Anda di halaman 1dari 11

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kelompok 1 :
 Fakhri Dzul Fikhri
 Fitrah Fadnillah
 M.Dhafin Fauzan
 Prans Connery Manurung
 Rheisya Talitha A
 Rosyidah Khoirunnisa Mahdan

1
Daftar Isi
Daftar isi .......................................................................................................................i
Kata pengantar…………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………1
1.1. Latar belakang ..................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah .............................................................................................5
1.3. Tujuan ...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Penggunaan Bahasa Asing................................................................................6
2.2. UU No. 24 tahun 2009 pasal 36
2.3. Aturan Penulisan Nama Tempat di Indonesia ..................................................8
2.4. Elemen Generik dan Spesifik ...........................................................................8
2.5. Prinsip Penamaan Unsur Rupabumi .................................................................9
2.6. Kaidah dan Tata Cara Penulisan Nama Unsur Rupabumi ...............................9
2.7. Alasan, Dampak, dan Cara Menangulangi
2.8. Contoh kasus

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………

Daftar pustaka………………………………………………………………….iv

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
karunianya sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Kami disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena


telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul Kedudukan dan
Fungsi Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba untuk
menjelaskan tentang perkembangan bahasa Indonesia yang kami
mulai dari sumber UU RI No.24 tahun 2009 pasal 36.

Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya serta meluangkan
waktunya untuk menyusun makalah ini dapat tersusun dengan baik
dan benar

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di masa modern seperti saat ini penggunaan bahasa Indonesia


sudah menurun di masyarakat terlebih pada generasi muda. Hal ini
terlihat dari pemberian nama jalan, apartemen, gedung, kompleks,
dan merk dagang yang lebih banyak menggunakan bahasa asing
daripada bahasa Indonesia. Pemberian nama tersebutbertentangan
dengan UU RI No.24 tahun 2009 pasal 36.

Maka dari itu, kami dari kelompok satu akan memaparkan data
dan fakta yang kami temukan perihal masalah tersebut. Diharapkan
data dan fakta tersebut dapat mengedukasi pembaca tentang
bagaimana cara pemberian nama jalan, apartemen, gedung,
kompleks, dan merk dagang sesuai dengan UU RI No.24 tahun 2009
pasal 36.

4
Rumusan Masalah :

- Apa dampak penggunaan bahasa asing pada pemberian nama


geografis ?
- Terdapat dimana saja penggunaan bahasa asing yang keliru ?
- Kapan penggunaan bahasa asing ini menjamur pada
masyarakat sekitar ?
- Mengapa masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa
asing ketmbang Bahasa Indonesia ?
- Siapa yang merasakan dampak dari penggunaan bahasa asing
tersebut ?
- Bagaimana cara menanggulangi penggunaan bahasa asing
yang keliru tersebut ?
-

Tujuan :

- Mengetahui dampak penggunaan bahasa asing dalam


pemberian nama geografi
- Mengetahui dimana saja bahasa asing digunakan
- Mengetahui kapan penggunaan bahasa asing mulai menjamur
- Mengetahui siapa yang merasakan dampak dari penggunaan
bahasa asing
- Mengetahui cara menanggulangi masalah penggunaan bahasa
asing yang keliru

5
BAB II

PEMBAHASAN

Penggunaan Bahasa Asing

Penggunaan bahasa asing pada pemberian nama bangunan, gedung, jalan,


apartement atau pemukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, dan organisasi muncul setelah rezim Soeharto
turun. Hal ini dikarenakan mulai adanya kebebasan untuk berbahasa tanpa takut
dikecam oleh pemerintah. Sebagai contoh pada rezim Soeharto toko-toko dengan
nama berbahasa asing terutama berbahasa china dilarang untuk beroperasi kecuali
toko tersebut merubah namanya, sehingga toko-toko tersebut mengganti nama toko
nya dengan bahasa Indonesia.

Setelah turunnya rezim soeharto yang kemudian disusul pengesahan UU


tentang kebebasan mengemukakan pendapat secara tidak memengaruhi penggunaan
bahasa asing pada pemberian nama bangunan atau gedung, jalan,
apartement/pemukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek
daganglembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi .

Akibat dari kebebasan pemberian nama tersebut, penggunaan bahasa asing


menjadi semakin tidak terkendali. Hal tersebut membuat pemerintah mengeluarkan
peraturan untuk mengatur hal tersebut. peraturan itu tertuang dalam UU RI No. 24
tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan .
Setelah dikeluarkannya peraturan tersebut, mahasiswa sebagai para calon pemimpin
bangsa turun kejalanan untuk menghimbau para pengusaha dan perusahaan milik
warga negara indonesia dan badan hukum indonesia untuk mematuhi aturan
tersebut. (Sri Nur Yuliawati, 2019)
6
UU No. 24 tahun 2009 pasal 36

Penggunaan bahasa Indonesia untuk pemberian nama geografi diatur dalam UU No.
24 tahun 2009 pasal 36, yang berbunyi :

Pasal 36

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia.

(2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu)
nama resmi.

(3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan,
apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.

(4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat menggunakan
bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah, budaya, adat istiadat,
dan/atau keagamaan.

Aturan Penulisan Nama Tempat di Indonesia

Aturan penulisan nama tempat di Indonesia diatur didalam Perpres Nomor 112
Tahun 2006 dan bahkan dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang
informasi Geospasial, dalam penerapannya unsur tempat alami maupun buatan lebih
dikenal dengan istilah Rupabumi dan istilah ini digunakan pertama kali oleh
BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) pada
pembuatan peta dasar yang dikenal dengan Peta Rupabumi Indonesia.

Elemen Generik dan Spesifik

7
Nama unsur Rupabumi terdiri atas dua elemen yaitu elemen generik dan elemen
spesifik. Adapun secara khusus, elemen generik adalah nama yang mendefinisikan
bentuk umum suatu unsur rupabumi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah
, seperti sungai, gunung, bukit, dan laut. Sedangkan, elemen spesifik merupakan
sebuah nama khusus dari elemen generik itu sendiri dengan contoh, Sungai Musi;
Sungai merupakan elemen generik dan Musi merupakan elemen spesifik.

Prinsip Penamaan Unsur Rupabumi

Prinsip penamaan unsur rupabumi diatur dalam 8 prinsip diantaranya:

1) Menggunakan huruf Romawi

2) Satu nama untuk satu unsur rupabumi

3) Menggunakan nama elemen generik yang bersifat kedaerahan

4) Unsur rupabumi buatan yang memuat nama pahlawan negara memiliki persyaratan
khusus yaitu pahlawan yang bersangkutan setidaknya sudah meninggal minimal
lima tahun yang lalu
5) Tidak bersifat SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan)
6) Tidak menggunakan nama ataupun unsur yang menggunakan bahasa asing.
7) Tidak menggunakan nama yang terlalu panjang
8) Tidak menggunakan nama yang berisi rumus matematika
Kaidah dan Tata Cara Penulisan Nama Unsur Rupabumi
Disamping prinsip yang jelas dibutuhkan juga tata cara penulisan nama unsur
rupabumi yang baik dan benar diantaranya:
1) Nama generik dan nama spesifik ditulis secara terpisah. Contoh: Selat Sunda, pulau
Jawa, sungai Musi;

8
2) Jika nama spesifik memakai nama sifat dan atau arah di depan atau di belakangnya,
maka nama tersebut ditulis secara terpisah. Contoh: Jawa Barat, Kebayoran Lama,
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir.
3) Jika nama spesifik memuat nama generik didalamnya dan berbeda dari nama generik
yang bersangkutan, maka nama spesifik yang memuat nama generik harus ditulis
dalam satu kata. Contoh: Tanjungpandan, Kotamubago, Bukittinggi, Gunungsitoli;
4) Jika nama spesifik terdiri dari kata berulang, maka nama spesifiknya ditulis dalam
satu kata tanpa tanda penghubung. Contoh Kota Parepare, Kota Baubau, Tanjung
Apiapi;
5) Apabila nama spesifik terbentuk dari dua atau tiga kata benda, atau nama spesifik
terbentuk dari dua atau tiga kata keterangan, dan angka yang bermakna penomoran,
maka penulisan nama rupabuminya ditulis secara terpisah dan angka yang bermakna
penomoran ditulis dengan huruf bilangan. Contoh: Kecamatan Tigokoto Aua
Malintang di Kabupaten Agam Sumatera Barat, Kecamatan Madang Suku Satu,
Kecamatan Madang Suku Dua di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi
Sumatera Selatan;
6) Apabila nama spesifik diikuti dengan angka yang bermakna penomoran, maka angka
penomoran tersebut ditulis dengan huruf. Contoh: Depok Satu, Depok Dua, Depok
Tiga di provinsi Jawa Barat;
7) Apabila nama spesifik yang diikuti dengan angka yang bukan bermakna penomoran,
maka penulisannya digabung. Contoh: Jatitujuh (di Kabupaten Majalengka),
Manggadua (kawasan perdagangan di Jakarta), Muaradua (kecamatan di Kabupaten
OKU);
8) Apabila nama spesifik terdiri dari dua kata sifat atau dua kata benda, maka penulisan
nama rupabuminya ditulis menjadi satu kata. Contoh: Pagaralam, Sukamiskin,
Banyuwangi, Jatinegara;
9) Apabila nama spesifik berasal dari nama seorang tokoh masyarakat, maka nama
9
spesifiknya ditulis sebagaimana nama tokoh tersebut. Contoh: Jalan Jenderal
Soedirman, Bandara Halim Perdana Kusuma.
10) Apabila nama spesifik berasal dari nama dua orang tokoh, maka nama spesifiknya
ditulis dengan menggunakan tanda penghubung di antara kedua nama tokoh
tersebut. Contoh Bandara Soekarno-Hatta.

Alasan penggunaan Bahasa yang keliru

- Pengaruh era globalisasi


- Lebih menarik konsumen jika menggunakan bahasa asing pada merek
dagang
- Mengingkatkan nilai jual dari produk
- Mudah diterima secara umum, tidak hanya orang indonesia tetapi orang
asing juga dapat memahami

Cara menanggulangi penggunaan Bahasa yang keliru

- Memberikan sanksi tegas pada siapa saja yang melanggar UU tersebut


- Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama mengenai UU tersebut
- Menanamkan rasa cinta berbahasa indonesia baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat baik secara formal maupun informal

Dampak penggunaan Bahasa yang keliru

- Semakin menurunnya rasa cinta berbahasa indonesia terutama dikalangan


anak muda
- Semakin berkurangnya pengetahuan masyarakat tentang tata bahasa yang
baik dan benar
- Berkurangnya rasa cinta tanah air

10
- Berkurangnya minat terhadap produk dalam negeri

Contoh kasus

Bab III Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Penggunaan Bahasa Indonesia sekiranya masih belum dapat
diimplementasikan dengan baik dikalangan masyarakat sendiri. Sebab masih banyak
kita temukan kesalahan Bahasa disekitar kita. Dimulai saat berakhirnya rezim
Soeharto yang membuat kebebasan bagi rakyat untuk berdemokrasi dan
mengemukakan pendapatan. Selain itu, trend penggunaan Bahasa asing dikalangan
muda juga menjadi salah satu alasan Bahasa Indonesia semakin jarang digunakan
terutama pada pemberian nama jalan, apartemen, gedung, kompleks, dan merk
dagang.
Saran
Melihat maraknya kesalahan dalam penggunaan Bahasa maka saran yang dapat
kami berikan kepada para masyakarat terutama warga negara Indonesia dan badan
hokum Indonesia supaya lebih memerhatikan tata Bahasa yang benar dalam setiap
pemberian nama jalan, apartemen, gedung, kompleks, dan merk dagang
sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 24 tahun 2009 pasal 36.

11

Anda mungkin juga menyukai