Kimia Analitik
Dasar – Dasar Pemisahan Kimia
Pemisahan Secara Elektrogravimetri
S1 Kimia/Kimia
II. JUDUL PERCOBAAN :
Pemisahan Secara Elektrogravimetri
III. TANGGAL PERCOBAAN :
Rabu, 29 November 2023
IV. WAKTU PERCOBAAN :
Pukul 09.00 – 11.00
V. TUJUAN PERCOBAAN :
Pemisahan Cu dari Campuran larutan CuSO4 dan K2SO4
VI. DASAR TEORI :
5.1 Elektrokimia
Elektrokimia adalah suatu peristiwa kimia yang berhubungan dengan
energi listrik. Elektrokimia didefinisikan sebagai reaksi kimia yang
melibatkan adanya transfer elektron antara elektroda dengan larutan
elektrolit. Umunya elektrolit berupa larutan aqueous, namun elektrolit dapat
berupa polimer padat, oksida atau lelehan garam seperti larutan perak nitrat
atau seng sulfat (Sykmawati, 2019). Suatu selelektrokimia tersusun oleh 2
buah elektroda, larutan elektrolit dan sumber arus berupa voltmeter/
elektrolisis. Prinsip dasar reaksi pada elektrokimia adalah reaksi reduksi
oksidasi (redoks) yang terjadi pada suati sistem sel elektrolisis. Ada dua
jenis sel elektrokimia yaitu sel galvani dan sel eletrolisis. Sel galvani adalah
sel elektrokimia yang mampu merubah reaksi kimia menjadi energi listrik
(energy produces) sedangkan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang
mampu merubah energi listrik menjadi suatu zat kimia (subtance produces).
1. Sel Galvani
Sel galvani adalah suatu sel yang membebaskan energi listrik dari
reaksi kimia dan reaksi yang berlangsung secara spontan contohnya
reaksi korosi. Dalam sel galvani katoda memiliki fungsi sebagai
penghantar listrik sehingga berkutub positif. Proses aliran elektron
terjadi dari elektroda negatif menuju elektroda positif dengan melewati
media elektrolit yang bereaksi sebagai penghantar listrik agar terjadi
reaksi spontan.
Jembatan garam berbentuk sperti pipa terbalik yang diisi dengan
larutan elektrolit. Larutan elektrolit yang biasanya digunakan adalah
KCl, KNO3, NaCl, dan K2SO4. Terdapat 2 jembatan garam yang
memiliki fungsi berbeda yaitu jembatan garam perama berfungsi untuk
menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit pada kedua bejana.
Sedangkan jembatan garam kedua berfungsi untuk menentralkan
kelebihan/kekurangan muatan dari ion-ion. Syarat suatu zat dapat
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh
bereaksi dengan elektrolit dalam pengukuran potensial sel (Pauzi, dkk.,
2020).
2. Sel elektrolisis
Sel elektrolisis adalah suatu zat yang reaksinya terjadi akibat adanya
arus listrik searah contohnya elektrolisis air dan elektroplating. Pada sel
elektrolisis elektroda berfungsi untuk penghantar listrik adalah anoda
sehingga terjadi suatu pelarutan material anoda menghasilkan kation
logam (M+). Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang
menghasilkan gas H pada katoda dan gas oksigen pada anoda (Ilahi,
dkk., 2022). Pada sel galvani menghasilkan energi listrik sedangkan sel
yang memerlukan energi listrik adalah sel elektrolisis. Contohnya jika
sel dihubungkan secara seri dengan sumber tegangan searah (DC), kutub
positif tegangan DC dihubungkan dengan elektroda Cu dan kutub
negatif dihubungkan dengan tembaga seng maka tanda panah pada
sumber tegangan memiliki arti bahwa voltase luar diberikan pada sel
dapat diubah. Jika semuber tegangan tepat 1,10 V maka DC dan
selgalvani saling berhubungan berlawanan teapt ketika setimbang. Jika
diberikan tegangan kurang dari 1,10 V maka elektron akan mengalir dari
elektroda Zn menuju Cu dan terjadi reaksi spontan. Sebaliknya jika
tegangan lebih besar dari 1,10 V maka aliran arus akab berlawanan
dengan arah sel galvani. Proses tersebut yang disebut elektrolisis,
sehingga reaksi yang terjadi pada kedua elektroda akan terbalik dan
reaksi sel yang terjadi adalah :
Cu (s) + Zn2+ Cu2+ + Zn (s)
5.2 Elektroda
Elektroda merupakan material yang bersentuhan langsung dengan
larutan elektrolit dalam sirkuit. Elektroda terbuat dari bahan konduktor
untuk menghantarkan arus listrik dari sumber ke larutan elektrolit. Ada 2
jenis elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis yaitu elektroda inert
dan elektroda tak inert.
1. Elektroda inert
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik dalam
perannya sebagai anoda maupun kanoda, sehingga dalam sel elektro
kimia yang mengalami reaksi redoks adalah elekrolit sebagai zat terlarut
atau air sebagai pelarut contohnya elektroda inert karbon dan platina.
2. Elektroda tak inert
Elektroda tak inert adalah elektroda yang ikutan bereaksi apabila di
gunakan sebagai anoda. Reaksi yang terjadi pada elektroda tak inert
adalah reaksi oksidasi dari bahan elektroda tersebut. Contohnya Fe, Al,
Zn, Ag, dan Au (Hayati, dkk., 2020).
5.3 Elektrogravimetri
Elektrogravimetri merupakan jenis elektrolisis yang mengukur analit
berdasarkan berat padatan yang menempel pada elektroda. Pengukuran
berat endapan berdasarkan dari pengendapan logam dengan bantuan arus
listrik untuk menentukan kadar atau berat logam dalam larutan. Jika
endapan yang terbentuk harus berupa butiran halus, jika endapan berbentuk
sponge atau busa, serbuk maupun gumpalan yang tidak melekat pada
elektroda maka kemurniannya kurang. Faktor utama yang mempengaruhi
sifat endapan adalah rapat arus, temperatur, dan ada dan tidaknya zat
pengompleks.
Prinsip dasar elektrogravimetri adalah berdasarkan prinsip elektrolisis,
dimana pemberian alur listrik menyebabkan reaksi reduksi elektro kimia
sehingga endapan pada katoda akan terbentuk, sebaliknya proses oksidasi
akan terjadi pada anoda. Endapan yang di bentuk secara elektro kimia akan
terjadi sebagai endapan disebut sebagai elektrogravimetri. Reaksi yang
terjadi pada elektrolisis tergantung pada sumber arus arah, jenis elektroda,
dan larutan elekrolit (Nugraha, 2022).
5.4 Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik
menjadi energi kimia. Komponen penting elekrolisis adalah larutan
elektrolit dan elektroda. Metode analisis elektrolisis di gunakan untuk
menghilangkan dan menyisihkan logam berat. Prinsip dasar elektrolisis
adalah kation dari logam tersebut akan di endapkan dalam bentuk unsurnya
pada elektroda padat ketika potensial atau listrik di tetapkan pada elektroda.
Pengendapan unsur logam terjadi karena adanya reakri reduksi dari kation
logam dari bilangan oksidasi yang berbeda menjadi bilangan oksidasi 0 pada
katoda ketika ada aliran elektron melalui aliran dari anoda (Abdurahman,
dkk., 2021).
5.5 CuSO4
Larutan elektrolit adalah larutan yang memiliki kemampuan untuk
menghantarkan listrik. Larutan yang memiliki daya hantar listrik yang baik
walaupun konsentrasinya kecil disebut dengan elektrolit kuat. Larutan
elektrolit CuSO4 memiliki dua jenis campuran yaitu CuSO4.5H2O
(pentahydrat) dan CuSO4 (anhydrous). Perbedaan yang terdapat pada kedua
campuran tersebut adalah jenis pentahydrat masih terdapat molekul air,
sedangkan jenis anhydous merupakan CuSO4 murni tidak mengandung
molekul air. CuSO4 memiliki berat molekul 156,6 g/mol dalam keadaan
murni dan 249,7 g/mol dalam pentahydrate berbentuk padatan, tidak berbau
serta memliki pH 3,5-4,5 pada 50 g/l pada suhu 20°C (Hermayantiningsih,
2023).
5.6 K2SO4
Kalium sulfat K2SO4 dikenal sebagai garam abu sulfur yang terdiri dari
kristal putih yang mampu larut dalam air dan tidak mudah terbakar. K2SO4
memiliki berat molekul sebesar 174,26 g/mol berupa kristal putih yang
memiliki titik lebur dan didih tinggi sebesar 1069 °C dan 1689 °C. K2SO4
digunakan sebagai elektrolit kuat berupa senyawa ion. Hal ini dikarenakan
K2SO4 mampu terdisosiasi secara sempurna dalam air menjadi ion K+ dan
SO42- (Vinsiah, 2020).
5.7 Hukum Faraday
Banyaknya logam yang mengendap membentuk lapisan atau deposit
pada katoda dinyatakan dalam hukum Faraday I yaitu berat endapan Cu
sebanding dengan arus dan waktu. Hukum Faraday II menyatakan bahwa
berat endapan tergantung pada jenis logam yang di nyatakan sebagai berat
ekuivalen. Hukum Faraday menyatakan banyaknya zat yang diendapkan
dielektroda selama elektrolisis berlangsung sebanding dengan jumlah arus
listrik yang melaui (Yetri, dkk., 2020). Persamaan tersebut dapat ditulisan
sebagai berikut :
𝑒𝑖𝑡
W= g
𝐹
𝐴𝑟
e= 𝑛
Keterangan:
W1
Hasil
Reaksi:
Rumus:
𝑒𝑖𝑡
W= g
𝐹
𝐴𝑟
e= 𝑛
Keterangan:
XI. DISKUSI
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh persentase Cu
yang mengendap sebesar 5,93% dan nilai koefisiensi kesalahan sebesar
94,06%. Dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa Cu yang tidak
mengendap lebih besar daripada Cu yang berhasil diendapkan. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh luas permukaan elektroda karbon yang digunakan,
dimana luas permukaan elektroda karbon yang kecil mengakibatkan endapan
Cu yang dihasilkan juga sedikit. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
penggunaan nilai voltase yang terlalu besar yang mana nilai voltase yang
besar akan mempercepat reaksi elektrokimia tetapi belum tentu dapat
mengendapkan logam Cu secara maksimal. Faktor lain yang mungkin
menyebabkan sedikitnya logam Cu yang mengendap yaitu pencucian
elektroda dengan aquades yang kurang bersih sehingga masih terdapat HNO3
pekat yang menempel pada elektroda dan dapat disebabkan juga pada proses
pengovenan yang kurang lama sehingga masih ada HNO3 pekat yang tersisa
pada elektroda karena belum menguap secara sempurna sehingga dapat
memengaruhi proses elektrolisis. Selain itu pada kelompok kami banyak
emdapan yang Cu yang tidak menempel pada katoda karena sifat endapan
yang dihasilkan tidak ideal karena berupa busa sehingga kurang baik untuk
melekat dan terlepas dari katoda
XII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pemisahan Cu dari campuran CuSO4 dan K2SO4 secara
elektrogravimetri akan mengakibatkan reaksi elektrolisis terjadi yang
menghasilkan endapan Cu berwarna coklat di katoda dan gelembung di
anoda.
2. Berat endapan logam Cu yang diperoleh sebesar 0,0014 gram dengan
persentase Cu yang mengendap sebesar 5,93% dan koefisien kesalahan
sebesar 94,06%
XIII. SARAN
1. Praktikan diharapkan memahami terlebih dahulu materi yang akan
dipraktikumkan serta memahami fungsi alat, bahan, dan langkah-langkah
agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
2. Pada saat praktikum, praktikan harus menggunakan alat pelindung
seperti jas laboratorium dan sarung tangan karena terdapat bahan yang
bersifat korosif dan toxic seperti HNO3 dan CuSO4.
3. Praktikan harus teliti ketika melakukan perhitungan.
XIV. DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, R., Eliza, R., Manggala, A., & Ningsih, A. S. (2021). Produksi
Gas Hidrogen Berdasarkan Pengaruh Luas Penampang Terhadap
Konsentrasi Larutan Elektrolit Dan Suplai Arus Dengan Metode
Elektrolisis. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Indonesia, 1(11),
447-451.
Ilahi, A. K., Subarkah, C. Z., & Sukmawardini, Y. (2022, March). Penerapan
media pembelajaran laboratorium virtual untuk meningkatkan
kemampuan representasi kimia pada materi sel elektrolisis.
In Gunung Djati Conference Series (Vol. 7, pp. 25-37).
Hayati, S., Yrti, K., & Ahmadi.(2020).Pengaruh Jenis Bahan Elektroda
Terhadap Efisiensi Elektrodeposisi Perak dan Limbah
Fotorontgen.Prosiding Seminar Nasional Kimia (SNK).
Hermayantiningsih, D. (2023). Studi Penggunaan Beda Potensial Pada
Elektrodeposisi Ion Tembaga (II). Bohr: Jurnal Cendekia
Kimia, 1(02), 81-86.
Pauzi, G. A., Abi Nisa, M., Samosir, A. S., Sulistiyanti, S. R., & Simanjuntak,
W. (2020). Peningkatan Karakteristik Listrik Sel Elektrokimia Cu
(Ag)-Zn dengan Penggunaan AnodaTumbal Mgpada Accumulator
Berbahan Air Laut. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 8(1), 83-92.
Ridaningtyas, Y. W. 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan
Secara Elektrolisis dengan Elektroda Karbon. Semarang : Jurnal
Skripsi Kimia, Universitas Diponegoro.
Sukmawati, W. (2019). Analisis level makroskopis, mikroskopis dan simbolik
mahasiswa dalam memahami elektrokimia. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA, 5(2), 195-204.
Nugraha, O. (2022, March). Optimalisasi Pembelajaran Daring Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Instrumen Kelas XI di SMK
Negeri 13 Bandung Tahun 2020. In Gunung Djati Conference
Series (Vol. 7, pp. 96-99).
Vinsiah, R. (2020). Modul pembelajaran SMA kimia kelas XII: penyetaraan
persamaan reaksi redoks.
Yetri, Y., Marsedi, U., Affi, J., & Leni, D. (2020). Pengaruh Waktu Dan
Temperatur Larutan Terhadap Ketebalan Dan Kekerasan Permukaan
Lapisan Hasil Elektroplating Kuningan Pada Baja. Manutech:
Jurnal Teknologi Manufaktur, 12(01), 55-63.
XV. LAMPIRAN
a. Jawaban pertanyaan
1. Jelaskan apa yang terjadi bila digunakan potensial yang dihitung
sesuai dengan persamaan Nerst!
Jawab :
- Ion dengan muatan yang berlawanan cenderung bergabung
menjadi pasangan ion yang terikat longgar dalam larutan yang
lebih pekat, sehingga mengurangi jumlah ion yang bebas untuk
mendonorkan atau menerima elektron pada elektroda. Untuk
alasan ini, persamaan Nernst tidak dapat secara akurat
memprediksi potensial setengah sel untuk larutan, karena estimasi
aktivitas ion yang tidak ideal umumnya memerlukan pengukuran
eksperimental.
- Persamaan Nernst hanya berlaku jika tidak ada arus yang mengalir
melalui elektroda. Ketika terdapat aliran arus, aktivitas ion pada
permukaan elektroda berubah dan ada tambahan di atas potensial
dan kerugian resistif yang berkontribusi pada potensial yang
diukur.
- Pada konsentrasi ion, penentu potensial sangat rendah. Ini secara
fisik tidak berarti, karena dalam kondisi seperti itu, kerapatan arus
pertukaran menjadi sangat rendah dan daripada efek lain cenderung
mengendalikan perilaku elektrokimia sistem.
- Jika digunakan potensial yang dihitung sesuai dengan persamaan
Nernst nilainya yaitu sebesar 0,927 Volt, maka nilai perbedaan
potensial elektroda sesuai persamaan Nernst lebih besar daripada
nilai perbedaan potensial elektroda sesuai nilai potensial reduksi
standar yang nilainya sebesar 0,889. Apabila digunakan potensial
yang dihitung sesuai dengan persamaan Nerst, nilainya yaitu
sebesar 0,927 V, maka nilai perbedaan potensial elektroda sesuai
persamaan Nernst lebih besar daripada nilai perbedaan potensial
elektroda sesuai nilai potensial reduksi standar yang nilainya
sebesar 0,889 V.
2. Mengapa endapan yang dihasilkan pada umumnya tidak sesuai
dengan perhitungan?
Jawab :
Pada umumnya endapan yang dihasilkan tidak sesuai dengan
perhitungan karena larutan yang diendapkan kemungkinan telah lepas
dari elektrodanya, karena pada saat pengambilan elektroda tidak
berhati-hati atau dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi dari
larutan lain sehingga memengaruhi endapan yang diperoleh.
3. Mengapa pada prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan
potensial dekomposisi ditambah over voltase?
Jawab :
Potensial dekomposisi adalah selisih potensial minimum yang
diperlukan agar reaksi elektrolisis dapat berlangsung, dimana
elektrolisis tersebut dapat berlangsung apabila diberi
potensialtambahan yang diperlukan untuk menentukan harga
teoritisnya. Jika tegangan bernilai kecil, maka tidak muncul
arus listrik yang menyebabkan reaksi dapat berjalan. Oleh karena itu,
pada prakteknya potensial yang diterapkan menggunakan potensial
dekomposisi ditambah over voltase agar reaksi dapat berjalan.
b. Perhitungan
CuSO4 = 0,5 M
K2SO4 = 0,5 M
Diket :
I =5A
t = 60 s
F = 96500
Ar Cu = 63,5 g/mol
n=2
W1 = 45,3887 – 45,0735 = 0,3152
W2 = 45,3901 – 45,0735 = 0,3166
= 1,2 A
𝑒.𝑖.𝑡
• W= 𝐹
𝐴𝑟 𝐶𝑢
.𝑖.𝑡
= 96500 𝐶
𝑛
63,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙
.1,2 𝐴 . 60 𝑠
= 2
96500 𝐶
31,75 . 1,2 𝐴 . 60 𝑠
= 96500 𝐶
2286
= 96500
= 0,0236
2.) WCu percobaan
WCu = W2 – W1
= 0,3166 g – 0,3152
= 0,0014 g
3.) Efisiensi
𝑊 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝜂= x 100%
𝑊 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,0014
= 0,0236 x 100%
= 0,0593 x 100%
= 5,93%
4.) Koefisien kesalahan
(𝑊 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 − 𝑊 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖)
Koefisien kesalahan = x 100%
𝑊 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(0,0014 − 0,0236)
= x 100%
0,0236
= 0,94067 x 100%
= 94,06 %
c. Dokumentasi
Gambar Keterangan
Ditimbang W1
Dicampurkan 40 ml larutan
K2SO4 0,5 M dan 40 ml larutan
CuSO4 0,5 M dalam gelas kimia
Disaring larutan
Ditimbang W2
d. Alur pralab
e. Laporan sementara ACC