Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH Peraturan Lingkungan Hidup

INDUSTRI Pada industri terdapat:


- BM air limbah
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk - BM air sungai
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat - BM emisi
(logam berat, senyawa organik seperti COD - NAB kebisingan
dan BOD), energi dan atau komponen lain - NAB bahan kimia
(seperti gelombang elektromagnetik, cahaya, - BM udara ambient
kebisingan) ke dalam lingkungan hidup oleh - BM kebisingan
kegiatan manusia sehingga melampaui baku - TCLP limbah B3 (tanah terkontaminasi)
mutu lingkungan hidup yang telah ditetakan - BM kesehatan lingkungan (persyaratan air
UU no.32 tahun 2009. bersih)
Pada dasarnya nilai ambang batas industri
Pendekatan pengelolaan lingkungan lebih besar dibandingkan dengan lingkungan,
1. Pendekatan daya dukung lingkungan dipertimbangkan dari lamanya terkena
2. Pendekatan end of pipe paparan.
Apabila punya limbah dapat
menambahkan IPAL (untuk mengurangi Catatan:
beban sungai dengan menurunkan kadar NAB:diberikan oleh kementrian tenaga kerja.
COD dan BOD disebabkan adanya aturan NBM:diberikan oleh kementrian lingkungan
tentang bahan baku). hidup.
Masalah:
- Beban untuk membuat IPAL (biaya Hirarki pengelolaan limbah
mahal). Adanya pergeseran paradigma dari pendekatan
- Pengoperasian relatif sulit. end of pipe ke pendekatan 3R:
- Membutuhkan tenaga kerja yang ahli. redu
Angka baku mutu tidak tergantung pada ce reduce
kondisi lingkungan, melainkan mengikuti
reuse reuse
efluen standar yang didasarkan pada
teknologi yang tersedia di pasaran dan
recycle recycle
disesuaikan dengan kemampuan industri
untuk membuat IPAL. reco
recovery
3. Pendekatan produksi bersih very
Clearer production menghasilkan limbah disp
disposal osal
kurang dari sebelumnya, adanya proses
pengelolaan berkelanjutan serta modifikasi Keterangan:
proses untuk menghasilkan efisiensi yang
 Reduce: digunakan kembali dengan
lebih besar.
melewati tahapan proses
 Reuse: digunakan kembali tanpa melewati
Terjadi pergeseran paradigma dan proritas dari
tahapan proses
pendekatan end of pipe menjadi pendekatan
 Recovery: komponen yang berguna
produksi bersih disebabkan kemajuan
diambil
teknologi yang semakin mendukung untuk
 Recycle: mendaur ulang
menghasilkan limbah yang lebih sedikit
(efisiensi besar).
Perangkat manajemen lingkungan Instrumen pencegahan pencemaran dan
1. Project level atau kerusakan lingkungan hidup (UU
- AMDAL no.32 tahun 2009)
- UKL dan UPL 1. KLHS (kajian lingkungan hidup strategis):
- ISO 14000 untuk mengetahui daya dukung
- Proper: merupakan rapot industri lingkungan sehingga pemerintah dapat
- Audit lingkungan mengetahui daya tampung lingkungan.
- Clearer production 2. Tata ruang
2. Ecosystem level 3. Baku mutu LH
- Adipura: merupakan program 4. Kriteria baku kerusakan LH
kabupaten/kota untuk mengelola limbah 5. AMDAL
di daerah tsb. 6. UKL-UPL
- Langit biru: merupakan program 7. Perizinan
pemerintah untuk mengurangi 8. Instrumen Ekonomi LH
pencemaran udara. 9. Anggaran berbasis LH
- Program DAS kritis 10. Analisis resiko LH
- Prokasih: merupakan program kali 11. Audit LH
bersih. 12. Instrumen lain sesuai kebutuhan
- Pantai dan laut lestari
- Keanekaragaman hayati Sistem manajemen lingkunngan di
3. Nastional/kabupaten level Indonesia
- Teknologi Wajib: - Amdal
- Peraturan perundang-undangan - UKL dan UPL
- Good enviromental governance - SPPL
- Kepedulian konsumen - Audit wajib
- Kebijakan lingkungan Sukarela: - ISO 14001
- Market based instrument - Responsible case
4. Global level - Produksi bersih
- Protokol Kyoto: berisi persetujuan
negara-negara untuk mengurangi emisi Skema pembagian AMDAL, UKL dan UPL
gas rumah kaca (CO2, CH4 dan N2O). serta SPPL
Efek adanya CO2 tidak dapat 1. Untuk kegiatan yang berdampak penting
memantulkan sinar infrared dari bumi, terhadap LH  wajib AMDAL sesuai
sehingga panas kembali lagi ke bumi. dengan pasal 22-33 UU no. 32 tahun
Flare: membakar gas-gas berlebih pada 2009
cerobong sehingga CH4 berubah menjadi 2. Untuk kegiatan yang tidak berdampak
CO2 untuk meminimalisir pencemaran penting terhadap LH  wajib UKL dan
lingkungan. Hal ini dilakukan karena UPL sesuai peraturan pasal 34 UU no. 32
CH4 23x lebih berbahaya dari tahun 2009
CO2.Untuk mengurangi emisi CO2 dapat 3. Untuk kegiatan usaha mikro atau kecil,
dilakukan dengan mengurangi proses tidak berdampak penting dan tidak wajib
pembakaran dan mengurangi UKL dan UPL  wajib SPPL sesuai
penggunaan bahan bakar. peraturan pasal 35 UU no.32 tahun 2009
- Konvensi Bazel
- Protokol Montreal Analisis mengenai dampak lingkungan
- Protokol Cartagena Definisi AMDAL: kajian mengani dampak
penting suatu usaha dan atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang Muatan Dokumen AMDAL
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
Pengkajian dampak lingkungan
tentang penyelenggaraan usah dan atau
kegiatan.
Dokumen: Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha
1. Kerangka acuan (KA) dan atau kegiatan
2. Analisis dampak lingkungan (AMDAL)
3. Rencana pengelolaan lingkungan (RKL)
Masyarakat membuat rencana usaha dan atau
4. Rencana pemantauan lingkungan (RPL) kegiatan berdasarkan dokumen AMDAL
Menghasilkan:
1. Keputusan kelayakan lingkungan
2. Pedoman pelaksanaan pengelolaan Prakiraan besaraan dan sifat penting dampak
lingkungan
3. Pedoman pelaksanaan lingkungan
Program rutin: Evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
terjadi --> kelayakan/ketidaklayakan LH
Penyusunan laporan pelaksanaan RKL RPL
sesuai dengan Kepmen LH no. 45 tahun 2005.
Rencana pengelolaan dan pemantauan LH
Pihak yang terlibat

Pemrakarsa Ketentuan-ketentuan AMDAL dalam UU


kegiatan no.32 tahun 2009
1. Usaha dan atau kegiatan wajib AMDAL
Meliputi:
- Kriteria dampak penting
- Kriteria usaha dan atau kegiatan
Konsultan Komisi berdampak penting
penyusun AMDAL 2. Muatan dokumen AMDAL
Meliputi:
Menurut Permen LH no. 5 tahun 2002 tentang - Kajian dampak LH
kegiatan wajib memiliki AMDAL: Untuk - Evaluasi kegiatan di sekitar
skala lebih rendah  wajib menyusun - Masyarakat
dokumen upaya Pengelolaan Lingkungan dan - Prakiraan besaran dan sifat penting
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL). dampak
- RKP dan RPL
3. Penyusunan dokumen AMDAL
Meliputi:
- Disusun oleh pemrakarsa
- Keterlibatan masyarakat
- Bantuan pihak lain (penyusun
perorangan dan LPJP)
- Sertifikasi penyusun AMDAL
4. Penilaian dokumen AMDAL
Meliputi:
- Komisi penilai AMDAL (KPA)
- Lisensi KPA
- Keanggotaan KPA
- Tim teknis dan sekretariat KPA 2. Meningkatkan komitmen para skateholder
- Keputusan kelayakan atau dalam upaya pelestarian lingkungan,
ketidaklayakan KPA 3. Meningkatkan kinerja pengelolaan
5. Penyusunan dokumen AMDAL bagi lingkungan secara berkelanjutan,
golongan ekonomi lemah 4. Meningkatkan kesadaran para pelaku
usaha untuk menaati peraturan perundang-
Hirarki peraturan perundangan undangan di bidang lingkungan hidup,
Meliputi: 5. Mendorong penerapan prinsip 4R (reduce,
1.Undang-undang reuse, recycle dan recovery) dalam
2.Peraturan pemerintah pengelolaan limbah.
3.Peraturan presiden Peringkat warna Proper:
4.Keputusan presiden - Emas: konsisten dalam menunjukkan
5.Peraturan daerah provinsi keunggulan lingkungan (menjadi suri
6.Peraturan daerah kabupaten atau kota tauladan).
7.Surat keputusan menteri atau kepala badan - Hijau: melakukan pengelolaan lingkungan
8.Surat keputusan gubernur lebih dari yang dipersyaratkan (4R) dan
9.Surat keputusan walikota atau bupati melakukan upaya tanggung jawab sosial
dengan baik.
Contoh peraturan perundang-undangan - Biru: melakukan upaya pengelolaan
mengenai pengelolaan limbah, yaitu: lingkungan yang sesuai dipersyaratkan
- UU no.32 tahun 2009 mengenai dengan ketentuan atau perundang-
perlindungan dan pengelolaan lingkungan undangan.
hidup. - Merah: melakukan upaya pengelolaan
- PP no.82 tahun 2001 mengenai lingkungan hidup yang tidak sesuai dengan
pengelolaan kualitas air dan pengendalian persyaratan sebagaimana telah diatur
pencemaran air. Terdapat beberapa kelas dalam peraturan.
pada sungai, yaitu: - Hitam: sengaja melakukan perbuatan atau
1. Kelas 1: sebagai air baku air minum kelalaian yang mengakibatkan pencemaran
2. Kelas 2: sebagai air bersih atau kerusakan lingkungan.
3. Kelas 3: untuk perikanan
4. Kelas 4: untuk pertanian PENGELOLAAN SLUDGE IPAL
- PP no.18 dan 85 tahun 1999 mengenai
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Pengelolaan limbah cair:
beracun (B3). Screening  Pra-sedimentasi  Equalisasi 
- Permen LH no. 5 tahun 2012 mengenai Koagulasi  Flokulasi  Sedimentasi 
jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang Filtrasi  Aerobik  Anaerobik 
wajib AMDAL. Sedimentasi  Klorinasi  Clear well.
- PP no. 41 tahun 1999 mengenai
pengendalian pencemaran udara (baku Catatan:
mutu ambien). - Perbedaan screening dan pra-sedimentasi,
yaitu screening berdasarkan perbedaan
Proper ukuran partikel sedangkan pra-sedimentasi
Proper merupakan program peringkat kinerja berdasarkan massa jenis.
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. - Bak ekualisasi, digunakan untuk
Tujuan dari pelaksanaan Proper, yaitu: menyamakan debit serta menghindari
1. Meningkatkan penataan perusahaan terjadinya shock loading.
terhadap pengelolaan lingkungan,
- Proses Ko-Flok, digunakan untuk mengubah Deskripsi: padatan akan menempel pada
bentuk dari TDS dan TSS menjadi settleable koagulan dan flokulan membentuk flok
solid. Diperhatikan kemurniannya karena besar dan mengendap.
mempengaruhi produksi sludge. Jumlah sludge:
- Bak aerasi, digunakan untuk mengurangi - jumlah koflok yang ditambahkan
BOD dimana BOD terlarut dimakan mikroba - [(TSS+BOD) influen – (TSS+BOD)
sehingga mikroba semakin besar dan efluen)]
membentuk settleable solid. Pada bak aerasi Karakteristik sludge: warna gelap sesuai
ini TSS seharusnya =0 karena telah diolah dengan zat kimia yang digunakan. Sg =
pada unit primer, sehingga TSS yang ada 1,1 – 1,4 kg/L.
pada tangki aerasi merupakan mikroba
(MLSS=3000-5000). Namun kenyataan di  Aerob
lapangan SS yang masuk ≠ 0. Sehingga perlu Prinsip: dilakukan penambahan aerob
dilakukan pengecekan MLVSS, dimana dengan udara untuk mendegradasi
MLVSS < MLSS. Dalam: senyawa organik biodegradable.
 T=100oC yang tertinggal MLSS Deskripsi:
 T=600oC yang menguap MLVSS BOD+O2+mikroba aerob+N+P 
- Bak pengendap, sludge dari setiap unit mikroba baru+H2O+CO2
dialirkan ke sludge handling. Koagulan yang Jumlah sludge: 0,4 – 0,7 kg/kg BOD yang
digunakan harus dalam dosis optimum agar terambil
kekeruhan tidak meningkat akibat Karakteristik sludge: Warna kecoklatan
penambahan koagulan berlebih. dan mudah membusuk. Sg ± 1,005 kg/L.
- Anaerobik, proses anaerobik ini tetap
membutuhkan oksigen tapi dalam bentuk  Anaerob
nutrisi bukan dalam oksigen bebas. Prinsip: dilakukan penambahan mikroba
anaerob untuk mendegradasi senyawa
IPAL dibuat untuk memisahkan pengotor tanpa bantuan udara (hampa udara).
dalam air. Pengotor yang hilang tersbut akan Deskripsi:
terpisahkan menjadi padatan. BOD+ mikroba anaerob  mikroba
baru+CH4+H2S+H2O+CO2+H2
Sumber sludge pada IPAL Jumlah sludge: 10% dari sistem aerobik
1. Padatan terendapkan (fly ash dari wet Karakteristik sludge: warna coklat
scrubber) kehitaman dan mudah membusuk. Sg ±
2. Padatan tersuspensi mengendap dengan 1,005 kg/L.
koagulan dan flokulan
3. Kelebihan dari koagulan dan flokulan Koagulan dan Flokulan
4. Pengotor pada koagulan dan flokulan 1. Anorganik
5. Nutrisi yang ditambahkan ke dalam bak Tawas
biologi (padatan) Bentuk : cair ±8% Al2O3
6. Lumpur aktif atau mikroba berlebih padat 16-17% Al2O3
pH : 5-8
Perbandingan potensi sludge Dosis : 100-1000 mg/L
 Koflok PAC
Prinsip: dilakukan penambahan koagulan Bentuk : cair 8-12%
dan flokulan untuk membentuk gumpalan powder min 30%
yang berasal dari TSS dan BOD pH : 5-8
Dosis : 100-500 mg/L
Fero klorida Permasalahan pengelolaan sludge
Bentuk : cair 8-10% 1. Sludge yang dihasilkan relatif cukup besar
pH : >4 2. Tempat untuk menyimpan sludge terbatas
Dosis : 100-500 mg/L 3. Proses pengeringan lambat /
Ferri klorida memanfaatkansinar matahari
Bentuk : padat ±38% 4. Perlu adanya pembinaan intensif dari
pH : 5-11 pemerintah
Dosis : 100-500 mg/L 5. Perlu peraturan yang jelas tentang sludge
Ferro sulfat 6. Dipermudah dalam masalah perizinan
Bentuk : cair 8-10% tentang pemanfaatan sludge
pH : 8-10 7. Biayan ke pihak ketiga atau pengelola
Dosis : 100-1000 mg/L relatif mahal
8. Belum ada pemantauan atau pemanfaatan
2. Koagulan organik sludge
Bentuk : kristal
pH : 4-7 Perbaikan operasional
Dosis : 50-250 mg/L Pemisahan lumpur:
- Pemisahan lumpur kimia dan biologi
3. Flokulan dilakukan jika diterapkan IPAL secara
Anionic polymer, cationic polymer dan kimia-biologi
nonionic polymer - Lumpur kimia punya karakter beda dengan
Bentuk : kristal murni lumpur biologi
pH : netral - Lumpur kimia lebih banyak komponen
Dosis : 50-250 mg/L mineral sedangkan lumpur biologi
mengandung organik
Cake diasumsikan mempunyai kadar air 60%, - Lumpur kimia bisa dimanfaatkan menjadi
massa cake akan menjadi 1,013 kg/hari (1 konstruksi setelah dilakukan pengolahan
ton/hari). Perkiraan sludge: 1 kg/m3 air - Lumpur biologi dimanfaatkan sebagai
limbah. pupuk alternatif atau alternatif campuran
bahan bakar
Analisis kalor Penyimpanan lumpur:
Menurut permen LH no.2 tahun 2008 Lumpur setelah dikeringkan harus disimpan
mengenai pemanfaatan limbah B3. Pasal 7 (1) dalam TPS yang memenuhi syarat:
pemanfaatan limbah B3 sebagai substansi - Dalam bangunan terlindung dari hujan
bahan bakar harus memenuhi kriteria. - Lantai bangunan dilakukan penyemenan
a. Kandungan kalori sama atau lebih besar - Dilengkapi dengan sistem drainage
dari 2500 kkal/kg menuju ke IPAL
b. Kadar air sama atau lebih kecil dari 15% - Dilengkapi dengan alat keselamatan dan
c. Tidak mengandung senyawa terhalogenasi. papan peringatan bahaya
- Lama penyimpanan 90 hari
Pengolahan sludge kering
Pemanfaatan: - batako
- paving blok
- bahan konstruksi jalan
Diserahkan ke pihak ketiga: biaya sekitar ±
Rp 150 ribu – 1 juta / to lumpur.
Pengelolaan sludge  Area source: sumber pencemaran yang
Sludge IPAL berasal dari sumber titik tetap maupun
(kadar air 98-99,5%) sumber garis (kawasan industri).
 Line source: sumber pencemaran udara
Thickener berasal dari kendaraan bermotor dan
(kadar air 97-98%) kereta.
 Industrial source
Drying bed >> sludge kering dengan kadar air  Domestic source
30-70%  Transportation source: berasal dari
Belt press >> sludge kering dengan kadar air kendaraan bermotor menghasilkan gas Co,
60-70%
Nox, hidrokarbon, SO2 dan tetraethyl lead
Filter press >> sludge kering dengan kadar air
50-60% (TEL) >> 60%
Screw press >> sludge kering dengan kadar air  Natural source: bersifat alamiah timbul
50-60% dengan sendirinya (seperti akibat letusan
gunung berapi, kebakaran hutan,
dekomposisi bahan organik menghasilkan
PENGELOLAAN LIMBAH GAS gas CH4).

Istilah dalam lingkungan udara Baku mutu


- Udara ambien: udara bebas di permukaan Nm3 (normal m3)  satuan volume dalam
bumi pada lapisan troposfer dalam wilayah 25oC dan tekanan 1 atm. Baku mutu
yuridiksi RI yang dibutuhkan dan ditentukan dari karakteristik limbah, best
mempengaruhi kesehatan manusia, available technology dan kemampunan
makhluk hidup dan unsur lingkungan finance. Nilai baku mutu semakin turun sering
hidup lainnya. dengan bertambahnya waktu paparan
- Emisi: zat, energi atau komponen lain (exposure time). Pengkoreksian baku mutu
yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang dengan mengkoreksi semua parameter dengan
masuk dan atau dimasukkannya ke dalam kandungan O2 sebesar 7% untuk batubara, 5%
udara ambien yang mempunyai dan atau untuk minyak dan 3% untuk gas dalam
tidak mempunyai potensi sebagai unsur keadaan kering.
pencemar.
- Baku mutu emisi sumber tidak Catatan:
bergerak: batas kadar maksimum dan atau 1. Opasitas: merupakan sifat ketidaktembus
beban emisi maksimum yang pandangan disebabkan kadar partikulat
diperbolehkan masuk dan atau dimasukkan dalam udara.
ke dalam udara ambien 2. Proses sampling: menggunakan teori 8D
- Kebisingan: bunyi yang tidak diinginkan dan 2D. Area dimana gas mulai masuk ke
dari suatu usaha dan atau kegiatan dalam dalam cerobong dari engine. Yang harus
tingkat dan waktu tertentu yang dapat diperhatikan:
menimbulkan gangguan kenyamanan dan  Hindari area terlalu bawah karena
kesehatan. terdapat belokan
 Hindari area terlalu atas dekat dengan
Sumber pencemar atmosfer mengakibatkan aliran turbulen.
 Point source: berasal dari sumber  Area sampling harus di area aliran udara
individual menetap dan dibatasi wilayah yang laminer.
(satu cerobong).
Penempatan lubang sampling: Q: laju alir volumetrik emisi (m3/s)
0,0036: faktor konversi dari mg/s  kg/h
laju alir rerata harian (m/s)
3. Permen LH dan kehutanan no. A: luas penampang cerobong (m2)
P.15/MenLHK/setjen/Kum.1/4/2019
tentang baku mutu emisi PLT Termal 3. Efisiensi pembakaran
- Pemantauan: setiap 6 bulan untuk
pemantauan manual dan setiap 3
bulan untuk pemantauan kontinyu. Tidak memperhitungkan faktor unburned
- Pemanatauan emisi, menghitung carbon
beban emisi, kinerja pembakaran Keterangan:
untuk parameter utama dan EP: efisiensi pembakaran
parameter gas rumah kaca (CO2, CO2: (emisi CO2) pada cerobong gas
N2O dan CH4). buang
- Pemantauan emisi dengan cara CO: (emisi gas CO)
manual untuk parameter partikulat
(PM) dan laju alir dilakukan dengan Catatan:
metode isokinetik Pada air limbah
- Konsentrasi limbah (mg/L)
Udara emisi - Beban pencemar (kg BOD/ton produksi)
Konsentrasi terkoreksi: konsentrasi terukur - Debit maksimum (m3/ton produksi)
disesuaikan dengan faktor koreksi oksigen. - 1mol=1ppm
Konsentrasi terkoreksi Pada udara (1mol≠1ppm)
H2S= 10 ppm  1000 mg/L
=
= 15178,6 mg/m3
Jika O2 koreksi < O2 terukur: konsentrasi gas
terkoreksi akan lebih besar. Sedangkan jika O2
Pengendalian pencemaran
terukur < O2 terkoreksi: konsentrasi excess
1. Pemisahan dengan cyclon, bag filter, EP
air dapat ditambahkan untuk meningkatkan
dan wet scrubber
efisiensi pembakaran.
2. Reaksi dalam FGD
Baku mutu kebauan
3. Dispersi (cerobong gas)

NAB (nilai ambang batas)


Definisi NAB: standar faktor-faktor
lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat
kerja agar tenaga kerja masih dapat
Perhitungan beban emisi dan kinerja menerimanya tanpa mengakibatkan gangguan
pembakaran kesehatan atau penyakit.
1. Konsentrasi emisii dan ambient (mg/Nm3) Catatan:
2. Beban emisi (kg SO2/hari) PSD (pemajanan singkat yang
diperkenankan): batas pemaran singkat
kadar bahan kimia di lingkungan kerja
Keterangan: selama maksimum 15 menit dan tak lebih
E: laju emisi pencemar (kg/hari) dari 4x pemajanan per hari kerja tanpa
: konsentrasi terukur rerata harian tubuh menderita gangguan iritasi.
(mg/Nm3)
KTD (kadar tertinggi yang Definisi limbah B3: sisa suatu usaha dan atau
diperkenankan): kadar tertinggi bahan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
kimia di lingkungan kerja setiap saat yang dan atau beracun yang karena sifat dan atau
tidak boleh dilewati selama melakukan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
pekerjaan. secara langsung ataupun tidak langsung dapat
mencemarkan atau merusakkan lingkungan
Tujuan NAB: hidup dan dapat membahayakan lingkungan
1. Melindungi pekerja hidup, kesehatan dll.
2. Pedoman untuk perencanaan proses
produksi Jenis limbah B3
3. Merancang teknologi pengendalian 1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
kualitas udara termasuk ventilasi ruang 2. Limbah B3 dari sumber spesifik
kerja - Sumber umum (tabel 3 lampiran 1)
4. Menentukan subsitusi bahan proses - Sumber khusus (tabel 4 lampiran 1)
produksi yang lebih aman 3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
5. Menentukan alat perlindungan diri yang tumpahan, bekas kemasan dan bungan
sesuai (personal protection equipment, produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
PPE)
6. Membantu menentukan diagnosa Lampiran I: peraturan pemerintah RI no. 101
gangguan kerja tahun 2014 mengenai pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
Pengendalian faktor kimia di atas NAB Tabel 1. Daftar limbah B3 dari sumber
Dilakukan pengujian berkala secara eksternal tidak spesifik.
setiap 1x setahun. Kode Sub bab zat
1. Menghilangkan sumber dari tempat kerja A.101a pencemar

2. Mengganti bahan kimia dengan potensi


bahaya lebih rendah Urutan limbah B3
3. Memodifikasi proses kerja yang
Tabel 1
menimbulkan sumber potensi bahaya
4. Mengisolasi atau membatasi pajanan Kategori bahaya 1
sumber potensi bahaya
5. Menyediakan sistem ventilasi Tabel 3. Daftar limbah B3 dari sumber
6. Membatasi pajanan sumber potensi bahaya spesifik umum
kimia melalui pengaturan waktu kerja Kode
7. Penyediaan lembar data keselamatan B.301-1 Urutan limbah
bahan dan tabel bahan kimia B3
8. Penggunaan APD yang sesuai
Kode industri,kegiatan
PENGELOLAAN LIMBAH B3 Tabel 3

Rujukan peraturan: Kategori bahaya 2


Peraturan pemerintah RI no. 101 tahun
2014 mengenai pengelolaan limbah B3 Minyak trafometer
Peraturan pemerintah RI no. 74 tahun 2001 Bahan isolator cair sebagai isolasi mampu
mengenai pengelolaan bahan berbahaya menahan tegangan tembus dan pendingin
dan beracun. tranfomator mampu meredam panas.
Jenis:
 polychlorinated biphenyls (PCBs)
bersifat toxic, bioakumulasi, susah Catatan:
dibiodegradasi, apabila terbakar akan Merkuri berbahaya apabila dalam keadaan
menghasilkan gas berbahaya terlarut dan yang berikatan dengan halogen.
 penta erythritol tetra fatty acid natural TCLP (toxicity characteristic leaching
dan synthetic esters sebagai minyak trafo, procedure) digunakan untuk mengukur
bersifat tidak mudah terbakar dan tidak tingkat kemudahan terleaching atau terlindikan
mudah menguap, non toxic dan (bahaya meningkat) diatasi dengan cara
biodegradable disolidifikasi atau stabilisasi.
 fluorocarbon-based oils bersifat tidak
mudah terbakar dan susah didegradasi. Prinsip pengelolaan limbah B3
1. Pollution prevention: upaya meminimasi
Uji karakteristik limbah B3 timbunan limbah
Untuk limbah B3 belum terolah 2. Polluter pay: pencemar harus membayar
semua biaya yang diakibatkannya
Explosive 3. From cradle to grave: pengawasan mulai
Pada STP dpat meledak dari dihasilkan sampai dibuang atau
Reaksi kimia menghasilkan gas pada ditimbunnya limbah B3
temperatur dan tekanan tinggi 4. Treatment and disposal close to generator
Flammable 5. Sustainable development: pembangunan
Cairan alkohol <20% dengan titik nyala berkelanjutan
<60oC saat kontak dengan percikan api
Bukan cairan, STP menyebabkan Catatan:
kebakaran Limbah B3 memiliki akta kelahiran, saat
Limbah bertekanan mudah terbakar limbah dihasilkan langsung diklasifikasi diberi
Limbah pengoksida kode (di industri ditimbun selama 90 hari).
Reaktif
Tidak stabil secara kimia Neraca limbah B3
Bereaksi hebat dengan air Masuknya limbah B3 ke tempat penyimpanan:
Sianida, sulfida, amonia pada pH 2 dan Jenis
12,5 menghasilkan uap beracun Tanggal masuk
Mudah meledak atau bereaksi (STP) Sumber
Limbah organik peroksida Jumlah (ton/kg)
Toxic Maksimum penyimpanan
Uji TCLP Keluarnya limbah B3 dari tempat
Konsentrasi limbah hasil TCLP > lampiran penyimpanan:
2 Tanggal keluar
Infection Jumlah
Bagian tubuh amputasi Tujuan penyerahan
Cairan tubuh infeksi Bukti nomor dokumen
Limbah laboratorium terinfeksi kuman
Korosif Pemanfaatan limbah B3
Iritasi kulit Alternative fuel distribution
Pengarat baja dengan laju korosi 6,35 Alternative raw material
mm/th Co-processing
pH < 2
pH > 12,5
Catatan: - Persyaratan lokasi bekas pengolahan
Fly ash: Produk dari pembakaran batubara di landfill
boile untuk menghasilkan listrik. Dipisahkan
dari exhaust gases dengan electrostatic
precipitators, baghouses dan sistem scrubber.
Dapat digunakan untuk semen, pembuatan
beton, untuk stabilisasi dan solidifikasi,
pembuatan paving blok serta seabgai bahan
pencampur di hot mix asphalt.
Bottom ash: Aglomerasi partikel abu yang
terbentuk di pulverisasi tungku batubara yang
terlalu besar untuk terbawa gas buang.
Digunakan untuk material pengisi aplikasi
struktur unggul, aggregate untuk pembuatan
jalan dan trotoar, bahan baku semen dan beton
serta material pengendali di area snow and ice.

Pengelolaan limbah B3
Insinerasi/termal
Syarat:
- Limbah B3 dihancurkan jadi senyawa
tidak mengandung B3
- Spesifikasi insenerator
- Uji coba pembakaran
- Memenuhi baku mutu
Solidifikasi dan stabilisasi
Bioremediasi
Disposal
Syarat:
- Merupakan alternatif terakhir
- Memenuhi baku mutu TCLP
- Telah melalui proses stabilisasii atau
solidifikasi, insenerasi dan pengolahan
lainnya
- Tidak bersifat flammable, explosive,
reactive, infectious
- Tidak mengandung zat organik > 10%
- Tidak mengandung TCB atau dioksin
- Tidak mengandung radioaktif
- Tidak berbentuk cair atau lumpur
(kandungan air)
Landfill
Syarat:
- Pemilihan lokasi landfill (bebas banjir,
permeabilitas tanas 10-9 m/s)
- Persyaratan untuk sistem pengelolaan
lindi

Anda mungkin juga menyukai