Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban.

Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan
tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya
seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Begitu juga dengan rakyatnya, salah satu kewajiban rakyat adalah menjunjung
tinggi hokum dan pemerintahan tetapi sering rakyat tidak menggubris ini dan
jika terjadi kesenjangan social, rakyat cenderung menutup mata dan
menyalahkan pemerintahan.
Karenanya, Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial
yang berkepanjangan dan tidak akan terjadi kesejahteraan nasional.

b. Apakah UUD 1945 sudah mengindikasikan adanya harmoni kewajiban dan


hak azasi manusia ? jelaskan dengan mengemukakan alasannya
Jawab :
Menurut saya sudah, karena dalam undang undang dasar 1945 sudah
dikemukakan tapa apa saja Hak dan KewajiabanNegara termasuk yang ada
didalam pembukaan UUD 1945. Juga sama halnya dengan Hak dan kewajiban
Warga Negara. Hak dan kewajiban antara Negara dan Warga Negara sudah
dituliskan dan ditetapkan, tetapi tercapainya harmoni kewajiban dan hak ini
tergantung dengan kesadaran diri dari masing masing elemen warga maupun
permerintahan.

c. Apa sajakah kewajiban negara dan warga negara menurut UU No. 20 tahun
2003 tentang system Pendidikan Nasional
Jawab :

 Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak Warga Negara:

1. Warga negara yang dimaksud dalam sistem pendidikan nasional adalah


warga negara Indonesia yang mempunyai hak:
2. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
3. Bagi warga negara yang mempunyai kelainnya fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
4. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
5. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
6. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.

Kewajiban Warga Negara:

1. Setelah adanya hak bagi warga negara, selanjutnya undang-undang


juga mengatur tentang kewajiban warga negara, yaitu:
2. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
3. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan

 Hak dan Kewajiban Pemerintah:

Tidak kalah pentingnya adalah peranan pemerintah dalam penyelenggaraan


pendidikan nasional yang berupa hak dan kewajiban.

Dalam hal ini pemerintah mempunyai hak untuk mengarahkan, membimbing,


membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan dan


kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun, sebagaimana disebutkan dalam ketentuan
Pasal 10 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasiona

Selain itu ada hak dan kewajiban Orang tua dan masyarakata
diantaranya :

 Hak dan Kewajiban Orang Tua:

Dalam hal pendidikan ini orang tua juga mempunyai hak untuk berperan serta
dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya.

Selanjutnya orang tua juga berkewajiban memberikan pendidikan dasar


kepada anaknya selama dalam usia wajib belajar, yaitu usia tujuh sampai
dengan lima belas tahun, sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 7
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

 Hak dan Kewajiban Masyarakat:

Masyarakat dalam penyelenggaraan pendidkan nasional


mempunyai hak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Selanjutnya masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk memberikan


dukungan sumberdaya dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana
disebutkan dalam ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai