Anda di halaman 1dari 5

Indo. J. Chem. Sci.

1 (1) (2012)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

PENURUNAN KANDUNGAN NIKEL(II) DALAM PROSES KOAGULASI


MENGGUNAKAN FeSO4 DAN LIMBAH BESI PADA LIMBAH ELEKTROPLATING

Siti Kholipuk*), Sri Mantini Rahayu Sedyawati, dan Triastuti Sulistyaningsih


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan penurunan kandungan ion nikel(II)
Diterima Maret 2012 pada proses koagulasi menggunakan FeSO4 dengan limbah besi pada limbah
Disetujui April 2012 elektroplating. Limbah cair nikel dan limbah besi diambil dari salah satu industri
Dipublikasikan Mei 2012 rumah tangga pabrik pelapisan logam di Juwana, Pati, Jawa Tengah. Limbah besi
berupa serbuk yang berasal dari proses pengamplasan yang sudah tidak terpakai
lagi. Parameter yang diteliti adalah pH, massa, dan waktu kontak optimum.
Kata kunci:
Pengukuran kadar ion nikel pada semua perlakuan ditentukan dengan metode
koagulasi
spektroskopi serapan atom (SSA). Hasil penelitian diperoleh kondisi optimum
Ni(II)
pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan FeSO4 0,6 g terjadi pada pH 3,
FeSO4
waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar 84,15%, sedangkan
limbah besi
kondisi optimum pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan limbah besi
0,6 g terjadi pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan ion nikel(II) sebesar
79,84%.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: skholipuk@yahoo.com ISSN NO 2252-6951
S Kholipuk / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)
Pendahuluan pelepas elektron dan sebagai pengatur pH.
Industri lapis listrik (electroplating) Limbah besi diusahakan tidak terlalu keras
merupakan industri yang menggunakan teksturnya, sehingga pelepasan Fe (II) dapat
beberapa bahan-bahan kimia. Bahan-bahan berlangsung dengan mudah (Sedyawati dan
kimia yang digunakan adalah larutan logam, Triastuti, 2009). Pada dasarnya besi dalam air
sehingga limbah yang dihasilkan berbahaya bagi dalam bentuk fero (Fe2+) dan feri (Fe3+), hal ini
kesehatan manusia, baik yang terlibat langsung bergantung pada pH dan oksigen yang terlarut
dengan kegiatan, maupun yang ada di sekitar dalam air. Pada pH netral dan adanya oksigen
industri. Salah satunya adalah limbah cair nikel. terlarut yang cukup, maka ion fero yang terlarut
Dalam keadaan logam nikel tidak beracun dapat terionisasi menjadi feri dan selanjutnya
namun dalam keadaan cairan menyebabkan terbentuk endapan ferihidroksida yang sukar
kanker, korosif dan iritasi (Yudo S dan Nusa IS, larut, berupa hablur (presipitat) yang biasanya
2005). berwarna kuning kecoklatan, oleh karena pada
Logam berat tidak dapat diuraikan atau kondisi asam dan aerobik bentuk ferolah yang
dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke larut dalam air (Joko, 2010).
tubuh makhluk hidup melalui makanan, air Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni
minum dan udara. Logam berat berbahaya (2007) dengan menggunakan koagulan
karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh ferisulfat, hasil yang diperoleh untuk
makhluk hidup. Laju akumulasi logam-logam menurunkan limbah Cr pada limbah industri
berat di dalam tubuh lebih cepat dari penyamakan kulit sebesar 99,88% pada pH
kemampuan tubuh untuk membuangnya. optimum 6 dan massa ferisulfat 0,4 gram.
Akibatnya, keberadaanya di dalam tubuh Selanjutnya, penelitian Purwiyati (2005) juga
semakin tinggi dan semakin lama memberi menggunakan koagulan ferisulfat untuk
dampak merusak (Yudartomo, 2009). menurunkan zat warna tekstil dengan hasil 300
Berbagai macam usaha yang telah ppm dengan pH optimum 2 dan waktu
dilakukan untuk mengurangi ion nikel (II) salah koagulasi 5 menit. Hariani dkk (2009) telah
satunya dengan proses koagulasi. Pada meneliti tentang penurunan konsentrasi Cr(VI)
prinsipnya koagulasi adalah menggumpalkan dalam air menggunakan koagulan FeSO4
partikel-partikel koloid dan zat-zat organik yang dengan waktu 60 menit dapat menurunkan ion
tersuspensi. Tahapan proses ini yaitu Cr (VI) 80%. Penelitian Dermatezis dkk (2011)
destabilisasi sistem koloid, pembentukan tentang penghilangan Ni, Cu, Zn dan Cr
mikroflok, dan aglomerasi. Keefektifan proses sintetik maupun industri pengolahan air
koagulasi dipengaruhi oleh jenis koagulan, dengan proses elektrokoagulasi dengan waktu
konsentrasi, pH larutan dan kekuatan ion dari optimum 60 menit dapat menurunkan
larutan. Koagulan yang digunakan dalam proses konsentrasi ion nikel sebesar 75 %.
pengolahan limbah dapat berupa koagulan Pengolahan limbah pada logam dengan
alami atau koagulan sintesis. Bahan koagulan serbuk besi telah dilakukan oleh Bramandita
kimia yang biasa digunakan sebagai koagulan (2009) tentang pengendapan kromium
misalnya tawas, ferosulfat, feri klorida, zeolit heksavalen dengan serbuk besi menunjukkan
dan lain-lain. Cara ini diharapkan dapat penurunan konsentrasi Cr (IV) sebesar 0,14
mengurangi ion nikel (II) dalam limbah industri ppm pada pH 3 dengan waktu pengendapan 10
elektroplating (Hariani dkk, 2009). menit dan jumlah serbuk besi yang digunakan
Untuk menurunkan ion nikel (II) dalam sebanyak 5 gram. Penelitian yang dilakukan
penelitian ini menggunakan koagulan FeSO4 oleh Sedyawati dan Triastuti (2009)
dan limbah besi. Limbah besi yang digunakan menunjukkan, bahwa penurunan konsentrasi Cr
berbentuk serbuk yang berasal dari proses (IV) menjadi Cr (III) yang optimum pada pH 2
pengamplasan pada proses industri pelapisan dengan waktu reduksi 30 menit mencapai
logam. Limbah serbuk besi berfungsi sebagai 0,0406 ppm atau 99,89%. Berdasarkan hal
sumber ion fero, Fe (II) yang dapat tersebut peneliti ingin membandingkan
dimanfaatkan untuk menurunkan ion logam Ni penggunaan koagulan FeSO4 dan limbah besi
(II). Limbah serbuk besi apabila dicelupkan untuk mengolah limbah cair industri
dalam larutan asam kuat misalnya H2SO4 dan elektroplating untuk menurunkan kandungan
HCl, maka limbah besi tersebut akan ion nikel (II).
melepaskan elektron. Asam kuat yang Metode Penelitian
ditambahkan akan berfungsi ganda, yaitu Alat yang digunakan dalam penelitian ini
75
S Kholipuk / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

adalah alat-alat gelas, neraca analitik, Hasil dan Pembahasan


spektrofotometer serapan atom (SSA). Bahan Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimaksudkan untuk mencari hubungan antara
FeSO4, NaOH, NiSO4, H2SO4 pekat, CaO adsorbansi dengan konsentrasi larutan standar
buatan Merck, limbah serbuk besi dari industri Nikel. Kurva kalibrasi dibuat dari pengukuran
pelapisan logam di Juwana, limbah cair nikel, adsorbansi masing-masing seri larutan Ni2+
dan aquademineralisasi. mulai dari 0; 1; 2; 3 dan 4 ppm, kemudian
Karakterisasi awal sampel limbah cair dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
nikel dilakukan dengan cara mmengambil dengan adsorbansi seperti terlihat pada Gambar
sebanyak 100 ml limbah cair nikel dari industri 1.
elektroplating ditentukan konsentrasi nikel
dengan menggunakan SSA dan diukur pH serta
suhunya.
Penentuan pH optimum proses koagulasi
menggunakan FeSO4 atau limbah besi
dilakukan dengan cara memasukkan masing-
masing 20 ml limbah cair nikel ke dalam 5 Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan nikel (Ni2+)
buah elenmeyer 100 mL. pH larutan diatur Dari Gambar 1 menunjukkan kurva
dengan penambahan NaOH 0,1 N atau H2SO4 kalibrasi larutan Ni2+ memiliki persamaan garis
0,1 N sampai pH tertentu (pH 1, 2, 3, 4, dan 5). lurus y = 0,037 x – 0,001. Persamaan ini dipakai
Masing-masing gelas piala tersebut untuk mengkonversi harga adsorbansi hasil
ditambahkan 0,6 gram FeSO4 atau limbah besi penelitian menjadi konsentrasi.
dan 1 mL Ca(OH)2, kemudian diaduk selama Tabel 1. Hasil analisi karakteristik limbah cair
45 menit. Setelah selesai larutan diputar nikel
menggunakan sentrifuge dan filtratnya diukur
absorbansinya menggunakan SSA pada panjang
gelombang 232 nm.
Penentuan waktu kontak optimum proses
koagulasi menggunakan FeSO4 atau limbah besi
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam 5
elenmeyer 100 mL dimasukkan masing-masing Sumber: Data Primer (2011)
20 mL limbah cair nikel. pH larutan diatur Limbah cair nikel dari industri
dengan penambahan NaOH atau H2SO4 sampai elektroplating ini berwarna hijau tua. Kadar
pH optimum. Masing-masing elenmeyer nikel dalam limbah industri elektroplating
ditambahkan 0,6 gram FeSO4 atau limbah besi adalah 38,11 mg/L (Tabel 1) dan ini masih
dan 1 mL Ca(OH)2, kemudian diaduk masing- jauh lebih tinggi dari baku mutu yang diizinkan
masing selama 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. pemerintah sesuai Peraturan Daerah Profinsi
Setelah selesai larutan diputar menggunakan Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 tentang baku
sentrifuge dan filtratnya diukur absorbansinya mutu limbah cair bagi kegiatan industri
menggunakan SSA pada panjang gelombang pelapisan logam untuk logam nikel, yaitu 1,0
232 nm. mg/L. Industri pelapisan logam ini terletak di
Penentuan massa optimum koagulan tengah-tengah lingkungan penduduk. Limbah
FeSO4 atau limbah besi dilakukan dengan cara cair nikel ini dibuang ke selokan tanpa proses
memasukkan masing-masing 20 mL limbah pengolahan terlebih dahulu, sehingga akan
cair nikel ke dalam 5 elenmeyer 100 mL. pH menyebabkan pencemaran bagi masyarakat di
larutan diatur dengan penambahan NaOH atau sekitar.
H2SO4 sampai pH optimum. Masing-masing Derajad keasaman atau pH larutan
elenmeyer ditambahkan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan merupakan salah satu faktor yang penting yang
1,0 gram FeSO4 atau limbah besi dan 1 mL menentukan kinerja koagulan dalam proses
Ca(OH)2, selanjutnya diaduk dengan waktu koagulasi. Nilai pH yang terlalu rendah atau
optimum. Setelah selesai larutan diputar terlalu tinggi akan membuat FeSO4 atau limbah
menggunakan sentrifuge dan filtratnya diukur besi tidak mampu bekerja optimum sebagai
absorbansinya menggunakan SSA pada panjang koagulan, karena pada pH rendah logam akan
gelombang 232 nm. larut dan begitu juga sebaliknya.

76
S Kholipuk / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

Gambar 2 menunjukkan Grafik hubungan Waktu kontak merupakan faktor yang


antara pH dengan persen penurunan berpengaruh dalam proses koagulasi. Penelitian
konsentrasi ion nikel (II) dengan penambahan ini waktu divariasi yaitu mulai dari 15, 30 , 45,
FeSO4, dan Gambar 3 menunjukkan Grafik 60 dan 75 menit. Gambar 4 dan Gambar 5
hubungan antara pH dengan persen penurunan menunjukkan grafik hubungan antara waktu
konsentrasi ion nikel(II) dengan penambahan kontak dengan persen penurunan konsentrasi
limbah besi. ion nikel (II) oleh FeSO4 dan limbah besi.

Gambar 2. Grafik hubungan antara pH dengan Gambar 4. Grafik hubungan antara waktu
persen penurunan konsentrasi ion nikel (II) kontak dengan persen penurunan konsentrasi
dengan penambahan FeSO4 ion nikel (II) oleh FeSO4

Gambar 3. Grafik hubungan antara pH dengan


persen penurunan konsentrasi ion nikel (II) Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu
dengan penambahan limbah serbuk besi kontak dengan persen penurunan konsentrasi
pH pada proses koagulasi memberikan ion nikel (II) oleh limbah besi
pengaruh terhadap penyerapan ion nikel(II). Berdasarkan pada Gambar 4 dan 5 waktu
Dari hasil penelitian terhadap limbah cair nikel kontak optimum diperoleh pada waktu kontak
dengan penambahan FeSO4, ion nikel (II) yang 30 menit dengan persen penurunan ion nikel
turun sebesar 86,46% sedangkan dengan (II) 78,74% pada penambahan FeSO4 dan
penambahan limbah besi sebesar 79,92% 75,12% pada penambahan limbah besi.
dengan pH optimum 3. Waktu kontak kurang dari 30 menit
Hasil koagulasi Nikel dengan FeSO4 tumbukan yang terjadi antara limbah besi atau
maupun limbah besi adalah flok Fe(OH)3, FeSO4 dan ion nikel (II) belum banyak terjadi
selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat sehingga persen penurunan ion nikel(II) belum
ion Ni2+ yang ada dalam limbah, sehingga flok sempurna, selanjutnya pada waktu kontak di
akan memiliki kecenderungan mengendap. Flok atas 30 menit tidak mempengaruhi persen
yang telah mengikat kontaminan Ni2+ tersebut penurunan ion nikel (II) karena tumbukan yang
akan mengedap dan kemudian dipisahkan dari terjadi antara limbah besi dan ion nikel (II)
larutanya. Bila ditinjau dari nilai konstanta sudah sempurna.
hasil kali kelarutan (Ksp) Fe(OH)3 akan Massa merupakan salah satu faktor yang
mengendap dengan sempurna pada pH 3 yang mempengaruhi proses koagulasi. Variasi dalam
dapat dihitung dengan harga Ksp yaitu 3,8x10-38 penelitian ini adalah 0,2 ; 0,4 ; 0,6; 0,8; dan 1 g.
(Vogel, 1990), hal ini sesuai dengan pH Gambar 6 dan 7 menunjukkan Grafik
optimum koagulasi penelitian di atas. hubungan antara massa dengan persen
FeSO4 hasil oksidasi akan bereaksi dengan penurunan konsentrasi ion nikel (II) oleh
ion hidroksida dan ion sulfat membentuk FeSO4 dan limbah besi.
endapan Fe(OH)3. Endapan Fe(OH)3 akan
semakin banyak apabila CaO ditambahkan.
Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan
ion besi dioksidasi menjadi feri, dan akan
mengendap sebagai Fe(OH)3. Reaksinya sebagai
berikut:
Gambar 6. Grafik hubungan antara massa
dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel
(II) oleh FeSO4
77
S Kholipuk / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1) (2012)

Daftar Pustaka
Bramandita, Andre. 2009. Pengendapan
Kromium Heksavalen Dengan Serbuk
Besi. Skripsi: FMIPA IPB.
Hariani P. L., N. Hidayah, & M. Oktaria. 2009.
Penurunan Konsentrasi Cr(VI) Dalam Air
Dengan Koagulan FeSO4. Jurnal
Gambar 7. Grafik hubungan antara massa Penelitian Sains. Vol 12 (2). Jurusan
dengan persen penurunan konsentrasi ion nikel Kimia FMIPA. Universitas Sriwijaya.
(II) dengan penambahan limbah besi Sumatra Selatan. Indonesia.
Berdasarkan Gambar 6 dan 7 persen ion Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem
nikel (II) yang turun setelah penambahan Penyediaan Air Minum. Yogyakarta:
FeSO4 sebesar 87,24% sadangkan pada Graha Ilmu.
penambahan limbah besi sebesar 84,49% terjadi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomer
pada penambahan 0,6 g. Penambahan 0,6 g 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
limbah besi dalam penelitian ini dapat Limbah.
menurunkan ion nikel (II) dengan baik. Purwiyati, Evi. 2005. Pengaruh Penggunaan
Feri Sulfat (Fe2(SO4)3) Sebagai Koagulan
Semakin besar massa limbah besi yang Pada Adsobsi Zat Warna Tekstil
digunakan tidak akan efektif, karena Solophenyl Turauoise Blue oleh
konsentrasi larutan sudah jenuh sehingga Biopolimer Kitosan. Skripsi. Semarang:
penggumpalan semakin susah terjadi. FMIPA UNNES.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat Sedyowati, S. M. R., & Triastuti, S. 2009.
Prototipe Unit Pengolahan Limbah Cair
FeSO4 dan limbah besi dapat menurunkan ion Sebagai Teknik Pengolahan Limbah Krom
nikel (II). Hasil nikel yang turun pada Heksavalen Menjadi Krom Trivalen
penambahan FeSO4 dan limbah besi tidak jauh Menggunakan Limbah Besi Pada Limbah
beda. Berdasarkan penelitian yang didapat Cair Pada Limbah Cair Industri Pelapisan
jumlah ion nikel (II) yang turun setelah Logam. Laporan Penelitian Terapan.
Semarang: FMIPA UNNES.
penambahan dengan penambahan limbah besi
ion nikel (II) yang turun sebesar 5,91 mg/L. Yudartomo. 2009. Logam Berat (Heavy Metal).
Tersedia di www.icempo.com/index.
Hal ini menunjukkan bahwa metode koagulasi php?option=com_content&view=article&i
dengan limbah besi dapat dijadikan alternatif d=64:logam-berat-heavymetal&catid=37:
penanganan limbah cair yang mengandung teknologi & Itemid =65 [diakses 02-01-
FeSO4 sebesar 4,86 mg/L, sedangkan ion nikel 2010].
(II). Proses koagulasi ini memiliki berbagai Yudo, S., & N. I. Said. 2005. Pengolahan Air
kelebihan diantaranya prosesnya mudah dan Limbah Industri Kecil Pelapisan Logam.
Jurnal Pengolahan Air Limbah. Volume 1
dilihat dari segi ekonomi murah karena (1). Pusat pengkajian dan Penerapan
menggunakan limbah yang sudah tidak terpakai Teknologi Lingkungan. BPPT.
lagi.
Simpulan
Kondisi optimum pengendapan limbah
Ni2+ dengan penambahan FeSO4 0,6 g terjadi
pada pH 3, waktu 30 menit dengan penurunan
ion nikel (II) sebesar 84,15%. Kondisi optimum
pengendapan limbah Ni2+ dengan penambahan
limbah besi 0,6 g terjadi pada pH 3, waktu 30
menit dengan penurunan ion nikel (II) sebesar
79,84%.

78

Anda mungkin juga menyukai