Anda di halaman 1dari 16

DEGRADASI METILEN BIRU SECARA ELEKTROLISIS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari metode elektrolisis untuk mendegradasi metilen biru.
2. Menentukan spektra absorbsi metilen biru sebelum dan setelah
didegradasi secara elektrolisis.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh
dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat
warna dengan serat. Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam
pembentukan zat warna adalah senyawa aromatik antara lain senyawa
hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan turunannya, serta senyawa-
senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen. Gugus kromofor adalah
gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna (Manurung et all,
2004). Zat warna yang sering digunakan pada industri tekstil ialah
methylene blue yang merupakan senyawa aromatik heterosiklik kationik.
Konsentrasi methylene blue nilai ambang batas yang diperbolehkan dalam
perairan sekitar (5-10) mg/L (Hidayat, 2008).
Seiring dengan berkembang pesatnya dunia perindustrian, pewarna
sintetis akhirnya diciptakan untuk memenuhi keperluan industri yang
digunakan membuat produk menjadi lebih cerah, lebih berwarna, dengan
penggunaan yang cepat dan mudah. Akan tetapi bahan kimia yang
digunakan dalam pembuatan pewarna sintetis tersebut umumnya bersifat
racun, karsinogenik serta mudah terbakar. Jika pewarna sintetis ini
terkandung di dalam limbah, akan sangat sulit untuk di hilangkan karena
mengandung senyawa organik, tahan terhadap pengolahan secara aerob,
stabil terhadap cahaya dan panas. Hal ini yang menyebabkan pewarna
sintetis menjadi masalah ekologi (George et all, 2013). Salah satu pewarna
sintetis yang banyak digunakan adalah methylene blue dengan rumus kimia
C16H18ClN3S. Methylene Blue ini merupakan pewarna kationik dan
senyawa hidrokarbon aromatik yang bersifat racun. Methylene Blue jika
terkandung dalam air limbah dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan
mata, mual, muntah, serta diare (Sistesya et all, 2013).
Elektrolisis terjadi ketika aliran arus listrik melalui senyawa ionik dan
mengalami reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat menghantar listrik karena
mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion tersebut yang
menghantarkan arus listrik melalui larutan. Hantaran listrik melalui larutan
elektrolit terjadi ketika sumber arus searah memberi muatan yang berbeda

1
2

pada kedua elektroda. Katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub


negatif) bermuatan negatif, sedangkan anoda (elektroda yang dihubungkan
dengan kutub positif) bermuatan positif. Spesi (ion, molekul, atau atom)
tertentu dalam larutan akan mengambil elektron dari katoda, sementara
spesi lainnya melepas elektron ke anoda. Selanjutnya elektron akan
dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah (Suyuty A., 2011).
Faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain penggunaan
katalisator, luas permukaan tercelup, sifat logam bahan elektroda,
konsentrasi pereaksi, dan besar tegangan eksternal. Katalisator NaOH,
KOH dan H2SO4 berfungsi mempermudah proses penguraian air menjadi
hidrogen dan oksigen karena ion-ion katalisator mampu mempengaruhi
kesetabilan molekul air menjadi menjadi ion H+ dan OH- yang lebih mudah
di elektrolisis karena terjadi penurunan energi pengaktifan. Zat tersebut
tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi dalam proses
elektrolisis). Semakin besar luasan menyentuh elektrolit maka semakin
mempermudah suatu elektrolit untuk mentransfer elektronnya. Sehingga
terjadi hubungan berbanding lurus. Semakin besar konsentrasi suatu larutan
pereaksi maka akan semakin besar pula laju reaksinya. Semakin besar nilai
tegangan yang diberikan akan semakin besar pula laju reaksinya (Suyuty
A., 2011).
Metode-metode penanganan limbah zat warna terus diteliti dan
dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
remediasi lingkungan perairan (Wilhelm & Stephan, 2007). Salah satu
diantaranya dengan metode elektrolisis atau elektrodekolorisasi. Metode
elektrodekolorisasi merupakan suatu proses elektrokimia untuk
menghilangkan zat warna dengan menggunakan arus listrik searah. Katoda
sel elektrokimia ini dapat berupa batang karbon yang berasal dari baterai
bekas dan anodanya berupa batang besi. Zat warna diasumsikan sebagai
ligan (L) yang terikat pada besi hidroksida, produk elektrode kolorisasi
berupa senyawa kompleks dan air (H2O) yang ramah terhadap lingkungan
(Suyata & Kurniasih, 2012).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ada tujuh, yaitu adaptor.
spektrofotometer UV-Visible, alat-alat gelas, tisue, kertas saring, neraca
analitik, dan pH meter.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum degradasi metilen biru
secara elektrolisis ini adalah larutan standar 100 mL metilen biru 100
ppm, akuades, elektroda PbO2, elektroda Pb, Na2SO4 dan H2SO4.
3.3 Skema Kerja
a. Degradasi Metilen Biru
PbO2 dan Pb (anoda dan katoda/positif dan negatif)
- Dimasukkan dalam reaktor elektrolisis.
- Diletakkan sejajar dengan jarak 1 cm.
- Sebanyak 100 mL larutan metilen biru 100 ppm dimasukkan ke
dalam beker gelas.
- Ditambahkan 7,1 gram Na2SO4 sebagai elektrolit.
- Diatur pH larutan menggunakan H2SO4 1 N sampai pH 1.
- Larutan dipindahkan ke dalam reaktor elektrolisis.
- Dihubungkan dengan sumber arus DC pada voltase 12 Volt.
- Dielektrolisis sampai larutan menjadi jenuh.
- Larutan hasil elektrolisis disaring.
Hasil

b. Membandingkan Spektra Absorbsi Metilen Biru Hasil Elektrolisis


dengan Sebelum Dielektrolisis
Larutan metilen biru hasil elektrolisis yang telah disaring dan
larutan metilen biru 100 ppm yang belum dielektrolisis
- Ditentukan spektra absorbsinya menggunakan spektrofotometer
UV-Visible pada panjang gelombang 200-700 nm.
Hasil

3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
a. Degradasi Metilen Biru

Perlakuan Pengamatan
PbO2 sebagai anoda (positif) dan Pb -
sebagai katoda (negatif) dimasukkan
dalam reaktor elektrolisis dan
diletakkan sejajar dengan jarak 1 cm
Larutan induk metilen biru 100 ppm Larutan berwarna biru
dibuat pekat
Disiapkan 2 labu ukur 100 mL 100 mL larutan metilen
kemudian dimasukkan kedalam biru 10 ppm dalam labu
labu ukur masing- masing 10 mL ukur 1 dan 2
larutan induk metilen biru 100 ppm
dan ditambahkan aquades sampai
tanda batas (larutan 1 dan larutan 2)
Larutan 1 didiamkan sebagai -
larutan sebelum di elektrolisis
Larutan 2 dipindahkan kedalam
gelas beaker
Ditimbang 7,1 gram Na2SO4 dan Serbuk Na2SO4
ditambahkan ke dalam gelas beker berwarna putih
yang berisi larutan 2
Larutan 2 diaduk hingga Na2SO4 larut Serbuk Na2SO4 larut
Larutan 2 ditambahkan H2SO4 1 N pH sebelum penambahan
sampai larutan menjadi pH 1 H2SO4 = 7
pH setelah penambahan
H2SO4 = 1
Larutan 2 dipindahkan ke dalam -
reaktor elektrolisis dan dihubungkan
dengan sumber arus DC pada voltase
12 Volt dan kuat arus 7A
Larutan 2 dielektrolisis hingga jernih Larutan berwarna biru
muda

4
5

b. Membandingkan Spektra Absorbsi Metilen Biru Hasil Elektrolisis


dengan Sebelum Dielektrolisis

Perlakuan Pengamatan
Larutan 2 metilen biru hasil absorbansi = 0,7643
elektrolisis ditentukan spektra
absorbsinya menggunakan
spektrofotometer UV-Visible pada
panjang gelombang 200 sampai
dengan 700 nm
Larutan 1 metilen biru 10 ppm yang absorbansi = 0,1591
belum dielektrolisis ditentukan
spektra absorbsinya menggunakan
spektrofotometer UV-Visible pada
panjang gelombang 200 sampai
dengan 700 nm.
4.2 Pembahasan
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang
perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik
(elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda
negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh
arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep
elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan
elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari rekasi reduksi dan
oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi
terjadi peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi
merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media
pengantar pada sel elektrokimia (Harahap, 2016).
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang
dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian
yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan
elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung
ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat baik
sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat dan energi
yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung
terionisasi sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif
lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses
elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah
terima elektron tidak terjadi. Pada proses elektrokimia tidak terlepas
dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut elektroda. Terdiri dari
katoda dan anoda (Harahap, 2016).
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel
elektrolisis oleh arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi
reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis
merupakan reaksi kebalikan dari sel volta/galvani yang potensial selnya
negatif atau dengan kata lain, dalam keadaan normal tidak akan terjadi
reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan energi listrik dari
luar (Pratiwi, 2014).
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik
menjadi energi kimia. Proses elektrolisis memisahkan molekul air
menjadi gas hidrogen dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik
ke elektroda tempat larutan elektrolit (air dan katalis) berada. Reaksi

6
7

elektrolisis tergolong reaksi redoks tidak spontan, reaksi itu dapat


berlangsung karena pengaruh energi listrik (Rusminto, 2009).
Sel elektrokimia terdiri dari sel volta/galvani dan sel elektrolisis.
Walaupun masing-masing sel sama-sama akan mengalami proses kimia
tetapi terdapat perbedaan yang sangat besar yang akan dipaparkan
sebagai berikut (Harahap, 2016) :
1. Sel Volta/Galvani
Sel Volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi
listrik diperoleh dari reaksi kimia yang berlangsung spontan.
Beberapa literatur menyebutkan juga bahwa sel volta sama dengan
sel galvani. Diperoleh oleh gabungan ilmuan yang bernama
Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun 1786. Bermula dari
penemuan baterai yang berasal dari caian garam.
Pada sel Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub
positif. Anoda dan katoda akan dicelupkan kedalam larutan
elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam. Jembatan garam
memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral (grounding) dari
kedua larutan yang menghasilkan listrik.
Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia
yang spontan maka pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti
kaedah deret volta. Deret volta disusun berdasarkan daya oksidasi
dan reduksi dari masing-masing logam. Urutan deret tersebut
sebagai berikut :

Gambar 1
Deret Volta
Sel Volta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer
merupakan sel Volta yang tidak dapat diperbarui (sekali pakai) dan
bersifat tidak dapat balik (irreversible) contohnya baterai kering. Sel
Volta sekunder merupakan sel Volta yang dapat diperbarui (sekali
pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan semula
contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (full cell) adalah sel
Volta yang tidak dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel
campuran bahan bakar pesawat luar angkasa.
(Harahap, 2016).
8

2. Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan
sumber energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi.
Pada sel elektrolisis katoda memiliki muatan negatif sedangkan
anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus
listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi,
elektrode dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub
negatif dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan
mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan
mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi.
(Harahap, 2016).

Gambar 2
Perbedaan Proses Sel Volta/Galvani Dan Sel Elektrolisis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorpsi.
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering
digunakan dalam analisis secara kimiawi, antara lain: spektrofotometri
vis, spektrofotometri UV, sepektrofotometri Uv-Vis. Pada
spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang
gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua
sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah,biru, hijau,
apapun. Selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk
ke dalam sinar tampak (Khopkar, 1990).
Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode
spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari
9

absorbansi masing-masing komponen. Ketelitian kemampian cara ini


tergantung pada ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan
memberikan perbedaan kontras pada masing-masing absorbansi dan
pemilihan faktor koreksi terhadap konsentrasi komponen asing yang
tidak terukur (Surawidjaja, 1994).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif
jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan
panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Padafotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan.
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak
menyerap padadaerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan
merubah menjadi senyawalain atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil.
10

c. Pemilihan panjang gelombang


Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan
berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan
berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara
0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai
transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan
dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik)
(Gandjar & Rohman, 2007).
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari metode analisis
untuk mendegradasi metilen biru dan menentukan spektra absorpsi
metilen biru sebelum dan sesudah degradasi secara elektrolisis. Metilen
biru merupakan zat yang sering digunakan sebagai pewarna kain, wol,
tekstil, peralatan kantor, kertas dan kosmetik. Metilen biru mempunyai
berat molekul 320,5 gr/mol, dengan daya larut sebesar 4,36 x 104 mg/L
dan titik leburnya 105˚C (Sebarani et al, 2020). Metilen Biru (MB)
merupakan salah satu jenis zat warna yang dapat menjadi limbah karena
banyak digunakan dalam pewarnaan tekstil. MB merupakan jenis zat
yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan efek
samping yang serius serta jika tersentuh kulit akan menimbulkan iritasi
(Hamdaoui dan Chiha, 2006). Zat ini pula dapat menyebabkan iritasi
mata bahkan dapat menyebabkan kebutaan bagi manusia dan hewan,
jika zat ini terhirup akan menyebabkan gangguan pernafasan, jika
tertelan akan menyebabkan mulut terasa terbakar dan rasa mual,
muntah, berkeringat, dan gangguan mental (Tan et al, 2008). Adapun
struktur senyawa metilen biru adalah sebagai berikut:
11

Gambar 3
Struktur Metilen Biru
Percobaan ini diawali dengan memasukkan PbO2 sebagai anoda
(positif) dan Pb sebagai katoda (negatif) ke dalam reaktor elektrolisis
dan diletakkan sejajar dengan jarak 1 cm. Selanjutnya membuat larutan
induk metilen biru 100 ppm. Larutannya berwarna biru pekat. Langkah
berikutnya adalah menyiapkan 2 labu ukur 100 mL kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur masing- masing 10 mL larutan induk
metilen biru 100 ppm dan ditambahkan aquades sampai tanda batas
(larutan 1 dan larutan 2). Larutan 1 didiamkan sebagai larutan sebelum
di elektrolisis dan larutan 2 dipindahkan kedalam gelas beaker.
Selanjutnya adalah menimbang 7,1 gram Na2SO4 dan ditambahkan ke
dalam gelas beker yang berisi larutan 2. Serbuk Na2SO4 berwarna putih.
Larutan 2 diaduk hingga Na2SO4 larut. Larutan 2 ditambahkan H2SO4
1 N sampai larutan menjadi pH 1. H2SO4 berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi. Penambahan ini bertujuan agar proses
elektrolisis berjalan pada suasana asam, karena akan menghasilkan ion
H+ yang lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan jumlah elektron
yang terlibat dalam reaksi, agar proses dekolorisasi metilen biru lebih
cepat. Penambahan H2SO4 dilakukan secara perlahan menggunakan
pipet tetes. Adapun pH sebelum penambahan H2SO4 yang semula 7
berubah menjadi 1. Kemudian larutan 2 dipindahkan ke dalam reaktor
elektrolisis dan dihubungkan dengan sumber arus DC pada voltase 12
Volt dan kuat arus 7A. Langkah terakhir Larutan 2 dielektrolisis hingga
jernih. Hasilnya larutan berubah menjadi berwarna biru muda.
12

Gambar 4
Larutan Hasil Elektrolisis
Percobaan kedua adalah membandingkan spektra absorbsi metilen
biru hasil elektrolisis dengan sebelum dielektrolisis. Langkah pertama
dilakukan pada larutan 2 metilen biru hasil elektrolisis, yaitu
menentukan spektra absorbsinya menggunakan spektrofotometer UV-
Visible pada panjang gelombang 200 sampai dengan 700 nm. Nilai
absorbansi yang didapat sebesar 0,7643. Berikutnya perlakuan untuk
larutan 1 metilen biru 10 ppm yang belum dielektrolisis, dengan
menentukan spektra absorbsinya menggunakan spektrofotometer UV-
Visible pada panjang gelombang 200 sampai dengan 700 nm.
Dihasilkan nilai absorbansi sebesar 0,1591. Nilai absorbansi larutan 2
metilen biru hasil elektrolisis lebih besar daripada larutan 1 metilen biru
yang belum dielektrolisis.
Metode elektrolisis memiliki beberapa kelebihan, antara lain yaitu
prosesnya cepat, sederhana dan tidak memerlukan pemisahan terlebih
dahulu serta efisiensi yang tinggi sehingga diperoleh logam dengan
kuantitas maksimal dan tingkat kemurnian yang tinggi. Salah satu
aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam emas dengan
menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas (Au).
Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar
emasnya sudah berkurang (Harahap, 2016).
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Metode elektrolisis merupakan metode elektrokimia yang mengubah
energi listrik menjadi energi kimia secara tak spontan.
2. Nilai absorbansi metilen biru hasil elektrolisis sebesar 0,7643,
adapun sebelum dielektrolisis sebesar 0,1591.
5.2 Saran
Kehati-hatian dalam penggunaan spektrofotometer harus
dimaksimalkan, agar cuvet yang digunakan tidak terdapat bekas sidik
jari yang nantinya bisa mengurangi keakuratan hasil elektrolisis dan
nantinya akan merubah hasil spektra absorbsi yang akan dicari.

13
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I. Gholib., dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
George, Kyzas., Jie F., Kostas A. 2013. The Change from Past to Future for
Absorbent Material in Treatment of Dyeing Wastewater. Journal MDPI. Vol
6.
Hamdaoui, O., dan Chiha, M. 2006. Removal of Methylene Blue from Aqueous
Solutions by Wheat Bran. Acta Chim. Slov. 54: 407-418.
Harahap, Muhammad Ridwan. 2016. Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi.
Circuit. Vol.2 No.1: hal 177-180.
Hidayat, W., 2008. Teknologi Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Majari Magazine.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Manurung, R., R. Hasibuan, dan Irvan. 2004. Perombakan zat warna azo secara
anaerob – aerob. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Indonesia
Pratiwi Purnama, Sari . 2014. PROTOTYPE HIDROGEN FUEL GENERATOR
(Pengaruh Suplay Arus Listrik dengan Elektrolit Natrium Hidroksida
Terhadap Produksi Gas Hidrogen). Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Rusminto, Tjatur dan Supa'at Nurhayati. 2009. Proses Elektrolisis pada Prototipe
Kompor Air dengan Pengaturan Ants dan Temperatur. Surabaya: Politeknik
Neseri Surabaya-ITS.
Sistesya, Dilla dan Susanto Heri. 2013. Sifat Optis Lapisan ZnO: Ag yang
Dideposisikan Diatas Substrat Kaca Menggunakan Metode Chemical
Solution Deposition (CSD) dan Aplikasinya pada Degradasi Zat Warna
Metylene Blue. Youngster Physics Journal. Vol 1. No. 4.
Surawidjaja. 1994. Matriks Kalibrasi untuk Penentuan Konsentrasi Komponen
dalam Larutan Campuran. Yogyakarta: FMIPA UNY Yogyakarta.
Suyata & Kurniasih M. 2012. Degradasi Zat Warna Kongo Merah Limbah Cair
Industri Tekstil Di Kabupaten Pekalongan Menggunakan Metode
Elektrodekolorisasi. Jurnal Molekul. 7(1) : 53-60
Suyuty A, 2011. Studi Eksperimen Konfigurasi Komponen Sel Elektrolisis Dalam
Rangka Peningkatan Performa dan Reduksi Sox-Nox Motor Diesel, ITS.
Undergraduate.

14
15

Tan, X.L., Fang, M., Chen, C.L., Yu, S.M., Wang, X.K. 2008. Concentration
Effects of Nicle and Sodium Dodecylbenzene-Sulfonate Adsorption to
Multiwalled Carbon Nanotubes in Aqueous Solution. Carbon. 46: 1741-
1750.
Wilhelm P & Stephan D. 2007. Photodegradation of Rhodamine B in Aqueos
Solution Via SiO-TiO2 Nano-Spheres. J Photochem Photobiol: Chem 185 :
19-25.
LAMPIRAN

1. Pembuatan Larutan Induk Metilen Biru 100 ppm


100 ppm = 100 mg/L
𝑚𝑔
100 = 0,1
mg = 100 × 0,1
mg = 10 mg
g = 0,01 gram

2. Larutan H2SO4 1 N
N1 × V1 = N2 × V2
2 N × 500 mL = 36 N × V2
V2 = 2,78 mL

16

Anda mungkin juga menyukai