ii
YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI TULUNGAGUNG
SEMUA PRORGAM STUDI TERAKREDITASI
Jl. Mayor Sujadi Timur No.7 Tulungagung 66221, /Fax: (0355) 321426,
www.stkippgritulungagung.ac.id Email: stkippgritulungagung@gmail.com /
stkip@stkippgritulungagung.ac.id
MATA KULIAH KODE Rumpun SEMESTER SKS
MK
PRAKTIKUM KIMIA DASAR IPA13115 Keprodian 3 1
1
3. Keenan, 1989, Kimia untuk Universitas, edisi keenam, jilid 1, Erlangga, Jakarta.
4. Keenan, 1989, Kimia untuk Universitas, edisi keenam, jilid 2, Erlangga, Jakarta
Media PPt dan video
Pembelajara
n
Dosen Rohmatus Syafi’ah, M.Pd.
Pengampu
2
Matakuliah -
Syarat
Kemampuan Akhir Bahan
Minggu Kajian/Materi Metode Penilaian
yang
Diharapkan/CLO Pembelajara
n
1 Mahasiswa mampu: 1. Silabus dan Asistensi: -
1. Mahasiswa menyetujui kontrak - Memberikan
kontrak perkulihaan petunjuk
kuliah
secara bertanggung laboratorium
2. Pengenalan - Penulisan Laporan
jawab Praktikum - Penjelasan Alat dan
2. Melaksanakan tata Kimia Dasar bahan praktikum
tertib praktikum - Memberikan
dengan baik penjelasan percobaan
3. Menyebutkan beberapa 1
peralatan gelas yang
digunakan untuk
praktikum
4. Memberikan contoh
penggunaan peralatan
gelas untuk praktikum
2 Pretes Materi 1
3 Mahasiswa mampu: 1. Penentuan 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
1. Menjelaskan prinsip rumus senyawa 2. Praktik
dasar pelaksanaan dari data 3. Menulis lembar kerja
eksperimen ekseperimen 4. Menulis laporan
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan rumus
senyawa dari data
eksperimen
3. Menganalisis data
2
hasil eksperimen
4. Menarik kesimpulan
dari data hasil
eksperimen
4 Pretes Materi 2
5 Mahasiswa mampu: 1. Penentuan 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
1. Menjelaskan prinsip 2. Praktik
massa atom
dasar pelaksanaan 3. Menulis lembar kerja
relatif Menulis laporan
eksperimen 4.
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan massa atom
relatif
3. Menganalisis data
hasil eksperimen
3
4. Menarik kesimpulan dari
data hasil eksperimen
6 Pretes Materi 3
7 Mahasiswa mampu: 1. Penentuan 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
1. Menjelaskan prinsip molaritas 2. Praktik
dasar pelaksanaan 3. Menulis lembar kerja
eksperimen 4. Menulis laporan
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan molaritas
3. Menganalisis data
hasil eksperimen
4. Menarik kesimpulan
dari data hasil
eksperimen
8 UTS
9 Pretes Materi 4
10 Mahasiswa mampu: 1. Penentuan ΔH 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
1. Menjelaskan prinsip reaksi 2. Praktik
dasar pelaksanaan (entalpi 3. Menulis lembar kerja
eksperimen reaksi) 4. Menulis laporan
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan entalpi reaksi
3. Menganalisis data
hasil eksperimen
4. Menarik kesimpulan
dari data hasil
eksperimen
11. Pretes Materi 5
3
12 Mahasiswa mampu: 1. Penentuan 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
1. Menjelaskan prinsip sifat asam 2. Praktik
3. Menulis lembar kerja
dasar pelaksanaan basa dan pH
4. Menulis laporan
eksperimen larutan
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan sifat asam
basa dan pH larutan
3. Menganalisis data
hasil eksperimen
4. Menarik kesimpulan
dari data hasil
eksperimen
13. Pretes Materi 6
14. Mahasiswa mampu: 1. Penentuan titik 1. Pretes Tes Keterampilan dan keaktifan
4
1. Menjelaskan beku 2. Praktik
prinsip dasar larutan 3. Menulis lembar kerja
pelaksanaan 4. Menulis laporan
eksperimen
2. Menerapkan metode
eksperimen untuk
penentuan titik beku
larutan
3. Menganalisis data
hasil eksperimen
4. Menarik kesimpulan
dari data hasil
eksperimen
15 Remedial Pengumpulan laporan Tes Keterampilan dan keaktifan
16 UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Postes
4
TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA DASAR
1. Peserta praktikum Kimia Dasar adalah adalah mahasiswa yang terdaftar di Program Studi Pendidikan IPA
STKIP PGRI Tulungagung.
2. Mahasiswa/praktikan dalam menjalankan praktikum:
a. Berpakaian rapi dan bersepatu (tidak diperkenankan memakai sandal kecuali dengan alasan yang
dapat diterima).
b. Wajib menggunakan jas praktikum
c. Keluar masuk ruangan harus berdasar izin dari asisten praktikum yang sedang bertugas.
d. Menjaga kebersihan ruang praktikum dengan tidak membuang sampah sembarangan
e. Tidak boleh merokok
f. Tidak boleh makan atau minum ketika sedag di dalam laboratorium
3. Keterlambatan mengikuti praktikum hanya diberi toleransi selama 15 menit. Bila hadir di ruang praktikum
setelah praktikum berlangsung lebih dari 15 menit, mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
4. Praktikan diwajibkan menjaga ketertiban, kebersihan dan memelihara alat-alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum. Bagi mereka yang merusakkan atau menghilangkan alat-alat diwajibkan untuk
mengganti.
5. Praktikan menyediakan sendiri alat tulis untuk keperluan mencatat dan menggambar hasil pengamatan.
6. Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat satu hari setelah praktikum selesai, bagi yang
mengumpulkan laporan terlambat akan dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai. Penilaian oleh asisten
dalam praktikum ini meliputi keterampilan, test, tugas, laporan, presentasi dan responsi.
7. Bila tidak dapat mengikuti praktikum, mahasiswa diwajibkan membuat surat ijin atau menyerahkan surat
keterangan dokter bila mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum karena sakit.
8. Acara praktikum susulan dengan alasan khusus (sakit, dsb) pelaksanaannya bisa dipertimbangkan.
9. Bagi praktikan yang dua kali berturut-turut tidak mengikuti acara praktikum tanpa alasan yang tepat
dinyatakan hilang hak praktikumnya.
10. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.
3cm
3cm
4c Kelompok I
m
Nama Praktikan
NPM
Asisten Laboratorium
Nama Asisten (NPM)
6
PERCOBAAN 1
JUDUL PERCOBAAN
I. Tujuan Percobaan
1. ........................................ [Nilai : 3]
2. ........................................
3. ........................................
4. ......................................., dst.
II. Landasan Teori [Nilai : 12]
Landasan teori wajib dikutip dari minimal 2 buku dan 2 jurnal. Setiap landasan teori yang
dikutip tidak boleh sama persis dengan yang praktikan lain kutip. Setelah dikutip harus dituliskan kutipan
terlebih dahulu dalam tanda kurung dan kemudian diberi tanda titik seperti berikut (Nama belakang
pengarang, tahun).
*jika teori yang diambil diakhiri dengan urutan point-point ataupun suatu formula (rumus), maka ditulis
sebagai berikut
Menurut Nama belakang pengarang (tahun), landasan teori adalah bla bla bla bla bla bla bla
sebagai berikut :
a. Bla bla bla bla
b. Bla bla bla bla
c. Bla bla bla bla
d. Bla bla bla bla.
Landasan teori harus ditulis minimal sebanyak 1 halaman penuh terhitung dari halaman ini. Teori
yang ditulis harus mendukung percobaan anda hari ini.
7
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan [Nilai : 3]
a. Alat
- Alat pertama
- Alat kedua
- Alat ketiga, dst
Dimasukkan ke ......................
Ditambahkan .........................
Dipanaskan ............................
Dicatat hasil.............................
Hasil
Dimasukkan ke ......................
Ditambahkan ..........................
Dipanaskan .............................
Dicatat hasil.............................
Hasil
15
*skema kerja ditulis pada lembar baru dan diagram tidak boleh terpotong. Artinya diagram alir ditulis harus
utuh! Jika memang tidak memungkinkan untuk menulis lebih dari 1 diagram alir secara utuh pada satu lembar
ini, maka diagram alir selanjutnya ditulis lembar berikutnya.
No Perlakuan Hasil
Setelah tabel hasil ditulis, maka dilanjutkan langsung dengan pembahasan. Format tabel hasil
bisa disesuaikan baik dari modul praktikum ataup format diatas maupun format yang diberikan oleh
asisten praktikum. Bila terdapat perhitungan maka ditulis di lembar lampiran.
Pembahasan minimal 2 lembar berisikan pengamatan dan penjelasan dari tabel hasil, BUKAN
MENULIS ULANG SKEMA KERJA DALAM BENTUK NARASI. Bahas mengapa hasil yang anda dapat seperti
itu dan perkuat dengan literatur yang mendukung. Literatur yang diambil wajib diberi caki dan harus
ditambah pada daftar pustaka.
Jika anda hendak membahas hasil per sub-bab sesuai pelakuan di skema kerja, maka harus
dibuat sub-bab pembahasannya seperti berikut.
4.1 Judul perlakuan pertama
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
...................................................
4.2 Judul perlakuan kedua
................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..................................................
16
3. .........................................................
*kesimpulan ditulis pada lembar baru yang berisikan jawaban dari tujuan praktikum,
sehingga jumlah kesimpulan sama dengan jumlah tujuan praktikum.
5.2 Saran
Berisikan saran / usulan yang baik untuk kelangsungan praktikum berikutnya. Jangan menulis kritikan yang
tidak perlu. Saran boleh ditulis per poin atau pun dalam bentuk paragraph
DAFTAR PUSTAKA [Nilai : 5]
Nama pengarang. Tahun Terbit. Judul Buku. Tempat terbit : Penerbit. Contoh
Takeshi, S. dan N. S. Hartanto.1981. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Edisi 1. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
Nama pengarang. Tahun Terbit. “Judul Jurnal”. Jenis Jurnal. Volume Jurnal: Halaman.
Alemawor F., V.P. Dzogbefia, E.O.K. Oddoye and J.H. Oidham. 2009. “Effect of Pleurotus ostreatus
fermentation on cocoa pod husk composition: Influence of fermentation period and Mn 2+
supplemention on the fermentation process”. Afr. J. Biotechnol. 8:1950-1958.
A. Perhitungan
Berisi perhitungan dari data yang diperoleh.
B. Dokumentasi
Berisi foto percobaan karena adanya perubahan reaksi yang menyebabkan perubahan warna,
wujud, dll. Foto wajib disusun dengan rapi dan diberikan keterangan dibawahnya.
C. Laporan Sementara
Laporan sementara yang telah di acc oleh asisten laboratorium difotokopi dan dilampirkan setelah
lembar lampiran dokumentasi.
*format laporan sementara
PERCOBAAN
Hari / Tanggal :
Kelompok I
17
a. Perlakuan pertama
No Perlakuan Hasil
b. Perlakuan kedua
No Perlakuan Hasil
Dst
18
*format Daftar Penggunaan Alat
PERCOBAAN
Keadaan
No Nama Alat
Sebelum Praktikum Sesudah Praktikum
16
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM KIMIA
1. Alat
Peralatan laboratorium yang biasa digunakan di Laboratorium Kimia Dasar umumnya terdiri dari peralatan
gelas yang sangat diperlukan sebagai sarana dan alat bantu untuk melakukan percobaan (sederhana). Setiap
alat dan bahan mempunyai nama yang menunjukkan kegunaan dan fungsi yang berbeda. Oleh karena itu,
praktikum tentang pengenalan alat-alat kimia perlu dilakukan dan dengan adanya petunjuk dalam
melaksanakan praktikum, supaya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa peralatan yang umum
digunakan di laboratorium adalah sebagai berikut.
a) Alat Ukur yaitu alat yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui volume, keasaman larutan, panas
dan lain sebagainya. Diantara macam-macam alat ukur dan kegunaanya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini:
Tabel 1 Alat Ukur
No. Nama Alat Fungsi Gambar
1. Labu Sebagai wadah unuk
Erlemeyer mereaksikan suatu
zat kimia dalam skala
yang cukup besar
dan sebagai wadah
dalam proses titrasi.
2. Labu Ukur Untuk
membuat,menyimpan
dan mengencerkan
larutan dengan
ketelitian yang tinggi.
3. Gelas Ukur Untuk mengukur
volume larutan.
6. dll.
17
b) Alat pemanas yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan bahan atau larutan sebelum diteliti. Contoh
alat pemanas dan kegunaannyafungsinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Alat Pemanas
No. Nama Fungsi Gambar
Alat
1. Lampu Untuk
busen memanaskan
bahan baik berupa
padat maupun
cair.
2. Hot untuk
plate memanaskan
larutan yang
mudah terbakar,
dan
menghomogenkan
larutan
3. dll.
c) Alat gelas yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca yang digunakan dalam percobaan ilmiah.
Beberapa alat gelas yang biasa digunakan beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Alat Gelas
No. Nama Fungsi Gambar
Alat
1. Gelas Sebagai penutup
Arloji dan menimbang
(Watch bahan kimia yang
Glass) berwujud padat
atau kristal.
2. Pipet Untuk mengambil
Volume larutan dengan
volume tepat sesuai
dengan label yang
tertera pada bagian
yang
menggelembung
(gondok) pada
bagian tengah
pipet.
3. Corong untuk menolong
pada saat
memasukkan cairan
ke dalam suatu
wadah dengan
mulut sempit,
seperti :botol, labu
18
No. Nama Fungsi Gambar
Alat
ukur, buret dan
sebagainya.
6. dll.
d) Alat bantu lainnya yaitu alat yang digunakan untuk menunjang alat lainnya. Alat bantu lainnya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Alat Bantu Lainnya
No. Nama Fungsi Gambar
Alat
1. Spatula Untuk
mengambil
bahan.
2. Statif Untuk
menegakkan
buret, corong,
dan peralatan
gelas lainnya.
3. Kaki Sebagai
Tiga penahan
kawat kasa
dan
penyangga
ketika proses
pemanasan
19
No. Nama Fungsi Gambar
Alat
4. Bola Menghisap
Karet atau
mengambil
zat cair
dengan
menggunakan
pipet ukur dan
pipet volume
5. dll.
2. Bahan
Bahan merupakan segala sesuatu yang diolah atau digunakan dalam proses pengujian, kalibrasi, dan atau
produksi dalam skala terbatas. Bahan dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
a. Bahan khusus yaitu bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus
b. Bahan umum yaitu bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus,
(Permenpan RB No. 03, 2010).
Tabel 5 Perbedaan Tingkat Kesulitan Pengelolaan Bahan
Umum Khusus
Penyimpanan Tidak Memerlukan
memerlukan persyaratan
persyaratan khus
khus
Sifat Fisik Tidak Eksplosif,
eksplosif, korosif,
tidak irritant, labil
korosif,
tidak
iritatant,
stabil
Sifat Kimia Non toksik, toksik,
tidak berbahaya
berbahaya
Persyaratan Tidak Memerlukan
Metode memerlukan kemurnian
kemurnian tinggi
tinggi
20
Bahan kimia merupakan suatu zat atau senyawa yang berdasarkan fasanya dapat berwujud padat, cair atau
gas. Bahan kimia digolongkan menjadi 6 golongan yaitu:
a. Harmful atau berbahaya yaitu bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila
kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
b. Toxic atau beracun produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui
kulit.
c. Corrosive atau korosif, produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-
gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.
d. FlammLable atau mudah terbakar, senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi
dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti
hidrogen) dari hidrida metal.
e. Explosive atau mudah meledak, produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan
dengan logam/metal).
f. Oxidator (Pengoksidasi) senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas
pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor).
Bahan kimia memiliki berbagai karakteristik bahaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelabelan menggunakan
simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol bahan kimia dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6 Simbol Bahan Kimia
No. Simbol Keterangan
Simbol tersebut
menunjukkan bahwa bahan
tersebut mudah meledak
pada kondisi tertentu,
1. seperti adanya gesekan,
panas, goncangan dan
percikan api. Contoh: TNT
Bahan Eksplosif (2,4,6-trinitrotoluena)
Bahan pengoksidasi
(oxidizing) biasanya tidak
mudah terbakar tetapi
apabila kontak dengan
bahan mudah terbakar atau
2. bahan sangat mudah
terbakar dapat
meningkatkan resiko
Bahan
kebakaran secara
Pengoksidasi
signifikan. Contoh: asam
nitrat, hidrogen peroksida
21
No. Simbol Keterangan
Bahan beracun (acute
toxicity) dapat
menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis
3. bahkan kematian pada
konsentrasi yang rendah.
Contoh: metanol, benzena,
\ kalium sianida
Bahan Baracun
Bahan kimia ini memiliki
resiko merusak kesehatan
sedang, jika masuk ke
dalam tubuh melalui
pernapasan, mulut atau
kontak dengan kulit. Bahan
4.
ini dapat menyebabkan
iritasi, luka bakar pada kulit,
dan menganggu sistem
pernapasan apabila
Bahan Barbahaya
terhirup. Contoh: NaOH,
fenol, etilen glikol
Bahan dengan simbol ini
bersifat berbahaya bagi
satu atau beberapa
komponen dalam
lingkungan hidup (air,
5.
tanah, udara, tanaman,
mikrooganisme) dan
menyebabkan gangguan
Bahan Berbahaya
ekologi. Contoh: AgNO3,
bagi Lingkungan
HgCl2
Bahan ini memiliki titik
nyala yang rendah dan
mudah terbakar dengan api
bunsen, permukaan logam
panas, atau percikan api.
Bahan sangat mudah
6.
terbakar berupa gas
dengan udara membentuk
suatu campuran bersifat
Bahan Mudah
mudah meledak di bawah
Terbakar
kondisi normal. Contoh:
dietil eter, propana, aseton
Bahan ini bersifat korosif
yaitu dapat merusak
jaringan hidup (tubuh) dan
bahanbahan lain. Hindari
7.
kontak dengan kulit, mata,
pakaian dan jangan
menghirupnya. Contoh:
Bahan Pengkorosi
asam sulfat, natrium
22
No. Simbol Keterangan
hidroksida
23
4. Cara menuang bahan kimia adalah sebagai berikut : a. Gunakan terlebih dahulu masker penutup mulut
dan hidung. b. Peganglah bagian botol yang terdapat labelnya. c. Bukalah tutup botol dengan tangan lain dan
letakkan tutup botol dalam posisi terbalik. d. Jauhkan bahan kimia dari hidung saat akan menuangkannya. e.
Segera menutupnya kembali setelah bahan kimia yang dibutuhkan selesai dituangkan.
5. Biasakan segera mencuci tangan jika terkena atau selesai menggunakan bahan kimia.
6. Dalam menyimpan bahan kimia perhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau penyiapan, dan sifat
potensi bahayanya.
b. Tuang dan simpan bahan kima pada botol yag sesuai peruntukannya.
c. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
d. Simpan bahan kimia pada ruangan dingin dan yang berventilasi.
e. Jangan memaparkan bahan kimia pada suhu panas atau matahari langsung.
f. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang digunakan
24
15. Sudip Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam berupa padat atau
bubuk.
16. Corong Pisah Untuk memisahkan larutan yang disebabakan ooleh massa
jenisnya yang berbeda
17. Desikator Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan
mengeringkan zat-zat dalam laboratorium.
18. Buret Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula
digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.
25. Bola Hisap Untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan.
27. Bunsen Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan untuk
sterilisasi dalam proses suatu proses.
18
29. Botol Semprot digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan untuk
mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang tidak larut dalam
air.
30. Kawat Kasa Sebagai alas atau untuk menahan labu atau beaker pada waktu
pemanasan menggunakan pemanas spiritus atau pemanas
bunsen
31. Klem Utilitas Alat untuk Penjepit dan penyangga tabung erlemeyer saat
dipanaskan
34. Hot Plate Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang
mudah terbakar.
35 Timbangan Tempat untuk menimbang zat-zat yang akan ditimbang
Analitis dengan skala yang kecil.
19
1. Teknik Dasar Laboratorium
a. Penyaringan
Endapan atau zat yang tidak larut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan dan untuk
menyaring digunakan corong dan kertas saring corong dipasang pada tempat corong atau dengan
klem statif.Di bawah corong diletakkan gelas kimia hingga ujung tangkai corong menyentuh dinding
gelas.corong yang digunakan adalah corong bersudut 60 derajat.dan kertas saring yang
digunakan berdiameter 9 atau 11 centimeter.
b. Pengukuran Volume
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan dan memiliki skala millimeter(mL) yang dibaca
dari 0 mL hingga sampai angka gelas ukur.
Pipet Volume mempunyai volume 1,2,5, dan 10 mL.hanya digunakan mengambil larutan yang
sesuai volume pipet volume dan bola hisap digunakan sebagai alat bantu menyedot larutan ke dalam
pipet.
c. Menggunakan neraca
Ada tiga jenis neraca,yaitu:
-Neraca palang tiga mempunyai ketelitian 0,1-0,01 gram.
-Neraca beban mempunyai ketelitian 0,01 gram -0,1 mgram
-Neraca analitis mempunyai ketelitian 0,001 gram-0,01 mgram.
d. Teknik menggunakan Buret untuk titrasi
Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memilki
garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya.Buret digunakan untuk meneteskan
sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang melakukan presisi,seperti pada eksperimen
titrasi.
Oleh karena presisi buret yang tinggi,kehati-hatian pengukuran volume dengan buret
sangatlah penting untuk menghindari galat sistematik.ketika membaca buret,mata harus tegak lurus
dengan permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks.Kaidah yang umunnya digunakan adalh
dengan menambahkan 0,02 mL jika bagian bawah meniscus menyentuh bagian bawah garis
ukur.Oleh karena presisinya yang tinggi,satu tetes cairan yang menggantung pada ujung buret
harus ditransfer ke labu penerima,biasanya dengan menyentuh tetesan itu ke sisi labu dan
membilasnya ke dalam larutan dengan pelarut.
46
PERCOBAAN I RUMUS
EMPIRIS SENYAWA
I. Tujuan Percobaan :
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data untuk menghitung rumus
empiris.
II. Dasar Teori
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan kualitatif yang terjadi
selama reaksi kimia secara tepat, singkat dan langsung, kita gunakan lambang-lambang kimia dan rumus-
rumus kimia. Secara umum dikenal rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa yang menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah atom yang
terdapat dalam senyawa tersebut, sedangkan rumus yang sebenarnya untuk semua unsur dalam senyawa
dinamakan rumus molekul. Sebagai contoh karbon dioksida terdiri dari 1 atom C dan 2 atom O, maka rumus
empirisnya CO2. Hidrogen peroksida yang mempunyai 2 atom H dan 2 atom O memiliki rumus molekul H2O2
rumus empirisnya HO.
Untuk penulisan rumus empiris walau tak ada aturan yang ketat, tetapi umumnya untuk zat anorganik,
unsur logam atau hidrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non logam atau metalloid dan akhirnya oksigen,
sedangkan untuk zat-zat organik aturan yang umum berlaku adalah C, H, O, N, S, dan P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan disimpulkan rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk
memperlihatkan sifat berkala dan unsur-unsur. Secara sederhana penentuan rumus empiris suatu senyawa
dapat dilakukan dengan eksperimen, dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang terdapat dalam
zat tersebut, memakai metode analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula massa molekul relatif
senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus empiris senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-sifat
fisik dan kimia dari zat tersebut, yaitu pertama, dari rumus empiris ini dapat dilihat unsur apa yang terkandung
senyawa tersebut, dan berapa banyak atom dari masing-masing unsur membentuk molekul senyawa tersebut.
Kedua, massa molekul relatif dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relatif dari unsur-unsur yang
membentuk senyawa. Ketiga, berdasarkan rumus empiris dapat dihitung jumlah relatif unsur-unsur yang
terdapat dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut (Tim penyusun, 2014).
Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara kimia dalam suatu
satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, diantaranya ialah rumus molekul dan rumus empiris. Suatu rumus
molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu senyawa.
Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan bulat terkecil dari atom-atom dari suatu senyawa.
Beda antara suatu rumus molekul dan rumus empiris dapat digambarkan dengan senyawa hidrogen
peroksida, suatu bahan pemutuh biasa. Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H2O2, yang menunjukkan
tiap molekul terdiri dari empat atom. Sebaliknya rumus empirisnya ialah HO, karena angka banding bilangan
bulat terkecil atom-atom dalam sebuah
moleku ialah 1:1 ( Keenan, 1980).
Rumus paling sederhana dari suatu molekul dinamakan rumus empiris, yaitu rumus molekul yang
menunjukkan perbandingan atom-atom penyusun molekul paling sederhana dan merupakan bilangan bulat.
46
Rumus empiris merupakan rumus yang diperoleh dari percobaan. Contoh, rumus molekul benzena adalah
C6H6, rumus empirisnya adalah CH. Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H 2O 2, rumus empirisnya HO.
Rumus empiris dapat juga menunjukkan rumus molekul apabila tidak ada informasi tentang massa
molekul relatif dari senyawa itu. Misalnya, NO2 dapat dikatakan sebagai rumus molekul jika tidak ada informasi
massa molekul relatifnya, tetapi jika massa molekulnya diketahui, misalnya 92 maka NO2 merupakan rumus
empiris karena rumus molekul senyawa tersebut adalah N2O4.
Untuk menentukan rumus empiris perlu terlebih dahulu menentukan komposisi massa.
Selanjutnya, data tersebut bersama-sama dengan massa atom relatif unsur penyusun senyawa
digunakan untuk menghitung nilai perbandingan yang paling sederhana dari atom-atom penyusun cuplikan
senyawa itu.
Rumus molekul adalah ungkapan yang menyatakan jenis dan jumlah atom dalam suatu senyawa
yang merupakan satu kesatuan sifat. Jika dihubungkan dengan rumus empiris, maka rumus molekul dapat
diartikan sebagai kelipatan dari rumus empirisnya. Untuk menyatakan rumus molekul suatu zat dilakukan dengan
cara menuliskan lambang kimia tiap unsur yang ada dalam molekul itu dan jumlah atom dituliskan di kanan
lambang kimia.
Untuk menentukan rumus molekul suatu zat dari rumus empiris, harus diketahui massa molekul relatifnya,
Mr. Terdapat beberapa metode yang dapat dikembangkan di laboratorium untuk menentukan massa
molekul relatif suatu zat, diantaranya berdasarkan teori avogadro menggunakan volume molar gas atau
berdasarkan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih suatu larutan bergantung pada wujud zat.
Rumus molekul Rumus Emiris dan Kelipatannya
NH3 (NH3) x 1
N 2H 4 (NH2) x 2
C3 H6 (CH2) x 3
C6H12O6 (CH2O) x6
yaitu :
Dengan asumsi gas bersifat ideal maka jumlah mol uap, menggunakan persamaan gas ideal,
(Sunarya, 2010).
Rumus empiris menunjukkan perbandingan jumlah atom unsur-unsur yang terdapat dalam satu senyawa,
dimana perbandingan itu dinyatakan dalam bilangan bulat yang terkecil. Bilangan bulat ini bisa didapatkan dari
analisis terhadap senyawa itu, yaitu dengan mengkonversikan hasil analisis menjadi kuantitas masing-masing
unsur yang terdapat dalam suatu bobot tertentu senyawa itu, yang dinyatakan dalam mol atom-atom itu.
Perhatikan suatu senyawa yang analisisnya 17,09 % magnesium, 37,93 % alumunium, dan 44,98 % oksigen.
Dalam hal ini persentase menyatakan persen bobot, yaitu
banyaknya gram unsur itu per 100 gram senyawa. Skema sistematika pengolahan dapat diberikan dalam tabel
berikut :
46
Tabel 1. Cara perhitungan penentuan rumus empiris
Unsur Massa Ar Mol=gr/Mr mol /0,68 mol
Bilangan dalam kolom (4) menunjukkan banyaknya mol atom unsur komponen dalam jumlah tertentu
senyawa itu, 100 gram, yang digunakan sebagai dasar. Setiap perangkat bilangan yang didapat dengan
mengalikan atau membagi setiap bilangan didalam kolom (4) dengan faktor yang sama akan mempunyai
perbandingan yang sama dengan angka-angka dalam kolom (4). Perangkat angka dalam kolom (5) merupakan
perangkat yang demikian, yang didapat dengan membagi setiap nilai n (E) dalam (4) dengan angka yang paling
rendah dalam kolom (4), yakni 0,703. Kolom (5) menunjukkan bahwa jumlah relatif mol atom, dan karena itu
banyaknya atom-atom Mg, Al, dan O itu sendiri di dalam senyawa itu adalah 1 : 2 : 4. Oleh karena itu rumus
empirisnya ialah (MgAl 2O4)n. Rumus senyawa merupakan rumus kimia yang menunjukkan jumlah atom unsur-
unsur yang membentuk ikatan dalam satu senyawa dam memiliki massa molekul relatif yang pasti.
Rumus senyawa bukan lagi dalam bentuk perbandingan, tetapi sudah merupakan bentuk final dari suatu
rumus pada suatu senyawa. Massa molekul relatif juga sudah diketahui karena jumlah atomnya sudah
pasti. Bila satu senyawa dengan senyawa yang lain memiliki rumus empiris yang sama, belum tentu memiliki
rumus senyawa yang sama. Sebagai contoh rumus empiris (CH2)n dapat berarti rumus senyawanya adalah
CH2 atau C2H4 atau C3H6 dan seterusnya (Wibowo, 2005).
Kimiawan menggunakan rumus kimia untuik menyatakan komposisi molekul dan senyawa ionik
dalam lambang-lambang kimia. Yang dimaksud dengan komposisi disini bukan saja unsur-unsur yang ada tetapi
juga rasio-rasio dari atom-atom yang bergabung.
Rumus molekul menunjukan jumlah eksak atom-atom dari setiap unsur dalam unit terkecil suatu zat. Dalam
pembahasan kita tentang molekul, setiap contoh diberikan bersama dengan rumus molekulnya dalam
tanda kurung. Jadi H2 adalah rumus molekul untuk hidrogen, O2 adalah oksigen, O3 adalah ozon, dan H2O adalah
air. Angka subskrip menandai jumlah atom suatu unsur yang ada dalam molekul itu. Dalam H2O tidak ada
subskrip untuk O, karena hanya ada satu atom oksigen dalam satu molekul air, dan angka satu dihilangkan dari
rumus. Perhatikan bahwa oksigen (O 2) dan ozon (O 3) adalah alotrop dari oksigen. Alotrop adalah salah satu dari
dua atau lebih bentuk lain dari suatu unsur. Dua bentuk alotrop dari unsur karbon-intan dan grafit berbeda jauh
tidak hanya dalam hal sifat tetapi juga dalam hal harga.
Rumus molekul hidrogen peroksida, suatu zat yang digunakan sebagai zat antiseptik dan zat pemutih
untuk tekstil dan rambut, adalah H2O2. Rumus ini menandakan bahwa setiap molekul hidrogen peroksida terdiri atas
dua atom hidrogen dan dua atom oksigen. Perbandingan atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul ini
adalah 2:2 atau 1:1. Rumus empiris hidrogen peroksida adalah HO. Jadi rumus empiris menunjukkan kepada
kita unsur-unsur yang ada dan perbandingan bilangan bulat paling sederhana dari atom-atomnya, tetapi tidak
selalu harus menunjukkan jumlah atom sebenarnya
dalam suatu molekul. Contoh lainnya, perhatikan senyawa hidrazin (N 2H4) yang digunakan sebagai bahan
bakar roket. Rumus empiris hidrazin adalah NH2. Meskipun perbandingan nitrogen dan hidrogennya
46
adalah 1:2 dalam rumus molekulnya (N 2H 2) maupun rumus empirisnya (NH 2) hanya rumus molekul sajalah
yang menunjukkan jumlah atom N (dua) dan atom hidrogen (empat) yang sebenarnya ada dalam sebuah
molekul hidrazin.
Rumus empiris adalah rumus kimia yang paling sederhana, rumus ini ditulis dengan memperkecil
subskrip dalam rumus molekul menjadi bilangan bulat terkecil yang mungkin. Rumus molekul adalah rumus
yang sebenarnya untuk molekul.
Untuk kebanyakan molekul, rumus molekul dan rumus empirisnya satu dan sama. Beberapa contohnya
adalah air (H2O), ammonia (NH3), karbon dioksida (CO2), dan metana (CH4) (Chang, 2003).
Menurut hukum penggabungan kimia, setiap zat dijelaskan oleh suatu rumus kima yang
menyatakan jumlah relatif atom yang ada dalam zat itu. Sekarang kita bedakan dua jenis rumus, rumus
molekul dan rumus empiris. Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur dalam satu
molekul zat itu. Jadi, rumus molekul karbon dioksida ialah CO 2, setiap molekul karbon dioksida mengandung
satu atom karbon dan dua atom hidrogen. Rumus molekul glukosa adalah C6H12O6, setiap molekul glukosa
mengandung 6 atom karbon, 6 oksigen, dan 12 hidrogen. Rumus molekul dapat ditentukan untuk semua zat
berwujud gas dan cairan serta padatan, seperti glukosa, dengan submit molekul yang terdefinisikan dengan
baik.
Sebaliknya, rumus empiris suatu senyawa ialah rumus paling sederhana yang memberikan jumlah atom
relatif yang betul untuk setiap jenis atom yang ada di dalam senyawa itu. Misalnya rumus empiris glukosa ialah
CH2O, ini menyatakan bahwa jumlah atom karbon, hidrogen, dan oksigen memiliki nisbah 1:2:1. Bila
rumus molekul diketahui, jelas akan lebih baik, karena lebih banyak informasi yang didapatkan. Namun
demikian, dalam beberapa padatan dan cairan, tidak ada molekul kecil yang benar-benar unik, sehingga
rumus kimia yang bermakna hanyalah rumus empiris. Contohnya ialah padatan kobalt (II) klorida, yang
mempunyai rumus empiris COCl2. Terdapat gaya tarik yang kuat antara atom kobalt dan dua atom klorin yang
berdekatan dalam padatan kobalt (II) klorida, tetapi tidak mungkin kita membedakan gaya didalam molekul itu
dengan tetangganya, sebab yang disebutkan terakhir itu sama kuatnya. Padatan ini pada dasarnya adalah
molekul raksasa. Dengan demikian, kobalt (II) klorida dinyatakan dengan rumus empiris dan diacu sebagai unit
rumus COCl2, bukannya sebagai molekul COCl 2.
Rumus empiris H 2O menyatakan bahwa untuk setiap atom oksigen dalam air, ada dua atom
hidrogen. Demikian pula, satu mol H2O mengandung dua mol atom hidrogen dan satu mol atom oksigen.
Jumlah atom dan jumlah mol setiap unsur mempunyai nisbah yang sama, yaitu 2:1. Rumus empiris suatu zat
jelas berhubungan dengan persentase komposisi berdasar massa dari zat itu. Hubungan ini dapat
digunakan dalam berbagai cara.
Rumus empiris dari suatu senyawa dan persentase komposisi berdasar massa dari unsur-unsur
penyusunnya hanya dihubungkan oleh konsep mol semata. Misalnya rumus empiris etilena (rumus molekul
C2H4) ialah CH2 (Oxtoby, 2001).
cawan
ditimbang, ditambah
0,5 gr tembaga
ditambah
10 ml HNO3
dipanaskan
larutan
terbentuk kristal
hitung RE
V. LEMBAR KERJA
NIM : Paraf :
Praktikum : Hasil
Pengamatan :
46
PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA ATOM RELATIF
I. Tujuan Percobaan :
Menentukan massa atom relatif hidrat kupri sulfat.
II. Dasar Teori
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan kualitatif yang terjadi
selama reaksi kimia secara tepat, singkat dan langsung, kita gunakan lambang-lambang kimia dan rumus-
rumus kimia. Secara umum dikenal rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa yang menyatakan nisbah (jumlah) terkecil jumlah atom yang
terdapat dalam senyawa tersebut, sedangkan rumus yang sebenarnya untuk semua unsur dalam senyawa
dinamakan rumus molekul. Sebagai contoh karbon dioksida terdiri dari 1 atom C dan 2 atom O, maka rumus
empirisnya CO2. Hidrogen peroksida yang mempunyai 2 atom H dan 2 atom O memiliki rumus molekul H2O2
rumus empirisnya HO.
Untuk penulisan rumus empiris walau tak ada aturan yang ketat, tetapi umumnya untuk zat anorganik,
unsur logam atau hidrogen ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan non logam atau metalloid dan akhirnya oksigen,
sedangkan untuk zat-zat organik aturan yang umum berlaku adalah C, H, O, N, S, dan P.
Berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan disimpulkan rumus empiris ditentukan lewat
penggabungan nisbah bobot dari unsur-unsurnya. Ini merupakan langkah yang penting untuk
memperlihatkan sifat berkala dan unsur-unsur. Secara sederhana penentuan rumus empiris suatu senyawa
dapat dilakukan dengan eksperimen, dengan menentukan persentase jumlah unsur-unsur yang terdapat dalam
zat tersebut, memakai metode analisis kimia kuantitatif. Disamping itu ditentukan pula massa molekul relatif
senyawa tersebut. Untuk menyatakan rumus empiris senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-sifat
fisik dan kimia dari zat tersebut, yaitu pertama, dari rumus empiris ini dapat dilihat unsur apa yang terkandung
senyawa tersebut, dan berapa banyak atom dari masing-masing unsur membentuk molekul senyawa tersebut.
Kedua, massa molekul relatif dapat ditentukan dengan menjumlahkan massa atom relatif dari unsur-unsur yang
membentuk senyawa. Ketiga, berdasarkan rumus empiris dapat dihitung jumlah relatif unsur-unsur yang
terdapat dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut (Tim penyusun, 2014).
Rumus suatu zat menyatakan jenis dan banyaknya atom yang bersenyawa secara kimia dalam suatu
satuan zat. Terdapat beberapa jenis rumus, diantaranya ialah rumus molekul dan rumus empiris.
Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan
terkecil suatu senyawa. Suatu rumus empiris menyatakan angka banding bilangan bulat terkecil dari atom-atom
dari suatu senyawa. Beda antara suatu rumus molekul dan rumus empiris dapat digambarkan dengan
46
senyawa hidrogen peroksida, suatu bahan pemutuh biasa. Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H2O2,
yang menunjukkan tiap molekul terdiri dari empat atom. Sebaliknya rumus empirisnya ialah HO, karena angka
banding bilangan bulat terkecil atom-atom dalam sebuah moleku ialah 1:1 ( Keenan, 1980).
Rumus paling sederhana dari suatu molekul dinamakan rumus empiris, yaitu rumus molekul yang
menunjukkan perbandingan atom-atom penyusun molekul paling sederhana dan merupakan bilangan bulat.
Rumus empiris merupakan rumus yang diperoleh dari percobaan. Contoh, rumus molekul benzena adalah
C6H6, rumus empirisnya adalah CH. Rumus molekul hidrogen peroksida adalah H 2O 2, rumus empirisnya HO.
Rumus empiris dapat juga menunjukkan rumus molekul apabila tidak ada informasi tentang massa
molekul relatif dari senyawa itu. Misalnya, NO2 dapat dikatakan sebagai rumus molekul jika tidak ada informasi
massa molekul relatifnya, tetapi jika massa molekulnya diketahui, misalnya 92 maka NO2 merupakan rumus
empiris karena rumus molekul senyawa tersebut adalah N2O4.
Untuk menentukan rumus empiris perlu terlebih dahulu menentukan komposisi massa.
Selanjutnya, data tersebut bersama-sama dengan massa atom relatif unsur penyusun senyawa
digunakan untuk menghitung nilai perbandingan yang paling sederhana dari atom-atom penyusun cuplikan
senyawa itu.
Rumus molekul adalah ungkapan yang menyatakan jenis dan jumlah atom dalam suatu senyawa
yang merupakan satu kesatuan sifat. Jika dihubungkan dengan rumus empiris, maka rumus molekul dapat
diartikan sebagai kelipatan dari rumus empirisnya. Untuk menyatakan rumus molekul suatu zat dilakukan dengan
cara menuliskan lambang kimia tiap unsur yang ada dalam molekul itu dan jumlah atom dituliskan di kanan
lambang kimia.
Untuk menentukan rumus molekul suatu zat dari rumus empiris, harus diketahui massa molekul relatifnya,
Mr. Terdapat beberapa metode yang dapat dikembangkan di laboratorium untuk menentukan massa
molekul relatif suatu zat, diantaranya berdasarkan teori avogadro menggunakan volume molar gas atau
berdasarkan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih suatu larutan bergantung pada wujud zat.
Rumus molekul Rumus Emiris dan Kelipatannya
NH3 (NH3) x 1
N 2H 4 (NH2) x 2
C3 H6 (CH2) x 3
C6H12O6 (CH2O) x6
yaitu : Dengan asumsi gas bersifat ideal maka jumlah mol uap, menggunakan persamaan gas ideal, (Sunarya,
2010).
46
Rumus empiris menunjukkan perbandingan jumlah atom unsur-unsur yang terdapat dalam satu senyawa,
dimana perbandingan itu dinyatakan dalam bilangan bulat yang terkecil. Bilangan bulat ini bisa didapatkan dari
analisis terhadap senyawa itu, yaitu dengan mengkonversikan hasil analisis menjadi kuantitas masing-masing
unsur yang terdapat dalam suatu bobot tertentu senyawa itu, yang dinyatakan dalam mol atom-atom itu.
Perhatikan suatu senyawa yang analisisnya 17,09 % magnesium, 37,93 % alumunium, dan 44,98 % oksigen.
Dalam hal ini persentase menyatakan persen bobot, yaitu banyaknya gram unsur itu per 100 gram senyawa.
Skema sistematika pengolahan dapat diberikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Cara perhitungan penentuan rumus empiris
Bilangan dalam kolom (4) menunjukkan banyaknya mol atom unsur komponen dalam jumlah tertentu
senyawa itu, 100 gram, yang digunakan sebagai dasar. Setiap perangkat bilangan yang didapat dengan
mengalikan atau membagi setiap bilangan didalam kolom (4) dengan faktor yang sama akan mempunyai
perbandingan yang sama dengan angka-angka dalam kolom (4). Perangkat angka dalam kolom (5) merupakan
perangkat yang demikian, yang didapat dengan membagi setiap nilai n (E) dalam (4) dengan angka yang paling
rendah dalam kolom (4), yakni 0,703. Kolom (5) menunjukkan bahwa jumlah relatif mol atom, dan karena itu
banyaknya atom-atom Mg, Al, dan O itu sendiri di dalam senyawa itu adalah 1 : 2 : 4. Oleh karena itu rumus
empirisnya ialah (MgAl 2O4)n. Rumus senyawa merupakan rumus kimia yang menunjukkan jumlah atom unsur-
unsur yang membentuk ikatan dalam satu senyawa dam memiliki massa molekul relatif yang pasti.
Rumus senyawa bukan lagi dalam bentuk perbandingan, tetapi sudah merupakan bentuk final dari suatu
rumus pada suatu senyawa. Massa molekul relatif juga sudah diketahui karena jumlah atomnya sudah
pasti. Bila satu senyawa dengan senyawa yang lain memiliki rumus empiris yang sama, belum tentu memiliki
rumus senyawa yang sama. Sebagai contoh rumus empiris (CH2)n dapat berarti rumus senyawanya adalah
CH2 atau C2H4 atau C3H6 dan seterusnya (Wibowo, 2005).
Kimiawan menggunakan rumus kimia untuik menyatakan komposisi molekul dan senyawa ionik dalam
lambang-lambang kimia. Yang dimaksud dengan komposisi disini bukan saja unsur-unsur yang ada tetapi juga
rasio-rasio dari atom-atom yang bergabung.
46
Rumus molekul menunjukan jumlah eksak atom-atom dari setiap unsur dalam unit terkecil suatu zat. Dalam
pembahasan kita tentang molekul, setiap contoh diberikan bersama dengan rumus molekulnya dalam
tanda kurung. Jadi H2 adalah rumus molekul untuk hidrogen, O2 adalah oksigen, O3 adalah ozon, dan H2O adalah
air. Angka subskrip menandai jumlah atom suatu unsur yang ada dalam molekul itu. Dalam H2O tidak ada
subskrip untuk O, karena hanya ada satu atom oksigen dalam satu molekul air, dan angka satu dihilangkan dari
rumus. Perhatikan bahwa oksigen (O 2) dan ozon (O 3) adalah alotrop dari oksigen. Alotrop adalah salah satu dari
dua atau lebih bentuk lain dari suatu unsur. Dua bentuk alotrop dari unsur karbon-intan dan grafit berbeda jauh
tidak hanya dalam hal sifat tetapi juga dalam hal harga.
Rumus molekul hidrogen peroksida, suatu zat yang digunakan sebagai zat antiseptik dan zat pemutih
untuk tekstil dan rambut, adalah H2O2. Rumus ini menandakan bahwa setiap molekul hidrogen peroksida terdiri atas
dua atom hidrogen dan dua atom oksigen. Perbandingan atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul ini
adalah 2:2 atau 1:1. Rumus empiris hidrogen peroksida adalah HO. Jadi rumus empiris menunjukkan kepada
kita unsur-unsur yang ada dan perbandingan bilangan bulat paling sederhana dari atom-atomnya, tetapi tidak
selalu harus menunjukkan jumlah atom sebenarnya dalam suatu molekul. Contoh lainnya, perhatikan senyawa
hidrazin (N2H4) yang digunakan sebagai bahan bakar roket. Rumus empiris hidrazin adalah NH 2. Meskipun
perbandingan nitrogen dan hidrogennya adalah 1:2 dalam rumus molekulnya (N 2H 2) maupun rumus
empirisnya (NH2) hanya rumus molekul sajalah yang menunjukkan jumlah atom N (dua) dan atom hidrogen
(empat) yang sebenarnya ada dalam sebuah molekul hidrazin.
Rumus empiris adalah rumus kimia yang paling sederhana, rumus ini ditulis dengan memperkecil
subskrip dalam rumus molekul menjadi bilangan bulat terkecil yang mungkin. Rumus molekul adalah rumus
yang sebenarnya untuk molekul.
Untuk kebanyakan molekul, rumus molekul dan rumus empirisnya satu dan sama. Beberapa contohnya
adalah air (H2O), ammonia (NH3), karbon dioksida (CO2), dan metana (CH4) (Chang, 2003).
Menurut hukum penggabungan kimia, setiap zat dijelaskan oleh suatu rumus kima yang
menyatakan jumlah relatif atom yang ada dalam zat itu. Sekarang kita bedakan dua jenis rumus, rumus
molekul dan rumus empiris. Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur dalam satu
molekul zat itu. Jadi, rumus molekul karbon dioksida ialah CO 2, setiap molekul karbon dioksida mengandung
satu atom karbon dan dua atom hidrogen. Rumus molekul glukosa adalah C6H12O6, setiap molekul glukosa
mengandung 6 atom karbon, 6 oksigen, dan 12 hidrogen. Rumus molekul dapat ditentukan untuk semua zat
berwujud gas dan cairan serta padatan, seperti glukosa, dengan submit molekul yang terdefinisikan
dengan baik.
46
Sebaliknya, rumus empiris suatu senyawa ialah rumus paling sederhana yang memberikan jumlah atom
relatif yang betul untuk setiap jenis atom yang ada di dalam senyawa itu. Misalnya rumus empiris glukosa ialah
CH2O, ini menyatakan bahwa jumlah atom karbon, hidrogen, dan oksigen memiliki nisbah 1:2:1. Bila
rumus molekul diketahui, jelas akan lebih baik, karena lebih banyak informasi yang didapatkan. Namun
demikian, dalam beberapa padatan dan cairan, tidak ada molekul kecil yang benar-benar unik, sehingga
rumus kimia yang bermakna hanyalah rumus empiris. Contohnya ialah padatan kobalt (II) klorida, yang
mempunyai rumus empiris COCl2. Terdapat gaya tarik yang kuat antara atom kobalt dan dua atom klorin yang
berdekatan dalam padatan kobalt (II) klorida, tetapi tidak mungkin kita membedakan gaya didalam molekul itu
dengan tetangganya, sebab yang disebutkan terakhir itu sama kuatnya. Padatan ini pada dasarnya adalah
molekul raksasa. Dengan demikian, kobalt (II) klorida dinyatakan dengan rumus empiris dan diacu sebagai unit
rumus COCl2, bukannya sebagai molekul COCl 2.
Rumus empiris H2O menyatakan bahwa untuk setiap atom oksigen dalam air, ada dua atom hidrogen.
Demikian pula, satu mol H2O mengandung dua mol atom hidrogen dan satu mol atom oksigen. Jumlah atom
dan jumlah mol setiap unsur mempunyai nisbah yang sama, yaitu 2:1. Rumus empiris suatu zat jelas
berhubungan dengan persentase komposisi berdasar massa dari zat itu. Hubungan ini dapat digunakan
dalam berbagai cara.
Rumus empiris dari suatu senyawa dan persentase komposisi berdasar massa dari unsur-unsur
penyusunnya hanya dihubungkan oleh konsep mol semata. Misalnya rumus empiris etilena (rumus molekul
C2H4) ialah CH2 (Oxtoby, 2001).
V. LEMBAR KERJA
NIM : Paraf :
Praktikum : Hasil
Pengamatan :
46
46
PERCOBAAN III PENENTUAN
MOLARITAS
I. Tujuan Percobaan :
a. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
b. Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu.
II. Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen dari satu atau lebih zat terlarut dalam pelarut.
Larutan terdiri atas dua bagian yaitu zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat terlarut
merupakan zat yang berjumLah sedikit di dalam larutan sedangkan pelarut merupakan zat yang
berjumLah banyak di dalam larutan dan pelarut yang banyak digunakan adalah air. Air merupakan
pelarut universal yang mampu melarutkan banyak senyawa. Konsentrasi larutan didefinisikan
sebagai banyaknya zat yang terlarut dalam sejumLah pelarut. Contohnya larutan seperti garam
atau gula dilarutkan dalam air (Wolke, 2003). Beberapa satuan konsentrasi yang digunakan dalam
ilmu kimia untuk menyatakan jumLah zat terlarut dalam jumLah tertentu diantaranya molaritas (M),
persen massa (b/v), persen volume (v/v) dan ppm (part per million).
1. Molaritas (M)
Molaritas merupakan jumLah konsentrasi zat terlarut setiap liter larutan dirumuskan sebagai berikut:
𝐧
𝐌=𝐕
𝐛
% = persen massa/volume (%)
𝐕
m = massa (gram)
V= volume (mL)
3. Persen Volume/volume (%v/v)
Persen volume atau % v/v merupakan volume zat terlarut dalam 100 mL pelarut dirumuskan sebagai
46
berikut:
𝐕 𝐕 𝐳𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭 (𝐦𝐋)
%𝐕 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐕 𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭𝐚𝐧 (𝐦𝐋)
V. LEMBAR KERJA
PERCOBAAN IV
PENENTUAN ΔH REAKSI (ENTALPI REAKSI)
I. Tujuan Percobaan :
a. Menentukan tetapan kalorimeter (harga air kalorimeter).
b. Menentukan kalor reaksi kimia.
46
sistem menyerap kalor dari lingkungan. Pada reaksi ini terjadi kenaikan energi potensial zat-zat yang bereaksi
atau terjadi penurunan energi kinetik sehingga suhu sistem turun. (Justiana Muchtardi,Sandri.2009:41)
Beberapa macam bentuk energi seperti cahaya, listrik atau panas. Ilmu kimia yang mempelajari
pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahann keadaan dan
pembentukan larutan adalah termokimia. Termokimia berfungsi untuk memberikan data eksperimental untuk
menyusun suatu tabel harga-harga dari mana dapat dihitung kalor tiap reaksi kimia yang
mungkin.(Keenan,dkk.1998:473-478)
Termokimia meliputi hukum kekekalan energi, hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi
tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi
bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan energi, demikian
juga dengan entalpi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan entalnpinya saja.(Utami Budi.2009:39)
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Perubahan entalpi (ΔH) pada
reaksi endoterm merupakan selisih anatara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp - Hr) sehinggga ΔH
bernilai positif. Sebaliknya, pada reaksi eksoterm entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi, oleh karena
itu perubahan entalpi (ΔH) merupakan selisih antara entalpi pereaksi dengan entalpi produk (Hr – Hp) sehingga
ΔH bernilai negatif. (Justiana Muchtardi,Sandri.2009:44)
Hukum Hess menyatakan bahwa untuk suatu keseluruhan tertentu, perubahan entalpi selalu sama, tak
peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap
yang berlainan. (Keenan,dkk.1998:479)
Hubungan antara kapasitas panas dan kalor jenis dapat dinyatakan dalam rumus : C = m x c. Jadi,
panas reaksi suatu sistem dapat diukur dengan menggunakan rumus : q = m x c x ΔT . (Justiana
Muchtardi,Sandri.2009:4)
V. LEMBAR KERJA
46
PERCOBAAN V LARUTAN
ASAM BASA
I. Tujuan Percobaan :
a. Menentukan Sifat Asam Basa
b. Menentukan Derajat Keasaman (pH)
b. Ambillah dg pipet tetes beberapa tetes larutan cuka 0,1 M letakkan pada salah satu lubang plate
reaksi
c. Celupkan kertas indicator universal, amati perubahan warna yg terjadi Setelah warna cukup
kering ,bandingkan warna kertas dg warna yang tertera pada wadah dari kertas indicator
46
universal, perkirakan nilai Ph
d. Ulangi percobaan a-c untuk bahan kimia yang lain sesuai dg urutan bahan di atas.
e. Tuliskan semua data pada lembar kerja.
V. LEMBAR KERJA
46
DAFTAR PUSTAKA
Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang
Terikat Pada Biomassa Azolla Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1) : 636-642 di akses pada tanggal
12 Oktober 2018.
Muliansyah, 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Palangka Raya.
Wolke, 2003. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta : Gramedia. Vol.1 (1) : 613-615 di akses pada
tanggal 12 Oktober 2018.
46