PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan
elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda
terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena
elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam
pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi
(redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari rekasi
reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi
terjadi peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan
peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel
elektrokimia. Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan.
Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat,
larutan elektrolit lemah dan larutan yang bukan elektrolit (Harahap, 2016).
2
digunakan dalam sistem sel Galvani untuk menghantarkan ion-ion dari anoda menuju
katoda sehingga dapat menghasilkan listrik (Suryaningsih, 2016).
2.3. Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian
atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Elektroda merupakan salah satu komponen
yang sangat penting pada proses elektrolisis air. Elektroda berfungsi sebagai
penghantar arus listrik dari sumber tegangan ke air yang akan dielektrolisis. Pada
elektrolisis yang menggunakan arus DC, elektroda terbagi menjadi dua kutub yaitu
positif sebagai anoda dan negatif sebagai katoda
(Marlina dkk.,2013).
Logam tembaga dicelupkan dalam larutan CuSO4 dan logam seng
dicelupkan dalam larutan ZnSO4. Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan
garam. Jembatan garam merupakan tabung U yang diisi agar-agar dan garam
KNO3. Sedangkan kedua elektroda (logam Cu dan Zn) dihubungkan dengan alat
penunjuk arus yaitu voltmeter. Elektroda pada Sel Volta yaitu berupa katoda
dan anoda. Katoda adalah elektroda di mana terjadi reaksi reduksi, berarti logam
Cu dalam sel volta disebut sebagai elektroda positif. Sedangkan Anoda adalah
elektroda di mana terjadi reaksi oksidasi, berarti logam Zn dalam sel volta
disebut sebagai elektroda negatif.
3
gabungan ilmuan yang bernama Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun
1786. Bermula dari penemuan baterai yang berasal dari cairan garam. Pada sel
Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda akan
dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam.
Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral (grounding)
dari kedua larutan yang menghasilkan listrik. Dikarenakan listrik yang dihasilkan
harus melalui reaksi kimia yang spontan maka pemilihan dari larutan elektrolit
harus mengikuti kaedah deret volta. Deret volta disusun berdasarkan daya oksidasi
dan reduksi dari masing-masing logam (Harahap, 2016).
4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
5
3. Disiapkan 2 gelas kimia berukuran masing – masing 50 ml. Lalu gelas kimia
pertama diisi dengan larutan CuSO4.5H2O dan gelas kedua diisi dengan
larutan ZnSO4.7H2O. Kemudian dicelupkan elektroda Cu pada larutan
CuSO4.5H2O dan elektroda Zn pada larutan ZnSO4.7H2O. Kemudian, kedua
logam dihubungan dengan menggunakan kabel.
4. Dicelupkan kertas tisu yang telah digulung kedalam larutan jenuh KNO3.
Kemudian ditempatkan gulungan itu sebagai penghubung kedua gelas. Amati
nilai GGL (Gaya Gerak Listrik) pada multitester.
5. Diulangi percobaan dengan menggunakan lempengan logam Zn yang
dipotong sisir.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.58
0.57
0.56
0.55 Esel Logam
0.54 Cu yang
E sel (V)
0.53 disisir 6
0.52 Esel Logam
0.51 Cu yang
0.5 tidak disisir
0.49
0.48
0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11
Konsentrasi CuSO₄ (N)
Gambar 4.1 Hubungan antara konsentrasi CuSO4 terhadap nilai Esel dengan
konsentrasi ZnSO4 0,1 N.
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi CuSO 4 terhadap
nilai E0sel menunjukkan semakin besarnya konsentrasi, maka nilai Esel yang
dihasilkan juga semakin besar. Pada konsentrasi 0,1; 0,08; 0,06 dan 0,04 N pada
jembatan garam KNO3 dengan elektroda Cu yang tidak disisr Esel yang dihasilkan
sebesar 0,549; 0,551; 0,536 dan 0,53 Volt sedangkan Esel pada elektroda Cu yang
telah disisir 6 adalah 0,512; 0,57; 0,558 dan 0,513 Volt . Hal ini dipengaruhi juga
karena adanya perbedaan konsentrasi akan menyebabkan difusi ion secara alami dari
konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah (Arizal dkk.,2017).
Dari Gambar 4.1 juga dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 0,1 N dengan
logam Cu yang disisir 6 terjadi penurunan hal ini disebabkan berkurangnya jarak
antar lempengan yang disisir sehingga luas permukaan logam menjadi lebih kecil.
Luas permukaan elektoda juga memainkan peranan penting terhadap besar kecilnya
beda potensial yang dapat dihasilkan sistem. Luas pemukaan elektroda yang besar
7
akan menangkap elektron lebih banyak dipermukaannya sehingga dapat dihasilkan
energi listrik yang lebih besar (Sinaga dkk.,2014).
4.2 Perbandingan Esel Teoritis dan Esel Aktual pada Berbagai Konsentrasi
CuSO4
Pada percobaan ini didapatkan nilai Esel yang berbeda. Perbandingan nilai Esel
teoritis dan Esel aktual pada elektroda Cu yang disisir dan tidak disisir dapat dilihat
pada Gambar 4.2 berikut
1.2
0.2
0
0.1 0.08 0.06 0.04
Konsentrasi (N)
Pada Gambar 4.2 juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai Esel
aktual dan nilai Esel teoritis. Perbedaan nilai Esel yang didapatkan secara teoritis dan
aktual besar. Dengan variasi konsentrasi CuSO4 0,1; 0,08; 0,06 dan 0,04 N, pada
logam Cu yang tidak disisir didapat nilai Esel berturut-turut sebesar 0,549; 0,551;
0,536 dan 0,53 Volt dan pada logam Cu yang disisir didapat nilai Esel berturut-turut
sebesar 0,512; 0,57; 0,558 dan 0,513 Volt, sedangkan untuk nilai Esel teoritis didapat
nilai Esel berturut-turut sebesar 1,1; 1,0714; 1,0342 dan 0,9827 Volt. Adanya
perbedaan nilai Esel aktual dan nilai Esel teoritis disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Elektroda yang digunakan bukan merupakan tembaga murni
2. Proses membersihkan elektroda yang kurang maksimal
3. Kurang akuratnya membaca nilai Esel pada Voltmeter
8
4.3 Pengaruh Bentuk Elektroda Zn Terhadap Nilai E Sel
Pengaruh variasi luas permukaan elektroda Zn terhadap nilai Esel dapat dilihat
pada Gambar 4.3 sebagai berikut
0.54
0.53
0.53
0.52
E Sel
0.52
0.51
0.51
0.5
Lempengan Cu dipotong sisir Lempengan Cu tidak dipotong
sisir
Gambar 4.3 Pengaruh luas permukaan elektroda terhadap Nilai Esel pada konsentrasi
0,04 N.
9
akan menangkap elektron lebih banyak di permukaannya sehingga dapat
dihasilkan energi listrik yang lebih besar, dimana hal ini sesuai dengan fakta
penelitian yang dilakukan yaitu ketika luas permukaan elektroda bertambah
maka beda potensial yang dihasilkan semakin besar.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahaini, US., Sutikno., Masturi. 2015. Pengaruh Buah Lemon Sebagai Media
Pembelajaran Listrik Dinamis Terhadap Kondisi Stress Siswa. Prosiding
Seminar Nasional (E-Journal). 4(1) : 8.
Arizal, F., Muhammad, H., Abd Kadir. 2017 . Pengaruh Kadar Garam Terhadap
Daya Yang Dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air Garam Sebagai
Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Ilmiah . 1 (1) : 1-5.
Harahap, M.R. 2016 . Sel Elektrokimia Karakteristik dan Aplikasi . Jurnal Circuit. 2
(1) : 178.
Komunderio, AS., Muid, A., Suhardi. 2018. Prototype Monitoring Aki Kendaraan
Bermotor Menggunakan Arduino Nano dengan Antarmuka Smartphone
Android. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi. 9 (2) : 25.
Marlina, E., Slamet, W., Lilis, Y. 2013. Produksi Brown’s Gas Hasl Elektrolisis H 2O
dengan Katalis NaHCO3. Jurnal Rekayasa Mesin. 4(1).
Sinaga, DH., L, Suyati., ALN, Aminin. 2015. Studi Pendahuluan Pemanfaatan Whey
Tahu Sebagai Substrat dan Efek Luas Permukaan Elektroda Dalam Sistem
Microbial Fuel Cell. Jurnal Sains dan Matematika. 22 (2) : 30-35.
12