Anda di halaman 1dari 15

Leony Sanga Lamsari Purba, M.

Pd

BUKU MODUL PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2019

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 1


TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KIMIIA

I. Pembagian Praktikan
Menyesuaikan dengan kapasitas maksimal pengguna laboratorium kimia FKIP, maka
satu kelompok maksimal 5 orang. Kelompok yang disusun dijadwalkan dal 2 sesi,
yaitu:
a. Sesi 1 : 12.00 – 14.00
b. Sesi 2 : 14.00 – 16.00
II. Tahap Persiapan
Pada tahap awal, 30 menit sebelum jadwal praktikum dosen akan:
a. Memeriksa kelengkapan praktikan seperti: Alat kebersihan, Jas Lab, Masker,
Sarung tangan, Sepatu tertutup dan tidak diperkenankan memakai rok atau dress.
b. Mengumpulkan dan memeriksa jurnal yang telah disusun masing-masing praktikan,
c. Melakukan pretes.
Bentuk pretes adalah pertanyaan lisan langsung kepada anggota kelompok yang
ditunjuk oleh dosen yang bersangkutan. Pertanyaan yang diberikan terkait dengan
topik yang akan dipraktikumkan.
Catatan : Mahasiswa yang tidak memenuhi peraturan tahap persiapan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum
III. Tahap Pelaksanaan
a. Mahasiswa memasuki laboratorium dengan tertib, siswa dilarang:
✓ Makan dan minum didalam Laboratorium
✓ Menggunakan Handphone (Kecuali untuk kegunaan praktikum)
✓ Keluar masuk laboratorium tanpa sepengetahuan dosen yang bersangkutan
✓ Membuat keributan
✓ Melakukan percobaan diluar prosedur yang telah disediakan dalam modul

b. Mahasiswa melakukan pengecekan alat dan bahan yang digunakan sebelum


praktikum.

c. Mahasiswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dipelajari dari
modul yng telah dibagi.

d. Hasil Percobaan ditulis dalam jurnal (masing-masing mahasiswa).

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 2


e. Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa membersiskan seluruh peralatan
praktikum kemudian melakukan pengecekan alat dan bahan.

Catatan : Peralatan yang rusak, diganti oleh kelompok yang bersangkutan.

IV. Tahap Penugasan


Mahasiswa menuliskan laporan hasil praktikum. Msing-masing anggota dalam satu
kelompok harus memiliki data hasil percobaan yang sama, tetapi pembahasan dalam
laporan harus dikerjakan sendiri-sendiri bukan kelompok.

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 3


PERCOBAAN I

KEADAAN GAS DAN CAIR

1.1. Latar Belakang

Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau balau, acak tetapi
berkesinambungan dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur dinaikkan (Atkins,
1999). Empat sifat dasar yang menentukan sifat jisis gas adalah banyaknya molekul gas,
volume gas, suhu atau temperatur, dan tekanan. Jika nilai-nilai numeris tiga besaran
diketahui, maka nilai besaran keempat dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
keadaan (equation of state) yang secara matematis dinyatakan dengan . Persamaan tersebut
biasa juga disebut dengan persamaan gas ideal (Petrucci, 1987).

Gas berbeda dengan cairan (yang molekul-molekulnya juga bergerak secara acak) karena
molekul-molekul gas terpisah jauh satu sama lain (Atkins, 1999). Pada keadaan gas, partikel-
partikel bergerak secara acak. Jarak antara partikel-partikel relatif jauh lebih besar dari pada
ukuran-ukuran partikel sehingga gaya tarik menarik antara partikel sangat kecil sehingga
dapat diabaikan. Laju suatu partikel selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan terjadinya
tumbukan antara partikel yang satu dengan yang lainnya ataupun antara partikel dengan
diding wadah. Berbeda dengan cairan atau padatan, gas mudah dimampatkan. Gas tidak
mempunyai bentuk dan volume yang tetap, gas akan selalu mengisi setiap ruang dimana gas
tersebut dimampatkan. Gas selalu dipengaruhi oleh perubahan teskanan dan suhu (Bird,
1993).

1.2. Tujuan Percobaan

1. Menetukan berat molekul senyawa volatif berdasarkan pengukuran massa jenis gas.
2. Melatih penggunaan persamaan gas ideal

1.3. Alat dan Bahan

1. Labu Erlenmeyer 8. Gelas kimia


2. Neraca ohaus 9. Penangas listrik
3. Karet gelang 10.Termometer
4. Desikator 11.Jarum
5. Aluminium foil 12. Gegep
6. Pipet tetes 13. Tissue
7. Gelas ukur 600 mL

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 4


1.4. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang labu erlenmeyer yang bersih dan kering dengan selembar aluminium foil dan
sebuah karet gelang secara analitik.
3. Memasukan 5 mL larutan kloroform (CHCl3) ke dalam erlenmeyer kemudian
menutupnya dengan aluminium foil dan diikat menggunakan karet gelang mengelilingi
leher labu erlenmeyer sehingga kedap udara. Lalu, melubangi aluminium foil yang telah
terpasang pada erlenmeyer menggunakan jarum.
4. Merendam erlenmeyer dalam penangas air bersuhu 100oC. posisi permukaan air
diusahakan berada 1 cm di bawah aluminium foil. Menunggu proses penguapan terjadi
hingga semua larutan kloroform dalam erlenmeyer habis menguap.
5. Mengangkat erlenmeyer dari penangas ketika semua cairan kloroform habis menguap.
Mengeringkan lapisan luar erlenmeyer menggunakan lap dan mendinginkan erlenmeyer
dalam desikator.

1.5. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan zat cair, gasi ideal dan gas nyata!
2. Sebuah tabung dengan volume 22,4 L berisi 2,0 mol H2 dan 1,0 mol N2 pada 273,15K.
Hitunglah fraksi mol setiap komponen, tekanan parsial dan tekanan totalnya!
3. Calculate the density, in g/mL of 0.213 mol of phosphorus trichloride gas at 3550 C
and 769 torr. (calculate the mass and volume of the sample, then calculate the
density)!
4. Tuliskan jenis gas yang paling banyak dimanfaatkan dalam kehidupan berserta
sumber, sifat dan manfaatnya!
1.6. Daftar Pustaka
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Erlangga: Jakarta

Chang, R. 1995. Chemistry. Random House: USA

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta

Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 5


PERCOBAAN II

TERMOKIMIA

1.1. Latar Belakang

Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan
isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur energi yang dihasilkan oleh reaksi
sebagai kalor dan dikenal sebagai Joule. Berganti dengan kondisinya, apakah dengan
perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika tahu C atau H suatu reaksi
kita dapat meramalkan jumlah energi yang dihasilkannya sebagai kalor.

Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan
perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dan sebagainya). Satuan tenaga panas
biasanya dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori.

1 Joule = 10-7 erg = 0,24 kal

1 kal = 4,184 joule

Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia, dipakai
kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan pada :

− Tekanan tetap

− Volume tetap

Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi,disertai dengan penyerapan atau perubahan
energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja. Ketika sistem bekerja /
melepaskan kalor, kemampuan untuk melakukan kerja berkurang dengan kata lain energinya
berkurang.

Kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk dan reaktan pada
volume konstan (E) atau pada tekanan konstan (H), sebagai contoh adalah reaksi :

Reaktan (T) → Produk (T)

E = Eproduk – Ereaktan

Pada temperatur konstan dan volume konstan.

H = Hproduk – Hreaktan

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 6


Pada temperatur konstan dan tekanan konstan. Satuan SI untuk E dan H adalah joule,
yaitu satuan energi tetapi satuan umum yang lain adalah kalori. Umumnya harga E atau H
untuk tiap reaktan dan produk dinyatakan sebagai Joule mol-1 atau kJ mol-1 pada temperatur
konstan tertentu, biasanya 298 K.

Jika E atau H positif, reaksi dinyatakan “endotermis” dan jika E atau H negatif,
reaksi disebut “eksotermis”. Proses pelepasan energi sebagai kalor disebut eksoterm. Semua
reaksi pembakaran adalah eksoterm. Proses yang menyerap energi sebagai kalor disebut
endoterm, contohnya adalah penguapan air. Proses endoterm dalam sebuah wadah adiabatik
menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses eksoterm menghasilkan kenaikan
temperatur. Proses endoterm yang berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi
eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan aliran energi ke dalam sistem sebagai kalor.
Proses eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan energi sebagai kalor
dalam lingkungan.

1.2. Tujuan Percobaan

Dalam eksperimen ini akan ditentukan reaksi natrium hidroksida (NaOH) dengan asam
klorida (HCl).

1.3. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
Nama Ukuran Jumlah Nama Konsentrasi Jumlah
1 Gelas kimia 1000mL 2 Buah Air
500mL 6 Buah NaOH 1M
2 Kalorimeter 1 Set CH3COOH 1M
3 Erlenmeyer 1 Set
4 Thermometer 1 Buah
5 Bunsen 1 Set
6 Tabung Reaksi
7 Penjepit 1 Buah
8 Batang 1 Buah
pengaduk
9 Penangas 1 Buah
10 Pipet tetes 1 Buah
11 Labu ukur
12 Corong
13 Gelas Ukur

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 7


1.4. Prosedur Kerja

1. Masukkan 25 mL larutan NaOH 5M ke dalam gelas ukur.


2. Ukur suhu larutan NaOH 5M dengan menggunakan termometer. Perhatikan saat
memindahkan termometer dari satu larutan ke larutan yang lain sebelumnya
thermometer dicuci dan dikeringkan dulu.
3. Masukkan larutan NaOH 5M ke dalam kalorimeter.
4. Siapkan 25 mL larutan HCl 5M ke dalam gelas ukur.
5. Ukur suhu larutan HCl 5M.
6. Hitung suhu rata-rata antara larutan NaOH 5M dengan larutan HCl 5 M.
7. Masukkan larutan HCl 5M ke dalam kalorimeter lalu aduk dengan pengaduk kaca
sampai kedua larutan tercampur. Lalu ukur suhu akhir campuran.
8. Ulangi pecobaan 1-8 dengan mengganti konsentrsi:
*25 mL NaOH 2,5 M dan 25mL HCl 2,5M
*25 mL NaOH 1,25 M dan 25mL HCl 1,25M
*25 mL NaOH 0,625 M dan 25mL HCl 0,625M
*25 mL NaOH 0,3125 M dan 25mL HCl 0,3125M

1.5. Hasil Pengamatan


Keterangan Dalam derajat (°)
Suhu larutan NaOH
Suhu larutan HCl
Suhu rata-rata
Suhu akhir campuran

1.6. Pertanyaan
1. Tuliskan reaksi yang terjadi dan kalor yang diserap ataupun dilepaskan pada
percobaan!
2. Gambarkan grafik hubungan antara konsentrasi dengan suhu!
3. Hitung slope dan intersep!

1.7. Daftar Pustaka

Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Erlangga: Jakarta


Chang, R. 1995. Chemistry. Random House: USA
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta
Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 8


PERCOBAAN III

KINETIKA REAKSI KIMIA

1.1. Latar Belakang

Kinetika kimia adalah studi tentang kecepatan (speed) atau laju (rate) reaksi kimia.
Salah satu tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi kimia. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain,
konsentrasi, tekanan, suhu, luas permukaan dan katalisator.
Laju Reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi reaktan dan
bertambahnya konsentrasi produk tiap satuan waktu. Laju reaksi terukur seringkali sebanding
dengan konsentrasi reaktan suatu pangkat. Contohnya mungkin saja laju itu sebanding
dengan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga :
V = K [A]x[B]y
Koefisien K disertai konsentrasinya yang tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi
bergantung pada temperature. Persamaan sejenis ini yang ditentukan secara eksperimen
disebut hokum laju reaksi. Secara formal hukum laju reaksi adalah persamaan yang
menyamakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesien yang ada termasuk
produknya.
Hukum laju reaksi memiliki dua penerapan utama, penerapan praktisnya setelah kita
mengetahui hukum laju dan komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah
hokum laju menerapkan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang
dilanjutkan harus konstan dengan hukum laju yang diamati.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
2. Mampu menetukan laju dan orde reaksi

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 9


1.3. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
Nama Ukuran Jumlah Nama Konsentrasi Jumlah
1 Gelas kimia 1000mL 1 Buah Aquadest
HCl
2 Labu ukur H2C2O4
3 Stopwatch KMnO4
4 Pipet tetes Pita Mg
5 Gelas ukur
6 Tabung Reaksi
7 Erlenmeyer
8 Buret
9 Botol semprot
10 Batang Pengaduk

1.4. Prosedur Kerja

A. Kinetika Reksi Logam Magnesium dengan larutan HCl

1. Kedalam gelas kimia 50ml diisi 10 ml HCl 4 M dimasukkan sepotong logam Mg,
amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
hingga Mg habis
2. Dari 10 ml HCl 3M diencerkan menjadi HCl 3,5 M kemudian dimasukkan sepotong
logam Mg, amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi hingga habis.
3. Dari 10 ml HCl 3M diencerkan menjadi HCl 3,0 M kemudian dimasukkan sepotong
logam Mg, amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi hingga habis.
4. Percobaan 3 diulang untuk larutan 2,5 M; 2,0 M; 1,5 M; 1,0 M; 0,5 M.

5. Percobaan 1-4 diluangi sebanyak dua kali.

B. Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat

1. Erlenmeyer 1
✓ Kedalam erlenmeyer 50 ml diisi 10 ml H2C2O4 0,1 M ditambahkan dengan 12
ml aquadest
✓ Larutan H2C2O4 dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 M hingga terjadi
perubahan warna.

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 10


✓ Amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan.
2. Erlenmeyer 2
✓ Kedalam erlenmeyer 50 ml diisi 20 ml H2C2O4 0,1 M ditambahkan dengan 2 ml
aquadest
✓ Larutan H2C2O4 dititrasi dengan larutan KMnO4 0,7 M hingga terjadi
perubahan warna.
✓ Amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan.
3. Erlenmeyer 3
✓ Kedalam erlenmeyer 50 ml diisi 10 ml H2C2O4 0,1 M ditambahkan dengan 10
ml aquadest
✓ Larutan H2C2O4 dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 M hingga terjadi
perubahan warna.
✓ Amati perubahan yang terjadi dan catat waktu yang dibutuhkan.

1.5. Hasil Pengamatan

A. Kinetika Reksi Logam Magnesium dengan larutan HCl

[ HCl ] M Pita Mg Percobaan 1 Percobaan 2 Keterangan


( cm ) T 1/t T 1/t
4,0 0,5
3,5 0,5
3,0 0,5
2,5 0,5
2,0 0,5
1,5 0,5
1,0 0,5
0,5 0,5

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 11


B. Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat

Percobaan Ket
H2C2O4 KMnO4 t
pada
Erlenmeyer t(rata-
ml M ml M t
ke – rata)
0,7 0,1
I 0,7 0,1
0,7 0,1

0,7 0,1
II 0,7 0,1
0,7 0,1

0,7 0,1
III 0,7 0,1
0,7 0,1

1.6. Pertanyaan
5. Suatu reaksi berlangsung tiga kali lebih cepat, jika suhu dinaikkan sebesar
20oC. Bila pada suhu 10oC reaksi berlangsung selama 45 menit, maka pada
suhu 50oC waktu yang dibutuhkan untuk reaksi tesebut?
6. Tuliskan hubungan konsentrasi dengan laju reaksi berdasarkan nilai slope dan
intersep!

1.7. Daftar Pustaka


Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Erlangga: Jakarta

Chang, R. 1995. Chemistry. Random House: USA

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta

Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 12


PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN KIMIA

1.1. Latar Belakang


Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan, pada praktiknya akan ditemui beberapa
kesulitan. Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu
sampai ia mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur, baru
nilai Kc dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk
seringkali sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan
mempengaruhi kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak
melibatkan pengambilan larutan untuk dianalisis seperti metode di atas. Salah satu metode
yang tidak melibatkan pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau
produk adalah metode kalorimeter.
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H+. Walaupun
telah dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari,
karena reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan dengan
titrasi yang dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan secara nyata.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mengukur tetapan kesetimbangan.
2. Memperlihatkan bahwa tetapan kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaktan.

1.3. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
Nama Ukuran Jumlah Nama Konsentrasi Jumlah
1 Gelas kimia Eter
2 Pipet Volum CCl4
3 Buret CH3COOH
4 Kaca Arloji Phenolptalein
5 Corong
6 Pipet testes
7 Termometer
8 Erlenmeyer

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 13


1.4. Prosedur Kerja

1. Dibuat masing-masing 100 cm3 larutan asam asetat yang konsentrasinya 1M, 0,8M,
0,6M,0,4M, dan 0,2 M dari pengenceran asam asetat 1M.
2. Diambil masing-masing 25 cm3 dan dimasukkan ke dalam corong pemisah. Sisa larutan
diambil 10 cm3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan standar
NaOH 0,5 M. Konsentrasi asam asetat mula-mula dapat diketahui.
3. Larutan asam asetat dalam corong pemisah ditambah 25 cm3 eter atau carbon
tetraklorida, dikocok-kocok dengan kuat selama 30 detik dan didiamkan selama 30
detik. Perlakuan ini dilakukan 5 kali pengulangan dan didiamkan selama 3-5 menit
supaya tercapai kondisi seimbang.
4. Pisahkan larutan air, ambil 10 cm3 dan titrasi dengan larutan standar NaOH 0,5 M
dengan indikator fenolftalin. Titrasi dilakukan minimal 2 kali. Konsentrasi asam asetat
dalam air pada kondisi seimbang dapat ditentukan, sehingga konsentrasi asam asetat
dalam eter atau karbon tetraklorida pada kondisi seimbang juga dapat ditentukan
(selisih konsentrasi awal dan dalam air pada kondisi seimbang).
5. Percobaan dilakukan untuk semua variasi konsentrasi asam asetat.

1. 5. Hasil Pengamatan
M CH3COOH dalam air M CH3COOH dalam eter Kd Keterangan
1M
0,8M
0,6M
0,4M
0,2M

M CH3COOH dalam air M CH3COOH dalam CCl4 Kd Keterangan


1M
0,8M
0,6M
0,4M
0,2M

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 14


1.6. Pertanyaan
1. Tuliskan semua reaksi kimia yang terjadi dan Kc nya!.
2. Bila 0,2 mol CH3COOH(aq) terdisosiasi 20%, tentukan nilai Kc pd suhu 27oC dan
tekanan 1atm!

1.7. Daftar Pustaka


Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Erlangga: Jakarta

Chang, R. 1995. Chemistry. Random House: USA

Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta

Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta

Leony Sanga Lamsari Purba, S.Pd., M.Pd Page 15

Anda mungkin juga menyukai