Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK

“KONDUKTIVITAS LARUTAN”

Modul Praktikum : Konduktivitas Larutan


Dosen Pembimbing : Tri Reksa, M. Sc
Tanggal Praktek : 21 Maret 2018
Tanggal Pengumpulan : 28 Maret 2018

Oleh :
Iffatul Aziza (171411081)
Isnaniah Wahyuni (171411082)
Mega Mardianti P. D (171411083)
M. Rifky Pratama H (171411084)

Kelas 1 C / D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
I. Tujuan

Di dalam percobaan konduktivitas terdapat 2 tujuan utama:

1) Melakukan identifikasi berbagai larutan sebagai elektrolit dan non-elektrolit serta

2) Mengukur besarnya nilai konduktivitas larutan pada berbagai jenis elektrolit dan non
elektrolit baik yang bersifat, asam, basa, garam dan senyawa non elektrolit yang diketahui
dan divariasikan konsentrasinya, serta contoh sampel nyata yang ditemui sehari-hari.

II. DASAR TEORI

Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan


dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda
tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I =
EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus
pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran
ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga:

L = a/d x S Ci S1

Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat


aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila
konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S
merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga
disebut tetapan sel.

Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, maka larutan tersebut ditaruh dalam
sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan melalui kalibrasi dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel
ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur.

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada
ionion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan,
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang terpisah 1 cm satu sama lain,
konduktivitas akan naik ketika larutan diencerkan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya
pengaruh antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat serta adanya peningkatan terhadap derajat
disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.

Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi
yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi daya hantar
larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik.

Elektrolit kuat dan elektrolit lemah

Asam

Berbagai jenis asam dapat mengion atau mengalami disosiasi didalam air (larutan)
menghasilkan ion-ion hydronium (H3O+ (aq)). Kekuatan suatu asam bergantung pada jumlah
yang terionisasi atau terdisosiasi. Jenis asam kuat mengion secara sempurna (seluruhnya),
sementara jenis asam lemah mengion dengan derajat tertentu atau sebagian. .

Contoh:

Asam kuat: HCl(g) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

0% 100 % Ionized

Asam lemah: CH3COOH(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + CH3COO-(aq)

~99% ~1% ionized

Catatan: Terdisosiasinya suatu senyawa yang membentuk ion secara sempurna ditandai
dengan tanda panah tunggal ke arah pembentukan produkkanan) sementara yang terdisosiasi
atau membentuk ion sebagian ditandai dengan arah tanda panah bolak balik.

Basa

Berbagai jenis basa dapat dapat mengion atau mengalami disosiasi didalam air (larutan)
menghasilkan ion-ion hidroksida (OH- (aq)). Seperti halnya pada asam, kekuatan suatu basa
bergantung pada jumlah yang terionisasi atau terdisosiasi. Jenis basa kuat mengion secara
sempurna (seluruhnya), sementara jenis basa lemah mengion dengan derajat tertentu atau
sebagian.

Contoh:

Basa kuat: NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)

Basa Lemah: NH3(aq) + H2O(l) ↔ NH4+(aq) + OH-(aq)

Garam

Berbagai jenis garam didalam air (larutan) dapat menghasilkan ion logam positif dan
ion non logam negative. Garam-garam yang mudah larut akan terurai secara sempurna
sedangkan garam-garam dengan kelarutan rendah (low solubility) mengalami sebagian saja
yang terdisosiasi atau terdisosiasi dengan tingkat tertentu. Suatu tabel kelarutan didalam
Handbook of Physical Chemistry, akan membantu dan memudahkan dalam menentukan
kelarutan berbagai jenis garam.

Contoh:

Garam yang mudah larut (Soluble Salt): NaCl (s) → Na+(aq) + Cl–(aq)

Garam yang sebagian larut (Low-solubility Salt): Ca(OH)2(s) ↔ Ca2+(aq) + 2OH-(aq)

Senyawa non-elektrolit

Sukrosa atau gula yang dikonsumsi sehari-hari merupakan contoh senyawa non
elektrolit. Molekul-molekulnya tidak berubah ketika dilarutkan didalam air seperti
ditunjukkan dalam persamaan berikut:

C12H22O11(s) → C12H22O11(aq)

Alkohol (etanol) juga merupakan senyawa non elektrolit ketika dilarutkan didalam air,
seperti pada persamaan berikut:

CH3CH2OH(l) → CH3CH2OH(aq)
Konduktivitas dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
alat pengkur konduktivitas (Conductometer/Conductivity meter). Konduktivitas suatu larutan
akan bergantung pada jenis/tipe zat terlarut (solute), konsentrasi larutan dan pergerakan ion-
ion bebas didalam larutan.Jumlah atau kuantitas ion-ion bebas didalam larutan serta jumlah
arus yang mengalir ditunjukkan dengan nilai konduktivitasnya- diukur dalam satuan
Siemens/cm (pengukuran kuantitatif).

Setiap larutan yang mengandung ion akan menghasilkan hambatan (resistance)


terhadap aliran arus yang melaluinya. Konduktivitas (Conductivity), intinya adalah kebalikan
dari hambatan. Hambatan yang tinggi berarti memiliki konduktivitas yang rendah dan juga
sebaliknya. Hambatan diukur dalam satuan ohms, sehingga sifat konduktan (conductance)
yang diukur didalam satuan ohms-1, atau yang umum disebutkan mhos atau Siemens (S, the
official System Internationale (SI) name of the unit).

III. PERCOBAAN

3.1. Alat Utama dan Pendukung

• Gelas Kimia (50, 100 dan 250 ml)

• Konduktometer

• Botol pencuci berisi air distilasi

• Pipet Tetes

• Gelas Ukur 10, 50 dan 100 mL

3.2. Bahan yang diperlukan

• Air keran (Air PDAM)

• Air Destilasi (distilled water)/deionised water)

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L HCl didalam 100 mL gelas kimia

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L HC2H3O2 didalam 100 mL gelas kimia


• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L NaOH didalam 100 mL gelas kimia

• NH3(aq) didalam 100 mL gelas kimia

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L NaCl didalam 100 mL gelas kimia

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L Ca(OH)2 didalam 100 mL gelas kimia

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L mol/L C12H22O11 didalam 100 mL gelas kimia

• 0.5,1.0 dan 2.0 mol/L CH3CH2OH didalam 100 mL gelas kimia

• Oralit

• Pocari Swet

3.3. Prosedur Kerja

Kalibrasi elektroda immersion cell

• Pasang elektroda pada konduktometer (warna kabel disesuaikan dengan socket)

• Atur tombol “cell constant” sesuai dengan tetapan cell yang tertera pada elektroda.
Gunakan Tombol Pt-100 untuk elektroda yang telah terpasang sensor suhu.

• Atur koefisien suhu pada nilai 2.0

• Gunakan frekuensi pengukuran 2KHz

• Celupkan elektroda kedalam larutan KCl (usahakan sensor suhu tercelup larutan)

• Nyalakan Konduktometer dan tekan tombol “stand by”

• Tekan tombol “Temp” dan baca suhu larutan

• Lihat dalam tabel untuk larutan KCl 0.1 M pada suhu yang terukur

• Atur kembali “cell constant” hingga harga konduktivitas sesuai dengn nilai pada tabel

• Bila pada tampilan nilai konduktivitas telah sesuai dan tetap, tekan tombol ‘stand by”
dan alat siap untuk digunakan.
Pengukuran konduktivitas terhadap berbagai jenis larutan

• Siapakan berbagait jenis larutan dan atau padatan seperti yang tercantum dalam tabel

• Celupkan elektroda dan tekan tombol “meas” untuk mengukur konduktivitas larutan
uji.

3.4. Tabel Data Pengamatan

Bahan yang di uji Nilai Konduktivitas Sifat Daya hantar

Air Distilasi 3,4 x 10-5 mS / Cm Non Elektrolit

Air Keran 0,262 mS / Cm Elektrolit Lemah

Hydrochloric acid solution,


125,6 mS / Cm Elektrolit Kuat
0.5 mol/L

Acetic acid solution, 0.5 mol/L 34,1 mS / Cm Elektrolit Lemah

Sodium hydroxide solution,


41,2 mS / Cm Elektrolit Kuat
0.5 mol/L

Aqueous ammonia, 0.5 mol/L 0,638 mS / Cm Elektrolit Lemah

Sodium chloride solution, 0.5


34,2 mS / Cm Elektrolit Kuat
mol/L

Calcium hydroxide solution,


5,26 mS / Cm Elektrolit Kuat
0.5 mol/L

Sucrose solution, 0.5 mol/L 0,0001294 mS / Cm Non Elektrolit

Ethanol solution, 0.5 mol/L 3,35 x 10-5 mS / Cm Non Elektrolit

Pocari Swet, Ionic


1,606 mS / Cm Elektrolit Lemah
Replacement Drink
3.6. Pengolahan dan Evaluasi Data

1. Apakah konsentrasi mempengaruhi sifat konduktivitas larutan?

Jawab :

Ya , Karena konduktivitas suatu larutan bergantung pada konsentrasi dari larutan


tersebut. Hal ini berkaitan dengan banyaknya ion-ion yang ada. Semakin tinggi
konsentrasi, maka jumlah ion yang ada pun semakin besar.

2. Jelaskan perbedaan senyawa-senyawa ionik dan non-ionik/molecular?

Jawab :

 Senyawa ionik adalah senyawa yang berikatan dengan cara pertukaran ion
antara ion positif dan ion negatif. Sedangkan senyawa non-ionik adalah
senyawa yang terbentuk karena ikatan kovalen.
 Senyawa ionik adalah senyawa yang dalam larutan dapat membentuk ion atau
bermuatan . Senyawa nonionik adalah senyawa yang punya sifat berlawanan ,
artinya tidak punya muatan dalam larutan.
 Senyawa ionik dapat menghantarkan arus listrik, sedangan senyawa non-ionik
tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak bermuatan.

3. Jika diuji besaran konduktivitas larutan NaCl, CaCl2, dan AlCl3, ,bagaimanakah
kecenderungan nilai daya hantarnya? Jelaskan mengapa demikian.

Jawab :

Kami tidak melakukan pengujian daya hantar terhadap CaCl2 dan AlCl3
sehingga tidak mendapatkan nilai daya hantarnya dan bagaimana kecenderungannya.
Tetapi kami hanya menguji Larutan NaCl 0,5 M memiliki nilai konduktivitas 34,2
mS/cm.

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa larutan NaCl memiliki nilai
konduktivitas yang tinggi, ketika konsentrasi NaCl bertambah maka akan semakin
konduktivitas. NaCl merupakan senyawa garam yang mudah larut dan senyawa ionik
yang dapat melepaskan ion-ion yang dimilikinya saat di dalam larutan.
NaCl  Na+ + Cl-

Ion-ion bebas yang bergerak dalam larutan tersebut yang menyebabkan adanya daya
hantar listrik.

4. Jika disediakan 5 mol/L HC2H3O2 dan HC2H3O2 murni (disebut asam asetat glasial),
apakah keduanya menghantarkan listrik (memiliki sifat daya hantar). Jelaskan
alasannya.

Jawab :

HC2H3O2 (Asam asetat glasial ) memiliki sifat daya hantar namun HC2H3O2 ini
adalah asam lemah dan juga elektrolit lemah karena jika dilarutkan dalam air asam
asetat tidak akan terionisasi sempurna dan menghasilkan sedikit ion di dalam air
sehingga daya hantarnya pun lemah.

5. Apakah yang terjadi dengan sifat daya hantarnya bila suatu larutan elektrolit diencerkan
dengan air distilasi atau air deionisasi/ Jelaskan

Jawab :

Suatu larutan elektrolit jika diencerkan dengan air destilasi atau air deionisasi
gaya tarik antara ion akan semakin kecil karena air deionisasi adalah air yang ion nya
telah dihilangkan sama seperti air destilasi yang dimurnikan dan dihilangkan ion-
ionnya. Sehingga jika elektrolit direaksikan dengan air deionisasi atau destilasi daya
hantarnya akan semakin kecil, karena ion-ion elektrolit itu hanya akan bergerak jika
diencerkan dengan pelarut yang memiliki ion sehingga akan terjadi tumbukan antar
ionnya dan dapat menghantarkan daya listrik yang kuat. Tapi karena air distilasi ini
tidak ada ionnya sehingga daya hantarnya akan sedikit.

IV. PEMBAHASAN

Percobaan konduktometri dilakukan untuk mengetahui daya hantar suatu larutan


dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Pada percobaan ini alat yang digunakan adalah
konduktivity meter. Konduktivity meter adalah metode analisis kimia berdasarkan hubungan
antara konduktansi listrik dan konsentrasi larutan. Sel terdiri dari sepasang elektroda. Pada
larutan yang memiliki konduktivitas atau elektrolitik, ion positif (kation) akan bergerak kearah
katoda, dan ion negatif (anion) bergerak kearah anoda. Reduksi dan oksidasi akan terjadi pada
katoda dan anoda. Pada reaksi ini, elektron akan berpindah dari anoda ke katoda dengan
dihantarkan listrik. Pada percobaan ini nilai yang diukur oleh konduktivity meter adalah
konduktansi dari suatu larutan. Sehingga akan didapatkan nilai konduktansi dari suatu larutan,
sedangkan nilai konduktivitasnya tidak dapat diketahui karena larutan tidak memiliki luas
penampang. Nilai konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu
mengkonduksikan arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan
itu susah mengalirkan muatan. Maka nilai suatu konduktansi menunjukkan kemampuan untuk
menghantarkan arus listrik biasanya digunakan untuk mengukur larutan elektrolit, sedangkan
nilai suatu konduktivitas menunjukan kemampuan untuk mengalirkan muatan arus listrik
dalam suatu luas penampang.

Pertama tama dilakukan kalibrasi pada alat agar hasil pengukurannya tepat dan akurat.
Pada saat kalibrasi dengan larutan KCl 0,1 M didapat nilai tetapan sel yang terukur adalah 0,68
cm-. Kemudian dilakukan pengukuran kondutivivitas larutan dengan konsentrasi berbeda beda.
Dalam pengukuran konduktivitas sebaiknya dilakukan pengukuran dari konsentrasi kecil ke
konsentrasi besar. Hal ini untuk mencegah banyaknya ion-ion yang menempel pada elektroda
konduktivitimeter. Sehingga terkontaminasinya ion-ion pada larutan lain juga semakin kecil.
Pada saat pengukuran konduktivitas, elektroda konduktivity meter harus tercelup seluruhnya
ke dalam larutan, hal ini dimaksudkan agar elektroda mengukur daya hantar listrik larutan
secara benar, apabila tidak tercelup seluruhnya kemungkinan sensor elektroda tidak akan
mengukur konduktivitas larutan dengan benar.

Berdasarkan hasil pengukuran, konduktivitas air destilasi adalah 3,4 x 10-5 mS / Cm


bersifat non elektrolit. Air keran dengan konduktivitas bersifat 0,262 mS / Cm elektrolit lemah.
HCl 0.5M dengan konduktivitas 125,6 mS / Cm elektrolit kuat. HC2H3O2 0.5M dengan
konduktivitas 34,1 mS / Cm bersifat elektrolit lemah. NaOH 0.5M dengan konduktivitas 41,2
mS / Cm bersifat elektrolit kuat. NH3(aq) 0.5M dengan konduktivitas 0,638 mS / Cm bersifat
elektrolit lemah. NaCl 0.5M dengan konduktivitas 34,2 mS / Cm bersifat elektrolit kuat.
Ca(OH)2 0.5M dengan konduktivitas 5,26 mS / Cm bersifat elektrolit kuat. C12H22O11 0,5M
dengan konduktivitas 0,0001294 mS / Cm bersifat non elektrolit. CH3CH2OH 0,5M dengan
konduktivitas 3,35 x 10-5 mS / Cm bersifat non elektrolit. Sampel Pocari Sweat dengan
konduktivitas 1,606 mS / Cm bersifat elektrolit lemah. Adapun ketidaksesuaian nilai
konduktivitas dipengaruhi oleh ketidaktepatan membaca angka pada alat, kesalahan pada saat
mencelup elektroda sehingga sensor tidak mengukur dengan benar, serta kesalahan pada
pengkalibrasian elektroda dengan larutan yang akan diuji.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut ;

• Air destilasi tidak dapat menghantarkan arus listrik (non elektrolit) karena tidak
terdapat ion didalamnya.

• Asam, basa dan garam mempunyai daya hantar listrik karena zat tersebut memiliki ion-
ion yang bergerak bebas di dalam larutannya.

• Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut menghantarkan
listrik.

• Semakin besar konduktivitas maka semakin banyak ion yang terlarut, begitupula
sebaliknya jika ion yang terlarut sedikit maka konduktivitasnya akan semakin kecil.

• Asam yang menghasilkan ion hydronium paling tinggi : HCL dan paling rendah :
CH3COOH. Basa yang menghasilkan ion hidroksida paling tinggi : NaOH dan paling
rendah : NH3

• Sampel minuman yang mengandung ion merupakan elektrolit lemah.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen. 2017. Jobsheet Praktikum Analitik Instrumen. Bandung : Politeknik Negeri
Bandung

Anda mungkin juga menyukai