Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA I

KIMIA ANALISA
(PTK 1)

Disusun Oleh :

Syawal Maulana Fikri ( 20200410300038)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
I. JUDUL PERCOBAAN

Titrasi Alkalimetri

II. PRINSIP PERCOBAAN

Reaksi Penggaraman dan reaksi netralisasi

III. MAKSUD DAN TUJUAN:

A. Praktikan memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan


netralisasi

B. Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam.

IV. REAKSI PERCOBAAN

Titrasi Alkalimetri

(COOH)2. 2 H2O → (COOH)2 + 2 H2O


2 NaOH + (COOH)2 → 2 COON + 2 H2O
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
V. TEORI PERCOBAAN

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi


larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat
lain yang diketahui konsentrasinya. Pereaksi yang direaksikan tersebut
disebut larutan baku atau standar. Reaksi penetralan dalam analisis
titimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam-basa. Reaksi ini
menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode
titimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut
aA + tT → Produk
Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T
untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi
tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya
telah diketahui. Saat ekivalen mol titran sama dengan mol analitnya
begitu pula mol ekivalennya juga berlaku sama
N titran = N analit
N eq titran = N eq analit
Dengan demikian secara stoikiometri dapat ditemukan konsentrasi
larutan kedua. Dalam analisis titimetri, sebuah reaksi harus memenuhi
beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan,
diantaranya:
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi
tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan.
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai
pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta
kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar.
Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam
konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.
3. Diharapakan tersedia beberapa metode untuk menentukan
kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapakan pula beberapa
indikator atau metode instrumental agar analisis dapat
menghentikan penambahan titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi
dapat dilakukan hanya beberapa menit.
Dalam praktik di laboratorium umumnya digunakan larutan dari
asam dan basa dengan konsentrasi yang diinginkan kemudiaan
distandarisasi dengan larutan standar primer. Reaksi antara zat yang
dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus memenuhi
syarat-syarat untuk analisis titrimetri. Selain itu, standar utama harus
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang
diketahui kemurniannya. Umumnya jumlah total pengotor
tidak melebihi 0,01 - 0,02 %, dan diuji adanya pengotor
dengan uji kualitatif yang diketahui kepekaannya.
2. Zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu higroskopis
(mudah menyerap air), hal itu mengakibatkan air akan ikut
saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan berat saat
terpapar di udara. Pada umumnya hidrat-hidrat tidak
digunakan sebagai standar utama.
3. Standar utama sebaiknya memilki berat ekivalen tinggi,
yang bertujuan untuk meminimalkan akibat-akibat dari
kesalahan saat penimbangan.
4. Asam-basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi.
Namun, asam-basa lemah dapat digunakan sebagai standar
utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan
standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel dari
asam atau basa lemah.
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan
konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai
baku standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi
netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil
reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa.
Reaksi berlangsung stoikiometri, dalam praktek kondisi ini tidak
bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator
(asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada pH tertentu.
Seperti indikator phenolphthalein (PP) akan berwarna merah muda
seulas pada pH 8,3-10.
Penggolongan teknik titrasi:
1. Titrasi Langsung (Direct Titration) : larutan contoh langsung
dititrasi dengan larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH
dengan HCl.
2. Titrasi Tidak Langsung (Back Titration) : cara ini digunakan
jika zat yang berada di dalam contoh tidak bereaksi dengan
larutan baku atau bereaksinya sangat lamban. Dalam kasus ini
harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah tertentu
zat ketiga
yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan
larutan baku.
3. Titrasi Penggantian (Displacement Titration) Cara ini dilakukan
bila ion yang ditetapkan :
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku.
b. Tidak bereaksi secara stoikiometri dengan larutan baku.
c. Tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan
penunjuk.
Terdapat beberapa teori asam-basa, yaitu:
1. Teori Arhenius. Menurut Arhenius asam adalah zat yang dalam
air menghasilkan ion H+ dan basa adalah zat yang dalam air
menghasilkan ion OH-.
HCl (asam) H+ + Cl-
NaOH (basa) Na+ + OH-
Sehingga ion yang bereaksi menghasilkan
H+ + OH- H2O
2. Teori Bronsted-Lawrey. Asam adalah zat yang dapat
melepaskan proton (proton donor), sedangkan basa adalah zat
yang dapat mengikat proton (proton akseptor).
3. Teori Lewis. Asam adalah zat yang dapat mengikat elektron
(elektron akseptor), sedangkan basa adalah zat yang dapat
melepaskan elektron (elektron donor).
Beberapa indikator titrasi asam-basa pada tabel di bawah ini :

Indicator Low pH Transition pH High pH


color range color
Gentian violet (Methyl Yellow 0.0-2.0 Blue-
Violet violet
Leucolomalachite green Yellow 0.0-2.0 Green
(first ransition)
Leucolomalachite green Green 11.6-14.0 Colorless
(second transition)
Thymol Blue (first Red 1.2-2.8 Yellow
transition)
Thymol Blue (second Yellow 8.0-9.6 Blue
transition)
Methyl yellow Red 2.9-4.0 Yellow
Bromophenol blue Yellow 3.0-4.6 Purple
Congo red Blue-violet 3.0-5.0 Red
Methyl Orange Red 3.1-4.4 Orange
Bromocresol green Yellow 3.8-5.2 Blue
green

Methyl red Red 4.4-6.2 Yellow


Methyl red Red 4.5-5.2 Green
Azolitmin Red 4.5-8.3 Blue
Bromocresol purple Yellow 5.2-6.8 Purple
Bromocresol blue Yellow 6.0-7.6 Blue
Phenol Red Yellow 6.8-8.4 Red
Neutral red Red 6.8-8.0 Yellow
Colorless to 7.3-8.7 Greenish
Naphtholphthalein
reddish to blue
Yellow 7.2-8.8 Reddish
Cresol red to purple
Phenolphthalein Colorless 8.3-10.0 Fuchsia
Thymolphthalein Colorless 9.3-10.5 Blue
Alizarine yellow R Yellow 10.2-12.0 Red
Litmus Red 4.5-8.3 Blue
MSDS Bahan
1. NaOH
 Klasifikasi Bahaya
Klasifikasi bahan atau campuran Klasifikasi menurut Peraturan (EC) No
1272/2008 :
Korosif pada logam (Kategori 1), H290
Korosi kulit (Subkategori 1A), H314
Kerusakan mata serius (Kategori 1), H318
 Penanganan Pertama
 Simpan hanya dalam wadah aslinya.
 Jangan menghirup debu atau kabut
 Kenakan sarung tangan pelindung/ pakaian pelindung/ pelindung mata/
pelindung wajah/ perlindungan pendengaran.
 Jika terkena mata : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa
menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.
 Jika tertelan : Basuh mulut. JANGAN merangsang muntah.
 Jika terkena kulit (atau rambut): Tanggalkan segera semua
 pakaian yang terkontaminasi. Bilas kulit dengan air.
 Sifat Kimia
NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat
mengabsorbsi uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat
membentuk anyaman. NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan
udara akan mencair dan jika dibakar akan meleleh (Kirk & Othmer, 1981).
 Siapa Fisika
1. Berat molekul 40 g/mol,
2. Titik leleh 323°C,
3. Titik didih 1390°C,
4. Temperatur Kritis 2546,85 °C,
5. Tekanan kritis 249,998atm
6. Kapasitas Panas -36,56 Kkal/kg.°C
7. Densitas 1090,41 kg/m3
8. Panas Pembentukan -47,234 Kkal/kmol
9. Wujud padat, kristal higroskopis Warna putih

2. H2C2O4.2H20
 Klasifikasi Bahaya
Klasifikasi menurut Peraturan (EC) No 1272/2008
Toksisitas akut, Oral (Kategori 4), H302
Toksisitas akut, Kulit (Kategori 4), H312
Kerusakan mata serius (Kategori 1), H318
 Penanganan Pertama
 Jika terhirup Setelah menghirup: hirup udara segar.
 Jika kontak dengan kulit Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera
semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran
air. Periksakan ke dokter.
 Jika kontak dengan mata Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air
yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
 Jika tertelan Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua
gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.
 Sifat Fisika
1. Titik leleh = 101,5 °c
2. Densitas = 1,653 g/cm3
3. Panas pembentukan standart (ilHf) pada 18°C = -1422 kJ/mol
4. pH (0,1 M larutan) = 1,3
5. Berat molekul = 126,07 g/mol
6. Cp pada suhu 50°C adalah 0,385 Cp pada suhu 100°C adalah 0,416
 Sifat Kimia
1. Asarn oksalat dengan glycerol akan membentuk alkyl alcohol
2. Asarn oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150°C tetapi jika
dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asarn
formiat.
3. Jika asarn oksalat dipanaskan dengan penarnbahan asarn sulfat akan
menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H20. (Kirk
Othmer, 1945).
3. CH3COOH
 Klasifikasi Bahaya

 Cairan dan uap mudah menyala.

 Menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kerusakan mata.


 Penanganan Pertama
 Jika tertelan : Basuh mulut. jangan merangsang muntah.

 Jika terkena mata : Bilas dengan seksama dengan air untuk beberapa
menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.

 Jika terpapar atau dikuatirkan: Segera hubungi sentra informasi


keracunan atau dokter/tenaga medis.
 SIFAT FISIK
1. Kadar= 99,5%
2. Bentuk= Cairan tidak bewarna
3. Berat molekul= 60 kg/kmol
4. Titik didih= 117,87°C
5. Titik lebur= 16,6°C
6. Densitas (25°C)= 1,049 kg/L
 SIFAT KIMIA
1. Reaksi penyabunan, Asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda
menghasilkan Natrium asetat. CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa +
H2O. Esterifikasi, Asam asetat bila direaksikan dengan alkohol
menghasilkan ester. CH3COOH + C5H11OH ↔ CH3COOC5H11 +
H2O
VI. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Neraca atau timbangan
2.Buret
3.Bulp
4.Labu ukur
5.Pipet ukur
6.Erlenmeyer
7.Labu smprot
8.Statif+klaim buret
9.Corong
B. BAHAN
1.Padatan Asam Oksalat [(COOH)2. 2H2O
2.Larutan NaOH
3.Indikator PP
4.Sampel asam (CH3COOH)

VI. RANGKAIAN ALAT

(sumber : https://images.app.goo.gl/uSnZKaKq2syjXY279)

VII. DESKRIPSI PROSES


Penetapan Konsentrasi NaOH dengan Bahan Baku Primer Asam Oksalat
1. Buat 100 ml larutan baku primer As. Oksalat.
2. Pipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer.
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator PP.
4. Titrasi dengan NaOH dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda
seulas).
5. Lakukan selama 3x.
Penentuan Kadar As. Cuka sebagai Bahan Baku Primer dengan NaOH
1. Siapkan larutan As. Cuka ke dalam labu ukur.
2. Pipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer.
3. Tambahkan 3-5 tetes indikator PP.
4. Titrasi dengan NaOH standar dalam buret sampai titik akhir (larutan merah
muda seulas).
5. Lakukan selama 3x.
VIII. DATA PENGAMANAN
A. Standarisasi NaOH dengan Baku Primer Asam Oksalat
Volume Asam Oksalat : 10,00 mL

N Asam Oksalat : 0,1 N

Pengerjaan Volume NaOH (mL) N NaOH


Simplo 10,50 0,0952
Duplo 10,50 0,0952

Rata rata 10,50 0,0952

B. Penentuan Konsentrasi sampel cuka dengan larutan standar NaOH


Volume CH3COOH : 10,00 mL
N NaOH : 0,0952 N

Pengerjaan Volume NaOH (mL) N CH3COOH


Simplo 11,1 0,1056
Duplo 11,1 0,1056

Rata rata 11,1 0,1056

IX. PERHITUNGAN

Menentukan Konsentrasi As. Oksalat yang telah ditimbang

MMol As. Oksalat = 630mg


126gmol = 5 mmol
5 mmol
Mgek As. Oksalat 1
𝑚𝑜𝑙
= 10 mGek
= 2
10 mGek
N. As. Oksalat = = 0,1 N
100 mL

Menentukan Konsentrasi NaOH :

V1.N1 = V2.N2.

Ket: V1 = Vol. As. Oksalat


V2 = Vol. NaOH
N1 = N. As. Oksalat
1. N1.V1 = N2.V2
2. N1.V1 = N2.V2
0,1N.10,00 ml = N2.10,50ml
0,1N.10,00 ml = N2.10,50ml
N2 = 0,0952 N
N2 = 0,0952 N
N Rata rata :
0,0952 + 0,0952
=
2
Menentukan Kadar (%) Asam Asetat = 0,0952 N
:

𝑽 𝑻𝒊𝒕𝒓𝒂𝒏 𝑿 𝑵 𝑻𝒊𝒕𝒓𝒂𝒏 𝑿 𝑩𝑬
𝑮= 𝑽 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒍𝒆 𝑿 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝑿 𝟏𝟎𝟎%

11,1 𝑚𝐿 𝑋 0,0960 𝑁 𝑋
1.
60 𝐺= 𝑋 100% = 0,63 %
10,00 𝑚𝐿 𝑋 1000

11,1 𝑚𝐿 𝑋 0,0960 𝑁 𝑋 60
2. 𝐺 = 10,00 𝑚𝐿 𝑋 1000 𝑋 100% = 0,63 %

Kadar Rata rata :


0,63+ 0,63
=
2
= 0,63 %
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum percobaan 1 yang berjudul titrasi
alkalimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan
NaOH dan menetapkan kadar dari asam cuka. Sampel yang
digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat yang
belum diketahui konsentrasinya. Untuk menetapkan kadar
asam cuka, dilakukan pembakuan NaOH menggunakan
asam oksalat sebagai larutan baku primer. Asam oksalat
digunakan sebagai larutan baku primer karena sifatnya yang
stabil,kemurnianya tinggi, tidak higroskopis, dapat beraksi
dengan cepat dengan sampel dan memiliki bobot molekul
yang besar (126 g/mol). Pada percobaan ini asam oksalat
yang digunakan yaitu setara 0,1 N 100mL. Pada saat
praktikumobot asam oksalat yang tertimbang sebesar 0,63 g
dilarutkan secara volumetrik hinggal volume 100 mL,
sehingga didapat konsentrasi asam oksalat yaitu sebesar 0,1
N. Kemudian 10 mL asam oksalat di titrasi dengan larutan
NaOH yang akan dibakukan dengan menggunakan
indikator phenolptalein sebagai penanda titik akhir titrasi.
Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan (duplo).
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda seulas. Volume NaOH yang
dibutuhkan pada titrasi sebanyak 10,50 mL,dan 10,50 mL.
Kemudian dilakukan perhitungan dan didapatkan
konsentrasi NaOH rata rata yaitu sebesar 0,0952 N.
Pada penetapan kadar cuka, dilakukan pemipetan
sebanya 10 mL dari sampel. Kemdian sampel ditambahkan
indikator phenolptalein sebagai indikator penanda titik akhir
titrasi, dan dilakukan titrasi menggunakan NaOH yang telah
diketahui konsentrasinya melalui proses pembakuan. Titrasi
dilakukan sebanyak 2 kali, Pada titrasi pertama
membutuhkan 11,1 mL NaOH, dan titrasi kedua
membutuhkan 11,1 mL
titrasi sampel ditandai dengan perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda seulas. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan kadar dari titrasi pertama sebesar
0,63%, dan titrasi kedua sebesar 0,63% dan kadar rata
ratanya yaitu 0,63%.

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang saya lakukan
diperoleh konsentrasi NaOH yaitu sebesar 0,0952 N dan
Kadar dari asam cuka sebesar 0,63%.
DAFTAR PUSTAKA

Bitar. 2021. “Pengertian Larutan Buffer dan Penyangga”.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-larutan-
buffer/. Diakses pada 17 Maret 2021.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
100062?Origin=PDP, diakses pada 23 maret 20201 pukul
20.08 WIB.

http://eprints.ums.ac.id/18428/2/Bab_1.pdf, diakses pada 23 Maret


2021 pukul 21.04
http://repository.wima.ac.id/3412/2/BAB%201.pdf diakses pada 23
Maret 2021 pukul 21.20.
http://repository.wima.ac.id/11170/2/BAB%201.pdf diakses pada 23
Maret 2021 pukul 21.04.
Susanty & Adiwarna. (2021). “Modul Praktikum Teknik Kimia 1
Kimia Analisa (PTK I)”. Jakarta: Laboratorium Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Jakarta
TUGAS
1. Apa yang dimaksud larutan buffer
2. Sebutkan macam-macam indikator basa
3. Gambarkan kurva dibawah ini:
a. Asam kuat-basa lemah
b. Asam kuat-basa kuat
c. Asam lemah-basa lemah

Jawaban :

1. Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga


(mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun
pengenceran oleh air.

2. Phenolphthalein, Alizarine yellow R, Thymolphthalein,


Leucolomalachite
green.

3. a. Kurva Asam Kuat-Basa Lemah

b. Kurva Asam Kuat-Basa Kuat


c. Kurva Asam Lemah-Basa Lemah

Anda mungkin juga menyukai