Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MUHAMMAD AKBAR

NIM : 5193111006

KELAS : PTB REG B 2019

MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU : Dra. YUSNA MELIANTI, M.H

TUGAS RUTIN 5
Tentang Perilaku Konstitusional dalam hidup bernegara

1. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia


Undang-Undang 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar
hukum, UUD 1945 berperan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
ideologi bangsa Indonesia yaitu pancasila. Pancasila sendiri merupakan hukum diatas segala
hukum (staats fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam
pembuatannya tidak boleh bertentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada
pancasila, sebab UUD 1945 adalah hukum yang setingkat dibawah Pancasila. Maka dari itu
dikenallah asas yang berbunyi “hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum yang
lebih rendah”.
UUD 1945 dalam prosesnya tidak bersifat absolut, maksudnya UUD 1945 dapat
diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Negara Indonesia. Bahkan dalam
perubahan UUD ini telah tercantum sendiri pada pasal 37. Dan dalam perubahannya juga
harus mematuhi asas “hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum yang lebih
rendah”.
Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia
maksudnya adalah UUD 1945 menjadi dasar atau landasan struktural dalam penyelenggaraan
pemerintahan menurut sistem ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki
fungsi khusus sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh
rakyat akan tetapi oleh pemerintahan dan penguasa juga.
Intinya setiap warga Negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang
sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan Negara dalam
menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi dapat
terlaksana dengan baik dan bijaksana.

2. Dinamika dan Tantangan Konstitusi di Indonesia


Ada beberapa dinamika dan tantangan konstitusi yang terjadi di Indonesia adalah
sebagai berikut :

Konstitusi Masa Berlakunya


UUD NRI 1945 (Masa 18 Agustus 1945 sampai dengan  Agustus 1950,
Kemerdekaan) dengan catatan, mulai 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agustus hanya berlaku di wilayah RI
Proklamasi
Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 sampai dengan 17Agustus 1950
UUDS 1950 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
UUD NRI 1945 (Masa Orde 5 Juli 1959 sampai dengan 1965
Lama)
UUD NRI 1945 (Masa Orde 1966 sampai dengan 1998
Baru)

Pada Pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat
hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia, ketika itu merupakan suatu
tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga melambung
tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun. Sementara itu nilai tukar Rupiah
terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika, semakin merosot. Menyikapi kondisi
seperti itu, pemerintah berusaha menanggulanginya dengan berbagai kebijakan.
Namun kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik. Bahkan semakin hari
semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik.
Masyarakat sudah mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Oleh karena itu timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di Jakarta
dan di daerah-daerah. Unjuk rasa tersebut digagasi oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai
komponen bangsa lainnya.
Pemerintah sudah tidak mampu lagi mengendalikan keadaan. Maka pada 21 Mei 1998
Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya. Berhentinya Presiden Soeharto
menjadi awal era reformasi di tanah air. Pada awal masa reformasi (pertengahan tahun 1998),
muncul beberapa tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut diutarakan oleh
berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda.

Beberapa tuntutan reformasi itu adalah sebagai berikut :


 Mengamandemen UUD NRI 1945,
 Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
 Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
 Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
 Mewujudkan kebebasan pers,
 Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Mari kita pusatkan kembali perhatian kita kepada tuntutan untuk mengamandemen
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada
pandangan bahwa UUD 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang
demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. Selain itu, di dalam isi UUD
1945 juga terdapat pasal-pasal yang bisa menimbulkan banyak penafsiran, atau lebih dari satu
tafsir (multitafsir) dan membuka dapat peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter,
sentralistik, tertutup, dan berpotensi tumbuhnya ruang praktik korupsi kolusi, dan nepotisme
(KKN).
Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya
kemerosotan kehidupan nasional. Terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis
multidimensional) merupakan Salah satu bukti tentang hal tersebut. Tuntutan perubahan
UUD NRI 1945 adalah suatu solusi yang sangat besar. Dikatakan solusi yang sangat
besar sebab pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan tersebut.
Sikap politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak
mengubah UUD NRI 1945. Seandanya muncul juga kehendak untuk mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus dilakukan secara referendum (meminta pendapat rakyat) dan dengan
persyaratan yang sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat itulah maka kecil
kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil
Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur di dalam Pasal 37 UUD 1945
melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam 4 kali perubahan, yakni:
 Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
 Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
 Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
 Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan
dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri bangsa (founding
father) Indonesia. Ketua panitia Penyusun UUD NRI 1945, yakni Ir. Sukarno dalam rapat
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945, di antaranya menyatakan
sebagai berikut :
“...bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar
Kilat, bahwa barang kali boleh dikatakan pula, inilah revolutiegrondwet. Nanti kita membuat
Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap”.
Hingga saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945 telah
dilakukan  sebanyak 4 kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan yang
dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat
itu. 

3. Perilaku Konstitusional Warga Negara


Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, Bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi Negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen Negara.
Para Penyelenggara Negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh
konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga Negara harus taat pada konstitusi. Fungsi
pokok konstitusi atau undang-undang dasar adalah untuk membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaanya tidak sewenang-wenang. Agar
konstitusi Negara dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan dasar-dasar pemahaman taat
asas dan taat hukum, maka sangat diperlukan sikap positif dari setiap warga negara. Ketaatan
terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional.
Perilaku Konstitusional adalah perilaku–perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya
berpijak pada aturan-aturan penyelenggaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945.
Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi
Negara. Sebaliknya Perilaku Inkonstitusional ialah perilaku yang tidak sesuai dan
bertentangan atau menyimpang dari konstitusi Negara.
Sebagai warga negara yang baik adalah warga Negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan Negara, yang meliputi kesetian terhadap ideologi Negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetian terhadap
kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus
dan wajib untuk memiliki perilaku positif terhadap konstitusi, yangmempunyai makna 
berperilaku peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji
maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, mengamalkan dalam
kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi dilanggar.
Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warganegara, karena
perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan
hukum. Berikut Contoh perilaku konstitusional warga negara yaitu, taat pada aturan lalu
lintas, membayar pajak, tidak main hakim sendiri, menjalin persatuan, melaksanakan pemilu
secara langsung, bebas, umum, jujur, dan adil, pengambilan keputusan dengan musyawarah.

Pustaka :

Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa ( Bandung: PT
Refika Aditama, 2015 ), hlm. 141.

https://eladwianggraini.blogspot.com/2016/01/undang-undang-dasar-1945-

https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/04/membangun-argumen-dinamika-tantangan-
konstitusi-kehidupan-berbangsa-bernegara

https://www.kompasiana.com/nurchabm4648/5e6d9d0e097f364ffe24c232/kesadaran-
berkonstitusi-dalam-negara

d.scribd.com/doc/176709900/Perilaku-Konstitusional-dalam-Hidup-Berbangsa-dan-
Bernegara-doc.

Anda mungkin juga menyukai