Anda di halaman 1dari 30

FISIKA DASAR

JURUSAN ILMU KELAUTAN

Eko Efendi, S.T., M.Sc.


Dr. Siti Suharyatun, S.T.P., M.Si.
PENGUKURAN DAN
KETIDAKPASTIAN
PENGUKURAN
▪ Pengukuran  kegiatan membandingkan suatu obyek
menggunakan standar ukur yang telah ditetapkan
▪ Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan
tertentu
▪ Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian

3
Penyebab Ketidakpastian Pengukuran
1. Keterbatasan alat ukur (nst=nilai skala terkecil)
2. Kesalahan pengukuran (human error), misalnya kesalahan
pembacaan pada satu sesi percobaan dari serangkaian
percobaan
3. Kesalahan kalibrasi alat ukur
4. Kesalahan titik nol
5. umur alat

4
▪ Setiap alat ukur  memiliki keterbatasan daya ukur, atau
keterbatasan kemampuan dalam mengukur suatu
besaran,
▪  NST (nilai skala terkecil).
▪ mengukur lebih teliti melebihi NST  nonius.
▪ Skala nonius  meningkatkan ketelitian pembacaan alat
ukur.
▪  pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah
skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol
dan titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala
utama.

5
SKALA NONIUS

 skala nonius (bagian bawah) titik 0 berimpit nilai 2 & 10 berimpit


dengan 2,9  9 skala utama dibagi menjadi 10 bagian. Sehingga jarak
antara skala nonius seakan-akan 0,01 pada skala utama.

6
Contoh pembacaan skala nonius

▪ skala utama menunjuk antara 80,4 dan 80,5.


▪ Pada skala nonius, lihatlah skala yang paling berimpit
dengan skala utama  skala nonius 7.
▪ Jadi panjang benda adalah 80,47.

7
ALAT UKUR
DASAR
Jangka sorong atau vernier caliper

berfungsi untuk:
▪ Mengukur panjang bagian luar benda
▪ Mengukur panjang bagian rongga (dalam) benda
▪ Mengukur kedalaman lubang
Cara menggunakan jangka sorong :
1. Apabila pengunci K ditekan maka bagian B dapat bergeser bebas
2. Jarak antara A dan B mengukur bagian luar sebuah benda
3. Jarak antara C dan D mengukur bagian dalam sebuah benda
4. Jarak antara E dan F menunjukan kedalaman benda yang diukur
5. Skala utama U terdapat dua jenis yaitu dalam cm dan inchi
6. Nonius ada pada bagian yang bisa bergeser N
Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang untuk


benda yang panjangnya kurang dari 2,50 cm dengan tingkat
ketelitian yang lebih baik dari Jangka Sorong
Cara menggunakan mikrometer sekrup:
▪ Benda yang akan diukur dijepitkan antara A dan B, dengan
memutar C. Tapi tidak perlu terjepit terlalu keras.
▪ Skala utama terletak pada S
▪ Skala nonius terletak pada bagian N.
Jika C diputar penuh maka 1 putaran skala nonius akan tepat sama
dengan 1 mm skala utama.
▪ Pada skala utama panjang benda ditentukan dengan cara melihat
berapa skala tepi nonius berada pada skala utama, dan untuk
membaca skala nonius dilakukan dengan cara melihat skala yang
berimpit dengan garis poros P
▪ Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi tepi angka nonius melewati angka “5” di
bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1 strip. 0.5 mm.
Artinya, pada bagian ini didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5 mm.
▪ Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan angka 28 di
skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan panjang 0.28 mm
▪ Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 + 0.28 =
5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
Neraca Teknis  alat ukur massa suatu obyek
a. Statif penumpu
b. Lengan neraca
c. Sekrup pengatur keseimbangan
d. Jarum penunjuk keseimbangan dan
skalanya
e. Bandul keseimbangan dan
pasangannya
f. Piringan
g. Meja alas neraca
h. Sekrup pengatur naik-turunnya neraca
i. Sekrup pengatur meja alas
Mempersiapkan Neraca Teknis
a. Bandul keseimbangan harus berimpit dengan pasangannya,
yaitu dengan mengatur sekrup pengatur meja alas I.
b. Angkatlah lengan neraca dengan memutar H. Dan
seimbangkan lengan neraca dengan memperhatikan jarum
penunjuk keseimbangan. Apabila jarak ayunan ke kiri kira-kira
sama dengan jarak ayunan ke kanan, artinya lengan neraca
sudah setimbang. Bila belum aturlah dengan memutar sekrup
C.
c. Jika 1 dan 2 sudah tercapai, putar kembali sekrup H agar lengan
neraca turun. Neraca siap dipakai.
Cara menggunakan neraca teknis adalah :
▪ Letakkan benda yang akan ditimbang pada salah satu piringan
dan anak timbangan yang kira-kira sama beratnya, pada
piringan lainnya
▪ Angkat lengan neraca dengan memutar H, bila sudah
seimbang berat benda adalah berat anak timbangan. Apabila
belum, turunan lengan neraca dengan memutar H dan
tambah atau kurangi anak timbangan sampai setimbang.
Ketidakpastian pada pengukuran tunggal

▪ Pengukuran tunggal  pengukuran yang (karena suatu hal) dilakukan


hanya sekali.
▪ Ketidak pastian x adalah :
▪ Hasil pengukuran: x = xo  x
CONTOH

▪ Kuat arus diukur dengan miliamperemeter dengan jarum


penunjuk (tebal) seperti gambar
▪ Hasil penukurannya : I = 2,6  0.05 mA
▪ Artinya: kuat arus di sekitar 2,6 mA, antara 2,55 mA - 2,65 mA
Ketidakpastian pada pengukuran berulang

▪ Penulisan hasil perhitungan:



▪ Ketidakpastian disimbolkan x  standar deviasi dari hasil
pengukuran

21
CONTOH
Sebuah pengukuran berulang panjang i xi
suatu besaran fisika menghasilkan : 10,1 1 10,1 -0,35 0,1225
; 10,3 ; 10,3 ; 10,4 ; 10,4 ; 10,5 ; 2 10,3 -0,15 0,0225
10,6 ;10,6 ; 10,6 ; 10,7 (cm). Berapakah 3 10,3 -0,15 0,0225
hasil pengukuran beserta 4 10,4 -0,05 0,0025
ketidakpastiannya ? 5 10,4 -0,05 0,0025
0,305 6 10,5
x  = 0,184 7 10,6
0,05 0,0025
9 8 10,6
0,15 0,0225
0,15 0,0225
9 10,6
hasil pengukurannya= 10,45  0,184 cm 10 10,7
0,15 0,0225
0,25 0,0625
 104,5   0,305
10,45    

Pengukuran Langsung dan
Tak-Langsung

Þ pengukuran langsung adalah, apabila besaran fisis yang kita ingin


dapatkan dari sebuah pengukuran dengan memakai alat,
langsung diperoleh dari pengukuran itu

Þ pengukuran tak-langsung adalah pengukuran besaran fisis yang


diperoleh tidak langsung dari sebuah pengukuran, akan tetapi hasil
pengukuran itu diolah melalui persamaan-persamaan matematis
sebelum diperoleh hasil akhirnya
23
Pengukuran dibagi dalam empat kategori

▪ Pengukuran Langsung-Tunggal
▪ Pengukuran Langsung-Berulang
▪ Pengukuran Tak Langsung-Tunggal
▪ Pengukuran Tak Langsung-Berulang

24
Pengukuran Tak Langsung-Tunggal
▪ Jika kita ingin "mengukur" (lebih tepatnya menghitung) besaran fisika C, dengan
mengukur A dan B masing-masing satu kali ukur, melalui suatu fungsi (rumus) C
= C(A,B). Dimana :
▪ A = Ao  A, (A didapat melalui nilai satuan terkecil)
▪ B = Bo  B, (B didapat melalui nilai satuan terkecil)
▪ Maka :
▪ C = Co  C dihitung melalui :
▪ Co = C(Ao,Bo), dan
Contoh soal
Berapakah hambatan dari pengukuran suatu benda yang mendapatkan hasil :
I = (5,00  0,50) mA=(0.005±0.0005)A
V = (4,00  0,50) V
V=I.R  R = V/I

Ketidakpastian:

Hasil pengukuran hambatan:


R = (800  20)  = (8,00+0,20) x 102 
Pengukuran Tak Langsung-Berulang
Kita ingin melakukan "pengukuran" (atau penghitungan) suatu besaran fisika
dengan mengukur besaran A dan B keduanya secara berulang melalui fungsi
(rumus): C = f(A,B). Dengan :
▪ A = Ao  A (Ao didapat dari rata-rata, A didapat dengan standar deviasi)
▪ B = Bo  B (Bo didapat dari rata-rata, B didapat dengan standar deviasi)
Maka :
▪ C = Co  C, dimana :
▪ Co= C(Ao,Bo), dan
Contoh soal
Sebuah pengukuran dengan penggaris masing-masing lima kali terhdap panjang,
lebar, tinggi balok didapatkan hasil :
▪ Panjang : ( 5,2 ; 5,1 ; 5,0 ; 5,0 ; 5,1) cm
▪ Lebar : (3,0 ; 3,0 ; 3,1 ;3,0 ;3,0 ) cm
▪ Tinggi : (1,0 ; 1,0 ;1,1 ; 1,2 ; 1,0 ) cm
▪ Berapakah volume dan ketidakpastiannya ?
Jawab :
Untuk panjang balok
Rata-rata panjang dihitung: P = 5,08 cm Untuk Volume:
Dan ketidakpastiannya dihitung: P  0,08 cm Rata-rata Volume:
Sehingga ditulis : P = 5,08  0,08
Untuk lebar balok
Rata-rata lebar dihitung: L = 3,02 cm Ketidakpastiannya:
Dan ketidakpastiannya dihitung : L  0,04 cm
Sehingga ditulis : L = 3,02  0,04 cm
Untuk tinggi balok Sehingga bisa dituliskan:
Rata-rata tinggi dihitung: T = 1,06 cm
Ketidakpastiannya dihitung: T  0,09 cm
Sehingga ditulis: T=1,06  0,09 cm
Aturan Baku Penulisan
▪ Jika angka pertama pada x selain 0 adalah 1, 2, 3 atau 4, maka diambil dua angka
penting. Jika angka pertama selain nol adalah 5, 6, 7, 8 atau 9, maka cukup
menuliskan satu angka penting.
Cara membulatkan angka mengikuti aturan pembulatan, yaitu :
▪ Jika angka awal yang akan dihilangkan kurang dari 5, maka dibulatkan ke bawah
▪ Jika angka awal yang akan dihilangkan lebih dari 5, maka dibulatkan ke atas
▪ Jika angka yang akan dihilangkan sama dengan 5, maka angka sebelumnya harus
genap jika ganjil, dan dibiarkan jika genap. (digenapkan)

Anda mungkin juga menyukai